Anda di halaman 1dari 31

FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN AGUSTUS 2021

REHABILITATION OF THE ELDERLY PATIENT WITH OSTEOARTHRITIS

DISUSUN OLEH :
1. Nur Syahirah binti Mat Nawi C014202037

Supervisor Pembimbing :
dr. Imran Safei, M.Kes, Sp.KFR-K

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

I
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL REFERAT: REHABILITATION OF THE ELDERLY PATIENT WITH


OSTEOARTHRITIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

1. Nama : Nur Syahirah binti Mat Nawi


NIM : C014202037

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, 20 Agustus 2021

Supervisor Pembimbing

dr. Imran Safei, M.Kes, Sp.KFR-K

II
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. II

DAFTAR ISI…………………………………………….………………… III

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi……………………………………………………… 2

2.2 Epidemiologi………………………………………………… 2

2.3 Faktor Resiko………………………………………………... 3

2.4 Patofisiologi…………………………………………………. 6-8

2.5 Diagnosis…………………………………………………….. 8-12

2.6 Tinjauan International Classification Of Functioning, Disabil 13


ity And Health (ICF) ……………….………………...

2.7 Rehabilitasi Osteoartritis pada pasien geriatri………………. 13-14

2.7.1 Latihan Terapeutik……………….………………….. 14-16

2.7.2 Terapi Okupasi ……………….……………………. 17-18

2.7.3 Terapi Modalitas ……………….…………………… 19-22

2.7.4 Intervensi Ortotik……………….…………………… 23

2.8 Prognosis…………………………………………………….. 24

BAB III KESIMPULAN………………………………………….………... 25

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….…………… 26-27


BAB I
PENDAHULUAN

Osteoartritis merupakan penyakit tersering yang menyebabkan timbulnya nyeri dan


disabilitas gerakan pada populasi usia lanjut dan mempengaruhi sekitar 3,3% hingga 3,6%
dari populasi secara global. Ostoeartritis bisa menyebabkan kecacatan sedang hingga berat
pada 43 juta orang. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada pasien sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari dan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang berat
(Pratiwi, 2015).
Prevalensi osteoartritis juga semakin bertambah. Satu perempat dari seluruh
populasi perempuan dan satu perlima dari seluruh populasi laki laki dengan usia lebih dari
60 tahun dapat terkena osteoartritis. Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan yang
adekuat dapat menurunkan prevalensi, angka kekambuhan, serta dapat mencegah
timbulnya komplikasi osteoartritis itu sendiri (Pratiwi, 2015).
Sendi yang terserang terutama sendi penopang tubuh, yaitu lutut, tulang
belakang,dan pangkal paha (panggul). Dapat terjadi pada salah satu sisi atau kedua-duanya,
bisa pula beberapa sendi terserang sekaligus. Ada juga penderita yang mengalami
pembengkakan sendi (merah, panas, nyeri) yang kadang-kadang disertai penumpukan
cairan dalam sendi (Hannan et al., 2019) .
Prevalensi osteoartritis genu lebih tinggi pada atlet dan orang tua berusia di atas
65 tahun. Dengan bertambahnya jumlah penduduk lansia akan mengakibatkan peningkatan
baik insiden dan prevalensi, yang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama.
Osteoartritis adalah penyebab utama kecacatan fisik pada lansia dan bisa memberi dampak
kepada kualitas hidup secara individual maupun sosial (Lim & Thahir, 2021).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Osteoartritis menurut American College of Rheumatology merupakan sekelompok k


ondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi. Osteoarthritis merupakan p
enyakit degeneratif dan progresif yang mengenai dua per tiga orang yang berumur lebih da
ri 65 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5% pada wanita (Pratiwi, 2015).

2.2 EPIDEMIOLOGI

Osteoartritis adalah penyakit degeneratif yang ditemukan secara khusus pada orang
tua. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 diketahui bahwa
osteoartritis mempengaruhi 151 juta orang di seluruh dunia dan mencapai 24 juta di Asia
Tenggara. Prevalensi Osteoartritis total di Indonesia adalah 34,3 juta pada tahun 2002 dan
mencapai 36,5 juta pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari penduduk di atas 70 tahun
menderita osteoartritis, dan 80% pasien demgan osteoartritis mengalami mobilitas terbatas
dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat yang mengakibatkan penurunan kualitas
hidup (Aisyah et al., 2020).

2.3 FAKTOR RISIKO

Faktor risiko umum untuk osteoartritis seperti obesitas, cedera sendi, genetik, dan
kelainan anatomi penting pada orang tua sama seperti pada populasi dewasa muda. Ada
beberapa bukti yang menunjukkan bahwa setelah cedera sendi akut seperti robekan
ligamen anterior, orang dewasa yang lebih tua akan mengembangkan osteoartritis lebih
cepat daripada orang dewasa yang lebih muda. Beberapa faktor yang berkontribusi
terhadap perkembangan osteoartritis, termasuk perubahan degeneratif pada meniskus dan
ligamen sendi, peningkatan pergantian tulang, serta kalsifikasi jaringan sendi tampaknya
lebih umum pada populasi orang dewasa yang lebih tua (Shane Anderson & Loeser, 2010).

2
Faktor risiko osteoartritis secara umum berdasarkan CDC adalah ;

 Cedera atau penggunaan berlebihan pada sendi


Cedera atau penggunaan berlebihan, seperti lutut menekuk dan tekanan berulang pa
da sendi, dapat merusak sendi dan meningkatkan risiko osteoartritis pada sendi ters
ebut.
 Usia
Risiko terkena osteoartritis meningkat seiring bertambahnya usia.
 Jenis Kelamin
Wanita lebih mungkin mengembangkan osteoartritis daripada pria, terutama wanita
diatas usia 50 tahun.
 Obesitas
Berat berlebihan akan memberi lebih banyak tekanan pada persendian, terutama per
sendian yang menahan beban seperti pinggul dan lutut. Stres ini bisa meningkatkan
risiko osteoartritis pada sendi tersebut. Obesitas juga memiliki efek metabolik yang
meningkatkan risiko osteoartritis.
 Genetik
Orang yang memiliki anggota keluarga dengan osteoartritis lebih cenderung menge
mbangkan osteoartritis.
 Ras
Beberapa populasi Asia memiliki risiko osteoartritis yang lebih rendah.

2.4 PATOFISIOLOGI

Osteoartritis sering digambarkan sebagai penyakit degeneratif kronis dan dianggap


konsekuensi dari bertambahnya usia. Pada osteoartritis, degradasi dan hilangnya kartilago
artikular merupakan ciri utama yang kadang-kadang dikaitkan dengan "wear and tear".
Jaringan yang terkena osteoartritis mengandung sel-sel hidup yang memberi rangsangan
mekanis dan berfungsi untuk mempertahankan homeostasis sendi. Perubahan di luar sendi
(sarkopeni dan penurunan propriosepsi) dan di dalam sendi (perubahan sel dan matriks
pada jaringan sendi) berkontribusi pada perkembangan osteoartritis, ketika faktor risiko
osteoartritis lainnya juga terlibat (Shane Anderson & Loeser, 2010).

3
Konsep bahwa penuaan berkontribusi, tetapi tidak secara langsung menyebabkan
osteoartritis, konsisten dengan sifat multifaktorial osteoartritis dan pengetahuan bahwa
tidak semua orang dewasa yang lebih tua mengembangkan osteoartritis dan tidak semua
sendi dalam tubuh terpengaruh pada tingkat yang sama (Shane Anderson & Loeser, 2010).

Gambar 1. Hubungan antara penuaan muskuloskeletal dan perkembangan osteoartritis

Perubahan umum pada tulang dan tulang rawan pada Osteoartritis

Osteoartritis adalah gangguan yang kompleks, inisiasi, perkembangan, dan tingkat


keparahannya dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Korelasi antara perubahan tulang
subkondral dan degenerasi kartilago artikular, volume tulang dan ketebalan trabekula
meningkat secara signifikan dengan tahap degenerasi tulang rawan yang lebih tinggi. Pada
osteoartritis tulang menjadi lebih kaku karena tulang kurang mampu menyerap beban
benturan, yang dapat menyebabkan lebih banyak tekanan pada tulang rawan (Ashkavand et
al., 2013).

Gambaran umum osteoartritis adalah hilangnya tulang rawan, penyempitan ruang


sendi, perubahan tulang hipertrofik, pembentukan osteofit. Osteofit didefinisikan sebagai
pertumbuhan tulang dan kartilago yang terjadi pada tepi sendi. Faktor biomekanik
mendukung perkembangan osteofit (Ashkavand et al., 2013).
4
Salah satu mekanisme kerusakan kartilago artikular adalah kekakuan tulang
subkondral, jika tulang menjadi lebih kaku akan menyebabkan tulang kurang mampu
menyerap beban benturan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan peningkatan tekanan
pada tulang rawan (Ashkavand et al., 2013).

Pelunakan tulang rawan artikular di patela, sering digambarkan sebagai kondropati


atau kondromalasia patela, menyebabkan erosi tulang rawan. Meskipun kondromalasia
patela adalah fenomena umum, etiologinya tidak begitu jelas. Selain beberapa perubahan
fungsional dan morfologis pada osteoartritis, mediator inflamasi, proteinase, proliferasi sel,
parameter biokimia juga menyumbang terhadap perkembangan penyakit osteoarthritis
(Ashkavand et al., 2013).

Sitokin dan Osteoartritis

Kondrosit adalah satu-satunya sel di tulang rawan yang bertanggung jawab untuk
sintesis dan pemecahan matriks yang diatur oleh sitokin dan faktor pertumbuhan. Dalam
kondisi artritis, keseimbangan sitokin dapat terganggu (Ashkavand et al., 2013).

Sitokin yang berdampak pada metabolisme kartilago artikular diklasifikasikan


dalam tiga kelompok termasuk, katabolik (IL1α, IL1β, TNF ), regulasi dan penghambatan
enzim (IL-6, Il-8, IL-4, IL-10, IFNγ) dan anabolik (Faktor pertumbuhan, IGF, COMPs,
TGF ). Secara umum diketahui bahwa IL-1 adalah sitokin yang berperan penting pada
tahap awal dan akhir osteoarthritis. Keluarga interleukin-1 (IL-1) mencakup dua agonis,
IL-1α dan IL-1β, diproduksi oleh dua gen yang berbeda dan antagonis reseptor spesifik
yaitu IL-1Rα (Ashkavand et al., 2013).

Interleukin-l adalah sitokin pro inflamasi multifungsi yang mempengaruhi sebagian


besar jenis sel dan menghasilkan beberapa efek termasuk produksi limfokin, kerusakan
tulang rawan, mengganggu aktivitas faktor pertumbuhan seperti insulin, atau menurunkan
sintesis komponen matriks kunci seperti agregan. Proliferasi fibroblas memiliki peran
penting dalam penyakit artritis. Adanya makrofag yang teraktivasi akan melepaskan
interleukin yang berperan dalam penghancuran kartilago (Ashkavand et al., 2013).

5
NF-kβ (nuclear factor kappa-light-chain-enhancer of activated B cells) adalah
salah satu mekanisme regulasi kunci yang terlibat dalam mengatur dan mengontrol
ekspresi sitokin dan sangat penting dalam fungsi imun serta inflamasi. Diketahui bahwa
stimulus NF- kβ mengarah ke ekspresi TNFα dan IL1β (Ashkavand et al., 2013).

Superfamili TNF adalah sekelompok sitokin yang memiliki fungsi penting dalam
imunitas dan inflamasi. TNF merupakan sitokin proinflamasi efektif yang berperan penting
dalam proses inflamasi, dan degradasi matriks dengan merangsang sekresi enzim
proteolitik dari kondrosit dan fibroblas sinovial. TNF menginduksi demam dengan
meningkatkan sintesis prostaglandin E2 di hipotalamus dan kemudian produksi IL-1 dan
IL6. Interleukin-1(IL-1) dan faktor nekrosis tumor (TNFα) menginduksi produksi IL-6.
Peningkatan kadar sitokin ini dapat berkontribusi pada perkembangan osteoartritis. Setelah
peradangan dimulai, IFN-γ diproduksi dan kemudian bertindak melalui berbagai jalur
untuk memperdalam proses inflamasi seperti artritis (Ashkavand et al., 2013).

IL-1β juga menginduksi ROS dan peroksidasi lipid yang mana telah dikaitkan
dengan degradasi matriks tulang rawan. IL-1 dan TNF merangsang produksi nitric oxide,
mediator kuat yang diproduksi oleh kondrosit artikular selama reaksi inflamasi dengan
menghambat sintesis proteoglikan, meningkatkan produksi matrix metalloproteinase
(MMP) atau meningkatkan stres oksidan pada penyakit radang sendi pada persendian
(Ashkavand et al., 2013).

Interferon (IFNγ) adalah sitokin dengan beberapa fungsi biologis dan patologis
penyakit seperti multiple sclerosis, artritis dan diabetes serta telah terbukti terkait dengan
IFN signaling yang meningkatkan pengaruh pada kolagen dengan memproduksi CD4+ T−
Regulatory cells, dan terkait dengan TNF . Transforming growth factor beta (TGF-β)
terkait secara struktural yang terlibat dalam proses biologis vital, termasuk pengembangan,
sintesis extracellular matrix, proliferasi sel dan perbaikan jaringan kondrosit artikular di
sendi. Peningkatan aktivitas TGF-β telah ditemukan pada cairan sinovial pasien
osteoartritis. Selain itu, TGF- β yang dilepaskan oleh kerusakan jaringan dan inflamasi
memicu sel untuk membentuk osteofit (Ashkavand et al., 2013).

6
Cartilage oligomeric matrix protein (COMP) adalah glikoprotein pentamerik non-
kolagen yang banyak ditemukan di tulang rawan articular. Konsentrasi tinggi COMP telah
terdeteksi dalam cairan sinovial pada pasien dengan osteoartritis genu (Ashkavand et al.,
2013).

Proteinase bertanggung jawab atas degradasi aggrecan dan kolagen pada


osteoartritis.

Aggrecan adalah proteoglikan yang paling dominan ditemukan di tulang rawan


articular dan berfungsi dalam distribusi beban pada sendi selama gerakan serta
memberikan hidrasi dan elastisitas pada jaringan tulang rawan. Hampir 90% massa
aggrecan terdiri dari rantai Glycosaminoglycan tersubstitusi. Hilangnya aggrecan adalah
tanda klinis pada osteoartritis (Ashkavand et al., 2013).

Aggrecanase utama dalam tulang rawan adalah ADAMTS-5. ADAMTS -4 dan


ADAMTS-5 lebih banyak ditemukan pada osteoartritis. Paparan TNF-α atau IL-1β dan
TGF-β, meningkatkan aktivitas dari ADAMTS-4 pada sendi arthritis sedangkan ekspresi
ADAMTS-5 tidak terpengaruh oleh netralisasi IL-1β atau TNF-α. Degradasi agrecan
dikaitkan dengan upregulasi ADAMTS dan matrix metalloproteinases (MMPs)
(Ashkavand et al., 2013).

Aktivitas enzim dari MMPs ini dikendalikan oleh inhibitor spesifik-yaitu ,


penghambat jaringan metalloproteinase (TIMP). Ekspresi berlebih MMP (misalnya MMP-
9 dan MMP-13) dianggap penting dalam pengembangan osteoartritis. Selain itu, Sitokin
juga merangsang kondrosit di tulang rawan osteoartritis untuk mensekresi matriks
metaloproteinase 13 atau kolagenase-3 (MMP-13) (Ashkavand et al., 2013).

Glycosaminoglycan pada aggrecan berperan melindungi kolagen tipe II dari pemot


ongan (cleavage). Oleh sebab itu, level aggrecan harus dijaga supaya tetap tinggi agar inte
gritas dan homeostasis tulang rawan terjaga. Pada tingkat seluler, fungsi aggrecan juga dip
engaruhi oleh proteoglikan lainnya, diantaranya dekorin yang berperan meningkatkan adhe
si antara agrekan dengan molekul – molekul agrekan lain, dan antara molekul – molekul
aggrecan dengan serabut kolagen II. Interaksi ini dapat meningkatkan integrasi dan stabilit
as aggrecan dalam matriks ekstraseluler tulang rawan, sehingga meningkatkan fungsi biom
ekanik tulang rawan (Umiatin & Pawitan, 2020).

7
Aggrecan tidak dapat ditemukan dalam keadaan terisolasi dalam matriks ekstraselul
er, namun berbentuk agregat proteoglikan. Struktur agregat proteoglikan terdiri atas filame
n sentral HA dengan beberapa molekul agrekan yang berikatan non-kovalen melalui ujung
dari protein inti. Interaksi antara protein inti dan HA ini distabilkan oleh adanya protein pe
nghubung (Umiatin & Pawitan, 2020).

Peran ROS dalam arthritis

ROS yang terbentuk dari reduksi oksigen adalah radical superoxide, hydroxyl
radical, peroxyl, alkoxyl, hydroperoxyl, nitric oxide dan nitrogen dioxide. Non radikal
termasuk hydrogen peroxide, hypochlorous acid, Ozone, singlet oxygen dan peroxynitrite.
Studi terbaru menunjukkan bahwa kondrosit menghasilkan reactive oxygen species
( ROS), termasuk superoxide anions, hydrogen peroxide, hydroxyl radicals, , dan sejumlah
besar nitric oxide sebagai respons terhadap interleukin. ROS dihasilkan oleh makrofag
teraktivasi dan neutrophil yang berpartisipasi dalam respons inflamasi. ROS mampu
menginduksi degradasi kolagen dan aggrecan di kondrosit (Ashkavand et al., 2013).

Nitric oxide adalah radikal berumur pendek yang disintesis melalui oksidasi
arginine. Kondrosit dan makrofag dapat menghasilkan nitric oxide dan prostaglandin
secara berurutan yang memberi respon terhadap sitokin. ROS dapat menurunkan sintesis
komponen utama asam hialuronat dari extracellular matrix (Ashkavand et al., 2013).

Peroksidasi lipid

Peroksidasi lipid mengacu pada oksidasi polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang
mengarah ke berbagai produk hydroperoxide dan aldehyde yang sangat reaktif dengan
komponen sel dan matriks ekstraseluler dan memediasi degradasi kolagen. Distribusi lipid
dalam tulang rawan berubah selama penuaan dan pada pasien osteoartritis (Ashkavand et
al., 2013).

8
Gambar 2. Target potensial untuk pengembangan osteoartritis pada sendi.

2.5 DIAGNOSIS

Gejala osteoartritis yang paling umum adalah nyeri sendi. Rasa sakit cenderung
memburuk dengan aktivitas, terutama setelah periode istirahat; ini disebut fenomena
pembentuk gel. Osteoarthritis dapat menyebabkan kekakuan di pagi hari, tetapi biasanya
berlangsung kurang dari 30 menit, tidak seperti rheumatoid arthritis, yang menyebabkan
kekakuan selama 45 menit atau lebih.Pasien mungkin mengeluhkan kekakuan sendi atau
ketidakstabilan sendi.

Gejala-gejala ini mengakibatkan hilangnya fungsi dengan pasien membatasi


aktivitas hidup sehari-hari mereka karena rasa sakit dan kekakuan. Sendi yang paling
sering terkena adalah tangan, lutut, pinggul, dan tulang belakang tetapi hampir semua sendi
dapat terkena. Osteoartritis seringkali terjadi secara asimetris. Seorang pasien mungkin
menderita osteoartritis yang parah dan melemahkan pada satu lutut dengan fungsi kaki
yang berlawanan hampir normal (Sinusas, 2012).

Pemeriksaan fisik penting dalam menegakkan diagnosis. Nyeri dan keterbatasan


pada range of movement (ROM) terjadi pada semua bentuk osteoartritis, tetapi setiap sendi
memiliki temuan pemeriksaan fisik yang berbeda (Sinusas, 2012).

9
Tabel 1. Gejala klinis osteoarthritis berdasarkan lokasi yang terkena

Gambar 3. Tangan terkena osteoarthritis. (1) Heberden nodes (2) Bouchard nodes

10
Karena osteoartritis terutama merupakan diagnosis klinis, diagnosis bisa dilakukan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Foto polos dapat membantu dalam
mengkonfirmasi diagnosis dan mengetahui kondisi lain yang dialami oleh
pasien.Pemeriksaan radiologi lain yang bisa digunakan termasuk CT Scan dan MRI
namun jarang digunakan kecuali ada kecurigaan kuat untuk etiologi lain, seperti cedera
meniscal (Sinusas, 2012).

Gambar 4.Foto tangan yang terkena osteoarthritis menunjukkan (1) penyempitan celah
sendi, (2) osteofit, dan (3) kerusakan sendi. Perubahan pada sendi carpometacarpal (4),
yang sangat umum pada osteoartritis.

Gambar 5. Foto pinggul menunjukkan (1) penyempitan celah sendi dan (2) pembentukan
osteofit.

11
Gambar 6. Foto lutut pada (A) pandangan anteroposterior dan (B) lateral menunjukkan (1)
penyempitan celah sendi dan (2) pembentukan osteofit.

Pemeriksaan laboratorium biasanya tidak diperlukan untuk menegakkan diagnosis.


Penanda peradangan, seperti tingkat sedimentasi eritrosit dan tingkat protein C-reaktif,
biasanya normal. Tes imunologi, seperti antibodi antinuklear dan faktor rheumatoid,
biasanya tidak diminta kecuali ada bukti peradangan sendi atau sinovitis, yang membuat
arthritis autoimun menjadi diagnosis yang lebih mungkin. Kadar asam urat dianjurkan
hanya jika dicurigai gout. Karena hasil positif palsu dimungkinkan, beberapa tes ini dapat
menambah kebingungan yang tidak perlu jika probabilitas pretest gout atau arthritis
autoimun rendah. Panel rematik (misalnya, tingkat sedimentasi eritrosit, faktor rheumatoid,
antibodi antinuklear, asam urat , serologi Lyme di beberapa daerah) memiliki tingkat hasil
positif palsu yang sangat tinggi pada populasi perawatan primer (Sinusas, 2012).

12
2.6 TINJAUAN INTERNATIONAL CLASSIFICATION OF FUNCTIONING,
DISABILITY AND HEALTH (ICF)

Health condition
Osteoarthritis

Activities limitation
Body function (Impairment) (Disabilitas)
Participation ( Handicap)
Penyakit degeneratig Nyeri pada organ yang
Kesulitan melakukan
menyebabkan peradangan terkena seperi nyeri
pekerjaan akibat nyeri
pada sendi pergelangan tangan, pinggul
dan lutut
Environment factor : Personal factor :
Faktor penghambat : Faktor penghambat :
jenis pekerjaan, tempat motivasi diri berkurang
kerja, rakan sekerja yang karena tidak dapat
tidak memahami kondisi melakukan pekerjaan,
yang dialami. merasa diri tua,depresi
Faktor pendukung : ahli cemas
keluarga yang suportif Faktor pendukung : nyeri
bisa berkurang dengan
rutin melakukan latihan
dan berobat

2.7 Rehabilitasi Osteoartritis pada pasien Geriatri

Meskipun banyak orang dewasa yang lebih tua dengan athritis cenderung
menghindari aktivitas dan exercise, exercise adalah salah satu perawatan nonfarmakologis
yang paling efektif untuk osteoartritis, khususnya osteoartritis genu. Keseimbangan otot
dan otot yang terkondisi dengan baik diperlukan untuk mendukung aktivitas fisik seperti
berjalan dan memberikan stabilitas sendi, serta mempertahankan fungsi dan kemandirian.
Pengkondisian otot dapat dicapai melalui program latihan yang dirancang dengan baik
sesuai dengan kemampuan pasien [ CITATION Ann02 \l 1033 ].

13
Tujuan rehabilitasi osteoartritis adalah untuk mengurangi nyeri, optimalisasi fungsi,
dan modifikasi untuk mencegah proses kerusakan sendi. Untuk membantu mencapai tujuan
ini, strategi rehabilitasi keseluruhan untuk pasien dengan osteoartritis dapat mencakup
berbagai komponen, termasuk yang berikut [ CITATION Tod20 \l 1033 ]:

 Edukasi pasien tentang proses penyakit, serta teknik perlindungan sendi dan
konservasi energi

 Latihan terapeutik sebagai bagian dari program terapi fisik formal dan/atau
program latihan di rumah

 Terapi okupasi, dengan penekanan pada pengoptimalan aktivitas kehidupan sehari-


hari (ADLs), dengan atau tanpa penyediaan peralatan adaptif

 Terapi Modalitas (misalnya, panas, dingin, stimulasi listrik) untuk digunakan di


rumah dan/atau sebagai bagian dari terapi fisik dan/atau program terapi okupasi

 Intervensi ortotik

 Obat - Oral dan/atau topikal

 Injeksi intraartikular

 Prosedur ablasi saraf

 Operasi

2.7.1 Latihan Terapeutik

Karena osteoartritis lebih sering terjadi pada orang tua, frailty sering muncul
bersamaan dan hubungan antara kedua kondisi tersebut signifikan di kedua arah.
Rheumatologist menyatakan bahwa frailty dapat memprediksi kadar mortalitas pada pasien
dengan osteoartritis. Oleh karena itu, frailty dapat dianggap sebagai faktor prognostik baru
untuk stratifikasi populasi dengan osteoartritis dan menerapkan manajemen pasien
osteoartritis[ CITATION Fra20 \l 1033 ] .

14
Beberapa penelitian telah meneliti hubungan antara frailty dan osteoartritis, dan
penelitian tersebut menunjukkan bahwa kondisi frailty harus dinilai ketika
mempertimbangkan pengobatan osteoartritis, karena penilaian tersebut penting dalam
menentukan target bagi intervensi terapeutik [ CITATION Fra20 \l 1033 ].

Latihan yang diprogramkan untuk orang tua yang frail harus didasarkan pada
kemampuan dan preferensi individu. Tujuan utama dari latihan yang diprogramkan untuk
orang tua yang frail adalah untuk meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan daya tahan
kardiovaskular, dan meningkatkan tingkat aktivitas fisik dan pengeluaran energi secara
keseluruhan. Program latihan khusus bisa dilakukan untuk meningkatkan aktivitas
kehidupan sehari-hari dan keseimbangan pasien. Intervensi nutrisi juga penting untuk
mengontrol penurunan berat badan pada orang tua. Secara umum, program latihan yang
hendak diberikan kepada individu yang megalami frailty harus diawasi untuk memastikan
keamanan dan kesesuaian latihan yang diprogramkan [ CITATION Woj14 \l 1033 ].

Tabel 2. Pedoman terapi latihan untuk individu yang frail

15
Terapi massage menggunakan rabaan untuk memberikan tekanan pada kulit, otot, tend
o. Dan ligamen. Pada dasamya massage dipergunakan untuk mengurangi ketegangan otot,
meningkatkan aliran darah, dan mengurangi kepekaan saraf terhadap nyeri. Jenis aplikasi
massage yang biasa dilakukan antara lain: stroking, effleurage. Kneading, picking up dan
wringing. Stroking dilakukan dengan keseluruhan tangan atau jari. Tangan tersebut dalam
kondisi rileks dan memberi tekanan yang berirama sehingga dapat merileksasikan otot pen
derita. Eufleurage dilakukan dengan memberikan tekanan sekaligus menggerakkan tangan
dengan kecepatan tertentu untuk mengurangi ketegangan otot sekaligus meningkatkan alira
n darah limfe. Kneading merupakan aplikasi tekanan yang dilakukan dengan diikuti period
e pelepasan secara bergantian. Picking up merupakan teknik massage dengan mengangkat
massa otot dan segera melepaskannya kembali. Wringing merupakan teknik mengangkat m
asa otot kemudian memutarnya sebelum dilepaskan kembali (Arovah, 2015).

Relaxed passive movement merupakan terapi yang dilakukan oleh fisioterapis dengan ja
lan menggerakkan otot dan persendian pasien secara pasif. Terapi ini dilakukan untuk men
dapatkan jangkauan gerak secara maksimal pada sendi, menimbulkan efek relaksasi secara
umum, mengaktifkan kembali otot yang selama ini pasif, dan meningkatkan drainase limfe.
Terapi ini terutama bermanfaat pada gangguan persendian (osteoartritis), stroke, kelumpuh
an. Dan orang yang harus melakukan istirahat total. Apabila diperlukan terapi ini dapat dik
ombinasikan dengan manual training. Manual training dilakukan dengan tujuan spesifik se
perti berjalan. Pada terapi ini dilakukan latihan agar pasien dapat mempergunakan alat bant
u jalan sampai pada akhimya dapat berjalan tanpa banluan alat bantu. Terapi ini cocok dila
kukan pada penderita yang baru saja mengalami amputasi kaki, pasca-stroke, kelumpuhan,
gangguan persendian. Parkinson, dan ataxia. Terapi keseimbangan dilakukan untuk melatih
keseimbangan pada saat berjalan dan duduk (Arovah, 2015).

2.7.2 Terapi okupasi


16
Terapi okupasi untuk osteoartritis bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan
memodifikasi lingkungan untuk memaksimalkan fungsi sendi yang terkena. Metode umum
terapi okupasi adalah penggunaan alat bantu dan perlindungan sendi. Alat bantu, seperti
sendok dengan pegangan pegangan besar, mengurangi ketegangan sendi dan meningkatkan
fungsi. Perlindungan sendi melibatkan cara mengurangi penggunaan dan ketegangan pada
sendi yang terkena, seperti dengan menggendong benda dengan dua tangan daripada
memegangnya dengan sendi atau anggota tubuh yang terkena [ CITATION Tod20 \l 1033
].

Terapi okupasi adalah terapi yang menunjukkan cara untuk melakukan tugas sehari-
hari tanpa memperburuk rasa sakit atau menyebabkan kerusakan sendi. Beberapa teknik
perlindungan sendi meliputi [ CITATION Dav21 \l 1033 ]:

 Menggunakan mekanika tubuh yang tepat untuk masuk dan keluar dari mobil,
kursi atau bak, serta untuk mengangkat benda.
 Menggunakan sendi dan otot terkuat untuk mengurangi tekanan pada sendi
yang lebih kecil. Misalnya, membawa dompet atau tas kerja dengan tali bahu
daripada dengan tangan.
 Mendistribusikan tekanan untuk meminimalkan stres pada salah satu sendi.
Mengangkat piring dengan kedua telapak tangan bukan dengan jari dan
membawa beban berat menggunakan lengan, bukan dengan tangan.
 Jika tangan terkena radang sendi, hindari mencengkeram, mencubit, meremas,
dan memutar dengan erat.

Dua jenis alat bantu nonspesifik yang umum adalah prefabricated neoprene splints
dan thermoplastic splints yang dibuat khusus. Meskipun alat bantu dapat menjadi alternatif
yang efektif untuk perawatan nonfarmakologis lainnya sehubungan dengan mengurangi
rasa sakit dan meningkatkan kualitas hidup, penelitian tentang efektivitas penggunaan
splints masih kurang [ CITATION Tod20 \l 1033 ].

17
Gambar 7. prefabricated neoprene splints Gambar 8. Thermoplastic splint.

2.7.3 Terapi modalitas

Thermal dan Hydrotherapy

Beberapa jenis terapi thermal yang sering dipergunakan antara lain adalah
cryotherapy, wax bath, contrast bath dan hot packs. Selain itu terdapat juga hydrotherapy
yang dikombinasikan dengan terapi latihan. Kombinasi tersebut dilakukan mengingat
adanya gaya buoyancy pada air yang dapat mengurangi pengaruh gravitasi sehingga
mempermudah gerakan sehingga dapat meminimalkan rasa nyeri akibat pergerakan
(Arovah, 2015).

Cryotherapy dapat dilakukan dengan memberikan aplikasi es pada daerah yang


mengalami gangguan selama salu sampai tiga menit. Suhu kulit pada daerah tersebut dapat
berkurang sebesar 10° C. Aplikasi es dapat dilakukan dengan menggunakan handuk es, ice

18
packs atau pemijatan dengan batang es. Pada prinsipnya terapi ini bertujuan untuk
menurunkan tingkat metabolisme pada daerah tersebut sehingga cocok dilakukan pada
keadaan akut. Terapi ini bisa mengatasi rasa nyeri, spasmus otot setelah kontraksi otot
yang berlebihan, gangguan saraf atau pasca operasi. Kontraindikasi terapi adalah gangguan
kardiovaskular dan saraf terutama saraf sensoris.Manfaat khusus terapi ini adalah untuk
menghentikan perdarahan (Arovah, 2015).

Wax bath merupakan teknik fisioterapi dengan menggunakan lilin parafin cair yang
bersuhu 40° C sampai dengan 44° C. Parafin tersebut diaplikasikan pada daerah persendian
untuk mengurangi nyeri dan kekakuan persendian lengan dan kaki selama 30 sampai 45
menit. Selain mengurangi kekakuan dan nyeri, terjadi pula efek relaksasi sendi dan
perbaikan kondisi dan kelembaban kulit. Kontraindikasi terapi ini adalah pada luka
terbuka,luka bakar maupun infeksi kulit (Arovah, 2015).

Contrast bath dilakukan dengan mengkombinasikan air hangat dan dingin secara
bergantian. Suhu air hangat dijaga pada kisaran 40° C sampai 45° C sedangkan suhu air
dingin sekitar 15° C sampai 20° C. Terapi ini terutama cocok dilakukan pada kondisi nyeri
pada ekstremitas. Manfaat utama lain adalah memberikan efek relaksasi secara umum
sehingga dapat menurangi rasa lelah paska aktivitas fisik yang berlebihan. Kontra-indikasi
terapi ini adalah pada keadaan penurunan sensasi saraf sensoris misalnya pada stadium
akhir diabetes mellitus (Arovah, 2015).

Hot packs biasanya terdiri atas silicate gel yang bernama bentonite. Hot packs ini
dilarutkan pada tangki air khusus dan dapat meningkatkan suhu air menjadi 75° C sampai
80° C. Panas yang timbul dari hot packs ini dipergunakan untuk mengurangi nyeri dan
menimbulkan relaksasi. Terapi ini cocok dilakukan untuk mengatasi nyeri otot dan
keadaan yang memerlukan relaksasi umum. Kontraindikasi dari terapi ini adalah luka
terbuka, luka bakar dan penurunan sensasi saraf sensoris (Arovah, 2015).

19
Gambar 9. Wax bath Gambar 10. Hot packs

Electromagnetic Therapy

LASER (Light Amplification Stimulated Emission of Radiation) therapy pada


biasanya dikombinasikan dengan infra merah. Alat yang dipergunakan biasanya adalah
helium neon LASER. Terdapat dua jenis aplikasi yakni yang berupa kontak langsung pada
kulit dan yang tidak langsung (sekitar 5 cm dari kulit). Terapi dilakukan untuk mengurangi
nyeri, mempercepat penyembuhan luka terbuka. luka pasca operasi dan komplikasi luka
pada penderita diabetes. Terapi ini dikontraindikasikan pada penderita epilepsi, penderita
gangguan kardiovaskular, dan orang yang menggunakan alat pacu jantung. Pada terapi ini
baik fisioterapis maupun pasien harus menggunakan pelindung mata (Arovah, 2015).

Ultraviolet therapy merupakan terapi yang menggunakan gelombang ultraviolet.


Sumber gelombang ultraviolet adalah sinar matahari, lampu merkuri, dan lampu
fluorosent. Terapi ini bermanfaat pada penderita vitamin D deficiency, orang dengan
penurunan berat badan drastis. penyakit kulit (psoriasis) dan kebotakan (alopesia). Manfaat
terapi ini adalah untuk meningkatkan kadar vitamin D serum dan meningkatkan daya
tahanterhadap infeksi. Kontraindikasi terapi ini adalah penderita dengan kulit yang sensitif
dermatitis, demam, tuberkulosis, dan kanker. Hal yang perlu diperhatikan pada terapi ini
adalah kulit yang terbakar dan kemerahan dan radang pada selaput mata (Arovah, 2015).

20
Infra red therapy merupakan terapi menggunakan sinar infra merah dengan
mempergunakan generator infra merah luminous dan non-luminous. Terapi ini digunakan
untuk mengurangi nyeri dan kaku otot. Kontraindikasi terapi ini adalah gangguan
peredaran darah, penurunan sensasi sensoris dan penurunan volume darah atas sebab apa
pun. Hal yang perlu diwaspadai pada terapi ini adalah risiko kulit yang terbakar. sakit
kepala, dan cedera pada mata (Arovah, 2015).

Ultra sound therapy merupakan terapi dengan mempergunakan gelombang suara d


engan frekuensi antara 500.000 sampai 3.000.000 siklus/detik. Ultra sound dihasilkan oleh
getaran dari kristal tertentu. Pada stadium awal aplikasi ultra sound dilakukan selama 3 sa
mpai dengan 4 menit sedangkan pada stadium lanjut dilakukan selama 6 sampai dengan 8
menit. Terapi ini cocok digunakan pada peradangan sendi siku (tennis elbow), nyeri plantar
(plantar fascitis), pemendekan otot dan ligamentum, peradangan tendon, sprain ligamentu
m, dan luka menahun. Manfaat terapi ini adalah untuk menghilangkan nyeri dan memperce
pat penyembuhan luka. Kontraindikasi terapi ini adalah terapi pada daerah sekitar mata, tel
inga, ovarium, testis dan uterus wanita hamil dan area dengan vaskularisasi minimal serta k
anker. Hal yang perlu diperhatikan pada terapi ini adalah kemungkinan terjadinya luka bak
ar dan kerusakan pada tulang (Arovah, 2015).

Microwave diathermy merupakan terapi dengan mempergunakan panjang


gelombang antara gelombang infra merah dan short wave diathermic waves. Panas yang
diperoleh dari gelombang ini dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Gelombang
diathermy diperoleh dengan memanaskan alat yang bernama magnetron. Terapi ini cocok
diterapkan pada nyeri, infeksi bakteri, dan abses. Manfaat terapi ini adalah untuk
meningkatkan sistem pertahanan tubuh dan membantu relaksasi Kontraindikasi terapi ini a
dalah kanker, tuberkulosis tulang, penggunaan sinar X , dan gangguan sirkulasi darah. Hal
yang perlu diwaspadai adalah luka bakar dan cedera pada mata (Arovah, 2015).
21
Short wave diathermy therapy merupakan terapi dengan mempergunakan arus listri
k dengan frekuensi 27.120.000 siklus/detik dengan panjang gelombang 11 meter. Metode i
ni cocok digunakan untuk mengatasi peradangan nyeri sendi bahu, tennis elbow, cervical s
pondilosis, osteoartritis, sprain ligament, low back pain, plantar fascitis dan sinusitis. Kont
raindikasi terapi ini adalah demam, tekanan darah yang berfluktuasi, kulit sensitif, penderit
a epilepsi, orang dengan alat pacu jantung, gangguan ginjal dan hati, wanita hamil, tuberku
losis tulang, dan kanker (Arovah, 2015).

Gambar 11. helium neon LASER Gambar 12. Ultraviolet B machine

Gambar 13. Infra red machine Gambar 14. Ultra sound machine

22
Gambar 15. Microwave diathermy machine Gambar 16. Shortwave diathermy
machine

2.7.4 Intervensi ortotik

Intervensi alas kaki, seperti bantalan, bisa membantu mengurangi nyeri dan
meningkatkan fungsi, serta mengurangi tekanan plantar pada orang dengan osteoartritis
metatarsophalangeal pertama (MTP) [ CITATION Tod20 \l 1033 ].

Unloader Hip Brace menampilkan bantalan trokanterika yang memberikan


kompresi langsung dengan memberi dukungan proprioseptif dari sendi panggul, dan
dynamic rotation strap yang mengubah tekanan kompresif dari bagian osteoarthritic utama
di sudut superior-lateral sendi (melalui rotasi eksternal dan abduksi). Overall brace juga
meningkatkan stabilitas sendi [ CITATION Tod20 \l 1033 ].

Kinesio Taping (KT) adalah pita elastis tahan air dan hipoalergenik dan digunakan
pada sendi yang terkena. KT bisa memberikan efek terapeutik melalui pengurangan nyeri
dan edema, serta melalui koreksi dan dukungan mekanis [ CITATION Tod20 \l 1033 ].

23
Gambar 17. Unloader Hip Brace Gambar 18. Kinesio Taping

2.8 PROGNOSIS

Prognosis pada pasien dengan osteoartritis tergantung pada sendi yang terlibat dan
pada tingkat keparahan kondisinya. Pengobatan farmakologis diarahkan pada pengurangan
gejala.Tinjauan sistematis menemukan fitur klinis berikut terkait dengan perkembangan
osteoartritis lutut yang lebih cepat yaitu tergantung pada faktor [ CITATION Car20 \l 1033
]:

 Usia yang lebih tua

 BMI lebih tinggi

 Deformitas Varus

 Beberapa sendi yang terlibat

24
Pasien dengan osteoartritis yang telah menjalani penggantian sendi memiliki prognosis
yang baik, dengan tingkat keberhasilan untuk artroplasti pinggul dan lutut umumnya
melebihi 90%. Namun, prostesis sendi mungkin harus direvisi 10-15 tahun setelah
pergantian sendi, tergantung pada tingkat aktivitas pasien. Pasien yang lebih muda dan
lebih aktif lebih mungkin memerlukan revisi, sedangkan sebagian besar pasien yang lebih
tua tidak memerlukan revisi [ CITATION Car20 \l 1033 ].

25
BAB III
KESIMPULAN

Osteoartritis merupakan penyakit tersering yang menyebabkan timbulnya nyeri dan


disabilitas gerakan pada populasi usia lanjut dan mempengaruhi sekitar 3,3% hingga 3,6%
dari populasi secara global. Ostoeartritis bisa menyebabkan kecacatan sedang hingga berat
pada 43 juta orang. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada pasien sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari dan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang berat.

Tujuan rehabilitasi osteoartritis adalah untuk mengurangi nyeri, optimalisasi fungsi,


dan modifikasi untuk mencegah proses kerusakan sendi. Antara rehabilitasi medik pada
pasien geriatri yang mengalami osteoarthritis termasuk latihan terapeutik, terapi modalitas ,
terapi okupasi, dan intervensi ortotik. Diharapkan dengan program rehabilitasi yang
dilakukan pada pasien geriatri dengan osteoartritis dapat membantu mengurangi nyeri serta
meningkatkan kualitas hidup.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Aisyah, Anisgupta Larasaty F, & Marselli Widya L. (2020). SIT TO STAND TEST
OSTEOARTHRITIS PATIENTS. Medical and Health Science Journal, 4(2).
https://doi.org/10.33086/mhsj.v4i2.1547

2. Ann Schmidt LuggenMeinerSue. (2002). Care of Arthritis in the Older Adult. New
York: Springer Publishing Company.

3. Arovah, N. I. (2015). FISIOTERAPI DAN TERAPI LATIHAN PADA


OSTEOARTRITIS. MEDIKORA, 1. https://doi.org/10.21831/medikora.v0i1.4716

4. Ashkavand, Z., Malekinejad, H., & Vishwanath, B. S. (2013). The pathophysiology of


osteoarthritis. Journal of Pharmacy Research, 7(1).
https://doi.org/10.1016/j.jopr.2013.01.008

5. David ZelmanMD. (2021 年 April 月 27 日). Physical and Occupational Therapy for
Arthritis. WebMD: https://www.webmd.com/arthritis/physical-

6. Francesca MottaSica, Carlo SelmiAntonio. (2020). Frailty in Rheumatic Diseases.


Frontiers in Immunology.

7. Hannan, M., Suprayitno, E., & Yuliyana, H. (2019). PENGARUH TERAPI


KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI
OSTEOARTHRITIS PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA PUSKESMAS
PANDIAN SUMENEP. WIRARAJA MEDIKA, 9(1).
https://doi.org/10.24929/fik.v9i1.689

8. LozadaJ.Carlos. (2020). Osteoarthritis Prognodis. Osteoarthritis.

9. Lim, J. A., & Thahir, A. (2021). Perioperative management of elderly patients with
osteoarthritis requiring total knee arthroplasty. In Journal of Perioperative Practice
(Vol. 31, Issue 6). https://doi.org/10.1177/1750458920936940

10. Pratiwi, A. I. (2015). Artikel Review: Diagnosis And Treatment Osteoarthritis. J


Majority, 4.

27
11. Shane Anderson, A., & Loeser, R. F. (2010). Why is osteoarthritis an age-related
disease? In Best Practice and Research: Clinical Rheumatology (Vol. 24, Issue 1).
https://doi.org/10.1016/j.berh.2009.08.006

12. Sinusas, K. (2012). Osteoarthritis:Diagnosis and treatment. American Family


Physician, 85(1). https://doi.org/10.1136/bmj.1.5222.355-a

13. StitikPTodd. (2020). Rehabilitation for Osteoarthritis Overview of Osteoarthritis


Rehabilitation. Physical Medicine and Rehabilitation.

14. Umiatin, U., & Pawitan, J. A. D. (2020). Kelainan Matriks Ekstraseluler Agrekan
pada Osteoarthritis. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 9(1).
https://doi.org/10.22435/jbmi.v9i1.3904

15. Wojtek J. Chodzko-ZajkoPhD. (2014). ACSM’s Exercise for Older Adults. Baltimore:
Chris Johnson .

28

Anda mungkin juga menyukai