Anda di halaman 1dari 13

REVIEW JURNAL

Combined pulmonary fibrosis and emphysema: effect of


pulmonary rehabilitation in comparison with chronic
obstructive pulmonary disease

Oleh : Hasnah
P27226021054
PENDAHULUAN
• Rehabilitasi paru merupakan bagian integral dari manajemen
klinis pasien dengan penyakit pernapasan kronis

• Terjadinya emfisema dan fibrosis paru pada pasien yang


sama mengalami peningkatan perhatian. Sindrom gabungan
fibrosis paru dan emfisema (CPFE) adalah entitas yang baru-
baru ini dijelaskan yang menghubungkan emfisema lobus
atas dengan fibrosis lobus bawah
METODELOGI
• Penelitian ini merupakan penelitian observasional
retrospektif terhadap pasien yang terdaftar dalam program
rehabilitasi paru komprehensif kami di rumah sakit
komunitas.
• Kriteria inklusi adalah kondisi klinis yang stabil tanpa eksaserbasi
dalam 2 minggu sebelumnya dan persetujuan tertulis untuk
berpartisipasi dalam program

• Pasien dengan kanker aktif, penyakit jantung tidak stabil, atau riwayat
gangguan neurologis atau ortopedi yang mengganggu olahraga,
dikeluarkan.
Program rehabilitasi

Peserta mengikuti program rawat inap selama 3 minggu yang meliputi


pelatihan olahraga, pelatihan ulang pernapasan, dan pendidikan.

Program latihan meliputi peregangan, latihan otot perifer pada alat


fitness, naik tangga, latihan sepeda dan latihan otot inspirasi
menggunakan Argyle Triball (Covidien Japan, Fukuroi, Japan)
• Pelatihan Argyle Triball dapat memberikan pelatihan inspirasi maksimal
yang berkelanjutan dengan mudah dan efektif

• Latihan daya tahan terdiri dari jalan kaki di darat dan bersepeda dengan
ergometer, sebagian besar dengan latihan interval, dipandu oleh skala
Borg (skor 5 untuk sesak napas)

• Pasien dengan terapi oksigen jangka panjang atau pasien dengan


desaturasi oksigen arteri yang signifikan selama latihan yang dilatih
dengan pemberian oksigen.
• Latihan pernapasan terdiri dari relaksasi dengan kontrol pernapasan,
pernapasan mulut dan berulang-ulang selama latihan olahraga dan
aktivitas hidup sehari-hari.

• Sesi rehabilitasi di ruang rehabilitasi terdiri dari 40 menit fisioterapi


dan 40 menit terapi okupasi per hari.
Hasil penelitian
• 17 pasien dengan CPFE dan 49 pasien dengan PPOK dirujuk dan
menyelesaikan program antara Maret 2007 dan Februari 2015. Usia,
jenis kelamin, status merokok, indeks massa tubuh dan tingkat
dyspnoea Dewan Riset Medis sebanding antar kelompok. Pada
kelompok CPFE, peningkatan dari awal program hingga akhir program
diamati pada volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) (dari
1,7±0,4 hingga 1,8±0,4, p=0,034); Namun, tidak ada peningkatan yang
signifikan dalam tes berjalan 6 menit (jarak, SpO2nadir dan skala Borg
pada latihan). Berkenaan dengan HRQL, peningkatan diamati pada
fungsi fisik (p=0,015) sedangkan penurunan diamati pada fungsi sosial
(p=0,044).
• Pada kelompok PPOK, peningkatan yang signifikan diamati setelah
program di FEV1, tes berjalan 6 menit dan 4 dari 8 subskala SF-36.
Ada perbedaan yang signifikan dalam perubahan jarak jalan kaki 6
menit: 16.6±58,4 pada CPFE versus 30,2±55.6 pada PPOK (p=0,009).
Dalam 2 domain, ada perbedaan yang signifikan dalam skor SF-36
antara kelompok: vitalitas, 6.3±22.4 pada CPFE versus 11,3±21.1 pada
PPOK, p=0.009; dan fungsi sosial, 18,8±34,2 pada CPFE versus
5,3±35,9 pada PPOK, p=0,027.
KESIMPULAN
• Pasien PPOK memperoleh manfaat yang lebih besar dari program
rehabilitasi paru rawat inap dibandingkan pasien dengan CPFE.
Penelitian selanjutnya harus fokus pada pengembangan program
rehabilitasi paru yang secara khusus disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dengan CPFE dalam upaya untuk mengoptimalkan manfaat
rehabilitasi.
KEKURANGAN JURNAL
• Tidak terdapat gambar pelaksanaan
• Studi retrospektif disatu pusat
• DAFTAR PUSTAKA
Tomioka. H, Mamesaya. N, Yamashita. S, Kida. Y, Kaneko. M & Sakai. H.
2018. Combined pulmonary fibrosis and emphysema: effect of
pulmonary rehabilitation in comparison with chronic obstructive
pulmonary disease.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai