OSTEOARTHRITIS
Oleh:
Pembimbing:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat serta karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan paper yang
berjudul “Osteoarthritis” tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian paper ini, penyusun banyak mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Heru Rahmadany, Sp.OT (K) atas kesediaannya untuk meluangkan
waktu dan pikiran untuk membimbing, mendukung, dan memberikan masukan
kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan paper ini dengan
sebaikbaiknya. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang turut membantu dalam menyelesaikan paper ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan paper ini masih jauh dari
sempurna, baik dalam isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penyusun
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penyusunan
paper selanjutnya. Semoga paper ini dapat bermanfaat, akhir kata penyusun
mengucapkan terima kasih.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1.Latar Belakang..........................................................................................1
1.2.Tujuan.......................................................................................................2
1.3.Manfaat.....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1. Definisi....................................................................................................3
2.2. Epidemiologi...........................................................................................3
2.3. Etiologi....................................................................................................4
2.4. Patofisiologi.............................................................................................5
2.5. Klasifikasi................................................................................................8
2.6. Diagnosis...............................................................................................11
2.7. Diagnosis Banding.................................................................................16
2.8. Tatalaksana............................................................................................16
2.9. Komplikasi............................................................................................18
BAB III KESIMPULAN......................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi status imunitas ........................... 7
Tabel 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perfusi jaringan lokal .................. 8
Tabel 2.3 Sistem staging UTMB untuk osteomielitis pada individu dewasa .... 11
Tabel 2.4 Pilihan terapi antibiotik pada kasus osteomielitis ............................... 17
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Ilustrasi patofisiologi osteomielitis akut dan kronik ...................... 5
Gambar 2.2. Proses inflamasi dan kerusakan jaringan tulang ............................ 7
Gambar 2.3. Sub klasifikasi osteomielitis kronik .............................................. 6
Gambar 2.4. Reaksi periosteal dan osteolisis pada distal metatarsal IV dan distal
phalanges III dan IV menunjukkan adanya osteomielitis ................................... 14
Gambar 2.5. Gambaran röntgen femur dari seorang wanita 39 tahun dengan
riwayat osteomielitis berulang selama 20 tahun ................................................. 14
Gambar 2.6. MRI femur menunjukkan deformitas dari bagian distal os femur dan
gambaran inhomogenisitas tulang ....................................................................... 15
Gambar 2.7. Gambaran disrupsi kortikal inferior dan edema menunjukkan adanya
osteomielitis pada os calcaneus.......................................................................... 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Penyusunan telaah pustaka mengenai osteoarthritis ini bertujuan untuk
mengkaji terutama mengenai patofisiologi, penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan osteoarthritis yang merupakan kasus sering di bidang orthopaedi
dan traumatologi sehingga bisa menjadi acuan dan bahan referensi untuk para
tenaga kesehatan.
1.3 MANFAAT
Penyusunan telaah pustaka ini diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan dan pemahaman penyusun serta pembaca khususnya peserta P3D
untuk lebih memahami dan mengenal osteoarthritis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Osteoarthritis Research Society International (OARSI) mendefinisikan
osteoartritis (OA) sebagai gangguan yang melibatkan sendi yang dapat digerakkan
yang ditandai oleh stress sel dan degradasi matriks ekstraseluler yang diprakarsai
oleh cedera mikro dan makro yang mengaktifkan respons perbaikan maladaptif
termasuk jalur pro-inflamasi imunitas bawaan. Gangguan ini nantinya
bermanifestasi sebagai metabolisme jaringan sendi yang abnormal, dan
selanjutnya sebagai gangguan anatomis dan fisiologis (El-Tawil, 2016).
2.2 Epidemiologi
Berdasarkan survei World Health Organization (WHO) pada tahun 2011,
penderita osteoarthritis di dunia mencapai angka 151 juta dan 24 juta jiwa pada
kawasan Asia Tenggara. Sedangkan National Centers for Health Statistics
memperkirakan terdapat 15,8 juta (12%) orang dewasa antara rentang usia 25-74
tahun memiliki keluhan osteoarthritis (Kauret al, 2018).
44,2% yang diukur dengan DALY (Disability Adjust Lost Years). Berdasarkan
hitungan DALY kualitas hidup pada penderita OA mengalami kemunduran yaitu
per 100.000 pada laki - laki hanya 907,7 tahun dan pada tahun 2013, perhitungan
OA berdasarkan DALY per 100.000 perempuan mencapai puncak pada 1.327,4
tahun (Alyling et al, 2017). Prevalensi OA berdasarkan usia di Indonesia cukup
tinggi yaitu 5% pada usia 40 tahun, 30% pada usia 40 - 60 tahun, dan 65% pada
usia tua (lansia) lebih dari 61 tahun (Ireneu et al, 2017).
menambah bukti lain bahwa ukuran dan bentuk tulang merupakan salah satu
penentu seseorang mendapatkan OA.
2. Usia
OA sangat terkait dengan pertambahan usia. Hubungan OA dengan usia
berkitan dengan stabilitas sendi dan otot. Seiring bertambahnya usia, tulang
rawan kita semakin menipis dan otot kita bertambah lemah, dan stabilitas
sendi utama seperti sendi lutut terpengaruh oleh perubahan ini. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa kelemahan otot mendahului perkembangan OA
lutut.
3. Jenis kelamin
Terdapat perbedaan prevalensi OA antara pria dan wanita. Alasan untuk ini
tidak jelas. Perubahan terkait dengan menopause pada wanita tampaknya
sangat penting, karena prevalensi OA lutut pada wanita meningkat tajam
setelah menopause, dan OA inflamatori pada tangan sering terjadi sesudah
menopause.
4. Diet dan obesitas
Obesitas menyebabkan peningkatan beban pada sendi penahan penahan berat
badan, yang merupakan kontribusi mekanis obseitas yang paling penting.
Penderita obesitas memiliki momen adduksi lutut absolut yang lebih besar
karena massa tubuh yang lebih besar, dan terlibat dalam pola gaya jalan
kompensatoris seperti kecepatan berjalan yang lebih lambat dan peningkatan
sudut toe-out. Selain itu, adipokine berlebih juga memberikan efek pada
jaringan sendi, termasuk kartilago, synovial, dan tulang. Leptin dan
adiponektin adalah adipokin yang paling banyak diproduksi, dan reseptornya
diekspresikan pada permukaan kondrosit, sinoviosit dan osteoblas subkondral.
Leptin telah ditemukan meningkatkan kadar enzim degradatif, seperti matrix
metalloproteinases (MMPs) dan nitrit oxide serta produksi sitokin
proinflamasi (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3788203/).
5. Bentuk dan ukuran sendi yang abnormal
Bentuk sendi merupakan faktor risiko penting, terutama untuk OA panggul.
Displasia panggul menjadi faktor predisposisi untuk mengalami OA di
kemudian hari. Perbedaannya bentuk panggul pada orang Cina dibandingkan
6
2.4 Patofisiologi
Terdapat hubungan yang jelas antara OA dan proses penuaan serta cedera
mekanis. Awalnya, terjadi kehilangan glikosaminoglikan dari tulang rawan yang
menurunkan tekanan osmotik kartilago dan membuat kartilago lebih lunak dan
berkurangnya resistensi terhadap gaya tekan. Respons perbaikan kemudian
mengarah ke peningkatan produksi proteoglikan dan kolagen tipe II, dan
proliferasi serta pengelompokan kondrosit.
Peran Sinovial
Penelitian menunjukkan infiltrasi limfositik dan agregasi limfoid
perivaskular dengan pelepasan mediator inflamasi yang secara langsung
mempromosikan degradasi tulang rawan pada cairan sinovial. Ada bukti bahwa
rasa nyeri pada OA berasal dari peradangan sinovium, dimana terdapat
peningkatan kadar faktor pertumbuhan saraf (NGF) proalgesik pada fibroblas
sinovial dan makrofag (El-Tawil, 2016).
8
2.5 KLASIFIKASI
2.6 DIAGNOSIS
Diagnosis osteomielitis akut dapat ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, didapatkan
adanya riwayat trauma, riwayat luka terbuka sampai tulang, maupun riwayat
infeksi di tempat lain yang tidak spesifik, serta adanya gejala infeksi sistemik
seperti demam dan malaise maupun gejala infeksi lokal seperti bengkak, rasa
panas, kemerahan, penurunan kemampuan gerak, kekakuan tulang, dan rasa sakit
pada lokasi infeksi. Pemeriksaan fisik pun menunjukkan hal-hal seperti yang ada
dalam anamnesis yaitu berupa tanda-tanda infeksi sistemik dan infeksi lokal.
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah pemeriksaan
laboratorium yang menunjukkan adanya leukositosis, pemeriksaan kultur darah
atau tulang, serta pemeriksaan histopatologi tulang yang mengalami infeksi.
Pemeriksaan radiologi pada daerah yang diduga infeksi pun dapat dilakukan. Kata
akut pada osteomielitis akut menunjukkan bahwa tanda dan gejala yang muncul
memiliki onset yang cepat, yaitu kurang dari 4 minggu (Baltensperger, 2009).
9
Pengambilan sampel tulang hars melalui jaringan sehat (Manz et al., 2018)
Pada sebagian jaringan dilakukan pemeriksaan pewarnaan gram dan Ziehl-
10
Nielssen untuk memberikan hasil yang lebih cepat dan menyingkirkan penyebab
Mycobacterium sp. Pemeriksaan kultur yang dilakukan adalah pemeriksaan aerob
dan anaerob, dan bila tidak ditemukan koloni kuman tumbuh, pemeriksaan
dilanjutkan dengan kultur mycobacterium dan fungus yang membutuhkan waktu
lebih lama (Solomon et al., 2010).
Pada kasus akut, didapatkan sel-sel inflamasi akut, edema, kongesti
vaskular, dan trombosis pembuluh darah. Pada kasus lanjut dapat ditemukan
tulang nekrotik, jaringan granulasi, sel PMN leukosit, makrofag, dan osteoklas.
Sekuestrum terbentuk bila tulang mati terpisah komplit dari tulang hidup
disekitarnya. Pada kasus kronik, dapat ditemukan sel limfosit, histiosit, dan sel
plasma (Solomon et al., 2010).
Bila dari pemeriksaan histopatologi didapatkan hasil neutrofil lebih dari 6
per lapang pandang besar, mengindikasikan positif terjadinya proses infeksi.
Pewarnaan Ziehl-Nelssen dan penemuan sel polidatia Langhans pada pemeriksaan
histopatologi merujuk pada mycobacterium sehingga terapi segera dapat
dilaksanakan tanpa menunggu hasil kultur. Pada kecurigaan infeksi pada implan,
biopsi harus dilakukan pada beberapa tempat untuk memastikan representasi dari
jaringan yang diambil. Minimal dilakukan tiga biopsi dari jaringan periprostesis
dan dilakukan pemeriksaan kultur (Lew & Wadvogel, 2004).
11
Gambar 2.4Reaksi periosteal dan osteolisis pada distal metatarsal IV dan distal phalanges
III dan IV menunjukkan adanya osteomielitis.
Gambar 2.5Gambaran röntgen femur dari seorang wanita 39 tahun dengan riwayat osteomielitis
berulang selama 20 tahun. Terjadi deformitas dan sklerosis sumsum tulang
12
Gambar 2.6 MRI femur menunjukkan deformitas dari bagian distal os femur dan gambaran
inhomogenisitas tulang
Gambar 2.7 Gambaran disrupsi kortikal inferior dan edema menunjukkan adanya osteomielitis
pada os calcaneus
13
2.8 TATALAKSANA
Tatalaksana pada osteomielitis akut melalui penyebaran hematogen dapat
dilakukan dengan pemberian antibiotik parenteral selama 4 hari dan dilanjutkan
dengan antibiotik oral sampai 4 minggu tebukti mencegah rekurensi. Pada
pasienpasien immunocompromised, transisi menuju antibiotik oral ditunda dan
lama terapi ditambah menjadi 6 minggu (Walter et al., 2012).
14
2.9 KOMPLIKASI
Pada kasus akut, komplikasi yang sering ditemukan berupa suppurative
arthritis, sepsis, Pada anak, dapat terjadi gangguan pertumbuhan tulang bila
infeksi mengenai lempeng epifisis dan fraktur patologis. Dapat terjadi abses
paravertebral yang menekan persarafan pada osteomielitis vertebral, dan dapat
terjadi loosening implant (Chiappini et al., 2018).
Penanganan yang tepat merupakan kunci dalam pencegahan terjadinya
komplikasi, sedangkan keterlambatan penanganan dari osteomielitis kronik juga
meningkatkan risiko meluasnya kerusakan tulang dan merupakan sumber dari
septikemia berulang yang dapat menyebabkan infeksi ke bagian tubuh lain.–terapi
antibiotik spesifik sedini mungkin merupakan kunci untuk mencegah terjadinya
komplikasi dari osteomielitis (Chiappini et al., 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Cierny G, Mader JT, Pennick JJ. A clinical staging system for adult osteomyelitis.
Clin Orthop Relat Res. 2003;414:7-24.
Kremers HM, Nwojo ME, Ransom JE, Wood-Wentz CM & Melton LJ 3rd,
Huddleston PM 3rd. Trends in the epidemiology of osteomyelitis: a
population-based study, 1969 to 2009. J Bone Joint Surg Arm.
2015;97(10):837-45.