Anda di halaman 1dari 24

PENYAKIT OSTEOARTRITIS

Dibuat oleh:
Annisa Nurazizah (212FF05046)
Agung Gilang Rejeki (212FF05050)
Santi Setiani (212FF05044)
Sulistia Suryaman (212FF05045)
Rahmawati (212FF05043)
Sitti Aulia Farah Rosa (212FF05047)
Tasya Aulia (212FF05048)
Windy Tsania Styafitri (212FF05049)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS BAKTI KENCANA
2022
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "PENYAKIT Osteoartritis".

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah kapita Selekta Farmakoterapi


dan Farmasi Klinik. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang penyakit
Osteoartritis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Agus Sulaeman, Dr. MSi., Apt
selaku dosen mata kuliah kapita Selekta Farmakoterapi dan Farmasi Klinik. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 25 Februari 2022

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Tujuan.............................................................................................................
D. Manfaat...........................................................................................................
BAB II........................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................
A. Tinjauan Teoritis.............................................................................................
1. Definisi Oesteoartritis.................................................................................
2. Etiologi Oesteoartritis.................................................................................
3. Manifestasi Klinik Oesteoartritis................................................................
4. Patofiologi Osteoartritis..............................................................................
5. Algoritma Terapi Osteoartritis....................................................................
6. Penatalaksanaan Osteoartritis......................................................................
BAB III......................................................................................................................
ANALISIS KASUS SOAP........................................................................................
A. Etiologi dan Patofisologi.................................................................................
1. Etiologi Penyakit Osteoartritis........................................................
2. Patoisiologi Penyakit Osteoartritis..................................................
B. Analisa SOAP ................................................................................................
C. Deskripsi Obat................................................................................................
D. Skrining Resep................................................................................................
E. Perhitungan Dosis.............................................................................................
F. Analisis Drug Related Problem (DRP).............................................................
G. Analisis Ketepatan Obat...................................................................................
H. Rencana Monev................................................................................................
1.Monev Pada Pasien DM Tipe 2..................................................................................
2.Monev Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik....................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
LAMPIRAN...............................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Osteoartritis (OA) merupakan bentuk artritis yang paling sering ditemukan di


masyarakat, bersifat kronis, berdampak besar dalam masalah kesehatan masyarakat.
Osteoartritis dapat terjadi dengan etiologi yang berbeda-beda, namun mengakibatkan
kelainan bilologis, morfologis dan keluaran klinis yang sama.
Proses penyakitnya tidak hanya mengenai rawan sendi namun juga mengenai
seluruh sendi, termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial
serta jaringan ikat periartikular. Pada stadium lanjut rawan sendi mengalami kerusakan
yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fissura dan ulserasi yang dalam pada permukaan
sendi.
Harus dipahami bahwa pada OA merupakan penyakit dengan progresifitas yang
lambat, dengan etiologi yang tidak diketahui. Terdapat beberapa faktor risiko OA,
yaitu: obesitas, kelemahan otot, aktivitas fisik yang berlebihan atau kurang, trauma
sebelumnya, penurunan fungsi proprioseptif, faktor keturunan menderita OA dan faktor
mekanik. Faktor risiko tersebut mempengaruhi progresifitas kerusakan rawan sendi dan
pembentukan tulang yang abnormal. OA paling sering mengenai lutut, panggul, tulang
belakang dan pergelangan kaki. Karakteristik OA ditandai dengan keluhan nyeri sendi
dan gangguan pergerakan yang terkait dengan derajat kerusakan pada tulang rawan.
Osteoartritis saat ini tidak lagi dianggap penyakit degeneratif, namun usia tetap
merupakan salah satu faktor risikonya. Usia diatas 65 tahun, hanya 50% memberikan
gambaran radiologis sesuai Osteoartritis, meskipun hanya 10% pria dan 18% wanita
diantaranya yang memperlihatkan gejala klinis OA, dan sekitar 10% mengalami
disabilitas karena OA nya, maka dapat difahami jika makin bertambah usia, makin
tinggi kemungkinan untuk terkena OA. Seiring dengan meningkatnya usia harapan
hidup, menurut WHO pada tahun 2025 populasi usia lanjut di Indonesia akan
meningkat 414% dibanding tahun 1990. Di Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak
secara radiologis mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita yang berumur
antara 40-60 tahun. Penelitian di Bandung pada pasien yang berobat ke klinik
reumatologi RSHS pada tahun 2007 dan 2010, berturutturut didapatkan: OA merupakan
74,48% dari keseluruhan kasus (1297) reumatik pada tahun 2007. Enam puluh sembilan

4
persen diantaranya adalah wanita dan kebanyakan merupakan OA lutut (87%). Dan dari
2760 kasus reumatik pada tahun 2010, 73% diantaranya adalah penderita OA, dengan
demikian OA akan semakin banyak ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari. Saat
ini terdapat lebih dari 50 modalitas penatalaksanaan OA baik non farmakologi maupun
farmakologi, maka diperlukan rekomendasi untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi penatalaksanaan OA.

B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat memahami pengertian, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, algoritma
terapi, dan penatalaksanaan terapi osteoartritis.
2. Memahami dan mengembangkan kasus farmakoterapi klinis penyakit osteoartritis
dengan analisis SOAP

C. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini dapat memberikan informasi penggunaan obat terkait
penyakit osteoartritisdan sebagai bahan dalam mengkaji mutu pelayanan kesehatan
dalam penggunaan obat penyakit osteoartritis.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Merupakan penyakit sendi degeneratif yang progresif dimana rawan kartilago


yang melindungi ujung tulang mulai rusak, disertai perubahan reaktif pada tepi sendi
dan tulang sub khondral yang menimbulkan rasa sakit dan hilangnya kemampuan
gerak.
Insidensi dan prevalensi OA berbeda-beda antar negara. Penyakit ini merupakan
jenis arthritis yang paling sering terjadi yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia
dewasa.
2.2. Etiologi

Beberapa faktor risiko yang berperan dalam kejadian OA diantaranya adalah:


 Kadar estrogen rendah
 Kadar insulin-like growth factor 1 (IGF-1) rendah
 Usia
merupakan faktor risiko paling umum pada OA. Proses penuaan meningkatkan
kerentanan sendi melalui berbagai mekanisme. Kartilago pada sendi orang tua sudah
kurang responsif dalam mensintesis matriks kartilago yang distimulasi oleh
pembebanan (aktivitas) pada sendi. Akibatnya, sendi pada orang tua memiliki kartilago
yang lebih tipis. Kartilago yang tipis ini akan mengalami gaya gesekan yang lebih
tinggi pada lapisan basal dan hal inilah yang menyebabkan peningkatan resiko
kerusakan sendi. Selain itu, otot-otot yang menunjang sendi menjadi semakin lemah
dan memiliki respon yang kurang cepat terhadap impuls. Ligamen menjadi semakin
regang, sehingga kurang bisa mengabsorbsi impuls. Faktor-faktor ini secara
keseluruhan meningkatkan kerentanan sendi terhadap OA
 Obesitas
 Jenis kelamin wanita
masih belum banyak diketahui mengapa prevalensi OA pada perempuan usila lebih
banyak daripada lakilaki usila. Resiko ini dikaitkan dengan berkurangnya hormon
pada perempuan pasca menopause.
 Ras
 Genetik
6
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya mutasi dalam gen
prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsurunsur tulang rawan sendi seperti
kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis
 Aktifitas fisik yang melibatkan sendi yang bersangkutan
 Trauma
 Tindakan bedah orthopedik seperti menisektomi
 Kepadatan massa tulang
 Merokok
 Endothelial cell stimulating factor dan
 Diabetes mellitus.
Usia dan jenis kelamin wanita merupakan faktor risiko utama terjadinya OA, terutama
pada lutut. The First National Health and Nutritional Examination Survey (HANES I)
di Inggris memperlihatkan, bahwa obesitas, ras, dan pekerjaan mempunyai korelasi
terhadap terjadinya OA lutut.

2.3. Epidemiologi

Insidensi dan prevalensi Osteoarthritis (OA) bervariasi pada masing-masing


negara, tetapi data pada berbagai negara menunjukkan, bahwa arthritis jenis ini adalah
yang paling banyak ditemui, terutama pada kelompok usia dewasa dan usia lanjut.
Prevalensinya meningkat sesuai pertambahan usia. Data radiografi menunjukkan bahwa
OA terjadi pada sebagian besarusia lebih dari 65 tahun, dan pada hamper setiap orang
pada usia 75 tahun. OA ditandai dengan nyeri dan kaku pada sendi, serta adanya
hendaya keterbatasan gerakan

2.4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari OA biasanya terjadi secara perlahan-lahan. Awalnya


persendian akan terasa nyeri di persendian, kemudian nyeri tersebut akan menjadi
persisten atau menetap, kemudian diikuti dengan kekakuan sendi terutama saat pagi
hari atau pada posisi tertentu pada waktu yang lama (Subagjo, 2000).

7
Tanda kardinal dari OA adalah kekakuan dari persendian setelah bangun dari
tidur atau duduk dalam waktu yang lama, swelling (bengkak) pada satu atau lebih
persendian, terdengar bunyi atau gesekan (krepitasi) ketika persendian digerakkan
(Subagjo, 2000).
Pada kasus-kasus yang lanjut terdapat pengurangan massa otot. Terdapatnya
luka mencerminkan kelainan sebelumnya. Perlunakan sering ditemukan, dan dalam
cairan sendi superfisial, penebalan sinovial atau osteofit dapat teraba (Hoaglund, 2001).
Pergerakan selalu terbatas, tetapi sering dirasakan tidak sakit pada jarak tertentu;
hal ini mungkin disertai dengan krepitasi.Beberapa gerakan lebih terbatas dari yang
lainnya oleh karena itu, pada ekstensi panggul, abduksi dan rotasi interna biasanya
merupakan gerakan yang paling terbatas. Pada stadium lanjut ketidakstabilan sendi
dapat muncul dikarenakan tiga alasan: berkurangnya kartilago dan tulang, kontraktur
kapsuler asimetris, dan kelemahan otot (Hoaglund, 2001).
Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tak dapat didasarkan hanya
pada satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya dilakukan pemeriksaan reumatologi ringkas
berdasarkan prinsip GALS (Gait, arms, legs, spine) dengan memperhatikan gejala-
gejala dan tanda-tanda sebagai berikut (Moskowitz, 2001) :
 Nyeri sendi
Nyeri sendi merupakan hal yang paling sering dikeluhkan. Nyeri sendi pada OA
merupakan nyeri dalam yang terlokalisir, nyeri akan bertambah jika ada pergerakan
dari sendi yang terserang dan sedikit berkurang dengan istirahat. Nyeri juga dapat
menjalar (radikulopati) misalnya pada osteoarthritis servikal dan lumbal. Claudicatio
intermitten merupakan nyeri menjalar ke arah betis pada osteoartritis lumbal yang
telah mengalami stenosis spinal. Predileksi OA pada sendi-sendi; Carpometacarpal I
(CMC I), Metatarsophalangeal I (MTP I), sendi apofiseal tulang belakang, lutu, dan
paha)
 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi misalnya karena
duduk di kursi atau mengendarai mobil dalam waktu yang sukup lama, bahkan sering
disebutkan kaku muncul pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness).
 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat, bertambah berat secara
perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
8
 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi yang
sakit.
 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan berupa
perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi. Perubahan ini dapat timbul
karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan
dan gaya berjalan dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi. Seringkali pada
lutut atau tangan mengalami perubahan bentuk membesar secara perlahan-lahan.
 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan, hampir
semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki, lutut dan panggul mengalami
perubahan gaya berjalan (pincang). Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri.

2.5. Diagnosis

Pemeriksaan fisik, temuan radiografi karakteristik, dan pengujian laboraturium.


Tujuan utama diagnosis adalah :

a. Untuk membedakan antara OA primer dan sekunder


b. Untuk memperjelas sendi yang terlibat, tingkat keparahan keterlibatan sendi, dan
respons terhadap terapi berikutnya, memberikan dasar untuk rencana perawatan.

Menurut kriteria klasifikasi OA pinggul dan lutut yang dikembangkan oleh


American College Of Rheumatology (ACR) adalah adanya nyeri, perubahan tulang
pada pemeriksaan, tingkat sedimentasi eritrosit (ESR), dan radiografi menunjukkan
karakteristik Osteofitatau penyempitan celah sendi
a. Untuk OA pinggul
Pasien harus mengalami nyeri di pingul dan setidaknya dua dari tiga berikut:
 LED kurang dari 20 mm/jam
 Osteofit femoralis atau acetabular radiografik
 Penyempitan celah sendi radiografik

9
b. Untuk OA lutut
Pasien harus mengalami nyeri lutut dan osteofit radiografis serta mengalami satu
atau lebih dari berikut :
 Usia lebih dari 50 tahun
 Kekakuan pagi dengan durasi 30 menit atau kurang
 Krepitasi saat bergerak
 Pembesaran tulang nyeri tekan tulang, atau
 Kehangatan sendi yang teraba (Dipiro et all., (2020))

10
2.6. Patofisiologi

Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang paling sering mengenai rawan


kartilago. Kartilago merupakan jaringan licin yang membungkus ujung-ujung tulang
persendian. Kartilago yang sehat memungkinkan tulang-tulang menggelincir sempurna
satu sama lain. Selain itu kartilago dapat menyerap renjatan (shock) dari gerakan fisik.

Yang terjadi pada penderita OA ialah sobek dan ausnya lapisan permukaan
kartilago. Akibatnya tulang–tulang saling bergesekan, menyebabkan rasa sakit,
bengkak, dan sendi dapat kehilangan kemampuan bergerak. Lama kelamaan sendi akan
kehilangan bentuk normalnya, dan osteofit dapat tumbuh di ujung persendian. Sedikit
dari tulang atau kartilago dapat pecah dan mengapung didalam ruang persendian.
Akibatnya rasa sakit bertambah, bahkan dapat memperburuk keadaan.

2.7. Algoritma Terapi

Terapi osteoarthritis adalah dengan mengurangi rasa nyeri yang diderita pasien
sehingga pasien dapat beraktivitas dengan lebih baik, selain itu terapi pengurangan berat
badan bagi penderita obesitas sangat diperlukan untuk mencegah perburukan penyakit.

Pada osteoarthritis berat yang dilakukan adalah pembedahan Total Knee


Replacement Nurdiana, R dkk. (2021)

11
12
2.8. Penatalaksanaan

Terapi farmakologi ( Dipiro,2020, Hal 4350)

13
Terapi non farmakologi
Terapi nonfarmakologis adalah satu-satunya pengobatan yang tersedia yang telah terbukti
menunda perkembangan OA. Untuk menentukan terapi nonfarmakologis yang harus
ditawarkan, dilihat dari karakteristik spesifik pasien, yaitu :
 Jumlah dan lokasi sendi yang terkena,
 Derajat gangguan fungsional,
 Indeks massa tubuh,
 Motivasi, dan
 Status kesehatan keseluruhan

Untuk terapinya meliputi:


 Edukasi Pasien : Tentang proses penyakit, tingkat OA, prognosis dan pilihan pengobatan
 Penurunan Berat Badan
 Latihan / Terapi Fisik : dapat meningkatkan fungsi sendi dan menurunkan kecacatan,
nyeri, dan penggunaan analgesik pada pasien OA.
 Terapi Okupasi
 Operasi

14
BAB III
ANALISIS KASUS

Ny M, 58 tahun adalah seorang manager di perusahaan swasta dengan aktifitas yang


padat dan mobilitas tinggi. Dua tahun lalu mengalami nyeri pada lutut dan akan terasa
pada saat akan naik tangga sehingga cukup mengganggu aktifitasnya. Hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar asam urat 4,5 mg/dl, RF Negatif (-),
ASTO (-), CRP 8,7 mg/dl. Hasil rontgent lutut : OA grade 3. Hasil BMD : dalam
range normal. Hasil pemeriksaan penanda resorpsi tulang CTx: normal. Vit D 28.9 IU
(rujukan : 30 IU). Nilai CRP : > 10 mg/L : infeksi akut, < 1 mg/L : normal. Saat itu
dokter memberikan resep celecoxib 200 mg 2 x1 (400 mg/ hari) dan glukosamin 500
mg 2 x1. Pasien mengalami perbaikan dan untuk menjaga Kesehatan tulangnya saat
ini pasin mengkonsumsi glukosamin 500 mg 1x1 dan vitamin D 1000 IU 1x1.

Diskusikan kasus tersebut berdasarkan pustaka yang sah dan mutakhir


1. Aspek Farmakoterapi: Definisi penyakit, patofisiologi, etiologi, manifestasi
klinik, pedoman penatalaksanaan osteoartitis, dan monitoring hasil terapi
2. Aspek Pelayanan Kefarmasian : telaah resep secara klinik

3.1 Etiologi dan patofisiologi penyakit pasien tersebut

a. Etiologi Penyakit Osteoartritis

b. Patofisiologi Penyakit Osteoartritis

15
3.2 Analisis SOAP

Tgl Subjekif/Objektif Problem Terapi saat Assesment Plan Monitoring


medik ini

S = Dua tahun lalu mengalami Osteoarthritis Glukosamin ROTD ( Glukosanin tidak Edukasi efek terapi ET: glukosamin
nyeri pada lutut dan akan terasa Grade 3 500 mg 1x1 memberikan kemanjuran dan efek samping dari kurang
pada saat akan naik tangga efek untuk nyeri pinggul dan Glukosamin karena memberikan efek
sehingga cukup mengganggu lutut dan bukan merupakan dapat menyebabkan ES: perut
aktifitasnya pilihan yang gangguan GI kembung, keram
O = asam urat 4,5 mg/dl, RF direkoemdasikan perut
Negatif (-), ASTO (-), CRP 8,7 ROTD (Efek samping Jika memungkinkan Monitoring nilai
mg/dl. Hasil rontgent lutut: OA glukosamin dapat Mengganti CRP: CRP : > 10
grade 3. Hasil BMD : dalam range menyebabkan perut glukosamin dengan mg/L : infeksi
normal.
kembung, kembung, dan analgesik topikal. akut, < 1 mg/L :
Hasil pemeriksaan penanda
kram perut) normal)
resorpsi tulang CTx: normal. Vit
D 28.9 IU (rujukan : 30 IU)

(Rujukan Nilai CRP : > 10


mg/L : infeksi akut, < 1 mg/L :
normal) Vitamin D ROTD (Karena waktu paruh Monitoring
1000 IU 1x1 vitamin D adalah sekitar 1 penggunaan Vit
bulan, periksa kembali D setelah 3 bulan
konsentrasi vitamin D terapi
setelah sekitar 3 bulan

16
terapi)

Modifikasi gaya hidup :


- Mengkonsumsi makanan yang sehat dengan memperbanyak konsumsi sayur dan buah
- Kurangi mengkonsumsi garam dan lemak untuk mengurangi berat badan
- Memperbanyak konsumsi air putih
- Waktu Tidur terpenuhui yakni 8 jam
- Menghindari merokok, perokok pasif dan alcohol
- Olahraga ringan seperti jalan santai dipagi hari

Edukasi Pasien :
- Edukasi pasien tentang proses penyakit, prognosis, dan pengobatan.
- Konseling diet, olahraga, dan program penurunan berat badan untuk pasien kelebihan berat badan.

17
- Terapi fisik dengan memberikan kompres panas atau dingin pada bagian yang nyeri dan menyarankan program olahraga untuk
membantu mempertahankan rentang gerak dan mengurangi rasa sakit dan kebutuhan analgesik.
- Alat bantu dan orthotic (tongkat, walker, brace, heel cup, sol) dapat digunakan saat berolahraga atau beraktivitas sehari-hari.
- Prosedur pembedahan (misalnya, osteotomi, artroplasti, fusi sendi) diindikasikan untuk disabilitas fungsional dan/atau nyeri hebat yang
tidak responsif terhadap terapi konservatif.

3.3 Deskripsi Obat

Nama Kandungan Indikasi Mekanisme Kerja Kontra Indikasi Interaksi Obat


Obat
Celcoxib Celecoxib 200 untuk mengobati Menghambat siklooksigenase Pasien yang Hipersensitif Dapat mengurangi efek
mg osteoarthritis, (COX-2), tidak terhadap celecoxib. antihipertensi dari ACE
ankylosing spondylitis, mempengaruhi COX-1 (pada Pasien dengan reaksi inhibitor, antagonis
rheumatoid arthritis, konsentrasi terapeutik), hipersensitivitas terhadap reseptor angiotensin II,
mengatasi dismenorea sehingga mengurangi sulphonamide diuretik, β-blocker.
primer), nyeri akut. pembentukan sintesis Pasien dengan riwayat
prostagladin asma, urticaria, atau reaksi
alergi setelah
mengkonsumsi aspirin

18
atau NSAID lainnya
Untuk pengobatan nyeri
pasca-operasi CABG
(Coronary Artery Bypass
Graft)
Glukosa Glukosamin untuk membantu Menghambat sintesis Hipersensitif terhadap Dapat meningkatkan efek
min 500 mg menjaga kesehatan glikosaminoglikan dan glukosamin dan kerang antikoagulan warfarin dan
persendian mencegah destruksi tulang acenocoumarol. Dapat
rawan. Glukosamin dapat meningkatkan absorpsi
merangsang sel-sel tulang dan kadar serum
rawan untuk pembentukan tetrasiklin
proteoglikan dan kolagen
yang merupakan protein
esensial untuk memperbaiki
fungsi persendian.
Vitamin 1000 IU Memenuhi kebutuhan Vit D mungkin memiliki Hindari penggunaan Berikut adalah obat-obat
D vit D dengan cepat aktivitas anti-osteoporosis, vitamin Prove D3-1000 yang dapat berinteraksi
pada kondisi tertentu imunomodulator, pada pasien dengan dengan Prove-D 1000:
misal lansia. antikarsinogenik, kondisi:
antipsoriatik, antioksidan & pasien yang hipersensitif diuretik thiazide
mood-modulator. Bersama

19
dengan hormon paratiroid & terhadap kandungan obat kalsium atau fosfat
kalsitonin, mengatur hipervitaminosis D antiepilepsi (misalnya
konsentrasi kalsium serum. nefrolitiasis (batu ginjal) karbamazepin,
atau nefrokalsinosis fenobarbiton, fenitoin &
(peningkatan kalsium primidon)
pada ginjal) rifampisin
penyakit atau kondisi isoniazid
yang menyebabkan kortikosteroid
hiperkalsemia dan/atau digoksin atau glikosida
hiperkalsiuria jantung lainnya
kerusakan ginjal berat dan cholestyramine
gagal ginjal colestipol
minyak mineral
orlistat
ketoconazole

3.4 Perhitungan Dosis

Nama Obat Dosis Terapi Aturan Pakai

20
Celcoxib dosis 200 mg / hari sebagai dosis tunggal atau dalam 2 dosis terbagi,
dosis dapat di tingkatkan hingga 200 mg diminum 2 kali sehari.
Glukosamin Dosis biasa: 1.250 mg sekali sehari, sebagai dosis tunggal atau dalam
2 dosis terbagi. Sebagai glukosamin sulfat tab/bubuk untuk larutan
oral: Dosis biasa: 1.500 mg sekali sehari, sebagai dosis tunggal atau
dalam 2-3 dosis terbagi.
Vitamin D Dewasa dan anak >12 tahun: 1 tablet diminum 1 kali sehari, setelah
makan; atau menurut petunjuk dokter.

21
3.5 Analisis Drug Related Problem (DRP)
Kategori DRP Ada Tidak
Ada indikasi tanpa obat -
Ada obat tanpa indikasi -
Dosis lebih -
Dosis kurang -
Adverse Drug Reaction 

Interaksi Obat -
Kepatuhan
Keterangan DRPs

3.6 Analisis Ketepatan Obat


Analisis Tepat Indikasi, Tepat Obat, Tepat Pasien dan Tepat Dosis
a. Tepat Indikasi

b. Tepat Obat

c. Tepat Pasien

d. Tepat Dosis

3.7 Rencana MONEV


1. Monitoring Evaluasi Pada Pasien Osteoartritis

22
 Terapi Non Farmakologis :
 Terapi Farmakologis :

23
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro J T. 2020. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Ed. 11. Mc Graw Hill


Education

Departemen Kesehatan RI. (2006). Pharmaceutical Care UntukPasienAthritisRhematik,


Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Nurdiana, R dkk. (2021). Expert Pharmacist

Pharmacotherapy_Handbook_7th_Edition

Rekomendasi IRA untuk Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoartritis (2010). ISBN 978-979-
3730-24-0

24

Anda mungkin juga menyukai