Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH FARMAKOTERAPI DASAR

OSTEOARTHRITIS

Disusun oleh :

1. Azza Faiza Annida (0432950717


2. Eriska Wulandari (0432950717
3. Julse Andreas (0432950717
4. Neng Firda Pauziah (0432950717031)
5. Risna Sri Setyaningsih (0432950717
6. Rini Ekasari (0432950717
7. Syifa Salsabila Jasmin (0432950717

STIKES BANI SALEH


2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT atas limpahan

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Farmakoterapi Dasar

dengan judul “OSTEOARTHRITIS ’’ pada waktu yang telah ditentukan. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, keluarga

teman-teman serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah

membantu proses serta memberikan dukungan dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu

kritik dan saran yang mebangun dari pembaca sangat dibutuhkan demi peningkatan makalah

dimasa yang akan datang.

Bekasi, 30 November 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii

BAB I . PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG .............................................................................................. 4


2. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 6
3. TUJUAN PENULISAN ............................................................................................. 6

BAB II. PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN OSTEOARTHRITIS ........................................................................ 7


2. TANDA DAN GEJALA................................................................................... ......... 11
3. MEKANISME OSTEOARTHRITIS ........................................................................ 13
4. PENGGOLONGAN OBAT OSTEARTHRITIS ...................................................... 14
5. CONTOH OBAT OSTEOARTHRITIS ................................................................... 17
6. INDIKASI DAN EFEK SAMPING OBAT OSTEOARTHRITIS ........................... 19
7. STUDI KASUS........................................................................................................ .. 24
8. ANALISIS SOAP............................................................................................... ....... .25

BAB III. PENUTUP

1. KESIMPULAN ......................................................................................................... 26
2. SARAN ..................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 27

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Osteoarthritis merupakan penyakit tipe paling umum dari arthritis dan dijumpai
khusus pada orang lanjut usia atau disebut penyakit degeneratif. Osteoarthritis
merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum dijumpai di dunia
(Bethesda, 2013). Berdasarkan National Centers for Health Statistics, diperkirakan
15,8 juta (12%) orang dewasa antara usia 35 – 74 tahun mempunyai keluhan
osteoarthritis (Anonim, 2011). Prevalensi dan tingkah kaparahan osteoarthritis
berbeda-beda antara rentang dan lanjut usia (Hansen & Elliot, 2005).
Menurut World Health Organization (who) tahun 2004, diketahui bahwa
osteoarthritis diderita oleh 151 juta jiwa diseluruh dunia dan mencapai 24 jiwa di
kawasan Asia Tenggara. Osteoarthritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui
secara pasti penyebabnya, akan tetaapi ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi
secara bertingkat (Murray, 1996). Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas
pada penderita sehingga menggaggu aktivitas sehari-hari.
Di Inggris, sekitar 1,3-1,75 juta mengalami gejala osteoarthritis sementara di
Amerika Serikat, 1 dari 7 orang dewasa menderita osteoarthritis. Osteoarthritis
menempati tempat urutan kedua setelah penyakit kardiovasikuler sebagai akhibat dari
ketidakmampuan fisik di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 sampai 15 %
orang dewasa yang berusia di atas 60 tahun menderita osteoarthritis (Reginster, 2002).
Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari osteoarthritis sangat besar, tidak hanya
untuk penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungan (Wibowo, 2003).
Prevalensi osteoarthritis total di Indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari populasi usia
diatas 70 tahun penderita osteoarthritis, dan 80% pasien osteoarthritis mempunyai
keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat yang berakibat
mengurangi kualitas hidupnya karena prevalens yang cukup tinggi. Oleh karena
sifatnya yang kronik-progresif, osteoarthritis mempunyai dampak sosio-ekonomi yang
besar, bagi negara maju maupun dinegara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta

4
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis (Soeroso, 2006).
Prevalensi osteoarthritis lutut pada pasien wanita berumur 75 tahun ke atas dapat
mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada.
Dari aspek karakteristik umum pasien yang didiagnosis penyakit sendi
osteoarthritis, menurut Arthritis Research UK (2012), memperlihatkan bahwa usia,
jenis kelamin, obesitas, ras/genetik, dan trauma pada sendi mempunyai kolerasi
terhadap terjadinya osteoarthritis. Prevalensi penyakit osteoarthritis meningkat secara
dramatis di antara orang yang memiliki usia lebih dari 50 tahun. Hal ini adalah karena
terjadi perubahan yang berkait dengan usia pada kolagen dan proteoglikan yang
menurunkan ketegangan dari tulang rawan sendi dan juga karena pasokan nutrisi yang
berkurang untuk tulang rawan (Lozada, 2013).
Wanita juga lebih cenderung terkena penyakit osteoarthritis dibanding pria karena
pinggul wanita lebih luas dan lebih memberikan tekanan jangka panjang pada lutut
mereka. Selain itu, faktor sosial seperti pekerjaan yang dilakukan seharian juga
mempengaruhi timbulnya osteoarthritis, terutama pada atlet dan orang-orang yang
pekerjaannya memerlukan gerakan berulang (pekerja landskap, mengetik atau
mengoperasikan mesin), memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoarthritis. Hal ini
adalah karena terjadinya cidera dan meningkatkan tekanan pada sendi tertentu
(Anonim, 2013).
Gaya hidup juga mempengaruhi kehidupan seseorang yang menderita penyakit
osteoarthritis. Perubahan gaya hidup dan pengobatan yang dilakukan dapat membantu
mengurangi keluhan osteoarthritis. Perubahan berat badan dapat meningkatkan
tekanan pada bagian sendi, terutamanya pada bagian lutut dan pinggul. Diet yang
sehat diperlukan untuk mengurangi berat badan. Pola makan yang sehat berserta
olahraga dapat menurunkan terjadinya osteoarthritis (Anonim, 2013). Menurut The
American Geriatrics Society (2001), kurang aktifitas fisik dikenal sebagai faktor
risiko untuk banyak penyakit pada populasi manula dan peningkatan aktifitas fisik
pada pasien osteoarthritis akan menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Pada osteoarthritis primer/generalisata yang pada umumnya bersifat familiar,
dapat pula menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang distal (DIP) dan
interfalang proksimal (PIP) (Elin dkk, 2008). Sampai saat ini masih belum ditemukan
obat yang dapat menyembuhkan osteoarthritis. Pengobatan yang ada hingga saat ini
hanya berfungsi untuk mengurangi nyeri dan mempertahankan fungsi dari sendi yang
terkena. Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai dalam proses terapi osteoarthritis,

5
yaitu untuk mengontrol nyeri dan gejala lainnya, untuk mengatasi gangguan pada
aktivitas sehari-hari, dan untuk menghambat proses penyakit. Pilihan pengobatan
dapat berupa olahraga, kontrol berat badan, perlindungan sendi, terapi fisik dan obat-
obatan. Bila semua pilihan terapi tersebut tidak memberikan hasil, dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan pembedahan pada sendi yang terkena
(Anonim, 2006).
Prosedur pembedahan (misal osteotomi, pengangkatan sendi, penghilangan
osteofit, artroplasti parsial atau total, joint fusion) diindikasikan untuk pasien dengan
rasa sakit parah yang tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif atau rasa
sakit yang menyebabkan ketidakmampuan fungsional substansial dan mampu
mempengaruhi gaya hidup (Elin dkk, 2008).
Gambaran karakteristik pasien dan pola pengobatan osteoarthritis dapat
digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan medis terhadap pasien
osteoarthritis serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Dengan mengetahui
karakteristik pasien osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta pada tahun 2013,
diperoleh gambaran spesifik tentang faktor-faktor risiko penderita osteoarthritis yang
bersesuaian dengan hasil teori dan dikaitkan dengan pola pengobatannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Osteoarthritis?
2. Apa mekanisme kerja secara sederhana dari Osteoarthritis?
3. Apa saja golongan obat Osteoarthritis?
4. Apa contoh dari obat Osteoarthritis?
5. Apa indikasi dan efek samping dari obat Osteoarthritis?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Osteoarthritis.
2. Untuk mrngetahui mekanisme kerja secara sederhana dari Osteoarthritis.
3. Untuk mengetahui golongan obat Osteoarthritis.
4. Untuk mengetahui contoh obat Osteoarthritis.
5. Untuk menegtahui indikasi dan efek samping obat Osteoarthritis.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN OSTEOARTHRITIS
1. Definisi
Osteoarthritis merupakan penyakit yang berkembang dengan lambat, biasa
mempengaruhi sendi diartrodial perofer dan rangka aksial. Penyakit ini ditandai
dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikukar yang berakhibat pada
pembentukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas, dan
ketidakmampuan. Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada sendi yang dipengaruhi
(Elin dkk, 2008).
2. Epidemiologi
Insiden dan prevalensi osteoarthritis bervariasi pada masing-masing negara,
tetapi data pada berbagai negara menunjukkan bahwa athritis jenis ini adalah yang
paling banyak ditemui, terutama pada kelompok usia dewasa dan lanjut usia.
Prevalensinya meningkat sesuai pertambahan usia (Bethesda, 2013).
Prevalensi meningkat dengan meningkatnya usia dan pada data radiografi
menunjukkan bahwa osteoarthritis terjadi pada sebagian besar usia lebih dari 65
tahun, dan pada hampir setiap orang pada usia 75 tahun (Hansen & Elliot, 2005).
Osteoarthritis ditandai dengan terjadinya nyeri pada sendi, terutamanya pada saat
bergerak (Priyanto, 2008).
3. Patofisiologi
Osteoartritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses penuaan
yang tidak dapat dihindari. Namun, penelitian para pakar terbaru menyatakan
bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme
kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya
belum diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting yang
merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di
dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan
kondrosit, dan nyeri. Jejas mekanik dan kimiawi pada sinovial sendi yang terjadi
multifaktorial antara lain karena faktor umur, humoral, genetik, obesitas, stress
mekanik atau penggunaan sendi yang berlebihan, dan defek anatomik (Maya
Yanuarti, 2014).

7
Kartilago sendi merupakan target utama perubahan degeneratif pada OA.
Kartilago sendi ini secara umum berfungsi untuk membuat gerakan sendi bebas
gesekan karena terendam dalam cairan sinovial dan sebagai “shock absorber”,
penahan beban dari tulang. Pada OA, terjadi gangguan homeostasis dari
metabolisme kartilago sehingga terjadi kerusakan struktur proteoglikan kartilago,
erosi tulang rawan, dan penurunan cairan sendi (Maya Yanuarti, 2014).
Pada osteoartritis, mediator-mediator inflamasi ikut berperan dalam
progresifitas penyakit. Selain pelepasan enzim-enzim degradasi, faktor-faktor pro
inflamasi juga terinduksi dan dilepaskan ke dalam rongga sendi, seperti Nitric
Oxide (NO), IL-1β, dan TNF-α. Sitokin-sitokin ini menginduksi kondrosit untuk
memproduksi protease, kemokin, dan eikosanoid seperti prostaglandin dan
leukotrien dengan cara menempel pada reseptor di permukaan kondrosit dan
menyebabkan transkripsi gen MMP sehingga produksi enzim tersebut meningkat.
Akibatnya sintesis matriks terhambat dan apoptosis sel meningkat (Maya Yanuarti,
2014).
4. Patogenesis
Berdasarkan penyebabnya, osteoarthritis dibedakan menjadi dua yaitu
osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osetoarthritis primer atau dapat
disebut osteoarthritis idiopatik, yang tidak memilik penyebab yang pasti (tidak
diketahui) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistematik maupun proses perubahan
lokal sendi. Osteoarthritis sekunder terjadi disebebabkan oleh inflamasi, kelainan
sistem endokrin, metabolit, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan
immobilisasi yang terlalu lama. Kasus osteoarthritis primer lebih sering dijumpai
pada praktek sehari-hari dibandingkan dengan osteoarthritis sekunder ( Soeroso
dkk, 2006).
Selama ini osteoarthritis sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan
dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa osteoarthritis merupakan
gangguan keseimbangan dari metabolise kartilago dengan kerusakan struktur yang
penyebabnya masih belum jelas diketahui (Soeroso dkk, 2006). Kerusakan tersebut
dapat diawali oleh kegagalan mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan
cedera (Felson, 2008).
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi, yaitu kapsula
dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang dasarnya. Kapsula dan

8
ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak (range of motion)
sendi (Felson, 2008).
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antara kertilago pada permukaan
sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein
yang disebut dengan lubrican merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi
sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan apabila terjadi cidera dan
peradangan pada sendi (Felson, 2008).
Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu
mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik yang
dikirimkan memungkinkan otot dan tendon mampu memberikan tegangan yang
cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi sedang bergerak (Felson, 2008).
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung
sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan
akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnnya.
Kontraksi otot tersebut turut meringankan tekanan yang terjadi pada sendi dengan
cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan (impact). Tumbukan yang
diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga meringankan
dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap
goncangan yang diterima (Felson, 2008).
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan
sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika
bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat 10 dimampatkan berfungsi sebagai
penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada sendi sebelum timbulnya
osteoarthritis dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk mengetahui lebih
lanjut tentang kartilago (Felson, 2008).
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu kolagen tipe dua
dan aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul-molekul
aggrekan di antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul proteoglikan
yang berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago
(Felson, 2008).
Kondrosit merupakan sel yang tedapat dijaringan vaskular, mensintesis seluruh
elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan enzim
pemecah matriks, yaitu sitokin [Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor
(TNF)], dan juga faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut

9
akan merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekul-
molekul matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini dijaga
keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan (Felson,
2008).
Kondrosit mensintesis metalloproteinase matriks (MPM) untuk memecah
kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang
dikelilingi oleh kondrosit. Namun pada fase awal osteoarthritis, aktivitas serta efek
dari MPM menyebar hingga ke bagian permukaan dari kartilago (Felson, 2008).
Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi pergantian
matriks, namun stimulasi IL-1 yang berlebih malah memicu proses degradasi
matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin (PG), oksida
nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi
matriks. TNF yang berlebihan mempercepat proses pembentukan tersebut. NO yang
dihasilkan akan menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan proses
pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung pada proses awal timbulnya
osteoarthritis (Felson, 2008).
Kartilago memiliki metabolisme yang lambat, dengan pergantian matriks yang
lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi. Namun ada
fase awal perkembangan osteoarthritis, kartilago sendi memiliki metabolisme yang
sangat aktif (Felson, 2008).
Pada proses timbulnya osteoarthritis, kondrosit yang terstimulasi akan
melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan
cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan
kolagen akan mudah mengendur. Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh
komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kejadian osteoarthritis pada daerah
sendi (Felson, 2008).
5. Faktor Resiko
Resiko terkena osteoarthritis juga dapat berubah dari waktu ke waktu
tergantung pada usia dan gaya hidup seseorang. Terdapat beberapa faktor resiko
yang dapat dilihat pada pasien osteoarthritis secara umum seperti berikut :
(Anonim, 2006) :
1). Usia

10
Prevalensi dan keparahan osteoarthritis meningkat sering dengan bertambahnya
usia seseorang. Semakin meningkat usia seseorang, semakin bertambah rasa
nyeri dan keluhan pada sendi.
2). Berat badan
Semakin tinggi berat badan seseorang, semakin besar kemungkinan seseorang
untuk menderita osteoarthritis. Hal ini adalah disebabkan karena seiring dengan
bertambahnya berat badan seseorang, beban yang akan diterima oleh sendi pada
tubuh makin besar. Beban yang diterima oleh sendi akan memberikan tekanan
pada bagian sendi yang berpengaruh, contohnya pada bagian lutut dan pinggul.
3). Trauma
Trauma pada sendi atau penggunaan sendi secara berlebihan. Atlet dan orang-
orang yang memiliki pekerjaan yang memerlukan gerakan berulang memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk terkena osteoarthritis karena mengalami cidera
dan peningkatan tekanan pada sendi tertentu. Selain itu, terjadi juga pada sendi
dimana tulang telah retak dan telah dilakukan pembedahan.
4). Genetika
Genetika memainkan peranan dalam perkembangan osteoarthritis. Kelainan
warisan tulang mempengaruhi bentuk dan stabilitas sendi dapat menyebabkan
osteoarthritis. Nodus Herberden adalah 10 kali lebih banyak terjadi pada wanita
dibanding laki-laki, dengan risiko dua kali lipat jika ibu kepada wanita itu
mengalami osteoarthritis (Hansen & Elliot, 2005). Nodus Herberden dan Nodus
Bouchard terjadi pada bagian sendi pada tangan.
5). Kelemahan pada otot
Kelemahan pada otot-otot sekeliling sendi dapat menyebabkan terjadinya
osteoarthritis. Kelemahan otot dapat berkurang disebabkan oleh faktor usia,
inaktivasi akibat nyeri atau karena adanya peradangan pada sendi.
6). Nutrisi
Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D. Kadar
vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu kemampuan tulang untuk
merespons secara optimal proses terjadinya osteoarthritis dan akan
mempengaruhi perkembangannya. Kemungkinan vitamin D mempunyai efek
langsung terhadap kondrosit di kartilago yang mengalami osteoarthritis, yang
terbukti membentuk kembali reseptor vitamin D.
6. Tanda – tanda dan gejala klinis

11
Gejala pada penyakit osteoarthritis bervariasi, tergantung pada sendi yang
terkena dan seberapa parah sendinya berpengaruh. Namun, gejala yang paling
umum adalah kekakuan, terutamanya terjadi pada pagi hari atau setelah istirahat,
dan nyeri. Sendi yang sering terkena adalah punggung bawah, pinggul, lutut, dan
kaki. Ketika terkena di daerah sendi tersebut akan mengalami kesulitan untuk
melakukan kegiatan seperti berjalan, menaiki tangga, dan mengangkat suatu beban.
Bagian lain yang sering terkena juga adalah leher dan jari, termasuk pangkal ibu
jari. Ketika bagian jari dan sendi tangan terkena osteoarthritis dapat membuat
keadaam bertambah sulit terutama untuk memegang suatu objek untuk melakukan
pekerjaan (Anonim, 2006).
Pada umumnya, pasien osteoarthritis mengatakan bahwa keluhan-keluhan
yang dirasakan telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan. Berikut
adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien osteoarthtitis :
1) Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan yang
tertentu terkdang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.
Perubahan ini dapat ditemukan meski osteoarthritis masih tergolong dini (secara
radiologis) (Soeroso dkk, 2006).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada
sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan nyeri
yang timbul pada osteoarthritis berasal dari luar kartilago (Felson, 2008). Pada
penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang
timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan edema
sumsum tulang (Felson, 2008). Osteofit merupakan salah satu penyebab dari
timbulnya rasa nyeri. Ketika osteofit tumbuh, terjadi proses inervasi
neurovascular yang menembusi bagian dasar tulang hingga ke bagian kartilago
dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang. Hal ini yang menyebabkan
timbulnya nyeri (Felson, 2008).
Nyeri juga dapat timbul dari bagian luar sendi, termasuk pada bagian
bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah akibat dari
anserine bursitis dan sindrom iliotibal band (Felson, 2008).
2) Hambatan gerakan sendi

12
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertumbuhan rasa nyeri (Soeroso dll, 2006)
3) Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau setelah
tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau duduk di
mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setiap bangun tidur pada
pagi hari (Soeroso dkk, 2006).
4) Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini
umum dijumpai pada pasien osteoarthritis lutut. Pada awalnya hanya
berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien
atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit,
krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu (Soeroso dkk, 2006).
5) Pembesaran sendi (deformitas)
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar (Soeroso dkk, 2006).
6) Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi
yang biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit,
sehingga bentuk permukaan sendi berubah (Soeroso dkk,2006).
7) Tanda – tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada
osteoarthritis karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak
menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala
ini sering dijumpai pada osteoarthritis lutut (Soeroso dkk, 2006).
8) Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang membebankan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien osteoarthritis, terutama
pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri
karena menjadi tumpuan berat badan tertentu pasa osteoarthritis lutut (
Soeroso dkk, 2006)

13
B. MEKANISME KERJA SEDERHANA OSTEOARTHRITIS
Osteoarthritis terjadi karena degradasi pada rawan sendi, remodelling tulang, dan
inflamasi. Terdapat 4 fase penting dalam proses pembentukan osteoarthritis yaitu fase
inisiasi, fase inflamasi, nyeri, dan fase degradasi.
 Fase inisiasi : Ketika terjadi degradasi pada rawan sendi, rawan sendi berupaya
melakukan perbaikan sendiri dimana khondrosit mengalami replikasi dan
memproduksi matriks baru. Fase ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu
polipeptida yang mengontrol poliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel,
faktor tersebut seperti Insuline-like growth factor (IGF-1), growth hormon,
transforming growth factor n (TGF-b) dan coloni stimulating factors (CSFs).
Factor – factor ini mengindikasi khondrosit untuk mensintesis asam deoksikarbo
nukleat (DNA) dan protein sepertikolagen dan proteoglikan. IGF-1 memegang
peranan penting dalam perbaikan rawan sendi.
 Fase inflamasi : Pada fase inflamasi sel menjadi kurang sensitif terhadap IGF-1
sehingga meningkatkan pro-inflamasi sitokin dan jumlah leukosit yang
mempengaruhi sendi. IL-1 (Inter Leukin-1) dan tumor nekrosis faktor-α (TNF-
α) mengaktifasi enzim degradasi seperti collagenase dan gelatinase untuk
membuat produk inflamasi pada osteoarthritis. Produk inflamasi memiliki
dampak negatif pada jaringan sendi, khususnya pada kartilago sendi, dan
menghasilkan kerusakan sendi.
 Fase nyeri : Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan
penurunan aktifitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan penumpukan trombus
dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral sehingga menyebabkan
terjadinya iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini mengakhibatkan lepasnya
mediator kimia seperti prostaglandin dan interleukin yang dapat menghantarkan
rasa nyeri. Rasa nyeri juga akhibat lepasnya mediator kimia seperti kinin yang
dapat menyebabkan peregangan tendon, ligamen seperti spasme otot-otot. Nyeri
juga di akhibatkan oleh adanya osteofit yang menenkan periosteum dan radiks
saraf yang berasal dari medula spinalis serta kenaikan tekanan vena
intramedular akhibat statis vena pada proses remodelling trabekula dan
subkondrial.
 Fase degradasi : IL-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi yaitu
meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi. Peran makrofag

14
didalam cairan sendi juga bermanfaat yaitu apabila terjadi jejas mekanik,
material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs akan memproduksi sitokin
aktifator plasminogen (PA). Sitokin ini akan merangsang kondrosit untuk
memproduksi CSFs. Sitokin ini juga mempercepat resorpi matriks rawan sendi.
Faktor pertumbuhan dan sitokin membawa pengaruh yang berlawanan selama
perkembangan osteoarthrits. Sitokin cenderung merangsang degredasi
komponen matriks rawan sendi sedangkan faktor pertumbuhan merangsang
sintesis (Sudoyo et. al, 2007).

C. GOLONGAN OBAT
1. Terapi Farmakologi
Terapi obat osteoarthritis ditargetkan pada penghilang rasa sakit. Karena
osteoartritis sering terjadi pada individu lanjut usia yang memiliki kondisi medis
lainnya, diperlukan suatu pendekatan konsenvartif terhadap pengobatan obat,
antaranya (Elin dlkk, 2008) :
1). Golongan Analgetik
a). Golongan Analgetik Non Narkotik
(1). Asetaminofen (Analgetik oral)
Asetaminofen menghambat sintesis prostaglandin pada sistem saraf
pusat (SSP). Asetaminofen diindikasi pada pasien yang mengalami
nyeri ringan ke sedang dan juga pada pasien yang demam. Obat yang
sering digunakan sebagian lini pertama adalah parasetamol.
(2). Kapsaisin (Analgetik Topikal)
Kapsaisin merupakan suatu estrak dari lada merah yang menyebabkan
pelepasan dan pengosongan substansi P dari serabut syaraf. Obat ini
juga bermanfaat dalam menghilangkan rasa sakit pada osteoarthritis
jika digunakan secara topikal pada sendi yang berpengaruh. Kapsaisin
dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan analgetik oral atau
NSAID. Kapsaisin ini diberikan dalam bentuk topikal, yaitu dioleskan
pada bagian nyeri sendi.
b). Golongan Analgetik Narkotik
analgetik narkotika dapat mengatasi rasa nyeri sedang sampai berta.
Penggunaan dosis obat analgetik narkotika dapat berguna untuk pasien yang
tidak toleransi terhadap pengobatan asetaminofen, NSAID, injeksi intra

15
artikular atau terapi secara topikal. Pemberian narkotika alagesik
merupakan intervasi awal, dan sering diberikan secara kombinasi bersama
asetaminofen. Pemberian narkotika ini harus diawasi karena dapat
menyebabkan ketergantungan.

2). Golongan NSAID

Dalam dosis tunggak antiinflamasi non steroid (NSAID) merupakan aktivitas


analgetk yang setara dengan paracetamol, tetapi paracetamol lebih banyak
dipakai terutamanya pada pasien lanjut usia.Dalam dosisi penuh yang lazim
NSAID dapat sekaligus memperlihatkan efek analgetikyang bertahan lama
membuatnya sangat berguna pada pengobatan nyeri berlanjut ataunyeri
berulang akhibat radang. NSAID lebih tepat digunakan daripada paracetamol
atau analgesik opioid dlam arthitis rematoid dan pada kasus osteoarthritis
lanjut.
3). Kortikosteroid
Krtikosteroid berfungsi sebagai antiinflamasi dn digunakan dalam dosis yang
beragam untuk berbagai penyakit dan beragam individu, agar dapat dijamin
rasio manfaat dan rasio setinggi-tingginya. Kortikosteroid sering diberikan
dalam bentuk injeksi intra artikular dibandingkan dengan penggunaan oral.
4). Suplemen Makanan
Pemberian suplemen makanan yang mengandung glukosamin, kondroitin yang
berdasarkan uji klinik dapat mengurangi gangguan sendi atau mengurangi
simptom osteoarthritis (Priyanto, 2008). Suplemen makanan ini dapat digunakan
sebagai obat tambahan pada penderita osteoarthritis terutamanya diberikan pada
pasien lanjut usia.
5). Obat osteoarthritis Yang Lain
a). Injeksi Hialuronat
Asam hialuronat membantu dalam rekonstitusi cairan sinovial, meningkatkan
elastisitas, viskositas dan meningkatkan fungsi sendi. Obat ini diberikan
dalam bentuk garamnya (sodium hialuronat) melalui injeksi intra arthrikular
pada sendi lutut jika osteoarthritis tidak responsif dengan terapi yang lain
(Priyanti, 2008). Dua agen intra artrikular yang mengandung asam hialuronat
tersedia untuk mengobati rasa sakit yang berkaitan dengan osteoarthritis
lutut.

16
Injeksi asam hailuronat diberikan pada pasien yang tidak lagi teloransi
terhadap pemberian obat anti nyeri dan anti inflamasi yang lainnya (Hansen
& Elliot, 2005). Injeksi asam hailuronat diberikanoleh tenaga medis yang
mempunyai keahlian karena kesalahan dalam memberikan injeksi akan
mempengaruhi kosisi lutu pasien.
2. Terapi Non Farmakologi
1). Edukasi atau penerangan
Langkah pertama adalah memberikan edukasi pada pasien tentang penyakit,
prognosis, dan pendekatan manajemennya. Selain itu diperlukan konseling diet
untuk pasien osteoarthritis yang mempunyai kelebihan berat badan (Elin dkk,
2008).
Ahli bidangkesehatan harus memberikan informasi pada pasien dengan penyakit
osteoarthritis mengikuti kesesuaian keadaan dan keselesaan pasien (Anonim,
2008).
2). Terapi fisik dan rehabiltasi
Terapi fisik dapat dilakukan dengan pengobatan panas atau dingin dan program
olahraga bagi membanti untuk menjaga dan mengembalikan rentang pergerakan
sendi dan mengurangi rasa sakit serta spasmus otot. Program olahraga dengan
menggunakan teknik isometric didisain untuk menguatkan otot, memperbaiki
fungsi sendi dan pergerakan serta menurunkan ketidakmampuan, rasa sakit dan
kebutuhan akan penggunaan analgesik (Elin dkk, 2008).
Alat bantu dan ortotik seperti tongkat, alat pembantu berjalan, alat bantu
gerak, heel cups, dan insole dapat digunakan selama olahraga atau aktivitas
harian (Elin, dkk, 2008). Pasien osteoarthritis lutut yang memakai sepatu
dengan sol tambahan yang empuk yang bertujuan untuk meratakan pembagian
tekanan akibat berat, dengan demikian akan mengurangi tekanan di lutut
(Bethesda, 2013).
Kompres hangat atau dingin serta olahraga dapat dilakukan untuk
memelihara sendi, mengurangi nyeri, dan menghindari terjadinya kekakuan
(Priyono, 2008). Kompres hangat dan dingin dilakukan pada bagian sendi yang
mengalami nyeri.
3). Penurunan berat badan
Penurunan berat badan dapat diteapkan dengan mempunyai gaya hidup sehat.
Penurunan berat badan dapat membanti mengurangi beban atau mengurangi

17
gejala pada bagian yang mengalami penyakit osteoarthritis terutamannya pada
lutut dan pinggul (Felson, 2008).
4). Istirahat
Istirahat yang cukup dapat mengurangi kesakitan pada sendi. Selain itu juga
istirahat dapat menghindari taruma pada persendian secara berulang (Priyono,
2008).
3. Pembedahan
Terapi pembedahan dapat dilakukan pada pasien dengan rasa sakit parah yang
tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif atau rasa sakit yang
menyebabkan ketidakmampuan fungsional substansial dan mempengaruhi gaya
hidupn (Elin dkk, 2008).
Beberapa sendi, terutama sendi oinggul dan lutut, dapat diganti dengan sendi
bantuan. Biasanya dengan pembedahan dapat memperbaiki fungsi dan pergerakan
sendi serta mengurangi nyeri.
Terdapat bebrapa jenis pembedahan yan dapat dilakukan. Antara pembedahan
yang dapat dilakukan jika terapi pengobatan tidak dapat berespon dengan baik atau
tidak efektif pada pasien adalah Arthroscopy, Osteotomy, Arthroplasty dan Fusion
(Lozada, 2013).

D. CONTOH OBAT OSTEOARTHRITIS


Obat – obat yang umum digunakan pada pengobatan osteoarthritis sebagai
berikut :
Tablet I. Obat – obat yang Umum Digunakan Pada Pengobatan Osteoarthritis
Dosis Maksimum
Pengobatan Dosis dan Frekuensi
(mg/hari)
Analgesik oral
Asetaminofen 325-650 mg setiap 4-6jam atau 4000
1 g 3-4 kali/hari
Tramadol 50-100mg setiap 4-6jam 400
Analgetik topikal
Kapsaisin 0,025% atau 0,075% Dapat mempengaruhi sendi 3-4 -
kali/hari
Supelment nutrisi

18
Glukosamin sulfat 500 mg 3 kali/hari atau 1500 1500
mg sekali sehari
Antiinflamasi Non Steroid
(NSAID)
Asam karboksilat
Asam asetilasi
Aspirin 325-650 mg setiap 4-6 jam 3600
untuk nyeri
Dosis antiinflamasi dimuali
pada 3600 mg/hari dalam dosisi
terbagi.
Non asetil salisilat
Salsalat 500-1000 mg 2-3 kali perhari 3000
Difunisal 500-1000 mg 2 kali perhari 1500
Kolin salisilat 500-1000 mg 2-3 kali perhari 3000
Kolin magnesium salisilat 500-1000 mg 2-3 kali perhari 3000
Asam asetat
Etodolak 800-1200 mg/hari dalam dosis 1200
terbagi
Diklofenak 100-150 mg/hari dalam dosis 200
terbagi
Indometasin 25mg 2-3 kali/hari ; 75 mg SR 200 ; 150
sekali sehari
Ketorolak 10mg setiap 4-6 jam 40
Nabumeton 500-1000 mg 1-2 kali/hari 2000
Asam propionate
Fenoprofen 300-600 mg3-4 kali/hari 3200
Flubiprofen 200-300 mg/hari dalam 2-4 300
dosis terbagi
Ibupofen 1200-3200 mg/hari dalam 3-4 3200
dosis terbagi
Ketoprofen 150-300 mg/hari dalam 3-4 300
dosis terbagi

19
Naproxen 250-500 mg 2 kali sehari 1500
Sodium narpoxen 275-550 mg 2 kali sehari 1375
Oxaprozin 600-1200mg perhari 1800
Fenamat
Meklofenamat 200-400 mg/hari dalam 3-4 400
dosis terbagi
Asam mefenamat 250 mg tiap 6 jam 1000
Oksikam
Piroxicam 10-20mg perhari 20
Meloxicam 7,5 mg perhari 15
Coxibs
Celecoxib 100 mg 2 kali perhari atau 200 ; 400 untuk RA
200mg perhari
Valdecoxib 10mg perhari 10 ; 40 untuk nyeri
disminorae

E. INDIKASI DAN EFEK SAMPING OBAT OSTEOARTHRITIS


1. Tramadol
Tramadol adalah obat analgetik opioid sintetis yang bekerja sentral pada reseptor
sistem saraf pusat.
Indikasi
Untuk mengatasi nyeri dengan intensitas menengah sampai berat seperti nyeri
akhibat trauma berat, nyeri setelah operasi, nyeri akhibat gangguan saraf.
Efek Samping
Kemungkinan terjadinya efek samping pada penggunaan Tramadol akan semakin
meningkat dalam penggunaan jangka panjang. Efek samping yang dapat terjadi
adalah sebagai berikut :
 Gangguan neurologis seperti pusing berputar, mengantuk, dan nyeri kepala.
 Gangguan pencernaan seperti mual – mual, muntah, sembelit, kembung, dan
diare.
 Gangguan mood, ggup, gelisah, angitasi, tremor, euforia, dan halusinasi.
 Gangguan lain seperti astenia, berkeringat, dan mulut kering.

20
2. Glukosamin
Glukosamin adalah supelmen makanan yang digunakan untuk meringankan
ostoarthritis, rematik, dan gangguan persendian. Suplemen ini adalah senyawa
monosakarida yang diproduksi dengan cara menghidrolisis cangkang kerang, tulang
hewan, sumsum talang, dan jamur.
Indikasi
Untuk meringankan osteoarthritis, reumatik, dan gangguan persendian seperti nyeri
sendi bengkak dan kekakuan yang disebabkan oleh arthritis. Glukosamin bekerja
dengan cara merangsang produksi proteoglikan dan meningkatkan serapan sulfat
oleh tulang rawan artikular.
Efek Samping
Berikut adalah efek samping glukosamin :
 Efek samping ringan berupa gatal – gatal dan ketidaknyamanan lambung,
musalnya diare, mulas, mual, dan muntah.
 Efek samping lain seperti dispepsia, konstipasi, sakit perut, jantung berdebar,
sakit perut dan sakit kepala.
 Pasien yang memiliki penyakit hati kronis kondisinya dapat memburuk setelah
menggunakan supelmen ini. Namun efek samping ini jarang terjadi.
 Penggunaan dosis yang besar di;luar dosis yang dianjurkan dapat merusak sel –
sel pankreas.
3. Ketoprofen
Indikasi
Nyeri dan radang pada penyakit reukamtik dan gangguan otot skelet lainnya. Nyeri
setelah pembedahan orthopedi, gout akut dan dismenorea.
Efek Samping
Efek samping ketoprofen yang cukup ringan dan umum terjadi adalah :
 Sakit perut, diare, sembelit, kembung.
 Pusing, sakit kepala, gugup.
 Gatal atau ruam kulit.
 Mulut kering.
 Banyak berkeringat, pilek.
 Penglihatan kabur atau telinga berdenging.
Efek samping yang cukup serius antara lain :

21
 Nyeri dada, lemas, masalah peglihatan atau keseimbangan.
 BAB hitam, berdarah atau berwarna gelap, batuk darah, atau muntah seperti
kopi.
 Bingung, tremor atau menggigil.
 Lebih jarang atau tidak BAK.
 Mual, nyeri perut, demam ringan, tidak nafsu makan, urin gelap, kulit atau
mata menguning.
 Sakit tenggorokan, sakit kepala, ruam kulit merah.
 Memar, kesemutan berat, baal, dan lemah otot.
4. Asam mefenamat
Indikasi
Untuk mengobati nyeri akut, misalnya nyeri pada sakit gigi atau rasa sakit setelah
trauma. Misalnya cidera otot, sendi, tulang, atau keseleo. Dapat digunakan untuk
mengobati nyeri haid.
Efek Samping
 Semeblit, diare, perut kembung, mual, sakit perut.
 Reaksi alergi yang parah seperti ruam, gatal – gatal, kesulitan bernafas,
pembengkakan mulut, wajah, bibir atau lidah.
 Buang aiir besar berdarah
 Nyeri dada, detak jantung tidak teratur.
5. Meloxicam
Indikasi
Untuk mengurangi rasa nyeri, bengkak, dan kaku pada sendi. Meloxicam sering
digunakan untuk mengobati arthritis dan asam urat.
Efek Samping
 Nyeri pada dada, letih, nafas pendek, bicara tidak jelas, masalah penglihatan
atau keseimbangan.
 Feses berwarna gelap atau berdarah.
 Mual atau nyeri pada perut bagian atas.
 Ruam pada kulit atau memar.
 Pusing, gugup, sakit kepala.
 Diare, dan kembung.

22
6. Piroxicam
Indikasi
Piroxicam berfungsi untuk mengurangi rasa sakit, pembengkakan, dan peradangan
sendi akibat arthritis.
Efek Samping
 Sensitivitas terhadap cahaya meningkat.
 Demam, sakit kepala, leher kaku, menggigil.
 Nyeri pada dada, letih, nafas pendek, bicara tidak jelas, masalah penglihatan
atau keseimbangan.
 Feses berwarna gelap atau berdarah.
 Mual atau nyeri pada perut bagian atas.
 Ruam pada kulit atau memar.
 Pusing, gugup, sakit kepala.
 Diare, dan kembung.
7. Celecoxib
Indikasi
Fungsi utama Celecoxib adalah untuk mengobati peradangan dan meredakan nyeri
terutama pada kondisi berikut :
 Peradangan sendi, misalnya pada penyakit osteoarthritis, rheumatoidarthritis
dan ankylosing spondylitis.
 Nyeri sedang dan berat, misalnya pada perlukaan, peradangan, atau saat
haid.
 Polip pada usus besar, misalnya pada penakit familial adenomatous
polyposis.
Efek Samping
 Sakit kepala, nyeri perut, mual.
 Diare, muntah, sering buang angin.
 Sulit tidur.
 Pingsan, gagal jantung, gagal ginjal.
 Nyeri dada, telinga berdenging, perdarahan.
 Pandangan kabur, sensitivitas terhadap cahaya meningkat.
 Berat badan naik.
 Ulkus atau luka lambung atau usus halus.

23
F. STUDI KASUS
Identifikasi Pasien
Nama : Ny. S BB 58kg TB 167cm
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Bougenvil

Pasien datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada lutut kiri sejak 3
minggu yang lalu. Nyeri terasa di tusuk-tusuk. Nyeri dirasakan pada saat naik turun
tangga, saat perpindahan dari posisi duduk lalu berdiri ataupun sebaliknya. Nyeri
hilang jika beberapa saat istrahat. Nyeri pada sendi lain disangkal oleh pasien.

Riwayat penyakit terdahulu : Riwayat trauma disangkal, HT dan DM disangkal,


Maag 2 tahun terakhir.
Diagnosis : Osteoatritis
Riwayat penyakit keluarga : -
Pemeriksaan fisik :
Keadaan utama : tampak sakit sedang
TD : 120/80mg
Nadi : 92x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,30C
Terapi :
Meloxicam 2x15mg/hari
Vitaneuron 2x1 tab/hari

G. ANALISIS SOAP

SUBYEKTIF : Nyeri pada lutut kiri kurang lebih 3 minggu, nyeri dirasakan pada
saat beraktivitas, nyeri hilang pada saat istirahat, riwayat penyakit terdahulu : maag
2 tahun terakhir.

OBYEKTIF : TD = 120/80 mg
Nadi = 92x/menit
Pernapasan = 20x/menit
Suhu = 36,3ᴼC

24
ANALISIS OBAT

No Nama Obat Indikasi Mekanisme Dosis ESO Referensi


(Referensi)

ASSESMENT

Problem Medik S, O Terapi Analisa DRP


S : nyeri lutut  Meloxicam Dapat Pasien
Osteoarthritis sejak 3 minggu 2x15mg/hari ditambahkan membutuhkan obat
O : 36,3ᴼC  Vitaneuron pemberian
2x1 tab/hari maag

25
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

26
Osteoarthritis merupakan penyakit yang berkembang dengan lambat, biasa
mempengaruhi sendi diartrodial perofer dan rangka aksial. Penyakit ini ditandai
dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikukar yang berakhibat pada
pembentukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas, dan
ketidakmampuan beraktifitas normal. Proses pembentukan osteoarthritis yaitu fase
inisiasi, fase inflamasi, fase nyeri, dan fase degradasi. Penggolongan obat dapat
berupa dengan terapi farmakologi, terapi non farmakologi dan juga pembedahan.

B. SARAN
Dengan beberapa uraian tentang osteoarthritis, mekanisme kerja osteoarthritis,
golongan obat, contoh obat osteoarthritis, indikasi dan efek samping darI obat
osteoarthritis diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I,K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J.I., Sunandar, E.Y., dkk. 2008. ISO
Farmakoterapi. PT ISFI Penerbitan : Jakarta.

27
Felson D T. Osteoarthritis. In: Fauci AS, et al., editors. HARRISON’S Principles of
Internal Medicine.17thed. New York:McGraw-Hill Companies Inc.;2008.p.2158-
2165.

Isbagio H, Setiyohadi B. Masalah dan Penanganan Osteoartritis Sendi Lutut. Cermin dunia
Kedokteran 1995 Okt;104:8-10.

Soeroso S, Isbagio H, Kalim H, Broto R, PramudiyoR. Osteoartritis. In: Sudoyo A W,


Setiyohadi B, Alwi I,Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.p.
1195-1201.

28

Anda mungkin juga menyukai