BAB I
PENDAHULUAN
selama selama 1 tahun sesudah sebuah episode akut.3,4 Menurut data tersebut
diestimasikan bahwa tujuh juta orang dewasa di Amerika Serikat memiliki
keterbatasan aktivitas sebagai akibat dari nyeri punggung bawah kronik.1
Studi baru-baru ini berfokus pada nyeri punggung bawah dan pengobatan
dengan terapi jangka panjang pada sekelompok populasi tertentu. Kriteria inklusi
di antaranya riwayat herniasi diskus sebelumnya, nyeri punggung >6 bulan, dan
modic changes tipe 1 yang berdekatan dengan herniasi sebelumnya pada MRI
scan. Modic changes menggambarkan keadaan di mana edema muncul di korpus
vertebralis. Pasien-pasien ini diberi pengobatan terlebih dahulu dengan antibiotik
selama 100 hari. Pada penilaian ulang dan follow up 1 tahun menunjukkan suatu
perbaikan signifikan statistikal pada level nyeri mereka. Oleh karena itu ini
sesuatu yang bernilai potensial untuk dipertimbangkan pada populasi ini. 3,4
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk menguraikan teori
lower back pain / nyeri punggung bawah mulai dari definisi sampai etiologi yang
mendasarinya hingga penatalaksanaan. Penyusunan laporan kasus ini sekaligus
untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi
Dokter (P3D) di Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih
memamahami dan mengenal lower back pain / nyeri punggung bawah,
karakteristik, etiologi yang mendasarinya dan tatalaksana.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya, LBP mekanik dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
a. Mekanik Statik
LBP mekanik statik terjadi apabila postur tubuh dalam keadaan posisi
statis (duduk atau berdiri) sehingga menyebabkan peningkatan pada sudut
lumbosakral (sudut antara segmen vertebra L5 dan S1 yang sudut normalnya 30°
- 40°) dan menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan. Peningkatan sudut
lumbosakral dan pergeseran titik pusat berat badan tersebut akan menyebabkan
peregangan pada ligamen dan kontraksi otot-otot yang berusaha untuk
mempertahankan postur tubuh yang normal sehingga dapat terjadi strain atau
sprain pada ligamen dan otot-otot di daerah punggung bawah yang menimbulkan
nyeri.
b. Mekanik Dinamik
LBP mekanik dinamik dapat terjadi akibat beban mekanik abnormal pada
struktur jaringan (ligamen dan otot) di daerah punggung bawah saat melakukan
4
gerakan. Beban mekanik tersebut melebihi kapasitas fisiologik dan toleransi otot
atau ligamen di daerah punggung bawah. Gerakan-gerakan yang tidak mengikuti
mekanisme normal dapat menimbulkan LBP mekanik, seperti gerakan kombinasi
(terutama fleksi dan rotasi) dan repetitif, terutama disertai dengan beban yang
berat.
2.1.3 Etiologi
Etiologi low back pain menurut dapat berupa:9
1. Proses degeneratif, seperi spondilosis, HNP, stenosis spinalis, dan
osteoartritis. Perubahan pada vertebrata lumbosakral dapat terjadi pada
arkus dan prosesus artikularis serta ligamen yang menguhubungkan antar
ruas tulang belakang. Perubahan degeneratif juga dapat menyerang
annulus fibrosus dari diskus intervertebralis.
2. Penyakit inflamasi, seperti rheumatoid artritis yang sering timbul sebagain
penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak terkena
secara serentak atau spondilitis ankilopoetika dengan keluhan sakit
punggung dan pinggang yang sifatnya pegal, kaku
3. Osteoporosis, pada orang tua dan jompo terutama menyerang kaum
wanita. Sakit bersifat pegal, tajam dan radikuler 4. Kelainan kongenital,
5
a. Umur
Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur.
Secara teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa
saja, pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada
kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor
etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya
nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden
tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini
semakin lama semakin meningkat pada umur sekitar 55 tahun.
6
b. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan
nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin
seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada
wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus
menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan
tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan
terjadinya nyeri pinggang.
c. Berat badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan
meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang. Tinggi
badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban anterior
maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.
d. Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban
berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab
serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli
pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban
berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri
pinggang.
e. Aktivitas / Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering
tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan.
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi
yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran
yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau
seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu
7
menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau
menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak
menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat
tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri
langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah,
seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa
aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam
dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2
jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari,
berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya
nyeri pinggang.
2.2 Spondilosis
2.2.1 Definisi
Spondilosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti vertebra/ tulang
belakang. Spondilosis lumbalis dapat diartikan sebagai perubahan pada sendi
tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi diskus intervertebralis
9
yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak atau dapat berarti
pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek
anterior, lateral dan kadang – kadang posterior dari tepi superior dan inferior
vertebra sentralis (korpus).11-13
2.2.2 Epidemiologi
Spondilosis lumbalis muncul pada 27-37% dari populasi yang
asimtomatis. Di Amerika Serikat, lebih dari 80% individu yang berusia lebih dari
40 tahun mengalami spondilosis lumbalis, meningkat mulai dari 3% pada individu
berusia 20-29 tahun. Di dunia, spondilosis lumbalis dapat mulai berkembang pada
usia 20 tahun. Hal ini meningkat dan mungkin tidak dapat dihindari, bersamaan
dengan usia. Kira-kira 84% pria dan 74% wanita mempunyai osteofit pada tulang
belakang, yang sering terjadi pada level T9-10 dan L3. Kira-kira 30% pria dan
28% wanita berusia 45-64 tahun mengalami osteofit lumbalis. Rasio jenis kelamin
bervariasi namun pada dasarnya sama.14
2.2.3 Etiologi
Spondilosis lumbalis merupakan suatu fenomena penuaan yang non
spesifik. Kebanyakan penelitian menyatakan tidak ada hubungannya dengan gaya
hidup, tinggi badan, berat badan, massa tubuh, aktifitas fisik, merokok dan
konsumsi alkohol atau riwayat reproduksi. Adipositas sepertinya merupakan
faktor risiko pada populasi Inggris, tapi tidak pada populasi Jepang. Efek dari
aktifitas fisik yang berat masih kontraversial, sebagaimana diduga berhubungan
dengan degenerasi diskus.12
2.2.5 Diagnosis
a. Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan.
b. Pemeriksaan Radiologik
- Foto X-ray polos
Pemeriksaan foto polos lumbosakral dengan arah anteroposterior, lateral
dan oblique berguna untuk menunjukkan spondilosis (osteofit),
spondilolisthesis, sementara stenosis kanalis sentralis tidak dapat
ditentukan dengan metode ini.11,12
- CT Scan vertebra
CT adalah metode terbaik untuk mengevaluasi osseus (tulang). Dengan
potongan setebal 3 mm, ukuran dan bentuk kanalis spinalis, resessus
lateralis, sendi faset, lamina dan morfologi diskus intervertebralis, lemak
epidural dan ligamentum flavum juga terlihat.11
11
2.2.7 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Tujuan pemberian medikamentosa meliputi:17
- Simtomatik:
Mengurangi/ menghilangkan nyeri Obat-obat yang digunakan meliputi
NSAID (nonsteroid anti inflammatory drugs), analgesik non opioid dan
12
b. Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan diindikasikan jika terapi konservatif gagal dan adanya
gejala permanen khususnya defisit motorik. Pembedahan tidak dianjurkan pada
keadaan tanpa komplikasi. Prosedur operasi yang dapat dilakukan antara lain:
operasi dekompresi, operasi stabilisasi segmen gerak yang tidak stabil dan
kombinasi keduanya.11
c. Terapi Fisik
- Penentraman dan Edukasi Pasien Edukasi meliputi pemberian keterangan
sebanyak mungkin sesuai kebutuhan pasien, sehingga pasien mengerti
tentang penyakitnya. Sebagai tambahannya, dokter harus berempati,
menyemangati dan memberikan informasi yang positif kepada pasien.
Menentramkan pasien, yaitu mengatakan bahwa tak ada kelainan serius yang
mendasari penyakitnya, prognosisnya baik dan pasien dapat tetap melakukan
aktifitas sehari-hari. Hal ini untuk mengatasi pemikiran negatif dan kesalahan
penerimaan informasi terhadap pasien tentang nyeri punggung bawahnya.
Ada suatu bukti yang kuat dari systematic reviews bahwa nasehat untuk
13
Gambar 10. Distribusi serabut sensoris saraf pada permukaan tubuh; Dermatom. 21
shock absorbers dan bila terjadi rupture ke dalam kanalis spinalis dapat menekan
radiks-radiks saraf.23
Pada vertebra lumbalis yang lebih atas, hubungan antara prosesus artikularis
arahnya vertical, faset inferior menghadap ke lateral dan faset superior menghadap
ke medial. Akibat susunan anatomi yang demikian menyebabkan terbatasnya
rotasi ke aksial yang memungkinkan fleksi atau ekstensi.
Pada dua vertebra lumbalis yang paling bawah, hubungan antara faset
artikularis tersebut lebih horizontal sehingga mobilitas rotasi aksialnya lebih besar
atau luas. Hal ini menjelaskan sering terjadinya herniasi diskus pada lumbal 4 dan
5.
arah yang sakit untuk menghindari stretching pada saraf yang bersangkutan.
Jika iskialgia sangat berat, penderita akan menghindari ekstensi sendi lutut,
dan berjalan dengan bertumpu pada jari kaki (karena dorsifleksi kaki
menyebabkan stretching pada saraf, sehingga memperburuk nyeri).
Penderita bungkuk ke depan, berjalan dengan langkah kecil dan semifleksi
sendi lutut disebut Neri’s sign.
- Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya terletak di posterolateral dan
mengakibatkan gejala yang unilateral. Namun bila letak hernia agak besar
dan sentral, dapat menyebabkan gejala pada kedua sisi yang mungkin dapat
disertai gangguan berkemih dan buang air besar.
b. Radikulopati Lumbal
1) Timbulnya gejala pada pasien dengan radikulopati lumbosakral sering
tiba-tiba dan berupa LBP (nyeri punggung bawah). Beberapa pasien
menyatakan nyeri punggung yang sudah ada sebelumnya menghilang
ketika sakit pada kaki mulai terasa.
2) Duduk, batuk, atau bersin dapat memperburuk rasa sakit, yang berjalan
dari bokong turun ketungkai kaki posterior atau postero lateral menuju
pergelangan kaki atau kaki.
3) Tanyakan penjalaran dari nyerinya, kelemahan otot, dan adanya
perubahan postur tubuh, cara duduk dan berdiri, kesulitan ketika berdiri
setelah duduk atau berbaring, dan perubahan dalam posisi berjalan.
4) Tanyakan apakah ada gangguan sensasi (seperti : kesemutan, baal, dan
rasa terbakar) dan gangguan dalam berkemih ataupun defekasi.
5) Ketika memperoleh riwayat pasien, waspadai setiap red flags(yaitu,
indikator kondisi medis yang biasanya tidak hilang dengan sendirinya
tanpa manajemen). Red flags tersebut dapat menyiratkan kondisi yang
lebih rumit yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (misalnya,
tumor, infeksi). Adanya demam, penurunan berat badan, atau menggigil
21
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang benar sangat diperlukan untuk menguraikan
patofisiologi nyeri. Pemeriksaan vital sign sangat penting dilakukan untuk
mendapatkan hubungannya dengan intensitas nyeri karena nyeri menyebabkan
stimulus simpatik seperti takikardia, hiperventilasi dan hipertensi. Pemeriksaan
Glasgow come scale rutin dilaksanakan untuk mengetahui apakah ada proses
patologi di intracranial.
Pemeriksaan khusus neurologi seperti adanya gangguan sensorik sangat
penting dilakukan dan yang perlu diperhatikan adalah adanya hipoastesia,
hiperastesia, hiperpatia dan alodinia pada daerah nyeri yang penting
menggambarkan kemungkinan nyeri neurogenik. Pemeriksaan fisik yang lengkap
adalah suatu hal yang penting. Penting memperhatikan abnormalitas postur,
deformitas, nyeri tekan, dan spasme otot. Pada pemeriksaan neurologis harus
diperhatikan :
Gangguan sensorik (hipesthesia atau hiperesthesia). Perlu dibedakan
gangguan saraf perifer dan segmental.
Gangguan motorik (pemeriksaan kekuatan otot, atrofi, fasikulasi, dan
spasme otot).
Perubahan refleks.
Pemeriksaan panggul dan rektum perlu dilakukan untuk menyingkirkan adanya
neoplasma dan infeksi di luar vertebra.
a. Pemeriksaan Fisik Radikulopati Servikal
Pada pemeriksaan radikulopati servikal, antara lain akan didapatkan :
1) Terbatasnya “range of motion” leher.
2) Nyeri akan bertambah berat dengan pergerakan (terutama hiperekstensi).
22
5) Naffziger Tests
Tes ini dilakukan dengan menekan kedua vena jugularis selama 2
menit. Tekanan harus dilakukan hingga pasien mengeluh adanya rasa penuh
di kepalanya. Kompresi vena jugularis juga dapat dilakukan dengan
sphygmomanometer cuff, dengan tekanan 40 mmHg selama 10 menit.
Dengan penekanan tersebut, dapat mengakibatkan tekanan intrakranial
25
c. Myelography
Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomis yang detail, terutama
elemen osseus vertebra. Myelography merupakan proses yang invasif, karena
melibatkan penetrasi pada ruang subarakhnoid. Secara umum myelogram
dilakukan sebagai tes preoperative dan seringkali dilakukan bersamaan dengan
CT-Scan.
e. Laboratorium
Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, faktor rematoid,
fosfatase alkali/asam, dan kalsium.Urin analisis, berguna untuk penyakit
nonspesifik seperti infeksi.
Pada dasarnya ada 3 kelompok obat yang mempunyai efek analgetika yang
dapat digunakan untuk menanggulangi nyeri akut.
a. Obat analgetika non narkotika.
Termasuk disini adalah obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS). Banyak jenis
obat ini. Manfaat dan efek samping obat-obat ini wajib dipahami sebelum
memberikan obat ini pada penderita. Obat antiinflamasi nonsteroid mempunyai
titik tangkap kerja dengan mencegah kerja ensim siklooksigenase untuk
mensintesa prostaglandin. Prostaglandin yang sudah terbentuk tidak terpengaruh
oleh obat ini. Obat ini efektif untuk mengatasi nyeri akut dengan intensitas ringan
28
sampai sedang. Obat ini tersedia dalam kemasan yang dapat diberikan secara oral
(tablet, kapsul, sirup), dalam kemasan suntik. Kontraindikasi AINS antara lain:
Riwayat tukak peptik
Insufisiensi ginjal atau oliguria
Hiperkalemia
Transplantasi ginjal
Antikoagulasi atau koagulopati lain
Disfungsi hati berat
Dehidrasi atau hipovolemia
Terapi dengan frusemide
Riwayat eksaserbasi asma dengan AINS
AINS harus digunakan dengan hati-hati (risiko kemunduran fungsi ginjal) pada:
Pasien > 65 tahun
Penderita diabetes yang mungkin mengidap nefropati dan/atau penyakit
pembuluh darah ginjal
Pasien dengan penyakit pembuluh darah generalisata
Penyakit jantung, penyakit hepatobilier, bedah vaskular mayor
Pasien yang mendapat penghambat ACE, diuretik hemat- kalium,
penyekat beta, cyclosporin, atau metoreksat.
Elektrolit dan kreatinin harus diukur teratur dan setiap kemunduran fungsi
ginjal atau gejala lambung adalah indikasi untuk menghentikan AINS.
Obat anestesia lokal yang diberikan secara epidural atau intratekal dapat
dikombinasikan dengan opioid. Cara ini dapat menghasilkan efek sinergistik.
Analgesia yang dihasilkan lebih adekuat dan durasi lebih panjang. Obat yang
diberikan intratekal hanyalah obat yang direkomendasikan dapat diberikan secara
intratekal. Obat anesthesia lokal tidak boleh langsung disuntikkan kedalam
pembuluh darah. Memberikan analgesia tambahan untuk semua jenis operasi.
Bisa menghasilkan analgesia tanpa pengaruh terhadap kesadaran. Teknik
sederhana seperti infiltrasi lokal ke pinggir luka pada akhir prosedur akan
menghasilkan analgesia singkat. Tidak ada alasan untuk tidak menggunakannya.
Blok saraf, pleksus atau regional bisa dikerjakan untuk berlangsung beberapa jam
atau hari jika digunakan teknik kateter. Komplikasi bisa terjadi berupa:
Komplikasi tersering berkaitan dengan teknik spesifik, misal hipotensi
pada anestesi epidural karena blok simpatis, dan kelemahan otot yang
menyertai blok saraf besar.
Toksisitas sistemik bisa terjadi akibat dosis berlebihan atau pemberian
aksidental dari anestesi lokal secara sistemik. Ini bermanifestasi mulai dari
kebingungan ringan, sampai hilang kesadaran, kejang, aritmia jantung dan
henti jantung.
Tahap kedua, dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri. Maka diberikan
obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara intermiten.
Tahap ketiga, dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat yang
lebih kuat.
Tabel 3.Daftar Indikasi dan dosis obat farmakoterapi nyeri berdasarkan derajat
nyeri
NYERI RINGAN
Farmakoterapi Tingkat I
Nama Dosis Jadwal
Obat
Aspirin 325-650 mg, maks 4 g/hari 4 jam sekali
Asetaminofen 325-650 mg 4-6 jam sekali
Farmakoterapi Tingkat II
Ibuprofen 200 mg 4-6 jam sekali
Sodium Awalan 440 mg 8-12 jam sekali
Naproksen
Selanjutnya 220 mg
Ketoprofen 12,5 mg 4-6 jam sekali
32
NYERI SEDANG
Farmakoterapi Tingkat VI
Nama Obat Dosis Jadwal
Tramadol 50-100 mg 4-6 jam
NYERI BERAT
Farmakoterapi Tingkat VII
Nama Obat Indikasi Mekanisme
Morfin Bila terapi non narkotik tidak
efektif & terdapat riwayat
terapi narkotik untuk nyeri
Campuran agonis- Blok aktifasi
antagonis pentazosin komponen m
kompleks reseptor
Blok aktifasi
Agonis parsial
komponen m
kompleks reseptor
3. Analgesia Balans
Obat analgetika nonnarkotika hanya efektif untuk mengatasi nyeri dengan
intensitas ringan sampai sedang. Sedangkan obat analgetika narkotika efektif
untuk mengatasi nyeri dengan intensitas berat. Dipihak lain blok saraf tidak selalu
mudah dapat dikerjakan.Tidak jarang, untuk mendapatkan efek analgesia yang
adekuat diperlukan dosis obat yang besar. Hal ini dapat diikuti oleh timbulnya
efek samping.
Untuk menghindari hal ini, dapat diusahakan dengan menggunakan
beberapa macam obat analgetika yang mempunyai titik tangkap kerja yang
berbeda. Dapat digunakan dua atau lebih jenis obat dengan titik tangkap yang
berbeda. Dengan pendekatan ini, dosis masing-masing individu obat tersebut
menjadi jauh lebih kecil, tetapi akan menghasilkan kwalitas analgesia yang lebih
adekuat dengan durasi yang lebih panjang. Dengan demikian efek samping yang
dapat ditimbulkan oleh masing masing obat dapat dihindari.
33
Otak
Inhibisi
desenden
TCA
Lesi T Tramadol Th/
NE/5HT
Opioid GABAPENTIN
2. Terapi Farmakologi
a. NSAIDs
- Contoh: Ibuprofen
- Mekanisme Aksi : Menghambat reaksi inflamasi dan nyeri dengan
cara menurunkan sintesis prostaglandin
- Dosis dan penggunaan :
Dewasa : 300 – 800 mg per oral setiap 6 jam (4x1 hari) atau 400 –
800 mg IV setiap 6 jam jika dibutuhkan
b. Tricyclic Antidepressants
- Contoh : Amitriptyline
- Mekanisme Aksi : Menghambat reuptake serotonin dan/atau
norepinefrin oleh membran saraf presynaptic, dapat meningkatkan
konsentrasi sinaptik dalam SSP. Berguna sebagai analgesik untuk
nyeri kronis dan neuropatik tertentu.
- Dosis dan penggunaan :
Dewasa : 100 – 300 mg 1x1 hari pada malam hari
c. Muscle Relaxants
- Contoh: Cyclobenzaprine
- Mekanisme Aksi : Relaksan otot rangka yang bekerja secara sentral
dan menurunkan aktivitas motorik pada tempat asal tonik somatic
yang mempengaruhi baik neuron motor alfa maupun gamma.
- Dosis:Dewasa : 5 mg per oral setiap 8 jam (3x1 hari)
35
d. Analgesik
- Contoh: Tramadol (Ultram)
- Mekanisme Aksi : Menghambat jalur nyeri ascenden, merubah
persepsi serta respon terhadap nyeri, menghambat reuptake
norepinefrin dan serotonin
- Dosis: Dewasa : 50 – 100 mg per oral setiap 4 – 6 jam (4x1 hari) jika
diperlukan
e. Antikonvulsan
- Contoh: Gabapentin (Neurontin)
- Mekanisme Aksi : Penstabil membran, suatu analog struktural dari
penghambat neurotransmitter gamma-aminobutyric acid (GABA),
yang mana tidak menimbulkan efek pada reseptor GABA.
- Dosis: Dewasa : Neurontin
Hari ke-1 : 300 mg per oral 1x1 hari
Hari ke-2 : 300 mg per oral setiap 12 jam (2x1 hari)
Hari ke-3 : 300 mg per oral setiap 8 jam (3x1 hari)
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
3.1 Anamnesis
3.1.1 Identitas Pribadi
No. Rekam Medis : 010870
Nama : Salmah
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 73 Tahun
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. K Bakti Gg. Ascor No. 12 LK 1 Medan Polonia
Status : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Mausk : 06 Juli 2018
3.4.2 Kranium
Bentuk : Bulat
Fontanella : Tertutup
Palpasi : Pulsasi a. Temporalis (+), a. Carotis (+)
Perkusi : Cracked pot sign (-)
Auskultasi : Desah (-)
Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tertawa Simetris
Sensorik :
Pengecapan 2/3 Depan Lidah Dalam batas normal
Produksi Kelenjar Ludah Dalam batas normal
Hiperakusis Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Stapedial Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus IX, X
Pallatum Mole Medial
Uvula Medial
Disfagia (-)
Disartria (-)
Disfonia (-)
Refleks Muntah Tidak dilakukan pemeriksaan
Pengecapan 1/3 Belakang Lidah Dalam batas normal
Nervus XII
Lidah Tremor (-)
Atrofi (-)
Fasikulasi (-)
Ujung Lidah Sewaktu Istirahat Medial
Ujung Lidah Sewaktu Dijulurkan Medial
3.4.8 Refleks
Refleks Fisiologis : Kanan Kiri
Biceps (++) (++)
Triceps (++) (++)
43
3.4.9 Koordinasi
Bicara Dapat berbicara dengan jelas
Menulis Dapat menulis dengan jelas
Percobaan Apraksia Tidak dilakukan pemeriksaan
Mimik Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Telunjuk-telunjuk Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Telunjuk-hidung Tidak dilakukan pemeriksaan
Diadokhokinesia Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Tumit-lutut Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Romberg Tidak dilakukan pemeriksaan
3.4.10 Vegetatif
Vasomotorik Dapat berbicara dengan jelas
Sudomotorik Dapat menulis dengan jelas
Pilo-Erektor Tidak dilakukan pemeriksaan
Miksi Dalam batas normal
44
3.4.11 Vertebra
Bentuk Normal
Pergerakan Leher Dalam batas normal
Pinggang Dalam batas normal
Status Presens
Kesadaran : Compos Mentis (GCS 15; E4M6V5)
Tekanan Darah : 160/100mmHg
Nadi : 72x/menit
Frekuensi Nafas : 20x/menit
Temperature : 36,4°C
Nervus Kranialis
N. I : Normosmia
N. II,II I : Refleks cahaya (+/+), Pupil isokor Ø=3mm/Ø=3mm
N. III,IV,VI : Gerak bola mata (+/+)
N. V : Buka tutup mulut kesan normal
N. VII : Sudut mulut simetris
N. VIII : Pendengaran normal
N. IX, X : Uvula medial
N. XI : Angkat bahu (+/+)
N. XII : Lidah dijulurkan medial
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : (-)
Rangsang Meningeal : (-)
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T ++/++ ++/++
KPR/APR +/++ ++/++
49
3.7 Diagnosis
DIAGNOSIS FUNGSIONAL : Nyeri Punggung Bawah Kanan + Nyeri
Radikuler
DIAGNOSIS ETIOLOGI : Spondilosis Lumbal
DIAGNOSIS ANATOMIK : Lumbal Vertebra
DIAGNOSIS BANDING : 1. Spondilosis
2. HNP Lumbal
3. Spondilolitesis
4. Spondilitis
5. Kompresi Fraktur Spinal
DIAGNOSA KERJA : Low Back Pain ec. Spondilosis Lumbal +
Radikulopati
3.8 Penatalaksanaan
1. Tirah Baring
2. O2 2-4 L/I via nasal canule
3. IVFD R-Sol 20 gtt/i
4. Inj. Ranitidin 25mg/12 jam
5. Inj. Ketorolac 10mg/12 jam
6. Glucosamine 2 x 500mg
BAB IV
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
06/07/2018 Nyeri Sens : CM LBP ec. - Tirah Baring
Pinggang (+) TD : 160/100 Spondilosis - O2 2-4 L/I via
Nyeri Kedua HR : 72x/i Lumbal + nasal canule
bahu (+) RR : 20x/i Radikulopati - IVFD R-Sol
Badan lemas Temp.: 36,40C 20 gtt/i
(+) Penigkatan TIK (-) - Inj. Ranitidin
R.Meningeal (-) 25mg/12 jam
- Inj. Ketorolac
N. kranialis 10mg/12 jam
N. I : normal - Glucosamine
N. II,III: RC +/+, 2 x 500mg
Pupil isokor =
3mm/= 3mm
N. II,IV,VI: gerak
bola mata +/+
N. V: buka tutup
mulut normal
N. VII: sudut
mulut simetris,
kerut kening
simetris
N. VIII:
pendengaran kesan
normal
N. IX,X: uvula
medial
N. XI: angkat bahu
+/+
N. XII: lidah
dijulurkan medial
R. Fisiologis
B/T: ++/++ ++/++
KPR/APR: +/++
++/++
51
R.Patologis
H/T: -/- -/-
Babinski: -
K. Motorik
ESD: 55555/55555
EID: Sulit dinilai
ESS: 55555/55555
EIS: 55555/55555
07/07/2018 Nyeri Sens : CM LBP ec. - Tirah Baring
Pinggang (+) TD : 150/90 Spondilosis - Beri posisi
berkurang HR : 82x/i Lumbal + nyaman
RR : 20x/i Radikulopati - Inj. Ranitidin
Temp.: 36,90C 25mg/12 jam
Penigkatan TIK (-) - Inj. Ketorolac
R.Meningeal (-) 10mg/12 jam
- Glucosamine
N. kranialis 2 x 500mg
N. I : normal - Methycobal
N. II,III: RC +/+, 2 x 500mg
Pupil isokor = - Gabexal
3mm/= 3mm 2 x 100mg
N. II,IV,VI: gerak
bola mata +/+
N. V: buka tutup
mulut normal
N. VII: sudut
mulut simetris,
kerut kening
simetris
N. VIII:
pendengaran kesan
normal
N. IX,X: uvula
medial
N. XI: angkat bahu
+/+
N. XII: lidah
dijulurkan medial
52
R. Fisiologis
B/T: ++/++ ++/++
KPR/APR: +/++
++/++
R.Patologis
H/T: -/- -/-
Babinski: -
K. Motorik
ESD: 55555/55555
EID: Sulit dinilai
ESS: 55555/55555
EIS: 55555/55555
08/07/2018 Nyeri Sens : CM LBP ec. - Tirah Baring
Pinggang (+) TD : 150/100 Spondilosis - Beri posisi
berkurang HR : 90x/i Lumbal + nyaman
RR : 20x/i Radikulopati - Inj. Ranitidin
Temp.: 36,10C 25mg/12 jam
Penigkatan TIK (-) - Inj. Ketorolac
R.Meningeal (-) 10mg/12 jam
- Glucosamine
N. kranialis 2 x 500mg
N. I : normal - Methycobal
N. II,III: RC +/+, 2 x 500mg
Pupil isokor = - Gabexal
3mm/= 3mm 2 x 100mg
N. II,IV,VI: gerak
bola mata +/+ R/ Fisioterapi
N. V: buka tutup
mulut normal
N. VII: sudut
mulut simetris,
kerut kening
simetris
N. VIII:
pendengaran kesan
normal
N. IX,X: uvula
medial
53
R. Fisiologis
B/T: ++/++ ++/++
KPR/APR: +/++
++/++
R.Patologis
H/T: -/- -/-
Babinski: -
K. Motorik
ESD: 55555/55555
EID: Sulit dinilai
ESS: 55555/55555
EIS: 55555/55555
09/07/2018 Nyeri Sens : CM LBP ec. - Tirah Baring
Pinggang (+) TD : 160/90 Spondilosis - Beri posisi
berkurang HR : 86x/i Lumbal + nyaman
RR : 20x/i Radikulopati - Fisioterapi
Temp.: 36,40C - Inj. Ranitidin
Penigkatan TIK (-) 25mg/12 jam
R.Meningeal (-) - Inj. Ketorolac
10mg/12 jam
N. kranialis - Glucosamine
N. I : normal 2 x 500mg
N. II,III: RC +/+, - Methycobal
Pupil isokor = 2 x 500mg
3mm/= 3mm - Gabexal
N. II,IV,VI: gerak 2 x 100mg
bola mata +/+
N. V: buka tutup
mulut normal
N. VII: sudut
mulut simetris,
kerut kening
simetris
54
N. VIII:
pendengaran kesan
normal
N. IX,X: uvula
medial
N. XI: angkat bahu
+/+
N. XII: lidah
dijulurkan medial
R. Fisiologis
B/T: ++/++ ++/++
KPR/APR: +/++
++/++
R.Patologis
H/T: -/- -/-
Babinski: -
K. Motorik
ESD: 55555/55555
EID: Sulit dinilai
ESS: 55555/55555
EIS: 55555/55555
10/07/2018 Nyeri Sens : CM LBP ec. - Tirah Baring
Pinggang (+) TD : 150/90 Spondilosis - Beri posisi
berkurang HR : 94x/i Lumbal + nyaman
RR : 20x/i Radikulopati - Inj. Ranitidin
Temp.: 36,40C 25mg/12 jam
Penigkatan TIK (-) - Inj. Ketorolac
R.Meningeal (-) 10mg/12 jam
- Glucosamine
N. kranialis 2 x 500mg
N. I : normal - Methycobal
N. II,III: RC +/+, 2 x 500mg
Pupil isokor = - Gabexal
3mm/= 3mm 2 x 100mg
N. II,IV,VI: gerak
bola mata +/+ R/ PBJ
N. V: buka tutup
55
mulut normal
N. VII: sudut
mulut simetris,
kerut kening
simetris
N. VIII:
pendengaran kesan
normal
N. IX,X: uvula
medial
N. XI: angkat bahu
+/+
N. XII: lidah
dijulurkan medial
R. Fisiologis
B/T: ++/++ ++/++
KPR/APR: +/++
++/++
R.Patologis
H/T: -/- -/-
Babinski: -
K. Motorik
ESD: 55555/55555
EID: Sulit dinilai
ESS: 55555/55555
EIS: 55555/55555
56
BAB V
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
LBP
Definisi Os mengeluhkan nyeri di punggung
Low back pain adalah suatu periode bawah sejak 3 hari yang lalu,
nyeri di punggung bawah yang memberat 1 hari sebelum masuk
berlangsung lebih dari 24 jam, yang rumah sakit. Riwayat nyeri punggung
didahului dan diikuti oleh 1 bulan atau bawah dijumpai sejak 5 tahun lalu
lebih tanpa nyeri punggung bawah.
Klasifikasi Os mengatakan nyeri timbul pada saat
Berdasarkan etiologinya: Os duduk, berjalan jauh dan berbaring.
- Mekanik Statik Os adalah seorang ibu rumah tangga,
Postur tubuh dalam keadaan posisi statis Os menyangkal adanya riwayat
(duduk atau berdiri) sehingga mengangkat beban berat tiap harinya.
menyebabkan peningkatan pada sudut
lumbosakral, hal tersebut akan Berdasarkan keluhan, Os dapat
menyebabkan nyeri. diklasifikasikan kedalam LBP Kronik,
- Mekanik Dinamik dikarenakan Nyeri dirasakan sejak 5
Gerakan-gerakan yang tidak mengikuti tahun yang lalu hilang timbul dan
mekanisme normal dapat menimbulkan terasa sangat berat 1 hari sebelum
LBP mekanik, seperti gerakan masuk rumah sakit
kombinasi (terutama fleksi dan rotasi)
dan repetitif, terutama disertai dengan
beban yang berat.
Berdasarkan perjalanan klinisnya:
a. LBP akut
Keluhan terjadi <2 minggu dan pada
fase akut akhir terjadi antara 2-6
minggu.
b. LBP sub akut
Keluhan berlangsung antara 6-12minggu
c. LBP kronik
Keluhan terjadi >12 minggu atau rasa
nyeri yang berulang.
Faktor resiko Os merupakan perempuan berusia 73
- Umur >50 tahun tahun. Os mengeluhkan dengan posisi
- Jenis kelamin perempuan duduk dan berbaringnya, Os merasa
- Berat badan berlebih nyeri kerap kali timbul.
- Beban fisik berat
- Posisi duduk, berdiri dan tidur yang
salah
57
SPONDILOSIS
Gambaran Klinis Nyeri dirasakan Os pada punggung
Nyeri yang terpusat pada bagian tulang bawah. Nyeri dirasakan Os seperti
belakang, bertambah dengan pergerakan, pegal-pegal. Karena nyeri tersebut Os
dan berkaitan dengan kekakuan dan tidak mampu berjalan jauh dan
keterbatasan gerakan. Perlu diperhatikan mengerjakan aktivitas seperti biasa.
bahwa tidak ada gejala sistemik seperti Nyeri dan kebas dirasaka Os menjalar
keletihan, malaise, dan demam. sampai ke tungkai kanan bawah. Pada
Beberapa pasien mengeluhkan nyeri pemeriksaan tidak dijumpai adanya
yang samar-samar pada tungkai bawah. gejala sistemik seperti demam dan
malaise
Pemeriksaan Penunjang CT Scan Lumbal
- X-Ray
Terlihat diskus intervertebralis yang Adanya diskus intervertebralis yang
menyempit, menyempit
Adanya osteosit
Tatalaksana - Aktivitas : Tirah Baring
- Tirah baring Fisioterapi
- Terapi panas dan dingin - Supportive : O2 2-4 L/I via nasal
- Exercise canule
IVFD R-Sol 20 gtt/i
Terapi farmakologis - Inj. Ranitidin 25mg/12 jam
- NSAIDs - Inj. Ketorolac 10mg/12 jam
- Tricyclic antidepressants - Glucosamine 2 x 500mg
- Muscle relaxants - Methycobal 2 x 500mg
- Analgesik - Gabexal 2 x 100mg
- Antikonvulsan
58
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
10. Casazza, Brian A. MD. 2012. Diagnosis and Treatment of Acute Low
Back Pain. American Family Physician, vol. 85, no.4, 344-350. Diperoleh
dari : www.aafp.org/afp
19. Amir D. Terapi Fisik Pada NPB. Dalam: Meliala LKRT, Suryamiharja
A, Purba JS dan Sadeli HA (Ed.). Nyeri punggung bawah. Kelompok
Studi Nyeri PERDOSSI, 2003. Hal: 197-223. Available at:
http://www.globalspine.net/lumbar_spondylosis
20. Weinstein SM, Herring SA and Stanaert CJ. Low Back Pain. In: Delisa
AJ, Gans BM, Walsh NE, Bockenek WL, Frontera WR, Geiringer SR, et
al (Ed.). Physical medicine & rehabilitation, principles and practice, fourth
edition. New Jersey: Lippincott William & Wilkins, 2005
21. Cole, B. Eliot. 2002. Pain Management: Classifying, Understanding, and
Treating Pain. Turner White Communications Inc. Page 24-30, diunduh
dari www.turner-white.com pada 26 Juni 2015
22. Ropper, A. H. (2005). The Muscular Dystrophies in: Adams and Victor's
principles of neurology Eight Edition. New York: McGraw-Hill Medical
Pub. Division
23. Iskandar.(2002). Radikulopati thorakalis. Diperoleh tanggal 28 Juni 2015
dari http://www.perdossi.or.id/show_file.html?id=149
24. Malueka, RG. 2008. Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press.
Yogyakarta.