DISUSUN OLEH :
1. Nur Syahirah binti Mat Nawi C014202037
Supervisor Pembimbing :
dr. Imran Safei, M.Kes, Sp.KFR-K
I
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Supervisor Pembimbing
II
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. II
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
2.1 Definisi……………………………………………………… 2
2.2 Epidemiologi………………………………………………… 2
2.8 Prognosis…………………………………………………….. 24
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2.2 EPIDEMIOLOGI
Osteoartritis adalah penyakit degeneratif yang ditemukan secara khusus pada orang
tua. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 diketahui bahwa
osteoartritis mempengaruhi 151 juta orang di seluruh dunia dan mencapai 24 juta di Asia
Tenggara. Prevalensi Osteoartritis total di Indonesia adalah 34,3 juta pada tahun 2002 dan
mencapai 36,5 juta pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari penduduk di atas 70 tahun
menderita osteoartritis, dan 80% pasien demgan osteoartritis mengalami mobilitas terbatas
dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat yang mengakibatkan penurunan kualitas
hidup (Aisyah et al., 2020).
Faktor risiko umum untuk osteoartritis seperti obesitas, cedera sendi, genetik, dan
kelainan anatomi penting pada orang tua sama seperti pada populasi dewasa muda. Ada
beberapa bukti yang menunjukkan bahwa setelah cedera sendi akut seperti robekan
ligamen anterior, orang dewasa yang lebih tua akan mengembangkan osteoartritis lebih
cepat daripada orang dewasa yang lebih muda. Beberapa faktor yang berkontribusi
terhadap perkembangan osteoartritis, termasuk perubahan degeneratif pada meniskus dan
ligamen sendi, peningkatan pergantian tulang, serta kalsifikasi jaringan sendi tampaknya
lebih umum pada populasi orang dewasa yang lebih tua (Shane Anderson & Loeser, 2010).
2
Faktor risiko osteoartritis secara umum berdasarkan CDC adalah ;
2.4 PATOFISIOLOGI
3
Konsep bahwa penuaan berkontribusi, tetapi tidak secara langsung menyebabkan
osteoartritis, konsisten dengan sifat multifaktorial osteoartritis dan pengetahuan bahwa
tidak semua orang dewasa yang lebih tua mengembangkan osteoartritis dan tidak semua
sendi dalam tubuh terpengaruh pada tingkat yang sama (Shane Anderson & Loeser, 2010).
Kondrosit adalah satu-satunya sel di tulang rawan yang bertanggung jawab untuk
sintesis dan pemecahan matriks yang diatur oleh sitokin dan faktor pertumbuhan. Dalam
kondisi artritis, keseimbangan sitokin dapat terganggu (Ashkavand et al., 2013).
5
NF-kβ (nuclear factor kappa-light-chain-enhancer of activated B cells) adalah
salah satu mekanisme regulasi kunci yang terlibat dalam mengatur dan mengontrol
ekspresi sitokin dan sangat penting dalam fungsi imun serta inflamasi. Diketahui bahwa
stimulus NF- kβ mengarah ke ekspresi TNFα dan IL1β (Ashkavand et al., 2013).
Superfamili TNF adalah sekelompok sitokin yang memiliki fungsi penting dalam
imunitas dan inflamasi. TNF merupakan sitokin proinflamasi efektif yang berperan penting
dalam proses inflamasi, dan degradasi matriks dengan merangsang sekresi enzim
proteolitik dari kondrosit dan fibroblas sinovial. TNF menginduksi demam dengan
meningkatkan sintesis prostaglandin E2 di hipotalamus dan kemudian produksi IL-1 dan
IL6. Interleukin-1(IL-1) dan faktor nekrosis tumor (TNFα) menginduksi produksi IL-6.
Peningkatan kadar sitokin ini dapat berkontribusi pada perkembangan osteoartritis. Setelah
peradangan dimulai, IFN-γ diproduksi dan kemudian bertindak melalui berbagai jalur
untuk memperdalam proses inflamasi seperti artritis (Ashkavand et al., 2013).
IL-1β juga menginduksi ROS dan peroksidasi lipid yang mana telah dikaitkan
dengan degradasi matriks tulang rawan. IL-1 dan TNF merangsang produksi nitric oxide,
mediator kuat yang diproduksi oleh kondrosit artikular selama reaksi inflamasi dengan
menghambat sintesis proteoglikan, meningkatkan produksi matrix metalloproteinase
(MMP) atau meningkatkan stres oksidan pada penyakit radang sendi pada persendian
(Ashkavand et al., 2013).
Interferon (IFNγ) adalah sitokin dengan beberapa fungsi biologis dan patologis
penyakit seperti multiple sclerosis, artritis dan diabetes serta telah terbukti terkait dengan
IFN signaling yang meningkatkan pengaruh pada kolagen dengan memproduksi CD4+ T−
Regulatory cells, dan terkait dengan TNF . Transforming growth factor beta (TGF-β)
terkait secara struktural yang terlibat dalam proses biologis vital, termasuk pengembangan,
sintesis extracellular matrix, proliferasi sel dan perbaikan jaringan kondrosit artikular di
sendi. Peningkatan aktivitas TGF-β telah ditemukan pada cairan sinovial pasien
osteoartritis. Selain itu, TGF- β yang dilepaskan oleh kerusakan jaringan dan inflamasi
memicu sel untuk membentuk osteofit (Ashkavand et al., 2013).
6
Cartilage oligomeric matrix protein (COMP) adalah glikoprotein pentamerik non-
kolagen yang banyak ditemukan di tulang rawan articular. Konsentrasi tinggi COMP telah
terdeteksi dalam cairan sinovial pada pasien dengan osteoartritis genu (Ashkavand et al.,
2013).
7
Aggrecan tidak dapat ditemukan dalam keadaan terisolasi dalam matriks ekstraselul
er, namun berbentuk agregat proteoglikan. Struktur agregat proteoglikan terdiri atas filame
n sentral HA dengan beberapa molekul agrekan yang berikatan non-kovalen melalui ujung
dari protein inti. Interaksi antara protein inti dan HA ini distabilkan oleh adanya protein pe
nghubung (Umiatin & Pawitan, 2020).
ROS yang terbentuk dari reduksi oksigen adalah radical superoxide, hydroxyl
radical, peroxyl, alkoxyl, hydroperoxyl, nitric oxide dan nitrogen dioxide. Non radikal
termasuk hydrogen peroxide, hypochlorous acid, Ozone, singlet oxygen dan peroxynitrite.
Studi terbaru menunjukkan bahwa kondrosit menghasilkan reactive oxygen species
( ROS), termasuk superoxide anions, hydrogen peroxide, hydroxyl radicals, , dan sejumlah
besar nitric oxide sebagai respons terhadap interleukin. ROS dihasilkan oleh makrofag
teraktivasi dan neutrophil yang berpartisipasi dalam respons inflamasi. ROS mampu
menginduksi degradasi kolagen dan aggrecan di kondrosit (Ashkavand et al., 2013).
Nitric oxide adalah radikal berumur pendek yang disintesis melalui oksidasi
arginine. Kondrosit dan makrofag dapat menghasilkan nitric oxide dan prostaglandin
secara berurutan yang memberi respon terhadap sitokin. ROS dapat menurunkan sintesis
komponen utama asam hialuronat dari extracellular matrix (Ashkavand et al., 2013).
Peroksidasi lipid
Peroksidasi lipid mengacu pada oksidasi polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang
mengarah ke berbagai produk hydroperoxide dan aldehyde yang sangat reaktif dengan
komponen sel dan matriks ekstraseluler dan memediasi degradasi kolagen. Distribusi lipid
dalam tulang rawan berubah selama penuaan dan pada pasien osteoartritis (Ashkavand et
al., 2013).
8
Gambar 2. Target potensial untuk pengembangan osteoartritis pada sendi.
2.5 DIAGNOSIS
Gejala osteoartritis yang paling umum adalah nyeri sendi. Rasa sakit cenderung
memburuk dengan aktivitas, terutama setelah periode istirahat; ini disebut fenomena
pembentuk gel. Osteoarthritis dapat menyebabkan kekakuan di pagi hari, tetapi biasanya
berlangsung kurang dari 30 menit, tidak seperti rheumatoid arthritis, yang menyebabkan
kekakuan selama 45 menit atau lebih.Pasien mungkin mengeluhkan kekakuan sendi atau
ketidakstabilan sendi.
9
Tabel 1. Gejala klinis osteoarthritis berdasarkan lokasi yang terkena
Gambar 3. Tangan terkena osteoarthritis. (1) Heberden nodes (2) Bouchard nodes
10
Karena osteoartritis terutama merupakan diagnosis klinis, diagnosis bisa dilakukan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Foto polos dapat membantu dalam
mengkonfirmasi diagnosis dan mengetahui kondisi lain yang dialami oleh
pasien.Pemeriksaan radiologi lain yang bisa digunakan termasuk CT Scan dan MRI
namun jarang digunakan kecuali ada kecurigaan kuat untuk etiologi lain, seperti cedera
meniscal (Sinusas, 2012).
Gambar 4.Foto tangan yang terkena osteoarthritis menunjukkan (1) penyempitan celah
sendi, (2) osteofit, dan (3) kerusakan sendi. Perubahan pada sendi carpometacarpal (4),
yang sangat umum pada osteoartritis.
Gambar 5. Foto pinggul menunjukkan (1) penyempitan celah sendi dan (2) pembentukan
osteofit.
11
Gambar 6. Foto lutut pada (A) pandangan anteroposterior dan (B) lateral menunjukkan (1)
penyempitan celah sendi dan (2) pembentukan osteofit.
12
2.6 TINJAUAN INTERNATIONAL CLASSIFICATION OF FUNCTIONING,
DISABILITY AND HEALTH (ICF)
Health condition
Osteoarthritis
Activities limitation
Body function (Impairment) (Disabilitas)
Participation ( Handicap)
Penyakit degeneratig Nyeri pada organ yang
Kesulitan melakukan
menyebabkan peradangan terkena seperi nyeri
pekerjaan akibat nyeri
pada sendi pergelangan tangan, pinggul
dan lutut
Environment factor : Personal factor :
Faktor penghambat : Faktor penghambat :
jenis pekerjaan, tempat motivasi diri berkurang
kerja, rakan sekerja yang karena tidak dapat
tidak memahami kondisi melakukan pekerjaan,
yang dialami. merasa diri tua,depresi
Faktor pendukung : ahli cemas
keluarga yang suportif Faktor pendukung : nyeri
bisa berkurang dengan
rutin melakukan latihan
dan berobat
Meskipun banyak orang dewasa yang lebih tua dengan athritis cenderung
menghindari aktivitas dan exercise, exercise adalah salah satu perawatan nonfarmakologis
yang paling efektif untuk osteoartritis, khususnya osteoartritis genu. Keseimbangan otot
dan otot yang terkondisi dengan baik diperlukan untuk mendukung aktivitas fisik seperti
berjalan dan memberikan stabilitas sendi, serta mempertahankan fungsi dan kemandirian.
Pengkondisian otot dapat dicapai melalui program latihan yang dirancang dengan baik
sesuai dengan kemampuan pasien [ CITATION Ann02 \l 1033 ].
13
Tujuan rehabilitasi osteoartritis adalah untuk mengurangi nyeri, optimalisasi fungsi,
dan modifikasi untuk mencegah proses kerusakan sendi. Untuk membantu mencapai tujuan
ini, strategi rehabilitasi keseluruhan untuk pasien dengan osteoartritis dapat mencakup
berbagai komponen, termasuk yang berikut [ CITATION Tod20 \l 1033 ]:
Edukasi pasien tentang proses penyakit, serta teknik perlindungan sendi dan
konservasi energi
Latihan terapeutik sebagai bagian dari program terapi fisik formal dan/atau
program latihan di rumah
Intervensi ortotik
Injeksi intraartikular
Operasi
Karena osteoartritis lebih sering terjadi pada orang tua, frailty sering muncul
bersamaan dan hubungan antara kedua kondisi tersebut signifikan di kedua arah.
Rheumatologist menyatakan bahwa frailty dapat memprediksi kadar mortalitas pada pasien
dengan osteoartritis. Oleh karena itu, frailty dapat dianggap sebagai faktor prognostik baru
untuk stratifikasi populasi dengan osteoartritis dan menerapkan manajemen pasien
osteoartritis[ CITATION Fra20 \l 1033 ] .
14
Beberapa penelitian telah meneliti hubungan antara frailty dan osteoartritis, dan
penelitian tersebut menunjukkan bahwa kondisi frailty harus dinilai ketika
mempertimbangkan pengobatan osteoartritis, karena penilaian tersebut penting dalam
menentukan target bagi intervensi terapeutik [ CITATION Fra20 \l 1033 ].
Latihan yang diprogramkan untuk orang tua yang frail harus didasarkan pada
kemampuan dan preferensi individu. Tujuan utama dari latihan yang diprogramkan untuk
orang tua yang frail adalah untuk meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan daya tahan
kardiovaskular, dan meningkatkan tingkat aktivitas fisik dan pengeluaran energi secara
keseluruhan. Program latihan khusus bisa dilakukan untuk meningkatkan aktivitas
kehidupan sehari-hari dan keseimbangan pasien. Intervensi nutrisi juga penting untuk
mengontrol penurunan berat badan pada orang tua. Secara umum, program latihan yang
hendak diberikan kepada individu yang megalami frailty harus diawasi untuk memastikan
keamanan dan kesesuaian latihan yang diprogramkan [ CITATION Woj14 \l 1033 ].
15
Terapi massage menggunakan rabaan untuk memberikan tekanan pada kulit, otot, tend
o. Dan ligamen. Pada dasamya massage dipergunakan untuk mengurangi ketegangan otot,
meningkatkan aliran darah, dan mengurangi kepekaan saraf terhadap nyeri. Jenis aplikasi
massage yang biasa dilakukan antara lain: stroking, effleurage. Kneading, picking up dan
wringing. Stroking dilakukan dengan keseluruhan tangan atau jari. Tangan tersebut dalam
kondisi rileks dan memberi tekanan yang berirama sehingga dapat merileksasikan otot pen
derita. Eufleurage dilakukan dengan memberikan tekanan sekaligus menggerakkan tangan
dengan kecepatan tertentu untuk mengurangi ketegangan otot sekaligus meningkatkan alira
n darah limfe. Kneading merupakan aplikasi tekanan yang dilakukan dengan diikuti period
e pelepasan secara bergantian. Picking up merupakan teknik massage dengan mengangkat
massa otot dan segera melepaskannya kembali. Wringing merupakan teknik mengangkat m
asa otot kemudian memutarnya sebelum dilepaskan kembali (Arovah, 2015).
Relaxed passive movement merupakan terapi yang dilakukan oleh fisioterapis dengan ja
lan menggerakkan otot dan persendian pasien secara pasif. Terapi ini dilakukan untuk men
dapatkan jangkauan gerak secara maksimal pada sendi, menimbulkan efek relaksasi secara
umum, mengaktifkan kembali otot yang selama ini pasif, dan meningkatkan drainase limfe.
Terapi ini terutama bermanfaat pada gangguan persendian (osteoartritis), stroke, kelumpuh
an. Dan orang yang harus melakukan istirahat total. Apabila diperlukan terapi ini dapat dik
ombinasikan dengan manual training. Manual training dilakukan dengan tujuan spesifik se
perti berjalan. Pada terapi ini dilakukan latihan agar pasien dapat mempergunakan alat bant
u jalan sampai pada akhimya dapat berjalan tanpa banluan alat bantu. Terapi ini cocok dila
kukan pada penderita yang baru saja mengalami amputasi kaki, pasca-stroke, kelumpuhan,
gangguan persendian. Parkinson, dan ataxia. Terapi keseimbangan dilakukan untuk melatih
keseimbangan pada saat berjalan dan duduk (Arovah, 2015).
Terapi okupasi adalah terapi yang menunjukkan cara untuk melakukan tugas sehari-
hari tanpa memperburuk rasa sakit atau menyebabkan kerusakan sendi. Beberapa teknik
perlindungan sendi meliputi [ CITATION Dav21 \l 1033 ]:
Menggunakan mekanika tubuh yang tepat untuk masuk dan keluar dari mobil,
kursi atau bak, serta untuk mengangkat benda.
Menggunakan sendi dan otot terkuat untuk mengurangi tekanan pada sendi
yang lebih kecil. Misalnya, membawa dompet atau tas kerja dengan tali bahu
daripada dengan tangan.
Mendistribusikan tekanan untuk meminimalkan stres pada salah satu sendi.
Mengangkat piring dengan kedua telapak tangan bukan dengan jari dan
membawa beban berat menggunakan lengan, bukan dengan tangan.
Jika tangan terkena radang sendi, hindari mencengkeram, mencubit, meremas,
dan memutar dengan erat.
Dua jenis alat bantu nonspesifik yang umum adalah prefabricated neoprene splints
dan thermoplastic splints yang dibuat khusus. Meskipun alat bantu dapat menjadi alternatif
yang efektif untuk perawatan nonfarmakologis lainnya sehubungan dengan mengurangi
rasa sakit dan meningkatkan kualitas hidup, penelitian tentang efektivitas penggunaan
splints masih kurang [ CITATION Tod20 \l 1033 ].
17
Gambar 7. prefabricated neoprene splints Gambar 8. Thermoplastic splint.
Beberapa jenis terapi thermal yang sering dipergunakan antara lain adalah
cryotherapy, wax bath, contrast bath dan hot packs. Selain itu terdapat juga hydrotherapy
yang dikombinasikan dengan terapi latihan. Kombinasi tersebut dilakukan mengingat
adanya gaya buoyancy pada air yang dapat mengurangi pengaruh gravitasi sehingga
mempermudah gerakan sehingga dapat meminimalkan rasa nyeri akibat pergerakan
(Arovah, 2015).
18
packs atau pemijatan dengan batang es. Pada prinsipnya terapi ini bertujuan untuk
menurunkan tingkat metabolisme pada daerah tersebut sehingga cocok dilakukan pada
keadaan akut. Terapi ini bisa mengatasi rasa nyeri, spasmus otot setelah kontraksi otot
yang berlebihan, gangguan saraf atau pasca operasi. Kontraindikasi terapi adalah gangguan
kardiovaskular dan saraf terutama saraf sensoris.Manfaat khusus terapi ini adalah untuk
menghentikan perdarahan (Arovah, 2015).
Wax bath merupakan teknik fisioterapi dengan menggunakan lilin parafin cair yang
bersuhu 40° C sampai dengan 44° C. Parafin tersebut diaplikasikan pada daerah persendian
untuk mengurangi nyeri dan kekakuan persendian lengan dan kaki selama 30 sampai 45
menit. Selain mengurangi kekakuan dan nyeri, terjadi pula efek relaksasi sendi dan
perbaikan kondisi dan kelembaban kulit. Kontraindikasi terapi ini adalah pada luka
terbuka,luka bakar maupun infeksi kulit (Arovah, 2015).
Contrast bath dilakukan dengan mengkombinasikan air hangat dan dingin secara
bergantian. Suhu air hangat dijaga pada kisaran 40° C sampai 45° C sedangkan suhu air
dingin sekitar 15° C sampai 20° C. Terapi ini terutama cocok dilakukan pada kondisi nyeri
pada ekstremitas. Manfaat utama lain adalah memberikan efek relaksasi secara umum
sehingga dapat menurangi rasa lelah paska aktivitas fisik yang berlebihan. Kontra-indikasi
terapi ini adalah pada keadaan penurunan sensasi saraf sensoris misalnya pada stadium
akhir diabetes mellitus (Arovah, 2015).
Hot packs biasanya terdiri atas silicate gel yang bernama bentonite. Hot packs ini
dilarutkan pada tangki air khusus dan dapat meningkatkan suhu air menjadi 75° C sampai
80° C. Panas yang timbul dari hot packs ini dipergunakan untuk mengurangi nyeri dan
menimbulkan relaksasi. Terapi ini cocok dilakukan untuk mengatasi nyeri otot dan
keadaan yang memerlukan relaksasi umum. Kontraindikasi dari terapi ini adalah luka
terbuka, luka bakar dan penurunan sensasi saraf sensoris (Arovah, 2015).
19
Gambar 9. Wax bath Gambar 10. Hot packs
Electromagnetic Therapy
20
Infra red therapy merupakan terapi menggunakan sinar infra merah dengan
mempergunakan generator infra merah luminous dan non-luminous. Terapi ini digunakan
untuk mengurangi nyeri dan kaku otot. Kontraindikasi terapi ini adalah gangguan
peredaran darah, penurunan sensasi sensoris dan penurunan volume darah atas sebab apa
pun. Hal yang perlu diwaspadai pada terapi ini adalah risiko kulit yang terbakar. sakit
kepala, dan cedera pada mata (Arovah, 2015).
Gambar 13. Infra red machine Gambar 14. Ultra sound machine
22
Gambar 15. Microwave diathermy machine Gambar 16. Shortwave diathermy
machine
Intervensi alas kaki, seperti bantalan, bisa membantu mengurangi nyeri dan
meningkatkan fungsi, serta mengurangi tekanan plantar pada orang dengan osteoartritis
metatarsophalangeal pertama (MTP) [ CITATION Tod20 \l 1033 ].
Kinesio Taping (KT) adalah pita elastis tahan air dan hipoalergenik dan digunakan
pada sendi yang terkena. KT bisa memberikan efek terapeutik melalui pengurangan nyeri
dan edema, serta melalui koreksi dan dukungan mekanis [ CITATION Tod20 \l 1033 ].
23
Gambar 17. Unloader Hip Brace Gambar 18. Kinesio Taping
2.8 PROGNOSIS
Prognosis pada pasien dengan osteoartritis tergantung pada sendi yang terlibat dan
pada tingkat keparahan kondisinya. Pengobatan farmakologis diarahkan pada pengurangan
gejala.Tinjauan sistematis menemukan fitur klinis berikut terkait dengan perkembangan
osteoartritis lutut yang lebih cepat yaitu tergantung pada faktor [ CITATION Car20 \l 1033
]:
Deformitas Varus
24
Pasien dengan osteoartritis yang telah menjalani penggantian sendi memiliki prognosis
yang baik, dengan tingkat keberhasilan untuk artroplasti pinggul dan lutut umumnya
melebihi 90%. Namun, prostesis sendi mungkin harus direvisi 10-15 tahun setelah
pergantian sendi, tergantung pada tingkat aktivitas pasien. Pasien yang lebih muda dan
lebih aktif lebih mungkin memerlukan revisi, sedangkan sebagian besar pasien yang lebih
tua tidak memerlukan revisi [ CITATION Car20 \l 1033 ].
25
BAB III
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Aisyah, Anisgupta Larasaty F, & Marselli Widya L. (2020). SIT TO STAND TEST
OSTEOARTHRITIS PATIENTS. Medical and Health Science Journal, 4(2).
https://doi.org/10.33086/mhsj.v4i2.1547
2. Ann Schmidt LuggenMeinerSue. (2002). Care of Arthritis in the Older Adult. New
York: Springer Publishing Company.
5. David ZelmanMD. (2021 年 April 月 27 日). Physical and Occupational Therapy for
Arthritis. WebMD: https://www.webmd.com/arthritis/physical-
9. Lim, J. A., & Thahir, A. (2021). Perioperative management of elderly patients with
osteoarthritis requiring total knee arthroplasty. In Journal of Perioperative Practice
(Vol. 31, Issue 6). https://doi.org/10.1177/1750458920936940
27
11. Shane Anderson, A., & Loeser, R. F. (2010). Why is osteoarthritis an age-related
disease? In Best Practice and Research: Clinical Rheumatology (Vol. 24, Issue 1).
https://doi.org/10.1016/j.berh.2009.08.006
14. Umiatin, U., & Pawitan, J. A. D. (2020). Kelainan Matriks Ekstraseluler Agrekan
pada Osteoarthritis. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 9(1).
https://doi.org/10.22435/jbmi.v9i1.3904
15. Wojtek J. Chodzko-ZajkoPhD. (2014). ACSM’s Exercise for Older Adults. Baltimore:
Chris Johnson .
28