Anda di halaman 1dari 9

Cara Penanganan Obat-obatan High Alert Sesuai Sasaran Keselamatan Pasien III

High Alert Medication adalah obat-obat yang memerlukan pengawasan khusus sejak proses
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian sampai pada pemberian obat kepada
pasien karena sering menyebabkan terjadinya kesalahan serius (sentinel event) dan berisiko
tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).

Data Institute of Medicine memperkirakan bahwa setiap tahun di Amerika Serikat terdapat
sekitar 1,5 juta insiden keselamatan pasien terkait obat, yang mana telah meningkatkan
peningkatan biaya sebesar 3,5 milyar USD yang harus ditanggung rumah sakit.

Jumlah insiden keselamatan pasien terkait obat dapat berkurang secara signifikan dengan
menerapkan langkah-langkah peningkatan keamanan seperti menciptakan safety culture,
mengurangi blaming culture, dan meningkatkan komunikasi dan pembelajaran dari setiap insiden
yang terjadi.

Prinsip Umum Pengelolaan High-Alert Medication

Rumah Sakit memiliki daftar high-alert medication, termasuk daftar obat NORUM
Daftar High-Alert Medication ditentukan berdasarkan referensi dari literatur (WHO, ISMP, IHI),
dan laporan insiden rumah sakit.
Pemilihan dan Pengadaan

Jika memungkinkan, mengurangi pilihan kekuatan dosis atau konsentrasi high- alert medication
sehingga mengurangi variabilitas dalam dosis obat Penyimpanan

 High-Alert Medication disimpan di laci/ lemari di area yang terkunci dan terpisah dari
produk lain.
 Setiap High-Alert Medication diberikan label “High-Alert” yang berwarna merah pada
sisi depan kemasan tanpa menutupi informasi yang ada pada kemasan
 Setiap elektrolit konsentrat disimpan hanya di Farmasi, kecuali NaHCO3 8.4% di simpan
apotek rumah sakit, ICU/ ICCU, dan UGD. MgSO4 ≥ 20% : Farmasi, Emergency Kit
PONEK di UGD dan Ruang Bersalin
 Narkotika disimpan dalam lemari yang kokoh, tidak mudah dipindahkan dan memiliki
dua kunci yang berbeda (double lock)
 Obat anestesi dan obat pelumpuh otot (neuromuscular blocking agent) disimpan di
tempat yang hanya bisa diakses oleh dokter, perawat dan staf farmasi
 Obat sitostatika, Insulin dan Heparin hanya disimpan di Farmasi atau di area yang
terkunci di mana obat diresepkan.
 Chloral Hydrate : disimpan di lemari B3 dan jika sudah dilarutkan disimpan di area yang
terkunci
 Dextrose ≥ 20% hanya disimpan di Farmasi, UGD, ICU dan Troli Emergensi
 Penyimpanan obat NORUM dipisahkan dalam kompartemen yang berbeda dan tidak
diletakkan bersebelahan. Kompartemen penyimpanan obat harus diberikan label “LASA”
(

Peresepan Obat Hight Alert

 Buat panduan penetapan dosis untuk anti-koagulan, narkotik, insulin (sliding scale) dan
sedasi (dosis titrasi) sesuai Panduan Praktek Klinik dan Clinical Pathway
 Tulis resep secara jelas dan lengkap dan pertimbangkan penggunaan e- prescribing
 Timbang berat badan pasien untuk obat-obat yang perlu diresepkan sesuai berat badan
pasien
 Pertimbangkan order set/ pre-printed order form

Pengkajian Obat High Alert

Pengkajian High-Alert Medication dilakukan sesuai dengan prosedur pengkajian resep


Penyiapan dan Distribusi

 Independent double check dilakukan oleh dua staf yang berbeda pada tahap penyiapan
dan distribusi obat kemudian didokumentasikan dengan pemberian paraf di lembar pemesanan
obat
 Pengenceran elektrolit konsentrat
 Setiap elektrolit konsentrat harus diencerkan sebelum diserahkan/ diberikan kepada staf/
pasien.
 Pengenceran dilakukan oleh staf farmasi yang terlatih kecuali dalam kondisi operasi
bedah jantung, pengenceran KCl 7.46% dapat dilakukan langsung oleh perawat/ dokter di Ruang
OT.
 Setiap elektrolit konsentrat yang telah diencerkan, diberikan label “drug added” yang
terisi lengkap dan label “high alert” tanpa menutupi nama obat, tanggal kadaluarsa dan nomor
batch. 

Pencampuran atau rekonstitusi obat sitostatika

 Pencampuran atau rekonstitusi obat sitostatika dilakukan oleh staf farmasi yang terlatih.
 Setiap obat sitostatika yang sudah dicampur/ di-rekonstitusi diberikan label “Cytotoxic”
berwarna ungu dan label “high alert” berwarna merah.
 Obat narkotika oral dimasukkan ke dalam pastik dengan label “high alert”

Pemberian Obat High Alert


 Lakukan independent double check sebelum pemberian obat dengan melakukan 5 Benar
Pemberian Obat
 Berikan edukasi kepada pasien untuk penggunaan insulin sendiri oleh pasien
 Staf farmasi memberikan penjelasan dan konseling high-alert medication kepada pasien/
perwakilan pasien di rawat jalan. Brosur informasi obat dapat digunakan untuk meningkatkan
pemahaman dan pengertian pasien.

Monitoring Obat High Alert

 Memantau efek terapi dan efek samping pemberian high alert medication pada pasien,
contoh: antikoagulan (terutama perdarahan, INR), narkotik (terutama depresi pernafasan), insulin
(terutama hipoglikemia atau hiperglikemia), sedatif (terutama hipotensi, depresi susunan saraf
pusat, risiko jatuh)
 Farmasi melakukan monitoring di semua ruang perawatan dan farmasi untuk memastikan
penyimpanan high-alert medication sesuai dengan regulasi
Daftar Obat-obat High Alert

NO GOLONGAN NAMA OBAT HIGH-


ALERT

1 ELEKTROLI KCL (POTASSIUM


T CHLORIDE) 7.46%
KONSENTRA NACL (SODIUM
T CHLORIDE) 3%
 NAHCO3 (SODIUM
BICARBONATE) 8.4%
MGSO4 (MAGNESIUM
SULFATE) ≥ 20%

CODEINE (SEMUA
BENTUK SEDIAAN)
FENTANYL (SEMUA
BENTUK SEDIAAN)
2 NARKOTIKA HYDROMORPHONE
HCL (SEMUA
BENTUK SEDIAAN)
 MORPHINE (SEMUA
BENTUK SEDIAAN)
 OXYCODONE
(SEMUA BENTUK
SEDIAAN)
 PETHIDINE (SEMUA
BENTUK SEDIAAN)

3 SITOSTATIK CARBOPLATIN
A CISPLATIN
VINCRISTINE
DOXETACEL
INJECTION
PACLITAXEL
 HERCEPTIN
INJECTION
OXALIPLATIN

4 OBAT  VECURONIUM
ANESTESI INJECTION
 ATRACURIUM
 ROCURONIUM
INJECTION
 PROPOFOL
 LIDOCAINE
INJECTION
  KETAMINE
 MIDAZOLAM

5 LAIN-LAIN  INSULIN
 HEPARIN
 CHLORAL HYDRATE
 DEXTROSE ≥ 20%

Sumber:

 Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Edisi III. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2015.
 Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit. KARS. Edisi 1.1. 2019
 Standar Akreditasi Rumah Sakit, Joint Commission International. Edisi 6. Juli 2017.
 List of High Alert Medication. Institute for Safe Medication Practice. 2018
 Institute for Healthcare Improvement. How-to-Guide : Prevent Harm from High-Alert
Medications. 2012.
Daftar Obat High Alert dan Strategi Pengurangan Risiko

Permasalahan yang kerap terjadi dalam proses pemberian obat salah satunya adalah terjadinya
tipe kesalahan yang terus terulang. Contoh error medication yang dapat terjadi antara lain adalah
dimana seorang pasien mendapatkan pengobatan overdosis sejumlah 5-fold insulin U-500 setelah
perawat menuliskan dosis sejumlah U-100 syringe, dan cek ulang oleh perawat lainnya gagal
dilakukan. Pada rumah sakit yang menggunakan obat high alert, banyak kasus yang terjadi dan
terus terulang terkait pengelolaan penggunaan obat high alert tersebut. Hal tersebut terbukti
dalam beberapa literatur dan laporan-laporan yang dikirimkan pada ISMP National Medication
Errors Reporting Program (ISMP MERP).

The Joint Commision memiliki standar yang menyebutkan bahwa rumah sakit harus
mengembangkan sendiri daftar obat high alert, memiliki proses pengelolaan obat high alert, dan
melaksanakan proses tersebut. Namun daftar obat high alert yang dimiliki suatu rumah saki akan
menjadi tidak bermanfaat apabila tidak di update, diketahui oleh staf klinisi, dan dilengkapi
dengan strategi pengurangan risiko yang lebih efektif dan tidak sekedar sebagai 'awareness',
panduan double check, pendidikan staf, serta 'seruan' untuk berhati-hati. Rumah sakit perlu
memikirkan dengan baik daftar obat high alert dan proses yang efektif berpengaruh mengurangi
risiko kesalahan dengan obat tersebut.

Rekomendasi praktik keselamatan yang dapat dilakukan adalah agar rumah sakit mengkaji
kembali daftar obat high alert yang telah dimiliki dan rencana yang diberlakukan untuk
mengurangi risiko obat tersebut. Berikut adalah panduan yang dapat dipertimbangkan sebagai
acuan:

 Mengembangkan / Memperbaharui Daftar Spesifik di Rumah Sakit


Rumah sakit memerlukan target daftar obat high alert yang cukup komprehensif untuk
mengurangi risiko berbahaya yang dapat terjadi. Banyak rumah sakit menentukan daftar tersebut
dengan mengacu pada Daftar Obat High Alert ISMP
(www.ismp.org/Tools/institutionalhighAlert.asp) yang diupdate secara berkala berdasarkan
berbagai data/ laporan yang diterima ISMP.

Meskipun terdapat daftar obat high alert yang telah ditentukan namun pada beberapa kondisi
tertentu dapat ditambahkan jenis-jenis obat tertentu ke dalam formularium obat high alert. Selain
itu daftar obat high alert harus di perbarui sesuai kebutuhan dan hasil review setidaknya setiap 2
tahun.
 Pelaksanaan Strategi Pengurangan Risiko
Identifikasi obat high alert dilakukan dengan maksud untuk membangun perlindungan dan
mengurangi risiko. Tujuan utama penerapan startegi pengurangan risiko adalah:
o Mencegah kesalahan
o Membuat kesalahan yang terjadi dapat diketahui/ terlihat
o Mengurangi bahaya/ kerugian
Agar dapat efektif maka semua komponen interdisipliner ini memerlukan:
o Pemahaman penyebab error / kesalahan
Strategi yang efektif harus dapat mengatasi penyebab kesalahan dari setiap tipe obat high alert
atau obat kelas tertentu. Untuk mempelajari penyebab kesalahan dapat dilakukan internal review
untuk data medication error dan hasil dari analisis akar masalahnya serta melakukan kajian
dengan melihat sumber data atau literatur terkait. Tools lain dapat juga dipergunakan untuk
membantu dalam identifikasi kesalahan yang dapat terjadi pada penggunaan obat high
alert seperti FMEA dan self assessment. Langkah pertama ini tidak dapat diabaikan karena jika
kita tidak dapat menjelaskan mengapa kesalahan penggunaan obat tersebut dapat terjadi maka
strategi yang kita pergunakan mungkin tidak dapat mengurangi risiko sama sekali.
o Memastikan tindakan yang komprehensif
Strategi tunggal untuk mencegah kesalahan pengobatan cukup jarang dalam pencegahan
kesalahan yang berbahaya. Berikut adalah kunci agar strategi berhasil dilakukan:
 Beberapa strategi pengurangan risiko harus dilaksanakan bersamaan
 Strategi pengurangan risiko yang dilakukan harus berdampak pada proses
pengobatan yang dapat menjadi penyebab terjadinya kesalahan, seperti; pengadaan,
penyimpanan, peresepan, transkrip, dan sebagainya.
 Strategi pengurangan risiko rendah harus dilaksanakan menjadi satu
dengan strategi pengurangan risiko tinggi
 Untuk melengkapi informasi dalam proses perencanaan, dapat dilakukan
dengan mencari literatur untuk mengidentifikasi strategi pengurangan risiko yang terbukti
efektif, direkomendasikan oleh ahli, atau telah sukses diimplementasikan di tempat lain
 Strategi dapat diterapkan di berbagai situasi/ setting
 Pada saat penerapan strategi, harus ada keseimbangan bagaimana sumber
daya akan dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi
 Strategi harus sustainable
 Penilaian Keefektifan Strategi
Penilaian outcome dan proses harus dilakukan secara rutin untuk menilai keefektivitasan strategi
pengurangan risiko obat high alert. Dan hasil penilaian yang dilakukan di informasikan kepada
berbagai pihak terkait di rumah sakit.

Disarikan oleh : Lucia Evi I


Sumber : Your High-Alert Medication List-Relatively Useless Without Associated Risk-
Reduction Strategies. April, 2013. Newsletter.
https://www.ismp.org/newsletters/acutecare/showarticle.aspx?id=45 

Daftar obat:

https://www.ismp.org/recommendations/high-alert-medications-acute-list

https://www.ismp.org/recommendations/high-alert-medications-community-ambulatory-list

https://www.ismp.org/recommendations/high-alert-medications-long-term-care-list

https://www.ismp.org/recommendations/confused-drug-names-list (International)

Anda mungkin juga menyukai