Anda di halaman 1dari 63

ULKUS DIABETIKUM

Pembimbing:
dr. M. Ali Syahputra, Sp.BTKV

Oleh:
Harris Kristanto Raphaeli
Gilbert
Siti Hasnita Oktavia
Tan Mei Kun
Nur Shamira Idayu
Kevin Barezi Girsang
BAB 1
Pendahuluan
Latar Belakang
• Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun
yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif
maupun absolut

• Penyakit diabetes melitus dapat mengenai semua organ tubuh


seperti otak (stroke), ginjal (gagal ginjal), jantung, mata dan
kaki. Salah satu komplikasi menahun dari diabetes melitus
adalah ulkus diabetikum yang dapat bermanifestasikan
sebagai ulkus, infeksi, gangren, dan artropati charcot.
LATAR BELAKANG
• Ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus
merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas
akibat komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler oleh
karena diabetes mellitus.
• Komplikasi ulkus diabetikum menjadi alasan tersering rawat
inap pasien diabetes melitus berjumlah 25% dari seluruh
rujukan diabetes melitus di amerika serikat dan inggris.
• Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi
dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya. Ini
berarti, setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena
diabetes di seluruh dunia.
LATAR BELAKANG
• Menurut Institut National Diabetes dan Penyakit Pencernaan
dan Ginjal, di antara pasien dengan diabetes, 15% menjadi
ulkus kaki, dan 12-24% dari individu dengan ulkus kaki
memerlukan amputasi. Setengah dari semua amputasi
nontraumatic adalah akibat komplikasi ulkus diabetikum
Tujuan
• Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk
menguraikan teori-teori tentang ulkus diabetikum mulai dari
definisi sampai diagnosis dan penatalaksanaannya.
Penyusunan laporan kasus ini sekaligus untuk memenuhi
persyaratan pelaksanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi
Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan dan pemahaman penulis serta pembaca khususnya
peserta P3D untuk lebih memahami dan mengenal Ulkus
diabetikum, terutama tentang penegakan diagnosis dan
tatalaksananya.
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Anatomi Pedis
• Pedis terdiri dari 26 tulang dan 33 sendi serta otot, tendon dan
ligamen.
• Tulang pedis terdiri dari 7 tulang tarsal, 5 metatarsal & 14 phalanx.
• Pedis dibagi menjadi 3 bagian ---hindfoot, midfoot, dan forefoot.

1. Hindfoot : meliputi talus dan calcaneus


2. Midfoot : meliputi cuboid, navicular serta tiga os. cuneiform
3. Forefoot : meliputi jari kaki yang terdiri dari 3 phalanx kecuali ibu
jari yang terdiri dari 2 phalanx.
ULKUS KAKI DIABETES
DEFINISI
• Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan salah satu komplikasi
kronik diabetes melitus yang sering dijumpai dan ditakuti oleh
karena pengelolaannya sering mengecewakan dan berakhir
dengan amputasi, bahkan kematian.
EPIDEMIOLOGI
• Di Indonesia angka kematian dan angka
amputasi masih tinggi, masing-masing sebesar
16% dan 25% (RSUPCM tahun 2003),
sebanyak 14,3% akan meninggal setahun
paska amputasi, dan sebanyak 37% meninggal
dalam tiga tahun paska amputasi.
ETIOLOGI
• Neuropati
• Penyakit arteri
• Tekanan abnormal
• Deformitas kaki
FAKTOR RISIKO
• Jenis kelamin
• Lama Penyakit Diabetes Melitus (DM)
• Neuropati
• Peripheral Artery Disease
• Perawatan kaki
PATOGENESIS
• Patogenesis utama UKD yaitu neuropati
• UKD disebabkan neuropati yang berupa neuropati sensorik, motorik dan otonom.
1. Neuropati sensorik - hilangnya kewaspadaan terhadap trauma/benda asing 》
banyak luka yang tidak diketahui secara dini & semakin memburuk karena terus-
menerus mengalami penekanan.
2. Neuropati motorik - ketidakseimbangan antara fleksi dan ekstensi kaki serta
deformitas kaki 》 terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki
yang memicu timbulnya kalus. Kalus (sumber trauma) bagi.
3. Neuropati otonom - penurunan fungsi kelenjar keringat dan sebum 》 Kaki akan
kehilangan kemampuan alami untuk melembabkan kulit, kulit menjadi kering
dan pecah-pecah sehingga mudah terinfeksi.
• Merokok, hipertensi dan hiperlipidemia memberikan kontribusi pada
perkembangan penyakit arteri perifer (PAP). Iskemia pada arteri perifer
menyebabkan terjadinya penurunan oksigenasi di daerah ulkus & mempersulit
penyembuhan. Selain itu PAP juga menyebabkan sulitnya pengaliran antibiotik
ke daerah infeksi.
Tanda-tanda Terjadi Gangguan pada Kaki
MANIFESTASI KLINIS
• Angiopati
• Neuropati
• Paraestesi
• Anastesi
• Gangguan imunologi
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.

• Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Pemeriksaan Ekstremitas

untuk mencari luka dan deformitas, karena pasien terkadang tidak menyadari.
Ulkus dapat ditemukan di:
• seperti tumit, area plantar metatarsal, jari kaki ke-1 atau ke-2, dan
ujung hammer toes.,area di antara jari-jari.
• Area yang menanggung tekanan.
• dapat menemukan kalus hipertrofik, kuku-kuku rapuh, hammer toes, fisura,
atau kaki Charcot.
Pemeriksaan Luka
• Ulkus diperiksa untuk drainase.
• Ulkus dapat diklasifikasikan menggunakan sistem Wagner :

Tingkat/Grade Deskripsi Lesi

Tidak ada lesi pada kaki berrisiko tinggi; bisa ada deformitas
0
atau selulitis

Ulkus diabetikum superfisial (dapat mencakup ketebalan kulit parsial


1
atau full)

Ulkus menyebar hingga ke ligamen, tendon, kapsul sendi,


2
atau fascia dalam tanpa abses atau osteomyelitis

3 Ulkus dalam dengan abses, osteomyelitis, atau sepsis tulang

4 Gangren yang terlokalisasi ke bagian tumit atau kaki depan

5 Gangren ekstensif yang mencakup seluruh kaki


Pemeriksaan Insufisiensi Arteri Perifer

• menunjukkan nadi perifer yang tidak teraba/ berkurang.


• Periksa pulsasi perifer dorsalis pedis
• Pemeriksaan lain yang dapat menandakan insufisiensi arteri adalah
- bruit yang terdengar di atas arteri iliaka/femoral,
- atrofi kulit,
- hilangnya pertumbuhan rambut di pedis,
- sianosis jari-jari kaki,
- ulkus atau nekrosis iskemik, dan warna pucat di kaki.
Pemeriksaan Neuropati Perifer
• Tanda2 neuropati perifer
- Claw toe / kaki Charcot
- Hilangnya sensasi vibrasi dan posisi, hilangnya reflex tendon, ulkus tropis, drop foot,
atrofi otot, dan pembentukan kalus yang berlebih.
-dinilai menggunakan
1. Pemeriksaan sensasi fibrasi : menggunakan garpu tala 128-Hz yang digunakan ke
tonjolan tulang di jari kaki pertama. Tes ini diperiksa di kedua kaki dan pasien diminta
untuk melaporkan perbedaan sensasi.
2. Pemeriksaan sensasi tekanan : menggunakan esthesiometer tekanan monofilament
(monofilament pressure esthesiometer) yang dapat menilai secara kuantitatif batasan
sensasi tekanan pasien
3. Pemeriksaan nyeri superfisial (pinprick) : Tes pinprick menggunakan sebuah jarum
diaplikasikan ke berbagai bagian kaki, kemudian ditanyakan rasa sensasi pasien.

• Tanda2 neuropati autonomik seperti kaki yang kering, scaly, atau cracked.


Claw Toe Kaki Charcot
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, gula darah,


elektrolit, dan fungsi renal.
• Ultrasonografi Doppler : tingkat keparahan stenosis atau
keberadaan aneurisma
• Pemeriksaan kultur : dilakukan setelah debridement &
sebelum pemberian terapi antibiotik empiris.
• Pemeriksaan radiologis dasar : melihat deformitas tulang,
keberadaan benda asing, dan gas di jaringan lunak. MRI :
untuk mengevaluasi kelainan jaringan lunak dan
osteomyelitis.
DIAGNOSIS BANDING
• Trauma
• Artropati charcot akut
• Fraktur
• Thrombosis
• Stasis vena
PENATALAKSANAAN
• Penanganan iskemia
• Debridemen
• Perawatan luka
• Menurunkan tekanan pada plantar pedis (off-loading)
• Penanganan bedah
• Penanganan komorbiditas
• Mencegah kambuhnya ulkus
• Pengelolaan infeksi
• Terapi Lain
PENCEGAHAN
• PENCEGAHAN PRIMER

• PENCEGAHAN SKUNDER
– Mechanical control-pressure control
– Wound control
– Microbiological control-Infection control
– Vascular control
– Metabolic control
– Educational control
KOMPLIKASI
• Penderita diabetes harus berhati-hati untuk menghindari
trauma kaki dan merawat kaki mereka dengan baik untuk
meminimalkan kemungkinan infeksi. Selain itu, mereka harus
mengerti bahwa osteomyelitis kronis tidak dapat disembuhkan
dengan antibiotik sendirian dan debridemen bedah yang
memadai diperlukan. Pasien yang tidak mau menjalani operasi
prosedur harus memahami komplikasi jangka panjang
osteomielitis kronis. Mereka harus diberitahu bahwa jika Infeksi
tidak cukup diobati dengan pembedahan yang cukup
debridemen dan / atau amputasi maka komplikasi
sistemik,termasuk bakteremia dan / atau infeksi sistemik,
amyloidosis, dan karsinoma sel skuamosa pada situs yang
terkena dapat terjadi dari waktu ke waktu.
PROGNOSIS
Mortalitas pada penderita diabetes dan borok kaki
sering merupakan akibat dari penyakit arteriosklerotik
arteri besar yang melibatkan arteri koroner atau ginjal.
Kehilangan anggota gerak merupakan risiko signifikan
pada pasien dengan ulkus kaki diabetik, terutama jika
pengobatan telah tertunda.13 Diabetes adalah etiologi
dominan untuk amputasi ekstremitas bawah
nontraumatik di Amerika Serikat. Separuh dari semua
amputasi nontraumatic adalah hasil dari komplikasi
kaki diabetik, dan risiko 5 tahun membutuhkan
amputasi kontralateral adalah 50%.
BAB 3
Status Orang Sakit
• Identitas Pasien
Nama : Ny. B
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Jawa
Agama : Hindu
Alamat : Jl. Setia Budi Grambutan II
• RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• Keluhan Utama : Luka borok di kaki kanan
• Telaah : Hal ini telah dialami pasien selama ± 3 minggu
SMRS. 2 minggu yang lalu muncul luka di mata kaki
kemudian menyebar ke atas arah jari kaki. Banyak minum
dan banyak mengeluarkan urine disangkal pasien. Banyak
makan juga disangkal. Pasien merupakan pasien rujukan
RS Luar. Pasien memiliki riwayat DM sudah 17 tahun dan
rutin mengonsumsi obat DM. Gula darah tertinggi pasien
400 mg/dl setahun yang lalu. Pasien rutin mengonsumsi
Glibenklamid. Saat ini demam tidak dijumpai. Penurunan
nafsu makan juga dikeluhkan. Penurunan Berat Badan
dialami oleh pasien dalam ± 2 bulan ini sebanyak ±5 kg.
Mual dan sakit kepala, batuk, dan sesak napas tidak
dijumpai. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien memiliki
riwayat penyakit gula dan darah tinggi yang telah
dialaminya selama >10 tahun namun selama ini diakui
oleh pasien terkontrol dengan baik. Riwayat Trauma pada
kaki disangkal. Riwayat perdarahan dari kaki disangkal.
Pasien tidak memiliki kebiasaan minum alkohol. Riwayat
merokok tidak dijumpai. Riwayat keluhan yang sama pada
o.s sebelumnya disangkal. Riwayat keluarga yang
menderita sakit gula yaitu ayah, ibu, dan kakek.
• Riwayat Penyakit : DM tipe 2, hipertensi
• Riwayat Pemakaian Obat: OAD (glibenklamid)
• Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :Sedang
Kesadaran : Kompos Mentis
• Tanda Vital
Nadi : 88 x/menit, Reguler, t/v: Cukup
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Frekuensi Nafas : 20 x/menit, Reguler
Temperatur : 36,8 °C
VAS : 3
• STATUS GENERALISATA
• Kepala
Mata : Reflek cahaya (+/+), pupil isokor,
konj. palpebra inferior pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Discharge (-), liang telinga normal
Hidung : Discharge (-) , Septum deviasi (-)
Tenggorokan : Pembesaran tonsil (-), tonsil
hiperemis (-)
Mulut : Bibir kering (-) , Sianosis (-)
• Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-),
pembesaran tiroid (-), TVJ : R + 2 cmH20
• Toraks
• Pulmo
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernafasan : Vesikuler
Suara Tambahan : - / -
• Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Atas : ICS III LMCS;
Kanan : ICS IV LPSD;
Kiri : ICS IV 1cm medial LMCS
Auskultasi : Bunyi jantung S1, S2 (+) N, murmur (-)
• Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) normal

• Genitalia : Perempuan
• Ekstremitas
Pulse : 88 x/menit, Reguler, t/v : Cukup ,
CRT < 3 ''
Superior : akral hangat, sianosis (-) ,
edema (-/-)
Inferior : akral hangat, sianosis (-), edema
(-/-), ulkus pedis dextra

• Diagnosa Kerja : Ulkus diabetikum Grade III


o/t (R) foot + DM tipe 2
• Terapi
- Tirah baring
- IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i
- Inj.Ceftriaxone 1gr/12jam
- Inj. Ranitidine 50mg/12 jam
-IVFD Metronidazole

• Rencana
 Cek Darah Lengkap
 Foto Pedis Dextra
 KGD puasa dan KGD 2 PP
• Hasil Laboratorium
• Tanggal 5 Maret 2019
Hb : 10,6
Eritrosit : 4,18
Leukosit : 23.830
Hematokrit : 32%
Trombosit : 657.000
KGDs : 165 mg/dl
Ureum/Creatinine : 158/1,85
Na/K/Cl : 131/4,2/106

• Tanggal 8 Maret 2019


KGD Puasa : 137
Kolesterol total : 104
TG : 82
Kolesterol HDL : 20
Kolesterol LDL : 62
Foto Thorax
Foto Pedis Dextra
BAB 4
Follow Up
FOLLOW-UP TANGGAL 5/3/2019
S Nyeri pada kaki kanan
O Sens: CM, TD : 110/80 mmHg, Nadi: 80 x/mnt, reguler, t/v: cukup RR:
20 x/mnt, Temp: 36,2°C
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher: TVJ R-2 cmH2o
Thorax : I= Simetris Fusiformis
P= SF ka=ki
P= Sonor
A= SP : Vesikular, ST : -
Abdomen: Simetris soepel, peristaltik (+), H/L/R tidak teraba
Ekstremitas bawah:
Dextra=Ulkus pada pedis (+)
Sinistra= Oedem (-), pulsasi (+)

A - Ulkus diabetikum o/t pedis dextra


- DM tipe 2
P Tirah baring
GV
Diet DM 1700 kkal
IVFD Asering 20gtt/i
Drip Metronidazole 500mg/ 8 jam iv
Inj Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam iv
Inj Ranitidine 50 mg/12 jam iv
Insulin Apidra 8.8.8 SC
 

R//
Darah Rutin
KGDN, KGD 2 PP
Rontgen AP/ lateral pedis dextra dan Rontgen thorax
Konsul bedah vascular
Perawatan luka
FOLLOW-UP TANGGAL 6/3/2019

S Nyeri pada kaki kanan


O Sens: CM, TD : 110/80 mmHg, Nadi: 88 x/mnt, reguler, t/v:
cukup RR: 20 x/mnt, Temp: 36,6°C
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-)
Leher: TVJ R-2 cmH2O
Thorax : I= Simetris Fusiformis
P= SF ka=ki
P= Sonor
A= SP : Vesikular, ST : -
Abdomen: Simetris soepel, peristaltik (+), H/L/R tidak teraba
Ekstremitas: Ulkus diabetikum pedis dextra

A -. Ulkus diabetikum
- DM tipe 2
P  Tirah baring
 GV
• Diet DM 1700 kkal
• IVFD Asering 20gtt/i
• Drip Metronidazole 500mg/ 8 jam iv
• Inj Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam iv
• Inj Ranitidine 50 mg/12 jam iv
• Insulin Apidra 8.8.8 SC
 
 
R//
- Cek DR ulang
- Susul foto thorax
- Susul foto pedis
 
FOLLOW-UP TANGGAL 11-12/3/2019
S Nyeri pada kaki kanan (+)
O Sens: CM, TD : 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/mnt, reguler, t/v: cukup RR:
18 x/mnt, Temp: 36,6°C
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher: TVJ R-2 cmH2O
Thorax : I= Simetris Fusiformis
P= SF ka=ki
P= Sonor
A= SP : Vesikular, ST : -
Abdomen: Simetris soepel, peristaltik (+), H/L/R tidak teraba
Ekstremitas: edem (-/-) Ulkus diabetikum pedis dextra

A -. Ulkus diabetikum
- DM tipe 2
P Tirah baring
GV
Diet DM 1700 kkal
IVFD Asering 20gtt/i
Drip Metronidazole 500mg/ 8 jam iv
Inj Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam iv
Inj Ranitidine 50 mg/12 jam iv
Insulin Apidra 8.8.8 SC

R//
Cek KGD 2 PP
BAB 5
Diskusi
TEORI PASIEN
Definisi

Nama : Ny. B
Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan
salah satu komplikasi kronik diabetes Umur : 43 tahun
melitus yang sering dijumpai dan ditakuti Jenis Kelamin : Perempuan
oleh karena pengelolaannya sering
Pasien memiliki riwayat penyakit
mengecewakan dan berakhir dengan
gula dan darah tinggi yang telah
amputasi, bahkan kematian
dialaminya selama >10 tahun namun
Faktor Resiko selama ini diakui oleh pasien namun
1. Jenis kelamin laki-laki terkontrol dengan baik.
2. Penyakit DM yang lama
3. Neuropati
4. Peripheral Artery Disease
5. Perawatan kaki
TEORI PASIEN
Diagnosa dan Manifestasi Klinis - Keluhan utama : Luka Borok di kaki
1. Anamnesa kanan
- Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, - Telaah:
polifagia dan penurunan berat badan yang Pasien B, perempuan, berusia 43
tidak dapat dijelaskan sebabnya. tahun datang ke rumah sakit haji adam
- Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, malik dengan keluhan luka pada mata
gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada kaki yang telah dialami selama ± 3
pria, serta pruritus vulva pada wanita. minggu sebelum masuk rumah sakit. 2
- Gejala-gejala neuropati perifer termasuk minggu yang lalu muncul luka di mata
hipestesi, hiperestesi, parestesi, disestesi, kaki kemudian menyebar ke atas arah
nyeri radikular dan anhidrosis. jari kaki..
- Keluhan terkait neuropati perifer
adalah:sering kesemutan, nyeri kaki saat
istirahat, sensari sentuhan pada kulit
berkurang, rasa panas pada kulit, kaki
pucat, ujung jari terasa dingin, luka yang
terasa nyeri
TEORI KASUS
- Komplikasi lain diabetes juga sebaiknya Hasil pemeriksaan fisik :
ditanyakan seperti fungsi renal (dialisa, - Sensorium :Compos Mentis
transplan, pengecekan rutin), fungsi - Tekanan darah : 160/80 mmHg
retina (gangguan pengelihatan), dan
fungsi kardiovaskular (stroke, gejala gagal - Nadi : 98 x/menit
jantung kronis, gejala penyakit arteri - Pernafasan : 22 x/menit
coroner, dan lainnya) - Temperatur : 36,2 ºc
TEORI KASUS

Pemeriksaan Fisik STATUS LOKALISATA


Pemeriksaan Ekstremitas:
Area yang menopang beban seperti -Kepala : Mata: CPI pucat (+/+),
tumit/heel, area plantar metatarsal, ujung- ikterus (-/-)
ujung jari kaki yang paling menonjol (jari -Trakea : medial
kaki ke-1 atau ke-2), dan ujung hammer -Leher : TVJ R-2 cm H20, simetris,
toes. Jangan lupa untuk memeriksa area di pembesaran KGB (-), Struma (-),
antara jari-jari. Kaku Kuduk (-)
Area yang menanggung tekanan/stress -Thorax:
seperti bagian dorsal hammer toes. Inspeksi : Simetris fusiformis
Pemeriksaan fisik juga dapat menemukan Palpasi : Stem fremitus kiri = kiri
kalus hipertrofik,kuku-kuku rapuh, hammer Perkusi : Sonor pada kedua
toes, fisura, atau kaki Charcot. lapangan paru
Auskultasi :
Suara Pernafasan = vesikuler
Suara Tambahan = -
TEORI KASUS
Pemeriksaan Luka: -Abdomen:
Ulkus diperiksa untuk drainase, bau, ada/tidak Inspeksi : Simetris
jaringan granulasi, dan jaringan yang terekspos seperti
tendon, kapsul sendi, atau tulang. Periksa tanda-tanda Palpasi : Soepel
inflamasi pada kaki, seperti eritema, kehangatan, Limpa : Pembesaran (-)
nyeri, edema, indurasi, dan cairan purulen. Periksakan Ekstremitas
juga tanda-tanda sistemik seperti demam, hipotensi,
atau takikardia yang dapat menandakan infeksi Pulse : 88 x/menit, Reguler,
sistemik. t/v : Cukup , CRT < 3 ''
Pada pasien dengan ulkus kaki diabetekum, Superior : akral hangat, sianosis (-) ,
osteomyelitis dapat dicurigai pada luka yang
berukuran lebih dari 2 cm 2 dan kedalaman yang edema (-/-)
mencapai tulang (sampai tulang terekspos atau Inferior : akral hangat, sianosis (-),
pemeriksa dapat merasakan tulang saat pemeriksaan edema (-/-), ulkus pedis dextra
dalam luka).

Pemeriksaan Insufisiensi Arteri Perifer:


Pemeriksaan fisik insufisiensi arteri perifer seringkali
menunjukkan nadi perifer yang tidak teraba atau
berkurang.
Bruit yang terdengar di atas arteri iliaka/femoral,
atrofi kulit, hilangnya pertumbuhan rambut di pedis,
sianosis jari-jari kaki, ulkus atau nekrosis iskemik, dan
warna pucat di kaki.
TEORI KASUS
Pemeriksaan Neuropati Perifer:
Claw toe atau kaki Charcot
Kaki yang kering, scaly, atau cracked
Hilangnya sensasi vibrasi dan posisi,
hilangnya reflex tendon dalam (terutama
pemeriksaan ankle jerk), ulkus tropis,drop
foot, atrofi otot, dan pembentukan kalus
yang berlebih.
 
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap, gula darah, elektrolit, dan
fungsi renal
Pemeriksaan kultur
Pemeriksaan radiologis : Rontgen, USG
doopler, MRI
TEORI KASUS
Penatalaksanaan Pada pasien ini diberi tatalaksana berupa:
Secara umum pengelolaan UKD meliputi - Tirah baring
penanganan iskemia, debridemen, - IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i
penanganan luka, menurunkan tekanan - Inj.Ceftriaxone 1gr/12jam
plantar pedis (off-loading), penanganan - Inj. Ranitidine 50mg/12 jam
bedah, penanganan komorbiditas dan - IVFD Metronidazole
menurunkan risiko kekambuhan serta
pengelolaan infeksi.
1. Penanganan iskemia: Antiplatelet,
angioplasti transluminal perkutaneus
(ATP), tromboarterektomi dan bedah
pintas terbuka (by pass)
2. Debridemen : Tujuan debridemen yaitu
untuk mengevakuasi jaringan yang
terkontaminasi bakteri, mengangkat
jaringan nekrotik sehingga dapat
mempercepat penyembuhan,
menghilangkan jaringan kalus serta
mengurangi risiko infeksi lokal
TEORI KASUS
3. Perawatan luka
4. Menurunkan tekanan pada plantar pedis
(off-loading): Beberapa metode off
loading antara lain: total non-weight
bearing, total contact cast, foot cast dan
boots, sepatu yang dimodifikasi (half
shoe, wedge shoe), serta alat penyanggah
tubuh seperti cruthes dan walker.
5. Penangan bedah: Osteomielitis kronis
merupakan indikasi bedah kuratif. Bedah
emergensi adalah tindakan yang paling
sering dilakukan, dan diindikasikan untuk
menghambat atau menghentikan proses
infeksi, misalnya ulkus dengan daerah
infeksi yang luas atau adanya gangren gas.
TEORI KASUS
6. Penanganan komorbiditas
7. Pengelolaan infeksi: Dasar utama
pemilihan antibiotik dalam penatalaksanaa
UKD yaitu berdasarkan hasil kultur sekret
dan sensitivitas sel.Sambil menunggu
hasil kultur, pada UKD yang terinfeksi
penggunaan antibiotik dapat dipilih secara
empiric. Pada infeksi ringan sampai
sedang antibiotik dapat diberikan 1-2
minggu, sedangkan pada infeksi yang
lebih berat antibiotik diberikan 2-4
minggu.Pada kasus osteomielitis, jika
tulang terinfeksi tidak dievakuasi, maka
antibiotik harus diberikan selama 6-8
minggu, bahkan beberapa literatur
menganjurkan sampai 6 bulan.
BAB 6
Kesimpulan
Pasien perempuan berusia 43 tahun bernama
Ny.B didiagnosis dengan Ulkus Diabetikum
Grade II o/t Pedis Dextra. Pasien dirawat di RSUP
H. Adam Malik Medan dan ditatalaksana dengan
Tirah baring, IVFD Ringer Laktat 20 gtt/I,
Inj.Ceftriaxone 1gr/12jam, Inj. Ranitidine
50mg/12 jam, IVFD Metronidazole.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai