Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH OSTEOARTRITIS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Disusun oleh :

1. Endri Teguh Pratama (1901110577)


2. Retriva Ayuningtyas (1901110587)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

JL. R. PANJI SUROSO NO. 06 MALANG

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penilis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah “Osteoartritis”,
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Medikal
Bedah 3”. Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih pada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan


dan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diperlukan guna tersusunnya makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 10 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG .........................................................................4


1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................4
1.3 TUJUAN...............................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN.....................................................................................6
2.2 KLASIFIKASI......................................................................................6
2.3 ETIOLOGI............................................................................................6
2.4 PATOFISIOLOGI................................................................................8
2.5 PATHWAY..........................................................................................9
2.6 MANIFESTASI KLINIS......................................................................10
2.7 DERAJAT OSTEOARTRITIS.............................................................12
2.8 KOMPLIKASI .....................................................................................12
2.9 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK........................................................13
PENATALAKSANAAN......................................................................13

BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN.....................................................................................16
3.2 DIAGNOSA.........................................................................................18
3.3 INTERVENSI.......................................................................................18

BAB 4 PENUTUP

4.1 KESIMPULAN.....................................................................................22
4.2 SARAN.................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak di jumpai
danprevalensinya semakin meningkat denganbertambahnya usia (Sudoyo, 2010).
Osteoarthritis ditandai dengan kerusakankartilago sendi secara perlahan. OA
mendudukiperingkat ke 6 untuk penyakit disabilitas danmenempati urutan
pertama untuk golonganreumatik. Keluhan pada sendi dimulai denganrasa kaku
atau pegal pada saat bangun pagi,yang umumnya hanya berlangsung sebentarlalu
hilang setelah digerak-gerakan (Santoso,2009).
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang banyak melakukan aktivitas yang
berat.Banyak terjadi juga pada orang yangmengalami obesitas karena berat badan
yanglebih akan menambah beban pada sendi. Sonjaya (2015) menyatakan
berdasarkan kelompok usia, proporsiosteoarthritis lutut primer paling banyak
padakelompok umur 56–65 tahun (45,58%),berdasarkan kelompok jenis kelamin,
proporsikejadian osteoartritis lutut primer palingbanyak pada kelompok jenis
kelaminperempuan (82,54%).
Penurunan sistem muskuloskeletal ini ditandai dengan adanya nyeri pada
daerahpersendian salah satunya pada sendi lutut.Nyeri merupakan gejala yang
sering munculpada gangguan muskuloskeletal. Nyeri lututmerupakan suatu
penyakit regeneratif sendi dansalah satu tanda dan gejala dari osteoartritis. Rasa
nyeri berbeda dari satu individu keindividu yang lain berdasarkan atas
ambangnyeri dan toleransi nyeri masing-masing pasien(Warsito, 2012& Helmi,
2014).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu orteoartritis?
2. Bagaimana penyebab terjadinya orteoartritis?
3. Bagaimana penanganan orteoartritis?
4. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien orteoartritis?

4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyakit orteoartritis
2. Untuk mnegetahui penyebab terjadinya orteoartritis
3. Untuk mnegetahui penanganan orteoartritis
4. Untuk mengetahui konsep asuhan keerawatan pada pasien orteoartritis

5
BAB 2

PENDAHULUAN

2.1 Pengertian
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan
merupakan salah satu penyebab nyeri, disabilitas, dan kerugian ekonomi
dalam populasi (Donald,et al., 2010). Kata “osteoartritis” sendiri berasal dari
Yunani dimana “osteo” yang berarti tulang, “arthro” yang berarti sendi, dan
“itis” yang berarti inflamasi, walaupun sebenarnya inflamasi pada osteoartritis
tidak begitu mencolok seperti yang ada pada remathoid dan autoimun arthritis
(Arya,et al., 2013). OA juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit
sendi degeneratif atau Osteoartrosis, yang merupakan suatu kelompok
abnormalitas mekanik yang melibatkan degradasi/ kerusakan dari sendi,
termasuk kartilago artikular dan tulang subkondral (Di Cesare,et al., 2009).
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan patogenesisnya, osteoartritis dibedakan menjadi dua yaitu
osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder.
1. Osteoartritis primer disebut juga dengan osteoartritis idiopatik dimana
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit
sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi.
2. Osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang didasari oleh kelainan
endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas makro
dan mikro serta imobilisasi yang terlalu lama (Soeroso S et al., 2006).
2.3 Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap,
namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah:
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor
ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis
semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir

6
tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan
sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan
lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan
leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis
kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis
missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-
sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada
sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan
dari wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis
nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit
hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai
pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan.
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita
maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan
osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

7
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi osteoarthritis meliputi kombinasi dari proses mekanik,
seluler, dan biomekanik dimana interaksi dari proses tersebut menyebabkan
perubahan komposisi dan sifat mekanik dari tulang rawan sendi (Arya,et al.,
2013). Tulang rawan terdiri dari air, kolagen, dan proteoglikan. Semakin
bertambahnya usia seseorang, kandungan air di dalam tulang rawan akan
semakin berkurang sebagai akibat dari berkurangnya kandungan proteoglikan,
sehingga menyebabkan tulang rawan menjadi kurang lentur. Tanpa adanya
efek proteksi dari proteoglikan, serabut kolagen tulang rawan dapat menjadi
rentan terhadap degradasi sehingga dapat memperburuk degenerasi.
Peradangan di sekitar kapsul sendi juga dapat terjadi melalui proses yang
lebih ringan dibandingkan dengan peradangan yang terjadi pada remathoid
arthritis.
Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan molekul reaktif kimia
yang mengandung oksigen. Dalam konteks biologi, ROS terbentuk sebagai
produk sampingan alami dari metabolisme normal oksigen dan memiliki
peran penting dalam pemberian sinyal pada sel dan homeostasis. Secara tidak
langsung ROS telah terlibat dalam mempromosikan apoptosis dari kondrosit,
proses katabolik dan kerusakan matrix. Jadi, dua peristiwa patogen penting
yang merupakan karakteristik OA kondrosit, yaitu penuaan dini dan apoptosis
merupakan hasil dari NO dan cedera oksidatif lainnya (Afonso, 2007).
Peristiwa ini telah memperkuat konsep bahwa OA merupakan
penyakit penuaan dini pada sendi (Krasnokutsy,et al., 2008). Telah diketahui
secara umum, bahwa OA tidak hanya merupakan penyakit tulang rawan,
tetapi merupakan kerusakan seluruh sendi yang mengarah untuk
mempertahankan proses penyakitnya. Sinovitis (peradangan sinovium) terjadi
pada awal OA bahkan bisa juga pada kondisi sub-klinik. Studi atroskopik
menunjukkan bahwa proliferasi yang terlokalisir dan perubahan inflamasi dari
sinovium muncul hingga 50% dari pasien OA yang kebanyakan dari mereka
tidak tampak mengalami inflamasi aktif (Krasnokutsy, et al.,2008)

8
2.5 Pathway

9
2.6 Manifestasi klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena,terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan,
mulamularasakaku,kemudiantimbulrasanyeriyangberkurangsaatistirahat.Terda
pathambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,pembesaran sendi,
dan perubahan gaya berjalan. (Soeroso J. Et all, 2007).Secara spesifik,
beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri
biasanyabertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan
istirahat.Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan
rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. (Soeroso, 2006)Perubahan ini
dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini (secara radiologis).
Umumnya bertambah berat dengan semakinberatnya penyakit sampai
sendi hanya bias digoyangkan dan menjadikontraktur, Hambatan gerak
dapat konsentris (seluruh arah gerakan)maupun eksentris (salah satu
arah gerakan saja) (Soeroso, 2006).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan
kehilangankartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri.
Sehinggadapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal
dari luarkartilago (Felson, 2008).Pada penelitian dengan menggunakan
MRI,didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal
dariperadangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan edema sumsum
tulang (Felson, 2008).Osteofit merupakan salah satu penyebab
timbulnya nyeri.Ketika osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular
menembusi bagian dasartulang hingga ke kartilago dan menuju ke
osteofit yang sedang berkembang. Hal ini menimbulkan nyeri (Felson,
2008).

10
Nyeri dapattimbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di
dekat sendi.Sumber nyeri yang umum di lutut adalah aakibat dari
anserine bursitisdan sindrom iliotibial band (Felson, 2008).
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara
perlahan sejalan dengan pertambahan rasa nyeri( Soeroso, 2006 ).
3. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam
diriatau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau
mobildalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di
pagihari( Soeroso, 2006 ).
4. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi
yangsakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada
awalnyahanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau
remuk olehpasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan
perkembanganpenyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu
(Soeroso, 2006).
5. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi
padasendi yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena
adanyaosteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah ( Soeroso,
2006 ).
6. Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri
tekan,gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna
kemerahan) dapatdijumpai pada OA karena adanya synovitis.
Biasanya tanda – tanda initidak menonjol dan timbul pada
perkembangan penyakit yang lebihjauh. Gejala ini sering dijumpai
pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).

11
7. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA,
terlebihpada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan
dengan nyerikastrena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA
lutut (Soeroso, 2006 ).
2.7 Derajat Osteoartritis
Tingkat keparahan OA dinilai berdasarkan skala penilaian Kellgren-
Lawrence (K-L system).K-L system merupakan alat penilaian yang digunakan
untuk menilai tingkat keparahan Osteoarthritis lutut pada foto polos X-Ray.
Berdasarkan skala penilaian Kellgren-Lawrence, Osteoarthritis dibagi menjadi
lima tahap :
a. Grade 0
Pada tahap ini sendi masih dikategorikan 'normal'.Sendi tidak
menunjukkan tanda- tanda OA, dan fungsi sendi masih normal, tanpa
gangguan maupun nyeri.
b. Grade 1
Merupakan tahap awal OA.Pada tahap 1 ini mulai terjadi
pembentukan osteophyte (pertumbuhan tulang yang terjadi pada sendi,
disebut juga dengan 'spurs').
c. Grade 2
Tahap ini disebut sebagai tahap ringan dari OA.Pada tahap ini
terjadi penyempitan ruang sendi yang sedang.Terbentuk subkondral
sklerosis yang moderate.
d. Grade 3
Pada tahap ini >50% terjadi penyempitan sendi, kondilus
femoralis bulat, subkondral sklerosis yang luas, pembentukan
osteophyte yang luas (Joern et al., 2010).

12
e. Grade 4
Pada tahap ini, derajat OA termasuk dalam kategori berat.
Pasien yang mengalami OA pada derajat 4 ini akan merasakan nyeri
dan ketidaknyamanan saat berjalan (Emrani et al., 2007). Pada tahap
ini terjadi kerusakan sendi, hilangnya ruang sendi, terdapat kista
subkondral pada bagian atas tibia dan di kondilus femoralis (Joern, et
al., 2010).
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila
penyakit ini tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macamkomplikasi
yaitu :
a. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.
b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan,
yangterparah ialah terjadi kelumpuhan.
2.9 Pemeriksaan diagnostic
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih
mendukung adanya Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
a. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif
massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi,
destruksitulang, pembentukan osteofit (tonjolan-tonjolan kecil pada
tulang),perubahan bentuk sendi, dan destruksi tulang.
b. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan
kekentalancairan sendi.
c. Pemeriksa artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang
rawansebelum tampak di foto polos.
d. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritislocal,
sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untukmenegakkan
diagnosis. Uji laboratorium adakalanya dipakai untukmenyingkirkan
bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor rheumatoidbisa ditemukan dalam
serum, karena factor ini meningkat secaranormal paa peningkatan usia.

13
Laju endap darah eritrosit mungkinakan meningkat apabila ada
sinovitis yang luas.
2.10 Penatalaksanaan medis
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas
untukosteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas,
obat yangdiberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkanmobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-
obat antiinflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan
sekaligusmengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki
ataumenghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena
mekanismetubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang
berlebihan padasendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik
yang dapatmemperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban
pada lututberlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis
yanggemuk harus menjadi program utama pengobatan
osteoartritis.Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi
timbulnya keluhandan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh
karenasifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang
ditimbulkannya.Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan
ketidakmampuannya,dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasienosteoartritis sering kali keberatan
untuk memakai alat-alat pembantukarena faktor-faktor psikologis.

14
e. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan
osteoartritis,yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan
program latihan yangtepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan
sebelum latihan untuk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada
sendi yang masih aktifsebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok
jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic,
inframerah, mandi paraffin dan mandi daripancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi
danmemperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi
osteoartritis.Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena
mengurangitegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang
yang timbul padatungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya
beban ke sendi olehkarena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot
periartikular memegangperan penting terhadap perlindungan rawan
senadi dari beban, makapenguatan otot-otot tersebut adalah penting.
f. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis
dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan
kelemahanfungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk
mengoreksiketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi
untukmenghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan
osteofit(Ismayadi, 2004).

15
BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Sumber data pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan osteoartritis
meliputi:
1) Riwayat keperawatan. Dalam pengkajian riwayat keperawatan,
perawat perlu mengidentifikasi adanya :
a) Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher dan
pinggang
b) Berat badan menurun
c) Biasanya di atas 45 tahun
d) Jenis kelamin sering pada wanita
e) Pola latihan dan aktivitas
f) Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D dan C, serta kalsium)
g) Merokok, mengonsumsi alkohol dan kafein
h) Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid,
hiperparatiroid, Sindrom Cushing, akromegali,
Hipogonadisme.
2) Riwayat psikososial
Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul
kecemasan, takut melakukan aktivitas, dan perubahan konsep diri.
Perawat perlu mengkajimasalah-masalah psikologis yang timbul akibat
proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.
3) Pemeriksaan fisik
a) Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang
memburukdengan stress pada sendi, kekakuan sendi pada pagi
hari.

16
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit
kontraktur ataukelainan pada sendi dan otot.
b) Kardiovaskular
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat
intermitten,sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum
warna kembali normal.
c) Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial,
pekerjaan,ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social,
keputusasaan danketidakberdayaan. Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas dirimissal ketergantungan pada orang
lain, dan perubahan bentuk anggotatubuh.
d) Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau
mengonsumsi makananatau cairan adekuat, anoreksia, dan
kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
e) Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadisecara mandiri, ketergantungan pada orang
lain.
f) Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi padajari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi asimetri
g) Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai/ tidak disertai
pembengkakanjaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis
dan kekakuan (terutama padapagi hari)

17
h) Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit,
ulkus kaki, kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan
rumah tangga, demamringan menetap, kekeringan pada mata,
dan membrane mukosa.
i) Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain,
perubahan peran,isolasi.
3.2 Diagnosa
1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis ditandai
dengan mengeluh nyeri dan tampak meringis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri
saat bergerak dan merasa cemas saat bergerak
3. Deficit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskoloskeletal
ditandai dengan tidak mampu mandi/makan/mengenakan pakaian/berhias
secara mandiri.
3.3 Intervensi

No Diagnose Tujuan Intervensi


1. Nyeri kronis b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1.08238)
kondisi keperawatan 2x24 jam Obeservasi
musculoskeletal diharapkan nyeri berkurang 1. Identifikasi lokasi,
kronis (D.0078) Kriteria hasil : tingkat nyeri karakteristik,
(L.08066) durasi, frekuensi,
- Kemampuan kualitas, intensitas
menuntaskan nyeri
aktivitas (3:sedang) 2. Identifikasi faktor
- Keluhan nyeri yang memperberat
(2:cukup meningkat) dan memperingan
- Tekanan darah nyeri
(3:sedang) 3. Identifikasi

18
pengaruh nyeri
pada kelangsungan
hidup
4. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
relaksasi untuk
mengurangi rasa
nyeri
2. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan sumber
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri

19
4. Ajarkan teknik
relaksasi untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan ambulasi
fisik b.d nyeri keperawatan 2x24jam (1.06171)
(D.0054) diharapkan klien merasa Observasi
nyaman dan nyeri berkurang 1. Identifikasi adanya
Kriteria hasil : dukungan nyeri atau keluhan
mobilisasi (L.05042) fisik lainnya
- Pergerakan 2. Identifikasi
ekstremitas (2:cukup toleransi fisik
menurun) melakukan
- Kekuatanh otot ambulasi
(2:cukup menururn) 3. Monitor frekuensi
- Rentang gerak jantung dan tekanan
(2:cukup menurun) darah sebelum
memulai ambulasi
4. Monitor kondisi
umum selama
melakukan
ambulasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan
alat bantu

20
2. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
2. Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
3. Defisit perawatan Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri
diri b.d gangguan keperawatan 2x24 jam (1.11348)
musculoskeletal diharapkan klien mampu Observasi
(D.0109) menyelesaikan perawatan 1. Identifikasi
diri sendiri kebiasaan aktivitas
Kriteria hasil : perawatan perawatan diri
diri (L.11103) sesuai usia
- Kemampuan mandi 2. Monitor tingkat
(2:cukup menurun) kemandirian
- Kemampuan ketoilet 3. Identifikasi
(2:cukup menurun) kebutuhan alat
- Mempertahankan bantu kebersihan
kebersihan diri diri, berpakaian,
(2:cukup menurun) berhias dan makan
Terapeutik
1. Sediakan

21
lingkungan yang
terapeutik
2. Siapkan keperluan
pribadi
3. Damping dalam
melakukan
perawatan diri
secara mandiri
4. Fasilitasi
kemandirian, bantu
jika tidak mampu
melakukan
perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai kemampuan

BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini
bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi danadanya

22
gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. Osteoartritis
adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit
melampui separuh jumlah pasien arthritis.Osteoartritis adalah penyakit
peradangan sendi yang sering muncul
pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering
dijumpai pada usia diatas 60 tahun.Osteoartritis juga dikenal dengan nama
osteoartrosis, yaitumelemahnya tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi
di engselmanapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada
sikutangan, lutut, pinggang dan pinggul.
4.2 SARAN
1. Dalam upaya peningkatan keluarga dan masyarakat pemberian
informasi melalui penyuluhan sangat di perlukan.
2. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga yang
bermasalah sebaiknya di perlukan adanya pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan laboratorium.
3. Untuk memperoleh hasil evaluasi sesuai dengan kriteria dan tujuan
yang di tetapkan, di perlukan waktu pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga yang berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

Kurnia, Syamsudin, 2009. “Osteoarthritis Diagnosis, Penananganan dan Perawatan di


Rumah”. Yogyakarta : Fitramaya.

Pearce, Evelin C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :


PT.Gramedia Pustaka Utama.

23
Helmi, N.Z. (2014). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Salemba Medika:
Jakarta.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi Edisi 10. Jakarta. EGC.

Santoso, H., & Ismail, H. Memahami Krisis Lanjut Usia. BPK: Gunung Mulia.
2009,h.36-44.

Sudoyo, A.W., Setiohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K.M., Setiati, S. (2010). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V, Interna Publishing. Jakarta

Sonjaya, M.R., Rukanta, D.& Widayanto, W. (2015). Karakteristik Pasien


Osteoarthritis Lutut Primer di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Al-Islam Bandung
Tahun 2014. Prosiding Pendidikan Dokter. 506-512.

Warsito, B.E., (2012). Pemberian Intervensi Senam Lansia pada Lansia dengan Nyeri
Lutut. Jurnal Keperawatan Diponegoro. 1(1), 60-65.

24

Anda mungkin juga menyukai