Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN PENINGKATAN

KEAMANAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT
MEDICATIONS )

DINAS KESEHATAN KOTA SUMENEP

PUSKESMAS RAAS
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah
diberikan kepada penyusun,sehingga buku pedoman peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai ( High Alert Medications ) Puskesmas Guluk-Guluk dapat selesai disusun.

Buku pedoman ini merupakan panduan pelayanan obat high alert bagi semua pihak
yang terkait di Puskesmas Guluk-Guluk.Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih
atas bantuan semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan pedoman peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai ( High Alert Medications ) di Puskesmas Guluk-
Guluk

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Guluk-Guluk,…………2016

Kepala unit pelayanan farmasi

Puskesmas Guluk-Guluk

Mamtuhah
NIP. 19850924 200501 2 002
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1

A. LATAR BELAKANG………………………………………………….. 1
B. TUJUAN PEDOMAN…………………………………………………. 2
C. SASARAN PEDOMAN………………………………………………. 2
D. RUANG LINGKUP PEDOMAN……………………………………… 2
E. BATASAN OPERASIONAL………………………………………….. 6

BAB II STANDAR KETENAGAAN……………………………………….. 11

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA………………………… 11


B. DISTRIBUSI KETENAGAAN……………………………………….. 14
C. JADWAL KEGIATAN……………………………………………… 16

BAB III STANDAR FASILITAS…………………………………………… 17

A. DENAH RUANG……………………………………………………… 17
B. STANDAR FASILITAS……………………………………………… 20

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN……………………………….. 22

A. LINGKUP KEGIATAN…………………………………………… 22
B. METODE…………………………………………………………….. 22
C. LANGKAH KEGIATAN…………………………………………… 22

BAB V LOGISTIK………………………………………………………… 24

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN…………………… 27

BAB VII KESELAMATAN KERJA…………………………………… 28

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU…………………………………… 30

BAB IX PENUTUP…………………………………………………………… 33
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Obat yang perlu diwaspadai ( high alert medications ) adalah sejumlah obat
yang memiliki resiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak
digunakan secara tepat.Hal ini dapat dikarenakan adanya rentang dosis terapautik dan
keamanan yang sempit atau karena insiden yang tinggi akan terjadinya kesalahan
Obat yang perlu diwaspadai ( high alert medications ) merupakan obat yang
presentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan/ error dan / atau
kejadian sentinel ( sentinel event ),obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak
yang tidak diiinginkan ( adverse out come ) termasuk obat yang tampak mirip ( Nama
obat , Rupa dan Ucapan Mirip /NORUM atau Look Alike Sound Alike / LASA )
serta elektrolit dengan konsentrasi tinggi.
Jadi, obat yang perlu diwaspadai merupakan obat yang memerlukan
kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam kategori obat beresiko tinggi, dapat
menyebabkan cidera serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaan.
B. TUJUAN
1. Memberikan pedoman dalam manajemen dan pemberian obat yang perlu
diwaspadai ( high-alert medications ) sesuai standar pelayanan farmasi dan
keselamatan pasien.
2. Meningkatkan keselamatan pasien
3. Mencegah terjadinya sentinel event atau adverse outcome
4. Mencegah terjadinya kesalahan / error dalam pelayanan obat yang perlu
diwaspadai kepada pasien.
5. Meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas
C. SASARAN PEDOMAN
Sasaran pedoman peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai adalah
ahli farmasi ,perawat,bidan dan dokter
D. RUANG LINGKUP PEDOMAN
1. Pedoman ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap , rawat jalan ,
pasien Unit Gawat Darurat dan pasien yang akan menjalani suatu prosedur
2. Pelaksana pedoman ini adalah ahli farmasi ,perawat ,bidan dan dokter
E. DAFTAR OBAT YANG PERLU DI WASPADAI
Obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi :
 Kelompok obat yang memiliki rupa dan nama mirip ( LASA )
 Kelompok obat sama beda kekuatan
 Kelompok obat dalam daftar obat high alert puskesmas
1. Kelompok obat yang memiliki rupa dan nama mirip ( LASA )

DAFTAR OBAT LOOK ALIKE SOUND ALIKE

CEFTRIAXONE CEFOTAXIME

ANTACIDA ANTALGIN

AMINOFILLIN AMITRIPTHYLLIN

AMINOFILLIN AMOXICILLIN

AMITRIPTHYLLIN AMOXICILLIN

RANITIDINE FAMOTIDINE

RANITIDINE CIMETIDINE

CIMETIDINE FAMOTIDINE

THIAMFENICOL CHLORAMFENICOL

PREDNISON METIL PREDNISOLON

EPHEDRINE EPHINEFRINE

DIMENHIDRINAT DIPHENHIDRAMIN

PARACETAMOL INFUS METRONIDAZOL INFUS

2. Kelompok obat sama kekuatan beda

DAFTAR OBAT SAMA KEKUATAN BEDA

AMOXICILLIN 500 AMOXICILLIN 250

CAPTOPRIL 25 CAPTOPRIL 12.5

AMLODIPIN 10 AMLODIPIN 5
IBUPROFEN 400 IBUPROFEN 200

TETRACYCLIN 500 TETRACYCLIN 250

SALBUTAMOL 4 SALBUTAMOL 2

FARMOTEN 25 FARMOTEN 12.5

PROPANOLOL 40 PROPANOLOL 10

3. Kelompok obat dalam daftar obat high alert

DAFTAR OBAT HIGH ALERT

EPHINEFRIN/ADRENALIN INJ GLIMEPIRID

DIAZEPAM INJ METFORMIN

LIDOCAIN INJ GLIBENCLAMIDE

DEXTROSE 40% OXYTOCIN INJ

MGSO4 20% CODEIN TAB

MGSO4 40%
BAB II

TATA LAKSANA

A.LINGKUP KEGIATAN

1. Peresepan dan instuksi medis

2. penyimpanan

3. pemberian obat dan pelabelan

4. penyiapan obat

B. METODE DAN LANGKAH KEGIATAN

1. PERESEPAN DAN INSTRUKSI MEDIS


Penulisan resep untuk obat yang termasuk kelompok obat yang perlu diwaspadai
(high-alert medications) harus sesuai ketentuan penulisan resep yang baku serta
beberapa hal yang penting berikut :
 Dokter memeriksa kelengkapan dan ketepatan resep : penulisan resep,
indikasi, ketepatan obat, dosis, rute pemberian.
 Penulisan obat yang termasuk kelompok obat LASA / NORUM harus
menggunakan huruf kapital semua serta mencantumkan dengan jelas
dosis dan satuan obat, contoh : IR 15 IU seharusnya dituliskan IR 15
International Unit.
 Instruksi lisan hendaknya dihindari, jika sangat terpaksa diperbolehkan
dalam keadaan emergensi yang diatur sesuai dengan pedoman
komunikasi efektif dengan tekhnik SBAR.
 Apoteker atau Asisten Apoteker yang menerima resep,harus melakukan
konfirmasi jika terdapat penulisan yang tidak sesuai ( nama obat/sediaan,
satuan, dll )

Penulisan instruksi terapi oleh dokter dan perawat di rekam medis pasien (
catatan terintegrasi ) juga sesuai dengan penulisan resep yaitu :

 Satuan tertentu harus ditulis lengkap


 Dosis dan rute pemberian harus ditulis jelas
 Pemberian elektrolit konsentrat hendaknya memberikan penjelasan untuk
mengingatkan perawat tentang dosis dan cara pemberiannya.
2. PENYIMPANAN
A. Lokasi Penyimpanan
Lokasi penyimpanan obat yang perlu diwaspadai berada dilogistik
farmasi dan pelayanan farmasi, khusus untuk elektrolit konsentrasi yang tinggi
terdapat juga di unit pelayanan yaitu VK bersalin dalam jumlah yang terbatas.
Obat disimpan sesuai dengan kriteria penyimpanan perbekalan farmasi,
utamanya dengan memperhatikan jenis sediaan obat (rak/ kotak penyimpanan,
lemari pendingin) sistem FIFO dan FEFO serta ditempatkan sesuai ketentuan
obat high alert
B. Penyimpanan Olektrolit Konsentrasi Tinggi
1. Asisten Apoteker ( logistik farmasi / pelayanan farmasi) yang menerima
obat segera memisahkan obat yang termasuk kelompok obat yang “ high
alert “ sesuai daftar obat high alert UPT Puskesmas Guluk-guluk
2. Tempelkan stiker bertuliskan high alert pada setiap kemasan obat high
alert.
3. Obat high alert dipisah dari obat lain.
C. PENYIMPANAN OBAT LASA
1. LASA merupakan sebuah peringatan ( warning ) untuk keselamatan pasien(
patient safety ) obat-obatan yang bentuk /rupanya mirip dan pengucapannya /
namanya mirip TIDAK BOLEH diletakkan berdekatan.
2. Walaupun terletah pada kelompok abjad yang sama harus diselingi dengan
minimal 2 obat dengan kategori LASA diantara atau ditengahnya.
3. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat memberi atau
menerima intruksi
4. PEMBERIAN OBAT DAN PELABELAN
Label untuk obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi 2 jenis:
1. “ High Alert “ untuk elektrolit konsentrasi tinggi, jenis injeksi atau infus
tertentu
 Penandaan obat high alert dilakukan dengan stiker “ high alert double
check “ pada obat.
2. “ LASA “ untuk obat-obat yang termasuk kelompok LASA / NORUM
 Obat kategori LASA diberikan penanda dengan stiker LASA pada
tempat penyimpanan obat
 Apabila obat dikemas dalam paket untuk kebutuhan pasien, maka
diberikan tanda LASA pada kemasan priemer obat
3. PENYIAPAN OBAT HIGH ALERT
1. Apoteker / Asisten Apoteker memverifikasi resep obat high alert
2. Garis bawahi setiap obat high pada lembar resep dengan tinta merah
3. Jika apoteker tidak ada ditempat maka penanganan obat high alert dapat
didelegasikan pada asisten apoteker / staf farmasi yang sudah ditentukan
4. Dilakukan pemeriksaan kedua oleh staf farmasi yang berbeda sebelum obat
diserahkan kepada perawat
5. Petugas farmasi pertama dan kedua, membubuhkan tanda tangan dan nama
jelas dibagian belakang resep sebagai bukti telah dilakukan double check.
6. Obat diserahkan kepada perawat/pasien disertai dengan informasi yang
memadai dan menandatangani buku serah terima obat rawat inap.
4. PEMBERIAN OBAT PERLU DIWASPADAI DI RUANG
PERAWATAN :
1. Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien maka perawat
lain harus melakukan pemeriksaan kembali ( double check ) secara
independen :
 Kesesuaian obat dengan rekam medik / instruksi dokter
 Ketepatan perhitungan dosis obat
 Identitas pasien
2. Obat high alert elektrolit konsentrasi tinggi harus diberikan sesuai
perhitungan standart yang telah baku yang berlaku diruang perawatan
3. Setiap pergantian shift, perawat melaporkan adanya pasien yang menerima
obat high alert pada perawat pengganti
4. Setiap pemberian obat menerapkan PRINSIP 7 BENAR
5. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori obat LASA / NORUM saat
memberi / menerima instruksi
5. CEK 7 (TUJUH) BENAR OBAT PASIEN

Setiap penyerahan obat kepada pasien dilakukan verifikasi 7 benar untuk mencapai
medication safety :

1. Benar obat
2. Benar waktu dan frekuensi pemberian
3. Benar dosis
4. Benar rute pemberian
5. Benar identitas pasien
 Kebenaran nama pasien
 Kebenaran nomor rekam medis pasien
 Kebenaran umur / tanggal lahir pasien
 Kebenaran alamat rumah pasien
 Nama DPJP
6. Benar informasi
7. Benar dokumentasi
6. 11 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Setiap unit farmasi, ruang rawat, poli, harus memiliki daftar obat high alert
2. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untukobat
high alert
3. Prosedur peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai dilakukan mulai
dari peresepan, penyimpanan, penyiapan di farmasi dan ruang perawatan dan
pemberian obat
4. Obat high alert disimpan ditempat terpisah, akses terbatas, diberi label high
alert
5. Pengecekan dengan 2 orang petugas yang berbeda untuk menjamin
kebenaran obat high alert yang digunakan
6. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi dimeja dekat pasien
tanpa pengawasan.
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Unit Pelayanan Farmasi

A.1. Denah Unit Pelayanan Farmasi Luar Gedung

Keterangan :
A : Sub Gudang Farmasi II
I : Rak Obat
A.2. Denah Unit Pelayanan Farmasi Dalam Gedung Lantai 1

Keterangan :
B : Sub Unit Farmasi lt. I
I : Rak Obat
II : Lemari Narkotika-Psikotropika
III : Dispenser
IV : Komputer
V : Maja Administrasi Pelayanan Resep
VI : Etalase Obat
VII : Lemari Pendingin
A.3. Denah Unit Pelayanan Farmasi Dalam Gedung Lantai 2

Keterangan :
C : Ruangan Kantor Gudang farmasi
C1 : Gudang farmasi
I : Meja Komputer Administrasi Gudang Farmasi
II : Meja Administrasi Gudang Farmasi
III : Lemari Dokumen
IV : Meja Administrasi Gudang Farmasi
V : Rak Obat
VI : Lemari Sirup
VII : Lemari Obat Tablet A
VIII : Lemari Obat Tablet B
IX : Lemari Obat Tablet C
X : Lemari Obat Tablet D
XI : Lemari Obat narkotika-psikotropika
XII : Lemari Obat Injeksi
XIII : Lemari Obat Paten
B. Fasilitas
Unit pelayanan Farmasi memiliki fasilitas ruangan yang terdiri dari :
1. Pelayanan Resep dan Peracikan Obat di sub unit farmasi
Digunakan sebagai pelayanan resep dan peracikan obat yang didalamnya
memiliki fasilitas :
 1 meja pelayanan
 1 set komputer
 3 buah kursi kerja
 1 buah kalender
 3 etalase obat
 1 buah tempat sampah
 1 unit mesin printer
 3 rak obat
 1 buah lemari OKT
 1 buah dispenser
 1 kulkas
 1 buah televise
 1 buah kipas angin
 4 rak dokumen
 1 set tempat tidur
2. Pelayanan obat di sub unit gudang farmasi
a. Gudang farmasi I
Digunakan sebagai tempat penyimpanan dan pendistribusian obat dan alat
kesehatan ke unit pelayanan,pustu,polindes dan ponkesdes memiliki
fasilitas :
 3 meja pelayanan
 1 set komputer
 3 buah kursi kerja
 1 buah kalender
 3 lemari obat
 1 buah tempat sampah
 1 unit mesin printer
 3 rak obat
 1 kulkas
 1 buah kipas angin
 4 rak dokumen
 1 set AC
 Pallet obat
 1 buah tangga

b.gudang farmasi II

Digunakan sebagai tempat penyimpanan cairan infuse dan beberapa alat


kesehatan memiliki fasilitas :

1. 1 buah AC
2. Pallet
3. Rak obat
BAB IV

BAB V

LOGISTIK

5.1 Perencanaan

1. Suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun daftar kebutuhan


obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar kebutuhan dalam
mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.perencanaan dilakukan
secara optimal sehingga perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif
dan efisien
Untuk menyusun kebutuhan perbekalan farmasi yang tepat sesuai
kebutuhan,mencegah terjadinya kekosongan/kekurangan barang
farmasi,mendukung/meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi yang efektif
dan efisien.
Perencanaan obat dipuskesmas guluk-guluk menggunakan metode
konsumsi
Pengadaan bahan farmasi harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :
a) Tingkat Persediaan
Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah
persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah jumlah safety
stock.
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk
memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari
pembekalan atau ruang penyimpanan umum.
Safety stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk
bahan – bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari
pemasok.
Buffer stock adalah stock penyangga kekurangan reagent di laboratorium.
Reserve stock adalah cadangan reagent/sisa.
b) Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau
pembelian bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah
pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan untuk tahun yang akan datang.
Jumlah rata – rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu dicatat.

c) Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan ( delivery time )


Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan
diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang
sulit didapat.
Perencanaan dimulai dari Penanggung jawab ADM dan Logistik yang
mendata kebutuhan barang – barang medis dan non medis habis pakai
setiap bulan, mencek barang dan kebutuhan yang diperlukan dan membuat
bon permintaan barang yang kemudian diserahkan kepada kepala ruangan
farmasi untuk ditandatangani untuk kemudian diberikan kepada bagian
pengadaan atau kebagian logistik sesuai dengan kebutuhan pemesanannya.
5.2 Permintaan
Suatu proses permintaan penyediaan obat dalam memenuhi kebutuhan
puskesmas.permintaan kebutuhan obat puskesmas guluk-guluk menggunakan
LPLPOuntuk di ajukan ke dinas kesehatan dan kemudian diserahkan ke gudang
farmasi kabupaten sumenep.
Permintaan barang tersebut dilakukan sesuai kebutuhan permintaan, kebagian
farmasi atau kebagian pengadaan dengan menggunakan formulir bon permintan
barang.
Dalam keadaan mendesak dan stock barang difarmasi kosong, maka permintaan
barang bisa dilakukan sewaktu - waktu pada jam kerja sesuai kebutuhan.

5.3 Penerimaan

Suatu kegiatan serah terima perbekalan farmasi dari gudang farmasi kabupaten
kepada petugas gudang farmasi puskesmas guluk-guluk.saat penerimaan obat
petugas gudang farmasi puskesmas guluk-guluk memastikan obat yang diterima
sesuai dengan permintaan,berkualitas dan tidak rusak/kadaluwarsa
5.3 Penyimpanan

Suatu kegiatan pengaturan terhadap obat dan alat kesehatan yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya
tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Penyimpanan
persediaan obat di puskesmas menggunakan prinsip FEFO ( Fist Expired date
Fist Out ) dan FIFO ( Fist In Fist Out ) .
Bahan farmasi yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan :

a) Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :


 Pertama masuk – petama keluar (FIFO – first in – first out), yaitu
bahwa barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan
lebih dahulu.
 Masa kadarluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO – first expired – first
out)
Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan
yang terlalu lama.
b) Tempat penyimpanan
c) Suhu/kelembaban
d) Sirkulasi udara
5.4 Pendistribusian
Pendistribusian obat ke unit pelayanan di dasarkan pada kebutuhan unit pelayanan
menggunakan LPLPO.pendistribusian sediaan farmasi juga mengikuti kaidah
FEFO dan FIFO
BAB V

KESELAMATAN PASIEN

1.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) puskesmas adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

1.2 Tujuan
1) Untuk memperbaiki keamanan obat yang perlu diwaspadai

6.3 Tatalaksana Keselamatan Pasien

1. Membuat daftar obat-obatan baik yang aman maupun yang harus


diwaspadai
2. Memberi label yang jelas pada obat-obat yang harus diwaspadai
3. Membatasi akses masuk dimana hanya orang tertentu yang boleh masuk ke
dalam tempat penyimpanan obat yang perlu diwaspadai untuk mencegah
pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati (restricted area)
4. Obat/konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang pelayanan
5. Tempat pelayanan obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip
tidak boleh diletakkan di dalam 1 rak/disandingkan
Tanggung Jawab :
1) Tanggung jawab tahapan proses diatas dipegang oleh kepala instalasi
farmasi dansetiap unit yang terkait
2) Apabila yang tersebut diatas tidak ada maka tanggung jawab dialihkan
ke wakil kepala masing-masing instalasi atau staff pengganti yang
telah ditunjuk.
BAB VI

KESELAMATAN KERJA

1.1 Pedoman Umum


Unit pelayanan Farmasi puskesmas merupakan unit pelaksana fungsional yang
bertanggungjawab dalam meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian secara
menyeluruh di puskesmas dengan ruang lingkup pengelolan perbekalan
farmasi.

7.2 Tujuan
7.2.1 Tujuan Umum
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di unit pelayanan farmasi
agar tercapai pelayanan kefarmasian dan produktivitas kerja yang
optimal.

7.2.2 Tujuan Khusus


a. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi, pasien dan
pengunjung
b. Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan berbahay,
kebakaran dan pencemaran lingkungan
c. Mengamankan peralatan kerja, sedian farmasi
d. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar

7.3 Tahapan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Untuk terlaksananya Kesehatan dan Keselamatan Kerja secara optimal maka perlu
dilakukan tahapan sebagai berikut :
1. Identifikasi, Pengukuran dan Analisis : Identifikasi, pengukuran dan
analisis sumber-sumber yang dapat menimbulkan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja seperti :
a. Kondisi fisik pekerja: Hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan
sebagai berikut:
1) Sebelum dipekerjakan,
2) Secara berkala, paling sedikit setahun sekali,
3) Secara khusus, yaitu sesudah pulih dari penyakit infeksi pada
saluran pernafasan (TBC) dan penyakit menular lain, terhadap
pekerja terpapar di suatu lingkungan dimana terjadi wabah, dan
apabila dicurigai terkena penyakit akibat kerja.
b. Sifat dan Beban Kerja adalah beban fidik dan mental yang harus
dipikul oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Sedangkan
lingkungan kerja yang tak mendukung merupakan beban tambahan
bagi pekerja tersebut.
c. Kondisi Lingkungan Kerja Lingkungan kegiatan Unit pelayanan
farmasi puskesmas dapat mempengaruhi kesehatan kerja dalam 2
bentuk :
1. Kecelakaan kerja di lingkungan unit farmasi puskesmas seperti
terpeleset, tersengat listrik, terjepit pintu,
2. di tangga : terpeleset, tersandung,terjatuh
3. di gudang : terpeleset, tersandung,terjatuh, kejatuhan barang
4. di ruang pelayanan : terpeleset,tersandung, terjatuh, tersengat
listrik
5. di ruang produksi : luka bakar, ledakan,kebakaran

d. Penyakit akibat kerja di rumah sakit


1) tertular pasien
2) alergi obat
3) keracunan obat
4) resistensi obat2

Pengendalian :
1. Legislatif Kontrol
2. Administratif Kontrol
3. Medikal Kontrol
4. Engineering Kontrol
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Agar upaya peningkatan mutu di puskesmas guluk-guluk dapat dilaksanakan


secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep
dasar upaya peningkatan mutu pelayanan.

8.1 Mutu Pelayanan


1) Pengertian mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adlah expertise, atau keahlian dan keterikatan ( komitmen ) yang
selalu dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2) Pihak yang berkepentingan dengan Mutu
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi
dimensional.
3) Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya
4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan menggunakan 3 variable,yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan,
bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain – lain. Pelayanan
kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu
pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah
perencanaan dan peggerakan pelayanan kesehatan.
b. Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan
konsumen ( Pasien / Masyarakat ). Proses ini merupakan variable
penilaian mutu yang penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang
terjadi pada konsumen ( pasien / masyarakat ), termasuk kepuasan dari
konsumen tersebut.

8.2 Upaya Peningkatan Mutu


Upaya peningkatan mutu pelayanan dilakukan melalui upaya peningkatan mutu
pelayanan puskesmas guluk-guluk secara efektif dan efisien agar tercapai
derajat kesehatan yang optimal. Upaya ini dilakukan melalui :
a. Optimalisasi tenaga, sarana dan prasarana
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan
yang dilaksanakn secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan
pasien
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan
pelayanan kesehatan setiap petugas harus mempunyai kompetensi bidang
profesinya, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan, angka kesalahan
tindakan dapat diperkecil sesuai dengan target mutu laboratorium dan
kepuasan pelanggan dapat meningkat.

8.3 EVALUAS1
1. Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program evaluasi:
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan Contoh :
pembuatan standar, perijinan.
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan
dilaksanakan Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan
resep oleh Asisten Apoteker.
c. Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan
dilaksanakan Contoh : survei konsumen, laporan mutasi barang.
2. Metoda Evaluasi
a. Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar
b. Review (penilaian)
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya,
penulisan resep.
c. Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau
wawancara langsung.
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan obat
BAB IX

PENUTUP

Demikian disusunnya buku pedoman pedoman peningkatan keamanan obat –


obat yang perlu diwaspadai ini dengan harapan dapat membantu meningkatkan
pengetahuan dan wawasan tenaga farmasi dan petugas kesehatan lainnya di
puskesmas guluk-guluk dalam melaksanakan pelayanan obat yang baik dan benar

Dalam perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntutan Pedoman


peningkatan keamanan obat – obat yang perlu diwaspadai ini dapat dilakukan revisi
bila diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai