Anda di halaman 1dari 36

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK PKMRS

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL


UNIVERSITAS HASANUDDIN

DETEKSI DINI KEGAWATDARURATAN PADA ANAK

OLEH:
Vidia Maharani S
C014202049
SUPERVISOR:
Dr. dr. Idham Jaya Ganda, Sp.A (K)

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Lingga P
dr. Musdalipa

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa


Nama : Vidia Maharani S
NIM : C014202049
Judul PKMRS : Deteksi Dini Kegawatdaruratan Pada Anak

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, 19 April 2021

Residen Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Lingga P dr. Musdalipa

Mengetahui,

Supervisor

Dr. dr. Idham Jaya Ganda, Sp.A (K)


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 9

2.1 Definisi Kegawatdaruratan .............................................................................. 9

2.2 Deteksi Dini Kegawatdaruratan Pada Anak .................................................. 9

2.2.1 Penampilan (Appearance) .......................................................................... 10

2.2.2 Upaya Nafas ................................................................................................ 12

2.2.3 Sirkulasi (Circulation) ................................................................................ 13

2.3 Primary Assessment.......................................................................................... 14

2.3.1 Airways / Jalan Nafas ................................................................................. 14

2.3.1.1 Manajamen anak yang tersedak ............................................................... 14

2.2.3.1.2 Mengatur Posisi Untuk Memperbaiki Jalan Nafas ............................... 16

2.3.2 Breathing ..................................................................................................... 18

2.3.3 Circulation................................................................................................... 19

2.3.3.1 Pemeriksaan Denyut Nadi ........................................................................ 19

2.3.3.2 Waktu Pengisian Kapiler ......................................................................... 20


2.3.4 Disability ..................................................................................................... 24

2.3.5 Exposure ..................................................................................................... 26

2.4 Hubungan Komponen PAT Dengan Karakteristik Temuan Klinis ........... 27

2.4.1 STABLE ..................................................................................................... 27

2.4.2 Disfungsi Nafas ........................................................................................... 28

2.4.3 Syok ............................................................................................................ 29

2.4.4 Gagal Nafas Dan Sirkulasi .......................................................................... 31

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 33

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 33

3.2 saran................................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 35

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Posisi Tidak Normal ............................................................................... 13

Gambar 2. 2 Manajemen Pada Bayi Yang Tersedak .................................................. 15

Gambar 2. 3 Posisi Jaw Thrust, Chin Lift pada bayi dan anak ................................... 16

Gambar 2. 4 Teknik Pemasangan Oropharyngeal Airway.......................................... 17

Gambar 2. 5Teknik Pemasangan Nasopharyngeal Airway......................................... 17

Gambar 2. 6 Teknik Look, Listen, Feel ...................................................................... 18

Gambar 2. 7 Kesan Umum PAT ................................................................................ 27

DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Komponen Penilaian Penampilan .............................................................. 11

Tabel 2. 2 Komponen Penilaian Upaya Nafas ............................................................ 12

Tabel 2. 3 Komponen Penilaian Sirkulasi ................................................................... 14

Tabel 2. 4 Frekuensi Nafas Normal Sesuai Usia......................................................... 19

Tabel 2. 5 Denyut Nadi Normal Pada Pediatrik .......................................................... 20

Tabel 2. 6 Penilaian Glasgow Coma Scale (GCS) ...................................................... 25

Tabel 2. 7Menilai Fungsi Batang Otak ....................................................................... 26

Tabel 2. 8 Tatalaksana Ancaman Gagal Nafas Dan Gawat Nafas .............................. 28

Tabel 2. 9 Jumlah Cairan Resusitasi ........................................................................... 30


BAB 1

PENDAHULUAN

Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu

mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman nyawa

pada korban. Sehingga gawat darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa yang

harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan bahkan kematian

korban. Kegawatdaruratan medis adalah keadaan tiba-tiba yang terjadi dan

membutuhkan perawatan segera untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah

kecacatan atau rasa sakit pada pasien. Kegawatdaruratan medis bisa saja terjadi pada

setiap waktu atau pada saat yang tidak terduga. Beberapa kasus kegawatdaruratan

terjadi pada pasien dewasa, namun ternyata dapat pula terjadi pada pasien anak-anak.

Kegawatdaruratan pediatric merupakan suatu kondisi yang dapat mengancam nyawa,

dan membutuhkan perawaatan yang cepat pada anak.

Pediatric Assesment Triangle dikembangkan menjadi alat untuk membakukan

penilaian awal bayi dan anak-anak untuk semua tingkat penyedia layanan kesehatan.

Pediatric Assesment Triangle digunakan untuk penilaian awal secara cepat, sehingga

hanya dibutuhkan kemampuan visual dan auditori untuk menilai, tidak membutuhkan

alat dan hanya membutuhkan hitungan detik untuk melakukannya. Hal ini

memungkinkan dokter untuk menentukan tingkat keparahan kondisi anak, urgensi

intervensi, mengenali kategori umum patofisiologi, dan secara formal menjelaskan

kesan umum anak kepada tim pelayanan medis lainnya.


Pada anak, asesmen gawat darurat meliputi tiga langkah. Pertama adalah

observasi secara umum. Kedua adalah primary assesment dengan “ABCDE”. Ketiga

adalah secondary anatomical assesment. Secondary assesment juga disebut sebagai

asesmen tambahan sehingga tidak dibahas lebih jauh. Untuk melakukan tatalaksana

awal ada dua langkah yang perlu didahulukan yaitu observasi umum dan primary

assesment.

Asesment gawat darurat dimulai dari observasi secara umum. Pada tahap ini

perlu diperhatikan apakah anak sakit atau tidak sakit. Lakukan observasi dengan tiga

komponen Pediatric Assesment Triangle yaitu appearance, work of breathing dan

circulation to the skin. Secara keseluruhan karakteristik ini akan memperlihatkan

fungsi kardiopulmonal, serebral dan metabolik pasien.

Masing-masing komponen Pediatric Assesment Triangle dievaluasi secara

terpisah menggunakan pemeriksaan fisik. Pediatric Assesment Triangle tidak

digunakan untuk menentukan diagnosis pasti. Pediatric Assesment Triangle digunakan

untuk mengetahui derajat keparahan gangguan fungsi fisiologis dan bagaimana

penatalaksanaan awalnya. Menggabungkan tiga komponen Pediatric Assesment

Triangle, dapat memperlihatkan keadaan pasien secara umum yang dapat menunjukan

apakah anak “sakit” atau “tidak sakit”. Selain itu, Pediatric Assesment Triangle juga

membantu menentukan kelainan fisiologis yang mendasari kondisi pasien saat itu

(gangguan respirasi, perfusi, metabolik atau sistem saraf pusat). Oleh karena itu,
Pediatric Assesment Triangle menggambarkan tingkat kegawatan, bagaimana

mengatasinya serta apa yang dibutuhkan termasuk pemberian oksigen, ventilasi, akses

intravena dan resusitasi cairan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kegawatdaruratan

Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu

mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman nyawa

pada korban. Sehingga gawat darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa yang

harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan bahkan kematian

korban. Kegawatdaruratan medis adalah keadaan tiba-tiba yang terjadi dan

membutuhkan perawatan segera untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah

kecacatan atau rasa sakit pada pasien.

Kegawatdaruratan pediatrik merupakan suatu kondisi yang dapat mengancam

nyawa, dan membutuhkan perawaatan yang cepat pada anak.

2.2 Deteksi Dini Kegawatdaruratan Pada Anak

Deteksi dini adalah usaha-usaha untuk mengetahui ada tidaknya tanda

kegawatdaruratan pada anak yang bisa menyebabkan kecacatan maupun kematian pada

anak. Deteksi dini merupakan salah satu cara skrining secara cepat terhadap semua

anak sakit segera setelah tiba di rumah sakit dengan cara memperhatikan 3 poin dalam

PAT (Pediatric Assessment Triangle):[1]


Penampilan Upaya Nafas

Sirkulasi Kulit

1. Penampilan

2. Upaya Nafas

3. Sirkulasi Kulit

Ketiga kompenen ini saling ketergantungan dan mempresetasikan status

fisiologis seorang anak secara keseleruhan. PAT dilakukan dengan observasi secara

langsung, tanpa membutuhkan bantuan apapun, termasuk stetoskop. [2]

2.2.1 Penampilan (Appearance)

Penampilan anak adalah parameter yang penting dalam menilai derajat keparahan

penyakit. Penampilan merefleksikan kecukupan ventilasi, oksigenasi, perfusi,

homeostatsis, dan fungsi SSP (sistem saraf pusat). Adapun komponen yang dinilai pada

penampilan adalah Tone, Interactivity, Consolability, Look/Gaze, Speech/Cry

(TICLS).[3]
Tabel 2. 1 Komponen Penilaian Penampilan

Karakteristik Hal Yang Dinilai

Tone Apakah anak dapat bergerak aktif atau menolak

pemeriksaan dengan kuat? Apakah tonus ototnya baik atau


(Tonus)
lumpuh?

Interactivitenees Bagaimana kesadarannya? Apakah suara mempengaruhi?

Apakah dia mau bermain dengan mainan atau alat


(Interaksi)
pemeriksaan? Apaka anak tidak bersemangat berinteraksi

dengan pengasuh/ pemeriksa?

Consolability Apakah anak dapat ditenangkan oleh pengasuh atau

pemeriksa? Atau anak menangis terus atau terlihat agitasi


(Konsolabilitas)
sekalipun dilakukan pendekatan dengan lembut?

Look/Gaze Apakah memfokuskan penglihatan pada muka atau

pandangan kosong?
(Cara melihat)

Speech/cry Apakah anak berbicara atau menangis dengan kuat atau

lemah atau parau?


(Bicara/menangis)
2.2.2 Upaya Nafas

Upaya nafas merupakan indikator yang lebih akurat untuk menilai oksigenasi

dan ventilasi dibandingkan dengan mengitung laju pernafasan atau dengan

pemeriksaan auskultasi paru. Upaya nafas merefleksikan respon kompensasi anak

terhadap adanya tekanan kardiopulmonal. Penilaian usaha nafas dinilai dengan

menggunakan stetoskop. [4]

Tabel 2. 2 Komponen Penilaian Upaya Nafas

Karakteristik Hal Yang Dinilai

Suara nafas yang tidak normal Mengorok, parau, stridor, merintih, mengi

Posisi tubuh yang tidak normal Sniffting, tripoding, menolak berbaring

Retraksi Suprasternal, intercostal, subkosta da substernal

Cuping hidung Nafas cuping hidung

Suara nafas yang tidak normal muncul ketika terjadi gangguan fungsi dan

perubahan stuktur pada jalan nafas. Mengorok merupakan kondisi dimana posisi

pangkal lidah yang jatuh kebelakang sehingga terjadi sumbatan/ hambatan pada jalan

nafas. Mengi merupakan kondisi dimana terjadi obstruksi pada saluran nafas, sehingga

terjadi hambatan pada saat bernafas khsusunya saat membuang nafas. Stridor

merupakan kondisi dimana terjadi edema pada daerah subglotik sehingga terjadi

hambatan pada jalan nafas.


Tripod Position Head Bobbing

Gambar 2. 1 Posisi Tidak Normal

Retraksi adalah penggunaan otot-otot tambahan pada saat bernafas baik itu

otot-otot intercostal, subcostal, dan substernal

2.2.3 Sirkulasi (Circulation)

Tujuan dari penilaian sirkulasi adalah untuk menentukan apakah cardiac output

dan perfusi organ vital cukup atau tidak. Indikator penting pada penilaian perfusi organ

inti adalah sirkulasi ke kulit. Hal ini disebabkan karena saat perfusi di organ inti tidak

cukup, maka perfusi ke area perifer ke area yang perifer akan dikurangi untuk menjaga

kelangsungkan perfusi ke organ vital. Komponen yang dinilai adalah pusat, motling,

dan sianosis. [4]


Tabel 2. 3 Komponen Penilaian Sirkulasi

Karakteristik Hal Yang Dinilai

Pucat Kulit atau mukosa tampak kurang merah karena kurangnya

aliran darah ke daerah tersebut

Mottling Kulit bercak kebiruan akibat vasokontroksi

Sianosis Kulit dan mukosa tampak biru

2.3 Primary Assessment


Setelah dilakukan penilaian awal menggunakan PAT, diperlukan penilaian

lebih lanjut yaitu primary assessment dengan pendekatan ABCDE yaitu Airway,

Breathing, Circulation, Disability dan Exposure.

2.3.1 Airways / Jalan Nafas


Perhatikan apakah ada obstruksi jalan napas. Lidah dapat menyebabkan obstruksi

faring dan menghalangi jalan napas. Selain itu, benda asing juga dapat menghalangi

jalan napas. Sindrom Croup juga dapat menjadi penyebab tersumbatnya jalan napas.[5]

2.3.1.1 Manajamen anak yang tersedak


Ada dua teknik manajemen bayi tersedak. Teknik yang pertama adalah Back

Slap. Bayi digendong membelakangi penolong dengan posisi terbalik, yaitu posisi

kepala lebih rendah dari posisi badan. Kemudian tepuk punggung bayi sebanyak lima

tepukan dengan menggunakan bagian “tumit” tangan. Jika masih terdapat obstruksi

jalan napas, lakukan teknik Chest Thrust . Teknik ini dilakukan dengan menggendong
bayi menghadap ke penolong dengan posisi kepala lebih rendah dari badan. Gunakan

dua jari untuk memberikan penekanan pada dada bayi sebanyak lima kali. Posisikan

salah satu jari setinggi areola mammae dan satu jari di atasnya. Jika masih terdapat

obstruksi jalan napas periksa mulut bayi apakah masih terdapat benda asing yang

menyumbat jalan napas. Teknik manajemen anak yang tersedak hampir sama dengan

bayi. Pertama dilakukan Back Slap. Apabila obstruksi jalan napas masih ada, maka

lakukan Heimlich Manouver. Penolong berdiri dibelakang anak, kemudian tempatkan

lengan disekeliling perut anak. Posisikan lengan dibawah sternum membentuk kepalan

dengan satu tangan, tangan yang lain menggenggam kepalan lalu tarik ke

arah abdomen.[6]

Gambar 2. 2 Manajemen Pada Bayi Yang Tersedak


2.2.3.1.2 Mengatur Posisi Untuk Memperbaiki Jalan Nafas
Sebelum mengatur posisi untuk memperbaiki jalan napas, periksalah apakah

ada tanda trauma leher dan kepala. Pada bayi dan anak tanpa tanda trauma dilakukan

chin lift. Jika didapatkan adanya kecurigaan trauma, lakukan jaw thrust.[7]

Untuk memeriksa adanya trauma pada kepala atau leher:

• Tanyakan apakah anak mengalami trauma pada kepala dan leher atau terjatuh

• Lihat adanya luka memar atau tanda – tanda trauma lain pada kepala dan leher

• Stabilisasi leher jika ada suspek trauma

Gambar 2. 3 Posisi Jaw Thrust, Chin Lift pada bayi dan anak
Namun jika terdapat alat-alat yang memadai dan langkah pertolongan tanpa

alat tidak berhasil segera lakukan pertolongan dengan menggunakan alat untuk tetap

mempertahan nafas pada anak.

Selanjutnya untuk mempertahankan jalan nafas dengan menggunakan alat

terdiri atas Oropharyngeal airways atau guedel merupakan alat yang digunakan untuk
tetap mempertahankan jalan nafas, pada kasus anak yang kehilangan kesadaran.

Dengan ukuran disesuaikan dengan ukuran pasien yaitu dengan mengukur jarak antara

gigi seri dengan angulus mandibula (Panjang 4-10 cm). Dengan menggunakan spatel

lidah masukkan guedel dengan bagian yang cembung mengarah ke atas, kemudian

setelah guedel masuk putar guedel sampai bagian yang cembung mengarah ke bawah

mengikuti bentuk lidah[8].

Gambar 2. 4 Teknik Pemasangan Oropharyngeal Airway

Nasopharyngeal airways merupakan alat yang digunakan untuk tetap

mempertahankan jalan nafas, pada kasus anak yang kehilangan kesadaran tanpa

disertai dengan fraktur pada basis cranii. Dengan ukuran disesuaikan dengan ukuran

diameter hidung pasien dan panjangnya diukur dari ujung hidung sampai ke tragus.

Gambar 2. 5Teknik Pemasangan Nasopharyngeal Airway


2.3.2 Breathing

Look listen and feel adalah langkah untuk memastikan apakah ada kesulitan

bernafas, apakah ada retraksi dinding dada, suara merintih dan sianosis pada pasien.

Jika pada saat melakukan look listen and fell terdapat tanda kesulitan bernafas (retraksi

dinding dada, suara merintih dan sianosis) segera berikan bantuan nafas [8][9]

Gambar 2. 6 Teknik Look, Listen, Feel


Jika tidak ada tanda bernapas dari ketiga teknik tersebut maka mulailah

ventilasi dengan bag dan mask. Setelah menentukan apakah anak bernapas atau tidak,

lihatlah ada atau tidaknya sianosis sentral. Sianosis sentral menunjukan kurangnya

oksigen dalam darah. Sianosis sentral dapat dilihat pada mulut dan lidah. Sianosis tidak

nampak pada anak dengan anemia.Perhatikan apakah terdapat Respiratory Distress

pada anak. Tanda –tanda adanya distress pernapasan yang berat yaitu:

• Nafas cepat

• Tarikan dinding dada bagian bawah berat

• Penggunaan otot bantuan nafas

• Gerakan kepala mengangguk


• Sulit memberikan makanan akibat tergaggunya jalan nafas

Tabel 2. 4 Frekuensi Nafas Normal Sesuai Usia

Usia Frekuensi Nafas

< 1 tahun 30-40

1-5 tahun 20-30

5-12 15-20

>12 10-15

2.3.3 Circulation
Kegawatan sirkulasi dapat dinilai dengan menghitung denyut nadi, denyut

jantung, warna kulit, dan waktu pengisian kapiler. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

memantau apakah tubuh dapat menyuplai darah yang tinggi oksigen dan nutrisi ke

jaringan. Tanda-tanda klinis juga dapat digunakan untuk menilai keaadaan perfusi

jaringan dalam tubuh penderita, misalkan pada pasien dengan penurunan status mental

atau penurunan volume urin yang keluar dapat digunakan untuk menilai perfusi

jaringan di otak dan ginjal[10]

2.3.3.1 Pemeriksaan Denyut Nadi


Denyut a.radialis (denyut yang dirasakan pada pergelangan tangan sejajar

dengan ibu jari) pada keadaan normal harus teraba. Denyut radial yang normal harus
teraba kuat dan tidak cepat, pulsasi harus adekuat. Apabila tidak ditemukan kelainan

pada denyut tersebut, penanganan lebih lanjut tidak diperlukan. Apabila denyut radial

tidak ditemukan, maka pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan di bagian denyut nadi

sentral (denyut yang dirasakan dekat jantung). Pada pasien bayi (kurang dari 1 tahun),

tempat terbaik untuk menilai denyut nadi adalah di lengan atas bagian tengah atau

denyut a. brachialis. Apabila pasien dalam keadaan berbaring, dapat dilihat pada

denyut a. femoralis di lipat paha. Pada pasien anak yang lebih tua, pemeriksaan denyut

nadi dapat dilakukan pada a. carotis di bagian leher dengan denyut yang normalnya

kuat. Jika denyut nadi sentral lemah dan cepat, pasien perlu penanganan untuk syok

Tabel 2. 5 Denyut Nadi Normal Pada Pediatrik

Umur Denyut nadi (Kali/menit)

< 28 hari 100-205

28 hari-1 tahun 100-190

1-2 tahun 98-140

3-5 tahun 80-120

6-11 tahun 75-118

12-15 tahun 60-100

2.3.3.2 Waktu Pengisian Kapiler


Waktu pengisian kapiler (Capillary Refill Time) adalah tes sederhana untuk menilai

seberapa cepat darah kembali ke kulit setelah kulit tersebut diberikan tekanan. Tekanan

yang diberikan biasanya dilakukan pada bagian berwarna merah muda pada kuku, ibu
jari tangan, atau kaki. Waktu pengisian kapiler adalah waktu yang diperlukan setelah

tekanan dilepas hingga bagian tersebut kembali berwarna merah muda. Waktu yang

diperlukan untuk kulit berubah warna kembali menjadi merah muda harus dibawah 3

detik. Apabila waktu yang diperlukan diatas 3 detik, maka pasien dapat

dipertimbangkan mengalami syok. Waktu pengisian kapiler menjadi lama pada pasien

syok karena tubuh mencoba untuk mencukupi kebutuhan organ vital dan mengurangi

darah yang menuju organ kurang penting seperti kulit (vasokonstriksi perifer).

Pembuluh darah akan terbuka perlahan karena tekanan di pembuluh darah menurun.

Tanda ini dapat bias apabila keadaan ruangan sedang dingin. Temperatur ruangan yang

dingin dapat menyebabkan vasokonstriksi perifer sehingga waktu pengisian kapiler

menjadi lama.

Cara pemeriksaan tes waktu pengisian kapiler yaitu pertama, pegang ibu jari

tangan atau ibu jari kaki pasien dan perhatikan apakah warna jari tersebut berwarna

merah muda atau tidak. Kedua, berikan tekanan minimal pada badan kuku (nail bed)

selama 3 detik hingga kulit tampak putih atau kepucatan. Ketiga, hitung waktu

pengisian kapiler saat setelah tekanan dilepaskan sampai warna kuku kembali total

menjadi warna merah muda.

Jika waktu pengisian kapiler lebih lama dari 3 detik, pasien mungkin memiliki

masalah sirkulasi dengan syok. Untuk memastikan apakah pasien tersebut mengalami

syok atau tidak, periksakan denyut nadi pasien. 2 Apabila penderita tampak memiliki

gangguan sirkulasi, keaadaan yang dapat dipertimbangkan terjadi pada pasien adalah

keadaan syok.
Syok adalah keadaan darurat yang diakibatkan karena kurangnya perfusi

menuju jaringan sehingga penghantaran oksigen dan nutrien tidak dapat memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan. Definisi syok tidak harus bergantung pada

pengukuran tekanan darah. Syok dapat muncul dalam keadaan tekanan darah sistolik

yang tinggi, rendah, ataupun normal. Pada anak, sebagian besar syok ditandai dengan

penurunan cardiac output, namun dalam beberapa tipe syok (misalkan sepsis atau

anafilaksis), cardiac output bisa tinggi. Syok pada umumnya dapat dikategorikan

bedasarkan patomekanismenya, antara lain.

1. Syok hipovolemia : volume darah atau kapasitas pengangkutan oksigen

yang tidak adekuat

2. Syok distributif : gangguan distribusi aliran darah dalam tubuh

3. Syok kardiogenik : gangguan kontraktilitas jantung

4. Syok obstruktif : obstruksi aliran darah

Apabila tangan anak terasa dingin, waktu pengisian kapiler lebih dari 3 detik,

dan denyut nadi terasa cepat dan lemah, maka anak tersebut sedang mengalami syok.

Penatalaksananaan syok membutuhkan kerja sama dan koordinasi bersama. Hal

pertama sebelum memulai penanganan syok adalah menentukan apakah anak tersebut

sedang mengalami malnutrisi berat. Pada anak yang mengalami malnutrisi berat,

beberapa organ vital anak melemah; jantung dapat berdetak sangat lemah dan dapat

terjadi kegagalan jantung apabila diberikan terapi cairan dalam jumlah yang besar.

Selain itu, pemberian cairan yang terlalu banyak dapat menyebabkan akumulasi cairan

di paru. Keadaan malnutrisi berat pada anak dapat berupa marasmus dan kwashiorkor.
Pada anak dengan marasmus, perhatikan lengan, kaki, dan batang tubuh anak. Kita

dapat melihat bahwa anak tampak sangat kurus dan kita juga dapat melihat tulang dan

kulit secara jelas. Kulit anak tampak terlalu besar untuk ukuran anak karena kurangnya

jaringan lemak pada anak marasmus. Selain itu, kepala anak akan tampak lebih besar

dari normalnya karena tubuh anak yang mengecil sehingga proporsi kepala yang

terlihat lebih besar. Selain marasmus, keadaan malnutrisi berat juga muncul dalam

keadaan kwashiorkor. Tanda utama yang dapat diperiksakan pada anak kwashiorkor

adalah edema pada tungkai. Untuk dapat memeriksakan edema tungkai, kita dapat

lakukan penekanan pada kaki secara lembut beberapa detik. Setelah beberapa detik,

angkat jari yang menekan dan perhatikan apakah tampak ada bekas tekanan yang tidak

kembali secara cepat atau tidak. Apabila kita sudah dapat memastikan bahwa anak

tidak sedang mengalami malnutrisi berat, tindakan yang harus dilakukan secara

bersamaan antara lain:

1. Apabila anak tampak ada tanda perdarahan, berikan penekanan pada daerah

perdarahan untuk menghentikan perdarahan

2. Berikan oksigen

3. Berikan kehangatan kepada anak

4. Tentukan lokasi penusukan jalur intravena

5. Buat akses intravena

6. Ambil sampel darah untuk tes laboratorium darurat

7. Mulai resusitasi cairan untuk keadaan syok

Pemberian resusitasi cairan pada anak dimulai dengan menggunakan cairan


ringer laktat sebesar 20 ml/kgBB atau dengan menggunakan NaCl secepat-cepatnya.

Resusitasi cairan dapat dilakukan sebanyak tiga kali dan harus selesai dalam waktu

maksimal 30 menit.Tanda apabila resusitasi cairan berhasil adalah tangan terasa

hangat, denyut nadi melambat, dan waktu pengisian kapiler kurang dari 3 detik.

Apabila dengan resusitasi cairan tersebut tidak berhasil, maka pemberian cairan

ditingkatkan menjadi 70ml/kgBB dan harus selesai dalam waktu 5 jam (anak dibawah

12 bulan) dan 2,5 jam (anak diatas 12 bulan hingga 5 tahun). Setelah anak dapat minum

secara oral, secepat mungkin berikan ORS 5 ml/kgBB/jam. 3

2.3.4 Disability

Penilaian status neurologis dan cedera akibat trauma dengan menggunakan skla

GCS (Glasgow Coma Scale)dan AVPU: A (alert) sadar, V (Voice) memberikan reaksi

pada suara, P (Pain) memberikan reaksi pada nyeri, U (unconscious) tidak sadar, serta

untuk menilai fungsi batang otak.

Glasgow Coma Scale adalah system skoring yang digunakan untuk menilai

tingkat kesadaran. Pediatric Glasgow Coma Scale (PGCS) merupakan system skoring

modifikasi dari GCS yang digunakan untuk anak dibawah 2 tahun. Skor didapatkan

dengan cara menjumlah dari E+M+V (eye opening score + verbal response score +

motor response score)


Tabel 2. 6 Penilaian Glasgow Coma Scale (GCS)

Aktivitas GCS (4-15) GCS (<4 Th) Nilai

Eye Spontan Spontan 4

Dengan perintah Reaksi pada suara 3

Dengan nyeri Dengan nyeri 2

Tidak resopon Tidak respon 1

Verbal Terorietasi Terorientasi pada suara, senyum, 5


mengikuti objek, dapat beroroentasi

Kacau/bingung Menangis (mudah ditenangkan), 4


interaksi tidak tepat

Kata-kata tidak tepat Menangis (sulit ditenangkan), 3


merintih

Suara Menangis (Tidak bisa ditenangkan), 2


argitasi

Tidak ada respon Tidak ada respon 1

Motorik Menurut perintah Spontan/ menurut perintah 6

Lokalisasi nyeri Lokalisasi nyeri 5

Menarik karena Nyeri Menarik karena Nyeri 4

Dekortikasi Dekortikasi 3

Deserebrasi Deserebrasi 2

Tidak ada respon Tidak ada respon 1


Interpretasi GCS

1. Compos mentis (GCS 14-15)


2. Apatis (GCS 12-13)
3. Somnolen (GCS 10-11)
4. Delirium (GCS 9-7)
5. Stupor (GCS 4-6)
6. Koma (GCS 3)

Tabel 2. 7Menilai Fungsi Batang Otak

CNS Level Pupil Oculocephalic Pola Nafas Posture

Thalamus Small, Variable Cheyne-Stokes Normal


reactive
Midbrain Mid Absent Hyperventilation Decorticate
Position,
fixed
Pons Pin point, Absent Rythmic Pauses Decorticate
fixed or flacid

2.3.5 Exposure
Merupakan langkah akhir dari assessment awal pediatri. Penilaian dilakukan

dengan cara inspeksi pada seluruh tubuh anak agar tidak ada tanda-tanda

kegawatdaruratan/trauma yang terlewat. Penilaian harus dilakukan dengan cepat untuk


mencegah terjadinya hipotermi pada anak, dengan menggunakan warmer ataupun

selimut.

2.4 Hubungan Komponen PAT Dengan Karakteristik Temuan Klinis

Gabungan dari 3 komponen PAT akan memberikan gambaran awal status

kardiopulmunar anak, fungsi otak dan metabolisme. Setiap komponen PAT dievaluasi

secara terpisah, menggunakan temuan fisik, visual, atau auditori spesifik yang telah

ditentukan. PAT tidak dimasudkan untuk menghasilkan diagnosis yang spesifik, tetapi

dirancangkan untuk mengidentifikasi jenis dan tingkat keparahan masalah fisiologis

dan memprioritaskan perawatan awal. Menggabungkan 3 komponen PAT membentuk

kesan umum. Kesan umum adalah evaluasi secara keseluruhan tentang fisiologis anak.

Gambar 2. 7 Kesan Umum PAT

2.4.1 STABLE

Jika pada evaluasi dan penilaian dengan menggunakan PAT ditemukan tidak

adanya gangguan upaya nafas, tidak ada gangguan penampilan, serta tidak ditemukan

adanya gangguan pada perfusi kulit maka kondisi pasien dikatakan stabil.
Untuk langkah selanjutnya lakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk

menegakkan diagnosis pasien, serta berikan pengobatan dan pemantauan kondisi

pasien secara berkala. [11]

2.4.2 Disfungsi Nafas

Jika pada evaluasi dan penilaian dengan menggunakan PAT ditemukan

peningkatan upaya nafas tanpa gangguan penampilan dan perfusi kulit

mengindikasikan kegawatan pernafasaan.

Lalu lakukan penilaian ulang apa ada ancaman gagal nafas atau pasien

mengalami gagal nafas. Tanda awal gagal nafas terlihat nafas cepat dan biasanya

disertai tarikan dinding perut bagian atas, bila sesak bertambah maka akan ditemukan

tarikan dinding dada, kemudian cuping hidungnya kembang kempis. Pada penyakit2

tertentu terdengar suara nafas tambahan. Gejala lain yang dapat menyertai gagal nafas

seperti takikardi, dehidrasi, gangguan kesadaran, dan sianosis. [12][13]

Tabel 2. 8 Tatalaksana Ancaman Gagal Nafas Dan Gawat Nafas

Ancaman Gagal Nafas Gagal Nafas

Pertahankan posisi, bairkan pasien dalam Pertahankan posisi, bairkan pasien dalam

posisi nyaman. posisi nyaman. Dengan tetap

mempertahankan jalan nafas


Berikan oksigen sesuai dengan Berikan oksigen sesuai dengan

kebutuhan pasien. kebutuhan pasien:

▪ Nasal kanul

▪ Masker sungkup biasa

▪ Masker sungkup non reabrating

▪ Masker sungkup dengan reabrating

▪ Ventilator mekanik

Puasakan. Jangan berikan makan dan Puasakan. Jangan berikan makan dan

minum pada pasien yang mengalami minum pada pasien yang mengalami

sesak, ditakutkan terjadi pneumonia sesak, ditakutkan terjadi pneumonia

aspirasi. aspirasi.

Pantau secara ketat

Akses vaskuler

2.4.3 Syok

Jika pada evaluasi dan penilaian dengan menggunakan PAT ditemukan

penurunan perfusi kulit dan gangguan penampilan tanpa peningkatan upaya nafas

mengindikasikan adanya syok. [6][14]

Langkah yang harus segera dilakukan jika medapatkan kondisi seperti di atas adalah :
• Pertahankan jalan nafas

• Oksigen dan atau bantuan ventilasi

• Akses vaskuler dan cairan resusistasi

• Pantau oksigen dan perfusi

• Obat vasoaktif, bila dibutuhkan hanya setelah volumenya cukup.

Tatalaksana pemberian cairan infus pada anak syok

• Alirkan cairan infus 20ml/kgBB secepat mungkin. [6]

Tabel 2. 9 Jumlah Cairan Resusitasi

Umur / berat badan Volume ringer laktat /

(20ml/kgBB) garam normal

2 bulan ( < 4kg) 75 ml

2 - < 4 bulan ( 4- < 6 kg ) 100 ml

4 - < 12 bulan (6- < 10 kg) 150 ml

1 - < 3tahun (10 - < 14 kg) 250 ml

3 - < 5 tahun (14 – 19 kg) 350 ml

• Nilai kembali cairan setelah volume cairan infus yang sesuai telah diberikan

Jika tidak ada perbaikan, ulangi 20 mk/kgBB aliran secepat mungkin

• Nilai kembali setelah pemberian kedua


Jika tidak ada perbaikan, ulangi 20 mk/kgBB aliran secepat mungkin

• Nilai kembali setelah pemberian ketiga

- Jika tidak ada perbaikan, periksa apakah ada perdarahan nyata yang berarti

▪ Bila ada perdarahan, berikan transfuse darah 20ml/kgBB aliran

secepat mungkin

▪ Bila tidak ada perdarahan, pertimbangkan penyebab lain selain

hipovolemik. Bila sudah stabil segera rujuk.

2.4.4 Gagal Nafas Dan Sirkulasi

Jika pada evaluasi dan penilaian dengan menggunakan PAT ditemukan

penurunan perfusi kulit dan gangguan penampilan serta peningkatan maupun

penurunan upaya nafas mengindikasikan adanya gagal nafas dan sirkulasi. [14]

Langkah yang harus segera dilakukan jika medapatkan kondisi seperti di atas

adalah :

• Pertahankan jalan nafas

Mempertahankan jalan nafas tetap terbuka, dapat dilakukan dengan alat

penyangga oropharyngeal airway (guedel), penyangga nasopharyngeal

airway, atau pipa endotrakea

• Terapi oksigen
Bebrapa bentuk tersedia untuk memberikan oksigen supplemental,

pemilihannya harus disesuaikan secera individual terhadap situasi klinis dan

kondisi pasien. [6][15]

▪ Kanul nasal, dipergunakan untuk memberikan oksigen dengan laju

aliran rendah. Konsetrasi aliran oksigen maksium diajurkan tidak

melebihi 2 L/menit.

▪ Masker sungkup sederhana, dapat memberikan konsetrasi oksigen

rendah hingga sedang tergantung kecepatan aliran oksigen.

▪ Non-rebreathing mask, didesain memiliki katup satu arah dan sebuah

kantong reservoir yang kolaps saat inspirasi. Alat ini dapat

menghasilkan konsentrasi oksigen yang tinggi.

▪ Partial rebreathing mask, mirip dengan masker sederhana, tetapi

dilengkapi dengan kantong reservoir dan mampu menyalurkan

konsentrasi oksigen hingga 100%.

• Bantuan ventilasi

Bantuan ventilasi dengan balon resusitasi dilakukan setelah jalan nafas dapat

dibebaskan.

• Akses vaskuler dan cairan resusitasi

• Pantau dan evaluasi ulang.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kegawatdaruratan pediatrik merupakan suatu kondisi yang dapat mengancam

nyawa, dan membutuhkan perawatan yang cepat pada anak. Sehingga diperlukan

proses skrining secara cepat terhadap semua anak sakit segera setelah tiba dirumah

sakit. Adapun skrining cepat yang dilakukan adalah menggunakan segitiga pediatric

assessment triage (PAT) dengan komponen penilaian berupa Upaya nafas, penampilan,

dan perfusi kulit. Jika didapatkan peningkatan upaya nafas tanpa gangguan penampilan

dan perfusi kulit mengindikasikan kegawatan pernafasaan. Jika terjadi penurunan

perfusi kulit dan gangguan penampilan tanpa peningkatan upaya nafas

mengindikasikan adanya syok. Sedangkan jika terjadi gangguan penampilan tanpa

peningkatan upaya nafas dan penurunan perfusi kulit dapat terjadi gangguan primer

pada susunan saraf psuar, gangguan metabolic atau keracunan / intoksikasi.

3.2 saran

1. Perlunya sosialisasi terhadap orang tua akan hal-hal yang dapat

menyebabkan kegawatdaruratan pada anak, sehingga orang tua dapat

mencegah terjadinya kegawatdaruratan.

2. Perlunya sosialisasi terhadap orang tua akan tanda-tanda kegawatdaruratan

pada anak.
3. Perlunya sosisialisasi dan pelatihan terhadap orang tua akan pertolongan

pertama yang dapat diberikan jika terjadi kegawatdaruratan pada anak dan

kapan anak harus segera dibawah ke tempat pelayanan kesehatan.


Daftar Pustaka

[1] D. R.A., B. D., and G.-H. M., “The pediatric assessment triangle: A novel
approach for the rapid evaluation of children,” Pediatr. Emerg. Care, 2010.

[2] World Health Organization, “Guideline: Updates on Paediatric Emergency


Triage, Assessment and Treatment: Care of Critically-Ill Children,” World Heal.
Organ. Geneva, Switz., 2016.

[3] S. Activities et al., “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健


康関連指標に関する共分散構造分析Title,” Biol. Conserv., pp. 1–91, 2010.

[4] C. S. Session, “Clinical Science Session,” vol. 2013, 2013.

[5] S. Fuchs et al., “Definitions and assessment approaches for emergency medical
services for children,” Pediatrics, 2016, doi: 10.1542/peds.2016-1073.

[6] R. Hanny and N. Waldi, “Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit,” WHO
Indones., vol. 1, no. pelayanan masyarakat, p. 434, 2009.

[7] H. K. Abdul Latief, Tatty Ermin Setiati, Pediatri Gawat Darurat. 2011.

[8] Hendarto, “Current Evidences in Pediatric Emergencies Management,” Fak.


Kedokt. Univ. Indones. Dep. Ilmu Kesehat. Anak, 2014.

[9] P. P. Trihono et al., Kegawatan pada Bayi dan Anak. 2016.

[10] T. Whitfill, M. Gawel, and M. Auerbach, “A Simulation-Based Quality


Improvement Initiative Improves Pediatric Readiness in Community Hospitals,”
Pediatr. Emerg. Care, 2018, doi: 10.1097/PEC.0000000000001233.

[11] P. K. Pediatrik, “Mengenali anak sakit kritis.”

[12] Ikatan Dokter Anak Indonesia, “Demam Rematik Akut,” Pedoman Pelayanan
Medis, pp. 41–45, 2011.

[13] M. S. McCaskey, “Pediatric Assessment,” Home Healthcare Nurse: The Journal


for the Home Care and Hospice Professional, vol. 25, no. 1. pp. 20–24, 2007,
doi: 10.1097/00004045-200701000-00008.

[14] M. Anak and D. Keadaan, “GAWAT-DARURAT.”

[15] Maiti and Bidinger, “Pelayanan kesehatan anak,” J. Chem. Inf. Model., vol.
53, no. 9, pp. 1689–1699, 1981.

Anda mungkin juga menyukai