OSTEOARTRITIS
Oleh:
Kelompok 1
1. Dea Vilia Siswoyo
2. Mia Wulandari
3. Laura Nurul Alfiola
4. Omegawati
5. Riffinola Mepa Venesia
6. Sri Wahyuni
7. Wafik Anikoh
8. Wirna Ajeng Afrillia
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya serta
memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Osteoartritis”. Shalawat beriringkan
salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia yang
penuh ilmu pengetahuan.
Terimakasih kami ucapkan kepada fasilitator yang telah membimbing dan
telah mengarahkan tujuan diskusi sehingga kami dapat mencapai tujuan
pembelajaran dan menyelesaikan makalah hasil diskusi ini. Kami menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah hasil diskusi ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari tutor ataupun dari rekan
mahasiswa/I untuk kesempurnaan pembuatan makalah hasil diskusi ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
SKENARIO SUB MODUL 3...............................................................................iv
HASIL DK 1..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Definisi Osteoartritis.......................................................................................2
2.10 Penatalaksanaan..........................................................................................23
3.2 Saran 32
i
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
i
SKENARIO SUB MODUL 3
HASIL DK 1
Step 1
1. Nyeri sendi : rasa sakit dan ketidaknyamanan pada bagian yang
menghubungkan tulang-tulang
2. Lansia : lanjut usia (>60 tahun)
Keyword
- Wanita, 65 tahun
- KU : nyeri sendi lutut 1 tahun ini
- Sudah diobati dan membeli obat di apotek
- Lutut sering berbunyi
- BB ; 85 kg, TB: 156 cm
- Nyeri teka pada sendi (+)
- Nyeri bertambah ketika berjalan dna naik turun tangga
- Foto rontgen pada sendi lutut
- Dokter memberi obat-obatan
Step 2
1. Apa diagnosis pada kasus?
2. Mengapa nyeri bertambah ketika berjalan & naik turun tangga?
i
3. Apakah ada hubungan obesitas dan nyeir sendi?
4. Kelaina foto apa yang tampak pada foto rontgen?
5. Apa hubungan dokter menanyakan lutut sering berbunyi dengan kasus?
6. Bagaimana meknaisme terjaidnya nyeri sendi?
7. Apa tatalaksana awal pada kasus?
8. Apa kompliksi dan prognosis pada kasus?
9. Apa faktor risiko penyakit pada kasus?
10. Apa klsifikasi penyakit pada kasus?
11. Apa hubunga usia dengan jenis kelamin?
12. Apa kriteria diagnosis pada kasus?
13. Apakah obat-obatan yang diberikan dokter unutk mengurangi nyeri sendi?
Step 3
Step 4
v
BAB I
PENDAHULUA
1
BAB II
PEMBAHASA
2
3
dan anak perempuan dan wanita tanpa OA tersebut. Adanya mutasi dalam
gen kolagen II atau gen-gen structural lain untuk unsur-unsur tulang rawan
sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan
dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada OA
tertentu, terutama OA banyak sendi (Setiati et al, 2014).
d. Suku Bangsa
Frekuensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa. Timbulnya OA paha lebih
jarang di antara orang-orang kulit hitan dan Asia daripada Kaukasia OA
lebih sering dijumpai orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang
kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan (Setiati et
al, 2014).
e. Kegemukan dan Penyakit Metabolik
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya
risiko unutk timbulnya risiko untuk timbulnya OA baik pada wanita maupun
pada pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan OA pada sendi
yang menaggung beban, tapi juga dengan OA sendi lain (tangan atau
sternoklavikula). Oleh karena itu disamping faktor mekanis yang berperan
(karena meningkatnya beban mekanis) diduga terdapat faktor lain
(metabolik) yang berperan pada timbulnya OA. Peran faktor metabolik dan
hormonal pada kaitan dengna OA dan kegemukan juga disokong oleh
adanya kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus
dan hipertensi. Pasien-pasien OA ternyata mempunyai risiko penyakit
jantung coroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada orang-orang tanpa
OA (Setiati et al, 2014).
f. Cedera Sendi, Pekerjaan dan Olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus (misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan
peningkatan risiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi dan olahraga
yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan denga risiko OA yang
3
4
lebih tinggi. Peran beban benturan yang beurlang pada timbulnya OA masih
menjadi pertentangan. Aktifitas tertentu dapat menjadi predisposisi OA,
cedera traumatik (misalnya robeknya meniscus, ketidakstabilan ligamen)
yang dapat mengenai sendi. Akan tetapi selain cedera yang nyata hasil-hasil
penelitian tidak menyokong pemakaian yang berlebihan sebagai suatu faktor
untuk timbulnya OA. Meskipun demikian, beban benturan yang berulang
dapat menjadi suatu fsktor penentu lokasi pada orang-orang yang
mempunyai predisposisi OA dan dapat berkiatan dengan perkembangan dan
beratnya OA (Setiati et al, 2014).
g. Kelainan Pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan pada (misalnya penyakit
Perthes dan dislokasi kongenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA
paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih
banyaknya OA paha pada laki-laki dan ras tertentu (Setiati et al, 2014).
h. Faktor Lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan risiko
timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat
(keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh
tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah
robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih tingginya OA pada orang
gemuk dan pelari (yang umumnya mempunyai tulang yang lebih padat) dan
kaitan negative antara osteoporosis dan OA. Merokok dilaporkan menjadi
faktor yang melindungi untuk timbulnya OA, meskipun mekanismenya
belum jelas (Setiati et al, 2014).
4
5
a. Metabolik
Artritis Kristal (Gout, calcium pyrophosphate dihydrate
arthropaty/ pseudogout)
Akromegali
Okronosis (alkaptonuria)
Hemokromatosis
Penyakit Wilson
b. Anatomi/struktur sendi
Slipped femoral epiphysis
Epiphyseal dysplasias
Penyakit Blount’s
Penyakit Legg-Perthe
Dislokasi koksa kongenital
Panjang tungkai tidak sama
Deformitas valgus/varus
Sindroma hipermobiliti
c. Trauma
Trauma sendi mayor
Fraktur pada sendi atau osteonekrosis
Bedah tulang (contoh: menisektomi)
Jejas kronik (artropati okupasional/terkait pekerjaan), beban
mekanik kronik (obesitas)
d. Inflamasi
Semua artropati inflamasi
Artritis septik
5
6
6
7
7. Osteoartritis Siku
OA siku jarang ditemukan, umumnya terjadi sebagai akibat dari
paparan getaran berulang (repeated vibration exposure), trauma atau
metabolik artropati.
8. Osteoartritis Temporomandibular
Ditandai dengan krepitus, kekakuan dan nyeri saat chewing, gejala
serupa diatas ditemukan pada sindroma disfungsi temporomandibular.
Radiografi: gambaran OA sering ditemukan.
7
8
8
9
9
1
istirahat. Nyeri, gejala utama osteoarthritis, diduga muncul dari nyeri karena
adanya kombinasi antara Kemacetan pembuluh darah tulang subkondral,
menyebabkan peningkatan tekanan intraoseus, Efusi sendi dan peregangan kapsul
sendi. Pada pasien-pasien dimana penyakitnya berkembang, rasa sakit lebih terus
menerus dan mulai mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari, yang pada akhirnya
menyebabkan keterbatasan fungsi yang parah. Pasien juga mungkin mengalami
pembengkakan tulang, deformitas sendi. OA biasanya mempengaruhi sendi
interphalangeal proksimal dan distal, sendi carpometacarpal (CMC) pertama,
pinggul, lutut, sendi metatarsophalangeal pertama, dan sendi tulang belakang
leher dan lumbar servikal bawah. OA dapat bersifat monoarticular atau
polyarticular. Kerusakan pada kartilago menyebabkan kontak lansung antar tulang
sehingga menimbulkan krepitasi (gemertak sendi). Akibat nyeri maka
menyebabkan hambatan pergerakan pada sendi, nyeri bertambah dengan gerakan
dan berkurang saat istirahat.
1
1
B. Pemeriksaan Fisik
a. Hambatan Gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih
dini (secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin
beratnya penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi
kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan)
maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja) (Setiati et al, 2014).
b. Krepitasi
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada
awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau
remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah
1
1
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiografis Sendi yang Terkena
Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena OA
sudah cukup memberikan gambaran diagnostik yang lebih canggih.
Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA ialah:
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada
bagian yang menanggung beban)
1
1
b. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tak banyak
berguna. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas
normal, kecuali OA generalisata yang harus dibedakan dengan artritis
peradangan (Setiati et al, 2014).
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1. Rotasi internal sendi panggul < 15° disertai LED ≤ 45 mm/jam atau
fleksi sendi panggul ≤ 115° (jika LED sulit dilakukan)
2. Rotasi internal sendi panggul ≥ 15° disertai nyeri yang terkait
pergerakan rotasi internal sendi panggul, kekakuan sendi panggul pagi
hari ≤ 60 menit, dan usia > 50 tahun
Sensitivitas 89% dan spesifisitas 91%.
Berdasarkan kriteria klinis, laboratoris dan radiologis:
- Nyeri pada sendi panggul/koksa
dan
- Paling sedikit 2 dari 3 kriteria di bawah ini:
1. LED < 20 mm pada jam pertama
2. Osteofit pada femoral dan atau asetabular pada gambaran radiologis
3. Penyempitan celah sendi secara radiologis (superior, axial dan atau
medial)
Sensitivitas 89% dan spesifisitas 91%.
1
1
>OA Sekunder:
OA yang didasari oleh
adanya kelainan
endokrin, inflamasi,
metabolik,
pertumbuhan, herediter,
jejas mikro dan makro
serta imobilisasi yang
terlalu lama
Gambaran - Nyeri sendi cenderung -Pembengkakan sendi, -Gout klasik
Klinis memiliki onset yang nyeri tekan, kaku, menimbulkan
perlahan. biasanya sangat monoartritis, sering
mengganggu di pagi bermula pada sendi
-Nyeri bertambah hari dan membaik metatarsal falang
dengan aktifitas, seiring dengan (MTP). Pada saat
membaik dengan berjalannya hari dan serangan timbul nyeri
istirahat, terasa paling muncul kembali pada yang sangat hebat dan
nyeri pada akhir hari malam hari. berlangsung selama 7-
dan seiring dengan 10 hari.
memburuknya penyakit, -Persendian kecil pada
menjadi semakin parah, tangan dan kaki -Nefropati gout dan
sampai pada tahap di cenderung terkena batu ginjal.
mana pergerakan secara asimetris pada
minimal saja sudah awalnya, akhirnya -Gout akut dapat
menimbulkan rasa menjadi simetris diikuti berlanjut menjadi gout
1
2
2
2
Adakah tanda-tanda
artritis radang
(misalnya kaku di pagi
hari, demam, dan
sebagainya)?
Pemeriksaan Adakah tanda-tanda Adakah bengkak, nyeri Sendi yang nyeri,
Fisik penyakit sistemik tekan pada palpasi, meradang kemerahan
(demam, penurunan eritema, penebalan
berat badan)? sinovial, kisaran gerak Jarang ada tofi gout,
berkurang, deformitas, khususnya pada telinga
Periksa sendi yang dll? pasien.
terkena untuk
deformitas, nyeri tekan, Pola deformitas klasik
krepitasi, kisaran gerak pada tangan adalah:
berkurang, dan deviasi ulnaris pada
gangguan fungsional. jari, leher-‘angsa’,
Keterlibatan sendi deformitas
biasanya simetris. ‘Boutonniere’.
2
2
2
2
2.10 Penatalaksanaan
2.10.1 Penatalaksanaan Osteoartritis
A. Terapi Non Farmakologi
1 Edukasi pasien.
2 Program penatalaksanaan mandiri (self-management programs) yaitu
modifikasi gaya hidup.
3 Bila berat badan berlebih (BMI > 25), dilakukan untuk program
penurunan berat badan, minimal penurunan 5% dari berat badan, dengan
target BMI 18,5-25.
4 Program latihan aerobik (low impact aerobic fitness exercises).
5 Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi, penguatan
otot- otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu gerak sendi (assistive
devices for ambulation) yaitu memakai tongkat pada sisi yang sehat.
2
2
C. Terapi Farmakologi
Pendekatan terapi awal
1 Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, dapat diberikan salah
satu obat berikut ini, bila tidak terdapat kontraindikasi pemberian obat
tersebut:
• Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari).
• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS).
a. Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, yang memiliki
risiko pada sistem pencernaan (usia >60 tahun, disertai penyakit
komorbid dengan polifarmaka, riwayat ulkus peptikum, riwayat
perdarahan saluran cerna, mengkonsumsi obat kortikosteroid dan atau
antikoagulan), dapat diberikan salah satu obat berikut ini:
• Acetaminophen ( kurang dari 4 gram per hari).
• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) topikal
• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) non selektif, dengan
pemberian obat pelindung gaster (gastro- protective agent).
Untuk nyeri sedang hingga berat, dan disertai pembengkakan sendi, aspirasi
dan tindakan injeksi glukokortikoid intraartikular (misalnya triamsinolone
hexatonide 40 mg) untuk penanganan nyeri jangka pendek (satu sampai tiga
2
2
minggu) dapat diberikan, selain pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid per oral
(OAINS).
2
2
2
2
2
2
2. Sifat holistik mengandung arti secara vertikal mau pun horizontal. Secara
vertikal berarti pemberian pelayanan harus dimulai dari masyarakat sampai
ke pelayanan rujukan tertinggi (rumah sakit yang mempunyai pelayanan
subspesialis geriatri). Secara horisontal berarti pelayanan kesehatan harus
merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan warga lanjut usia secara
menyeluruh (Kemenkes, 2014).
Untuk mengupayakan prinsip pelayanan holistik yang berkesinambungan
dan secara berjenjang (vertikal) mulai dari masyarakat, puskesmas dan
rumah sakit, kontinuitas pelayanan kesehatan geriatri secara garis besar
dapat dibagi menjadi:
a. Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat (Community
Based Geriatric Service)
b. Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat Berbasis Rumah
Sakit (Hospital Based Community Geriatric Service)
c. Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia Berbasis Rumah Sakit (Hospital
Based Geriatric Service)
3. Pelayanan holistik harus mencakup aspek promotif, pencegahan (preventif),
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) (Kemenkes, 2014).
2
2
2
3
2. Electromagnetic therapy
3. Manual therapy
Terapi massage menggunakan rabaan untuk memberikan tekanan pada kulit,
otot, tendo. dan ligamen. Pada dasamya massage dipergunakan untuk mengurangi
ketegangan otot, meningkatkan aliran darah, dan mengurangi kepekaan saraf
terhadap nyeri. Jenis aplikasi massage yang biasa dilakukan antara lain: stroking,
effleurage. kneading, picking up. dan wringing. Stroking dilakukan dengan
keseluruhan tangan atau jari. Tangan tersebut dalam kondisi rileks dan memberi
tekanan yang berirama sehingga dapat merileksasikan otot penderita. Eufleurage
dilakukan dengan memberikan tekanan sekaligus menggerakkan tangan dengan
kecepatan tertentu untuk mengurangi ketegangan otot sekaligus meningkatkan
aliran darah limfe. Kneading merupakan aplikasi tekanan yang dilakukan dengan
diikuti periode pelepasan secara bergantian. Picking up merupakan teknik
massage dengan mengangkat massa otot dan segera melepaskannya kembali.
Wringing merupakan teknik mengangkat masa otot kemudian memutarnya
sebelum dilepaskan kembali (Arovah, 2007).
Relaxed passive movement merupakan terapi yang dilakukan oleh
fisioterapis dengan jalan menggerakkan otot dan persendian pasien secara pasif.
Terapi ini dilakukan untuk mendapatkan jangkauan gcrak secara maksimal pada
3
3
sendi, menimbulkan efek relaksasi secara umum, mengaktifkan kembali otot yang
selama ini pasif, dan meningkatkan drainase limfe. Terapi ini terutama bermanfaat
pada gangguan persendian (osteoartritis), stroke, kelumpuhan. dan orang yang
harus melakukan istirahat total. Apabila diperlukan terapi ini dapat
dikombinasikan dengan manual training (Arovah, 2007).
3
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
- Osteoartritis merupakan penyakit sendi degenerative yang ditandai oleh
kerusakan kartilago sendi. Faktor resiko penyakit ini yaitu usia tua, wanita,
kegemukan, pemakaian sendi secara terus menerus, dll.
- Manifestasi klinis osteoartitis yaitu nyeri sendi yang betambah berat ketika
digerakkan, hambatan gerak sendi, kaku di pagi hari, krepitasi, deformitas
sendi.
- Penegakan diagnosis terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan radiologi
yaitu ditemukan penyempitan celah sendi, kista, osteofit, dan perubahan
struktur anatomi sendi. Diagnosis banding dari nyeri sendi yaitu
osteoarthritis, gout, dan rumatoid arthritis.
- Penatalaksanaan pada osteoarthritis yaitu terapi nonfarmakologi dan terapi
farmakologi. Terapi farrmakologi yaitu obat anti inflamasi non steroid.
3.2 Saran
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempura, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dan
menyempurnakan penulisan makalah osteoartritis ini sangat di harapkan.
3
DAFTAR PUSTAKA
Setiati et al. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing.
3
34