Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT

DENGAN KEKAMBUHAN PENYAKIT OSTEOARTRITIS


PADA SENDI LUTUT DI PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA
KENDARI

Proposal Penelitian

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Tugas


Metodologi Penelitian pada Program Studi Pendidikan Dokter

Oleh:

Andi Sekar Arum Cantika Feny


K1A1 20 038

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................
C. Tujuan Penelitian............................................................................
D. Manfaat Penelitian..........................................................................
BAB II TINJUAN PUSTAKA.........................................................................
A. Tinjuan Umum Variabel................................................................
B. Kerangka Teori..............................................................................
C. Kerangka Konsep..........................................................................
D. Hipotesis Penelitian.......................................................................
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................
A. Rancangan Penelitian....................................................................
B. Waktu dan Lokasi Penelitian.........................................................
C. Populasi dan Sampel.....................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian............................
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif...................................
F. Teknik Analisis Data.....................................................................
G. Alur Penelitian...............................................................................
H. Etika Penelitian.............................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 1 Kontigensi 2x2


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar

Gambar 1 Kerangka Teori

Gambar 2 Kerangka Konsep

Gambar 3 Alur Penelitian


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Kuisioner MMAS-8


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sendi di sebut juga joint atau arthron, persendian adalah hubungan

antara dua tulang atau lebih yang memungkinkan terjadinya pergerakan

(Tangkudung j, 2016). Sendi lutut atau knee joint merupakan salah satu sendi

terbesar dalam tubuh, sendi ini merupakan sendi yang kompleks. Gerakan

yang ada pada sendi lutut ini yaitu menekuk dan meluruskan serta membantu

setiap pergerakan seperti berjalan,berlari dan berjongkok (Anggoro &

Wulandari, 2019).

Osteoarthritis merupakan suatu gangguan kesehatan degeneratif

dimana terjadi kekakuan dan peradangan pada persendian yang ditandai

dengan kerusakan rawan sendi sehingga dapat menyebabkan nyeri pada sendi

tangan, leher, punggung, pinggang, dan yang paling sering adalah pada sendi

lutut (Kalim & Wahono, 2019). Osteoarthritis knee adalah penyakit sendi

yang terjadi pada knee joint atau sendi lutut, pada osteoarthritis lutut ini

kartilago mengalami degenatif mengakibatkan permukaan sendi mengalami

ulerasi dan tipis serta bersifat progresif pada jaringan sendi lutut (Wijaya,

2018).

Menurut World Health Organization (WHO), osteoartritis merupakan

penyakit muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Prevalensi osteoartritis

lutut di dunia yaitu sebesar 3.8% (WHO,2016).


Berdasarkan data laporan Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2021, total

kunjungan pasien osteoarthritis sebanyak 136 pasien dan pada bulan Oktober

hingga Desember 2021 angka kunjungan pasien sebanyak 89 pasien (Profil

Puskesmas Lepo-lepo Tahun 2021).

Di Indonesia prevalensi osteoartritis lutut cukup tinggi yaitu 15,5%

pada pria dan 12,7% pada wanita. (Alfarisi, 2018). Lansia mengalami

penuaan terus-menerus yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik,

serangan penyakit semakin rentan yang mengarah kepada penyakit

degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang sangat dikeluhkan oleh

lansia adalah Osteoatritis (OA). Kejadian OA di Indonesia jumlahnya lebih

besar dibanding negara barat. Negara barat seperti Amerika, ditemukan 40

juta penduduk, yaitu diperkirakan 70-90% penderita OA adalah usia 75 tahun.

Penyakit sendi di Indonesia prevalensinya sebesar 30,3%. Prevalensi OA

dilihat dari usia di Indonesia mencapai 5% pada usia (Wirawati 2021).

Penyakit sendi ini lebih banyak diderita oleh perempuan dibanding laki-laki,

bila dilihat dari segi pekerjaan maka prevalensi tertinggi terjadi pada orang

yang bekerja sebagai petani/buruh tani dengan angka 9,9 %. Penyakit sendi

ini lebih banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal di lingkungan

perdesaan dan angka kejadian penyakit sendi lebih banyak diderita oleh

masyarakat yang tidak/belum pernah bersekolah (Balitbangkes, 2018).

Osteoarthritis lutut merupakan penyakit sendi yang paling banyak

ditemukan di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri

sendi pada lutut dan disabilitas pada penderita, sehingga mengganggu


aktivitas sehari-hari dan menurunkan produktivitas kerja pada

individu maupun kelompok masyarakat (Akbar dkk, 2019). Osteoarthritis

(OA) adalah penyakit kronis jangka panjang yang ditandai dengan

kemunduran tulang rawan sendi yang menyebabkan tulang saling bergesekan

dan memicu timbulnya kekakuan, nyeri, dan gangguan gerakan sehari hari.

OA terkait dengan proses penuaan. Hal ini karena berbagai resiko yang dapat

dimodifikasi ataupun tidak termasuk diantaranya obesitas, kurang

berolahraga, kecenderungan genetik, kurangnya kepadatan tulang, cedera

kerja, trauma, dan jenis kelamin (Ismaningsih dan Selviani, 2018).

Gejala dan keluhan pada penyakit osteoartritis biasanya hanya

terlokalisir pada sendi yang terjangkit, gejala penderita yang biasanya

dikeluhkan adalah rasa nyeri pada sendi yang akan bertambah berat ketikan

digerakkan atau ketika sedang melakukan aktifitas,kaku pada pagi hari (<30

menit), krepitasi dan tidak disertai gejala sistemik, adanya gejala sistemik

akan mengarahkan diagnostis pada artritis inflamasi. Diagnosis klinis pada

penyakit osteoartritis dapat ditegakkan dari pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Sebagian besar penderita osteoartritis tidak

memerlukan pemeriksaan penunjang, penyakit ini dapat menyerang lutut,

sendi pada pinggul, sendi pada tangan, dan tulang belakang setiap lokasi

memiliki kriteria diagnosis berbeda. Pemeriksaan laboratorium hanya akan

disarankan kepada penyakit penyerta tertentu atau untuk menghilangkan

diagnosis banding (Handono et al., 2019).


Kepatuhan adalah perilaku individu sesuai anjuran terapi dan

kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindakan menghindari dari

setiap aspek anjuran hingga mematuhi rencana . Kepatuhan minum obat

adalah suatu bentuk perilaku yang ditunjukan oleh lansia dalam minum obat

sesuai dengan jadwal dan dosis obat yang dianjurkan, dikatakan patuh apabila

minum obat sesuai dengan aturan dan waktu yang tepat, dikatakan tidak patuh

apabila lansia tidak mau minum obat sesuai aturan dan waktu yang sudah

dianjurkan (Sitorus, 2022).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat

hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan penyakit osteoartritis

pada sendi lutut di Puskesmas Lepo-lepo Kota Kendari Tahun 2022 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan

penyakit osteoartritis pada sendi lutut di Puskesmas Lepo-lepo Kota

Kendari Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran tentang kepatuhan minum obat pada penderita

osteoartritis pada sendi lutut di Puskesmas Lepo-lepo Kota Kendari

Tahun 2022.
b. Mengetahui gambaran tentang hubungan kepatuhan minum obat

dengan kekambuhan penyakit osteoartritis pada sendi lutut di

Puskesmas Lepo-lepo Kota Kendari Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan tentang hubungan kepatuhan minum obat dengan

kekambuhan penyakit osteoartritis pada sendi lutut. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya demi

perkembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.

2. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak

instansi yang terkait (Puskesmas Lepo-lepo) dan menjadi database bagi

Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.


BAB II

TINJAUAN PUSTASKA

A. Tinjauan Umum Variabel

1. Osteoarthritis

a. Definisi Osteoarthritis

Osteoarthritis adalah penyakit sendi Degeneratif dan

Inflamasi yang ditandai dengan perubahan patologik pada seluruh

struktur sendi. Perubahan patologis yang terjadi meliputi hilangnya

tulang rawan sendi hialin, diikuti penebalan dan sklerosis tulang

subkondral, pertumbuhan osteofit pada tepi sendi, teregangnya

kapsul sendi, sinovitis ringan dan kelemahan otot yang menyokong

sendi karena kegagalan perbaikan kerusakan sendi yang

disebabkan oleh stress mekanik yang berlebih (Winangun, 2019).

Penggunaan tulang rawan yang berlebihan akan mempengaruhi

sendi dan menekan tulang rawan termasuk lutut, pinggul, jari, dan

daerah tulang belakang bawah sehingga menyebabkan nyeri sendi

dan gangguan mobilitas. Gangguan tersebut semakin parah dan

dapat menimbulkan kecacatan. Osteoarthritis ditandai dengan

perubahan degeneratif pada tulang, tulang rawan, menisci,

ligamen, dan jaringan sinovial. Bagian yang paling sering terkena

osteoartritis adalah vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki

(Fadhillah, 2016).

b. Epidemiologi
Osteoartritis merupakan sebagian besar bentuk arthritis dan

penyebab utama disabilitas pada lansia. Osteoartritis merupakan

penyebab beban utama untuk pasien, pemberi pelayanan kesehatan,

dan masyarakat. WHO melaporkan 40% penduduk dunia yang

lansia akan menderita osteoartritis, dari jumlah tersebut 80%

mengalami keterbatasan gerak sendi. Penyakit ini biasanya terjadi

pada usia diatas 70 tahun. Bisa terjadi pada pria dan wanita, tetapi

pria bisa terkena pada usia yang lebih muda. Prevalensi

Osteoartritis di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada usia > 40

tahun, 30% pada usia 40-60 tahun dan 65% pada usia > 61 tahun

(Adhiputra, 2017).

Progresifitas dari osteoartritis biasanya berjalan perlahan-

lahan, terjadi dalam beberapa tahun atau bahkan dekade. Nyeri

yang timbul biasanya menjadi sumber morbiditas awal dan utama

pada pasien dengan osteoartritis. Pasien dapat secara progresif

menjadi semakin tidak aktif beraktivitas, membawa kepada

morbiditas karena berkurangnya aktivitas fisik (termasuk

penurunan berat yang bermakna). Prevalensi osteoartritis berbeda-

beda pada berbagai ras. Terdapat kecenderungan bahwa

kemungkinan terkena osteoartritis akan meningkat seiring dengan

pertambahan usia.Penyakit ini biasanya sebanding jumlah

kejadiannya pada pria dan wanita pada usia 45-55 tahun. Setelah

usia 55 tahun, cenderung lebih banyak terjadi pada wanita. Sendi


distal interfalangeal dan proksimal interfalangeal seringkali

terserang sehingga tampak gambaran Heberden dan Bouchard

nodes, yang banyak ditemui pada wanita (Santosa, 2018).

c. Etiologi

Berdasarkan etiopatogenesisnya, osteoartritis dibedakan

menjadi dua yaitu osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder.

Osteoartritis primer disebut juga osteoartritis idiopatik yaitu

osteoartritis yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada

hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan

lokal pada sendi. Sedangkan osteoartritis sekunder adalah

osteoartritis yang didasari oleh adanya kelainan endokrin (seperti

acromegaly, hyperparathyroidisme dan hyperuricemia), inflamasi,

post traumatik, metabolik (seperti rickets, hemochromatis,

chondrocalcinosis, dan ochronosis), kelainan pertumbuhan,

herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu

lama. Defek primer pada osteoartritis idiopatik maupun

osteoartritis sekunder adalah hilangnya kartilago sendi akibat

perubahan fungsional kondrosit (sel-sel yang bertanggung jawab

atas pembentukan proteoglikan, yaitu glikoprotein yang bekerja

sebagai bahan seperti semen dalam tulang rawan dan kolagen).

Osteoartritis merupakan penyakit gangguan homeostasis

metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan


kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui (Winangun,

2019).

d. Faktor Risiko

Menurut Ramadhan (2015) penyebab dari osteoartritis

hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor

resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :

a. Umur

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor

ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya osteoartritis

semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis

hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40

tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.

b. Jenis Kelamin.

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi, dan lelaki

lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan

leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis

kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun

frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal

ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis

osteoarthritis.

c. Genetic

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis misal,

pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi


inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada

sendi-sendi tersebut, dan anak- anaknya perempuan cenderung

mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak

perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.

d. Suku.

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya

terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya

osteoartritis paha lebih jarang diantara orang- orang kulit hitam dan

usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada

orang–orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini

mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun

perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

e. Kegemukan

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya

resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada

pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis

pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis

sendi lain.

e. Patogenesis

Osteoarthritis terjadi karena adanya perubahan pada

metabolisme tulang rawan sendi khususnya sendi lutut.

Peningkatan aktivitas enzim yang bersifat merusak makromolekul

matriks tulang rawan sendi dan menurunnya sintesis proteoglikan


dan kolagen. Pada proses degenerasi kartilago articular akan

menghasilkan zat yang bisa menimbulkan suatu reaksi inflamasi

yang merangsang makrofag untuk menghasilkan IL-1 sehingga

meningkatkan enzim proteolitik untuk degradasi matriks

ekstraseluler (Sembiring, 2018).

Perubahan proteoglikan mengakibatkan tingginya

resistensi tulang rawan untuk menahan kekuatan tekanan dari sendi

dan pengaruh yang lain yang dapat membebani sendi. Menurunnya

kekuatan tulang rawan akan disertai perubahan yang tidak sesuai

dengan kolagen dan kondrosit akan mengalami kerusakan.

Selanjutnya akan terjadi perubahan komposisi molekuler dan

matriks rawan sendi yang diikuti oleh kelainan fungsi matriks

rawan sendi. Jika dilihat melalui mikroskop, terlihat permukaan

tulang rawan mengalami fibrilasi dan berlapis-lapis. Hilangnya

tulang rawan akan menyebabkan penyempitan rongga sendi

(Sembiring, 2018).

Terjadi pembentukan osteobit pada tepi sendi terhadap

tulang rawan yang rusak. Pembentukan osteofit merupakan suatu

respon fisiologis untuk memperbaiki dan mehibentuk keibalt sendi.

Dengan penambahan luas permukaan sendi untuk menerima beban,

osteofit diharapkan dapat memperbaiki perubahan awal tulang

rawan pada osteoarthritis. Semakin lama akan terjadi pengikisan

yang progresif yang menyebabkan tulang dibawahnya akan ikut


terkikis. Pada tekanan yang melebihi kekuatan biomekanik tulang,

akan mengakibatkan tulang subkondrial merespon dengan

meningkatkan selularitas dan vascular sehingga tulang akan

menjadi tebal dan padat. Proses ini disebut eburnasi yang nantinya

mengakibatkan sclerosis tulang subkondrial. Tulang rawan sendi

menjadi aus, rusak, dan menimbulkan gejala osteoarthritis seperti

nyeri sendi, kaku, dan deformitas (Sembiring, 2018).

f. Manifestasi Klinik

Gejala klinis pada Osteoartritis yang biasanya muncul

menurut Rekomendasi IRA tahun 2014 yaitu:

a. Nyeri OA diakibatkan oleh 3 penyebab mayor: akibat gerakan

dari faktor mekanis, akibat inflamasi synovial. Pada OA tidak

selalu ditemukan adanya inflamasi. Hanya kira-kira 40% kasus

yang disertai inflamasi yang disebabkan oleh lepasnya Kristal

kalsium-pirofosfat atau serpihan rawan sendi ke rongga sendi.

Pada kasus yang terjadi adalah nyeri akibat gerakan faktor

mekanis. Perubahan mekanikal disebabkan oleh perubahan

anatomis yang lanjut akibat beratnya penyakit. Nyeri

mekanikal timbul setelah penderita melakukan aktivitas dan

tidak timbul pada pagi hari serta tidak disertai dengan kaku

sendi (joint stiffness).

b. Kaku pagi Nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah pasien

berdiam diri atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti


duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau

bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.

c. Hambatan gerak sendi, biasanya bertambah berat perlahan

sejalan dengan pertambahan rasa nyeri. Hambatan gerakan

dapat konsentris (seluruh arah gerakan) atau eksentris (satu

arah gerakan).

d. Krepitasi saat gerakan aktif karena adanya pergesekan kedua

permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau

dimanipulasi secara pasif. Krepitasi yang semakin jelas

berhubungan dengan bertambah beratnya penyakit.

e. Pembengkakan sendi akibat adanya osteofit marginal yang

muncul pada permukaan tulang rawan dan dapat mengubah

permukaan sendi. Sendi yang terkena secara perlahan-lahan

dapat membesar. Tanda tanda adanya peradangan pada sendi

(nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan

warna kemerahan) dapat dijumpai pada OA karena sinovitis.

f. Gangguan pada aktivitas sehari-hari

g. Diagnosis

Diagnosis osteoartritis biasanya didasarkan pada gambaran

klinis dan radiografis. Pemeriksaan diagnostik secara visualisasi

dapat digunakan alat seperti roentgen, Magnetic Resonance

Imaging (MRI), Optical Coherence Tomography (OCT), dan

Ultrasound (US) . Radiografi berguna untuk penilaian dari struktur


tulang, sementara OCT digunakan untuk mengevaluasi tulang

rawan artikular dan US digunakan untuk evaluasi ligamen dan

sinovium. MRI memungkinkan visualisasi dari semua struktur intra

artikular, meskipun US atau OCT mungkin preferensial dalam

beberapa keadaan. Untuk menegakan diagnosis sebagai OA,

kombinasi semua teknik visualisasi mungkin diperlukan untuk

mendapatkan gambaran paling komprehensif dari penyakit

(Syahruddin, 2017).

Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnostik

osteoartritis ialah (Syahruddin, 2017) :

a. Penyempitan celah sendi yang sering kali asimetris (lebih berat

pada bagian yang menanggung beban)

b. Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral

c. Kista tulang

d. Osteofit pada pinggir sendi

e. Perubahan struktur anatomi sendi

Diagnosis klinis Osteoarthritis lutut ditetapkan bila pada seorang

penderita ditemukan nyeri lutut ditambah tiga criteria dari enam

kriteria ini (Syahruddin, 2017):

a. Umur > 50 tahun

b. Kaku sendi < 30 menit

c. Nyeri tekan pada tulang


d. Terdengar krepitasi pada gerak sendi lutut

e. Pembesaran tulang

f. Perabaan sendi lutut tidak panas

h. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan osteoartritis berdasarkan atas distribusinya

(sendi mana yang terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena.

Menurut Setiati dkk (2014) penatalaksanaan terdiri dari 3 hal:

1) Terapi non-farmakologis

a) Edukasi

Maksud dari edukasi adalah agar pasien mengetahui sedikit

seluk-beluk tentang penyakitnya tidak bertambah parah serta

persendiannya tetap dapat dipakai.

b) Terapi fisik dan rehabilitasi

Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat

dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.

c) Penurunan berat badan

Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan faktor yang

akan memperberat penyakit osteoartritis. Oleh karenanya berat

badan harus selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat

badan berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat

badan, bila mungkin mendekati berat badan ideal.

2) Terapi farmakologis

a) Nonsteroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs)


Obat- obatan yang digunakan untuk mengurangi nyeri dan

peradangan pada sendi-sendi. Contoh-contoh dari NSAIDs

termasuk aspirin dan ibuprofen. Saat ini obat pilihan

pertama yang digunakan dalam terapi osteoartritis adalah

natrium diklofenak. Adakalanya untuk menggunakan

NSAIDs untuk sementara dan kemudian menghentikan

mereka untuk periode- periode waktu tanpa gejala-gejala

yang kambuh, dengan demikian mengurangi risiko-risiko

efek sampingan.

b) Analgetik seperti tramadol

c) Obat relaksasi otot (muscle relaxants)

d) Injeksi glukokortikoid intreartikular

Chondroprotective agent adalah obat-obatan yang dapat

menjaga atau merangsang perbaikan (repair) tulang rawan

sendi pada pasien osteoartritis. Sampai saat ini yang

termasuk dalam kelompok obat ini adalah: asam hialuronat,

kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, superoxide

desmurase dan sebagainya.

3) Terapi bedah

Operasi umumnya direncanakan untuk pasien-pasien dengan

osteoartritis yang terutama parah dan tidak merespon pada

terapi farmakologi serta untuk melakukan koreksi apabila

terjadi deformitas sendi yang menggangu aktivitas sehari-hari.


i. Prognosis

Osteoartritis biasanya berjalan lambat. Problem utama

yang sering dijumpai adalah nyeri apabila sendi tersebut dipakai

dan meningkatnya ketidakstabilan bila harus menanggung beban,

terutama pada lutut. Masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus

membiasakan diri dengan cara hidup yang baru. Cara hidup yang

baru ini sering kali meliputi perubahan pola makan yang sudah

terbentuk seumur hidup dan olahraga, manipulasi obat-obat yang

diberikan, dan pemakaian alat-alat pembantu (Pratiwi, 2015).

2. Kepatuhan (Maryanti, 2017)

1) Pengertian

Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul

akibat adanya interaksi anatara petugas kesehatan dan pasien

sehingga pasien mengerti rencana dengan segala konsekuensinya

dan menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya.

Faktor ketidak patuhan terhadap pengobatan :

1.Kurang pahamnya pasien tentang tentang tujuan pengobatan.

2.Alasan utama untuk tidak patuh adalah kurang mengerti tentang

pentingnya manfaat terapi obat dan akibat yang mungkin jika obat

tidak digunakan sesuai dengan instruksi.

3.Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan

pengobatan yang ditetapkan

4.Sukanya memperoleh obat diluar rumah sakit


5.Mahalnya harga obat

Pasien akan lebih enggan mematuhi instruksi penggunaan obat

yang mahal,

2) Kepatuhan minum obat

1) Tepat dosis

Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang

dengan rentang tetapi yang sempit akan sangat beresiko

timbulnya efek samping.

2) Cara pemberian obat

Cara pemberian obat memerlukan pertimbangan

farmakokinetik, yaitu cara atau rute pemberian, besar dosis,

frekuensi pemberian, sampai kepemilihan cara pemakaian yang

paling mudah diikuti pasien, aman dan efektif untuk pasien.

3) Waktu pemberian obat

Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin

dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering

frekuensi pemberian obat perhari semakin rendah tingkat

ketaatan minum obat.

4) Priode minum obat

Lama pemberian obat harus tepat sesuia penyakit masing

masing.
B. Kerangka Teori

Kepatuhan Minum Obat Pasien


Penyakit Pada Sendi Lutut

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kepatuhan Minum Obat Pasien Penyakit
Osteoartritis Pada Sendi Lutut

Tingkat Kejelasan Motivasi & Akses


Usia Pendidikan Informasi dukungan Pelayanan
Kesehatan

Kekambuhan Penyakit
Osteoarthritis pada sendi lutut

Gambar 1. Kerangka Teori

C. Kerangka konsep

Kepatuhan Kekambuhan
Minum Obat Penyakit Osteoartritis
Pada Sendi Lutut

Keterangan :

= Variabel independent

= Penghubung antar variabel yang diteliti

= Variabel dependent

Gambar 2. Kerangka Konsep


Kekambuhan Penyakit Osteoartritis
Pada Sendi Lutut

D. Hipotesis Peneltian

H0 : Kepatuhan minum obat tidak memiliki hubungan dengan


Kekambuhan Penyakit Osteoartritis
Pada Sendi Lutut
kekambuhan penyakit osteoartritis pada sendi lutut

Ha : Kepatuhan minum obat memiliki hubungan dengan kekambuhan

penyakit osteoartritis pada sendi lutut.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian Observasional dengan

pendekatan Cross Sectional. Penelitan ini di lakukan untuk mengetahui

tentang hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan penyakit

osteoartritis pada sendi lutut di Puskesmas Lepo-lepo Tahun 2022.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Tanggal 30 Desember 2023 –15 Januari

2024.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Lepo-lepo Kota Kendari

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek / responden yang

hendak dipelajari karakteristiknya (Johan dkk, 2018). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua penderita penyakit osteoartritis pada sendi

lutut yang berkunjung di Puskesmas Lepo-lepo pada bulan Oktober -

Desember tahun 2022

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah himpunan bagian populasi yang diamati dan dikumpulkan


datanya (Johan dkk, 2018). Teknik pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah pasien yang didiagnosis menderita penyakit osteoartritia pada

sendi lutut oleh dokter puskesmas lepo-lepo . Pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan metode purpose sampling, yaitu berdasarkan

kriteria inklusi. Untuk menghitung penentuan jumlah sampel dari populasi

tertentu yang dikembangkan, maka pengambilan sampel menggunakan

rumus Slovin Perhitungan sampel menggunakan rumus Slovin sebagai

berikut :

n = N / (1 + (N x e²))

Keterangan :

n = Besar Sampel

N= Besar Populasi

E = Tingkat Kesalahan yang digunakan (10%)

Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien terdiagnosis penyakit osteoartritis pada sendi lutut oleh

dokter puskesmas Lepo-lepo

2) Pasien berumur >50 tahun

3) Pasien penyakit osteoartritis pada sendi lutut yang rutin dan tidak

rutin minum obat dari bulan Oktober 2022 sampai dengan

Desember 2022

4) Pasien yang diterapi obat Paracetamol, Natrium Diklofenak, B1,

B12, Asam mefenamat, Metil Prednisolon.


5) Pasien mampu berkomunikasi dengan aktif

6) Bersedia menjadi sampel

7) Responden bertempat tinggal didaerah Puskesmas Lepo-lepo

b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien yang datang dengan gejala nyeri dan tidak terdiagnosa

osteoartritis oleh dokter puskesmas Lepo-lepo

2) Pasien berumur <50 tahun

3) Pasien yang tidak diterapi obat Paracetamol, Natrium Diklofena,

B1, B12, Asam mefenamat, Metil Prednisolon

D. Teknik Pengambilan Data / Prosedur Penelitian

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yang

diperoleh dari kuisioner dan berisi data karakteristik responden serta

mengenai kepatuhan minum obat.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh instansi atau

badan terkait yang berhubungan dengan penelitian ini untuk

melaksanakan dan melengkapi penelitian. Dalam penelitian ini, data

sekunder diperoleh dari puskesmas Lepo-lepo (Rekam Medik).

2. Alat Pengumpulan Data

a. Alat yang digunakan dalam pengambilan data penelitian :

1) Alat tulis,
2) Rekam medik

3) Kamera untuk dokumentasi kegiatan penelitian

b. Bahan yang digunakan dalam pengambilan data penelitian

1) Kuisioner penelitian

2) Informed consent

3. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

a. Proses pengumpulan data diawali dengan data pasien dari Rekam

Medik yang tercatat di Puskesmas Lepo-lepo.

b. Melakukan analisis dari data yang didapatkan terkait kepatuhan

minum obat dengan kekambuhan penyakit sendi lutut.

c. Pengisian Kuisioner tingkat kepatuhan minum obat responden.

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Variabel Dependen (Terikat)

Osteoarhtritis

a. Definisi Operasional

Pasien osteoartritis adalah pasien yang teridiagnosis penyakit

osteoartritis oleh dokter puskesmas yang tercatat dalam rekam

medis.

b. Kriteria Objektif

1) Kambuh :

 Nyeri Ditambah Dengan Kriteria Klinis 3 dari 6 Kriteria


1. Umur >50 tahun

2. Kaku sendi <30 menit

3. Nyeri tekan pada tulang

4. Terdengar krepitasi pada gerak sendi lutut

5. Pembesaran tulang

6. Perabaan sendi lutut tidak panas

 Rutin Kontrol

2) Tidak Kambuh :

Kriteria Klinis < 3 Kriteria

2. Variabel independen (Bebas/Tidak terikat)

Kepatuhan Minum Obat

a. Definisi Operasional

Responden minum obat sesuai jenis, dosis, waktu minum, dan

jumlah hari minum obat yang diberikan oleh dokter mulai Oktober

sampai Desember 2022.

b. Kriteria Objektif

a. Patuh jika responden menjawab kuisioner dengan skor 8

b. Tidak patuh jika responden menjawab kuisioner dengan skor <8

Skala Pengukuran : Nominal

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis


univariat dengan menampilakan tabel-tabel distribusi untuk melihat

gambaran distribusi frekuensi responden menurut berbagai variabel yang

diteliti yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan Chi

Square (jika skala data nominal dan ordinal).

Tabel 2. Kontingensi 2x2

Variabel Variabel Dependen


Jumlah
Independen Ya Tidak
Ya A B a+b
Tidak C D c+d
Total a+b b+d a+b+ c+d

Hasil diinterpresentasikan dengan menggunakan derajat

kemaknaan 5%. Jika p value ≤ 0,05 yang berarti ada hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Sedangkan jika p value ≥ 0,05 berarti

tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.


G. Alur Penelitan

Pengajuan Judul Penelitian

Pengambilan data awal di


Puskesmas

Pengajuan proposal penelitian

Ujian etik / Etical Clearance

Penentuan jumlah sampel penelitian

Kriteria eksklusi Kriteria inklusi

Pengambilan data pasien (Rekam Medik)

Pengisian Kuisioner

Analisis Data

Penarikan Simpulan

Gambar 3. Alur Penelitian

H. Etika Penelitian

Etika merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan sebuah

penelitian mengingat penelitian berhubungan dengan manusia, maka segi

etika penelitian harus di perhatikan karena manusia mempunyai hak asasi.

Penelitian ini telah dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik

dengan no. surat 087/UN29.17.1.3/ETIK/2020 dan surat izin penelitian dari


Balitbang dengan no. surat 070/0029/Balitbang/2021.

1. Self determinan

Reponden diberikan kebebasan untuk menentukan pilihan apakah

bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian. Setelah semua

informasi yang berhubungan dengan penelitian dijelaskan dengan

menandatangani informed concent yang disediakan.

2. Anonymity

Selama kegiatan penelitian nama responden tidak dicantumkan dan

peneliti menggunakan nomor responden.

3. Confidentiality

Peneliti juga menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi

yang diperoleh. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai

dokumentasi penelitian.

4. Protection from discomfort

Responden bebas dari rasa tidak nyaman sebelum penelitian dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Adhiputra, I, A. 2017.Osteoartritis. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas


Udayana.

Akbar, H., Santoso, B, E., 2019. Faktor Risiko Kejadian Osteoarthritis Lutut di
Ruma Sakit Umum Haji Surabaya. Jurnal Kesehatan Masyarakat 9(2) :
219-221

Anggoro, A. D., & Wulandari, D. I. (2019). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada


Osteoarthtritis Knee Billateral Dengan Modalitas Tens , Laser Dan
Terapi Latihan Di Rsud Bendan Kota Pekalongan. Jurnal PENA, 33(2),
9

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.


2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018. Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta.

Cuevas, C.D.I., Penate, W. 2015. Psychometric Properties Of The Eight-Item


Moriskky Medication Adherence Scale (MMAS-8) in Psychiatric
Outpatient Setting, International journal of Clinical and Health
Psychology 15: 121-129

Fadhillah, N, R. 2016. Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Osteoartritis. Skripsi.


Fakultas Farmasi. Universitas Airlangga

Fungsional. Jurnal ilmiah fisioterapi. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran dan Ilmu


Kesehatan Universitas Abdurrab. 1 (2).. 39-41

Imtichan, N, S. 2012. Hubungan Antara Pencegahan Kekambuhan Osteoartritis


Oleh Lansia Dengan Tingkat Kekambuhan Lansia Di Desa Palur
Mojolaban Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Ismaningsih dan Selviani, I. 2018. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus


Osteoarthritis Genue Bilateral Dengan Intervensi Neuromuskuler
Taping Dan Strengthening Exercise Untuk Meningkatkan Kapasitas

Kalim H, & Wahono, C. (2019). Penyakit Sendi Degeneratif Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: UB Press
Maryanti, R. 2017. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Peningkatan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan. Insan Cendekia Medika Jombang.

Ramadhan, I, R. 2015. Rasionalitas Penggunaan OAINS Pada Pasien Rematik


Osteoarthritis Rawat Jalan RSUD Kabupaten Subang Tahun 2014
Ditinjau Dari (Tepat Diagnosis, Tepat Indikasi, Tepat Obat, Tepat
Dosis, Tepat Cara Pemberian, Tepat Pasien. Skripsi. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pratiwi, A.I. 2015. Diagnosis And Treatment Osteoarthritis. J Majority 4(4): 10-
17

Puskesmas Unaaha. 2019. Laporan 10 Besar Jenis Penyakit Berdasarkan


Kunjungan Perbulan Dalam Tahun 2019. Profil Puskesmas Unaaha.
Unaaha

Rasjad, C. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. PT Yansif Watampone. Jakarta

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI. Jakarta.

Santosa, J. 2018. Osteoartritis. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas


Udayana.

Sembiring S.P.K. 2018. Diagnosis Diferensial Nyeri Lutut. Buku Edisi 1, Jakarta.

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF.2014.Buku ajar ilmu


penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta.

Sitorus R. 2022. Kepatuhan Lansia Untuk Minum Obat. UPT Panti Bina
Serumpun Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi
Kep.Bangka Belitung.

Syahruddin, N, A. 2017. Efek Pemberian Rimpang Kencur (Kaempferia galangal


L.) Terhadap Nyeri, Kaku Sendi Dan Fungsi Fisik Pasien Osteoartritis
Lutut. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Pascasarjana.
Universitas Hasanuddin Makassar.
Tangkudung J. 2016. Anatomy Movement. LPPM Universitas Negeri Jakarta.
Jakarta.

Wijaya, S. 2018. Osteoartritis Lutut. CDK-265. Vol.45 No.6

Wirawati, Desmon. 2021. “Hubungan Perilaku Lansia Dalam Perawatan Nyeri


Dengan Terapi Kompres Jahe Untuk Menurunkan Tingkat Nyeri
Osteoatritis.” Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka 9(2): 109–18.

Winangun. 2019. Diagnosis Dan Tatalaksana Komprehensif Osteoartritis. Jurnal


Kedokteran 5(1) : 125-142.
Lampiran 1 : Kuisioner MMAS-8

KUESIONER KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN

Petunjuk pengisian : tandai (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan jawaban
anda
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah anda kadang-kadang lupa minum obat
anda?
2 Orang terkadang tidak sempat minum obat bukan
karena lupa. Selama 2 pekan terakhir ini
pernahkah anda dengan sengaja tidak
menggunakan obat atau
meminum obat anda?
3 Pernahkah anda mengurangi atau berhenti
menggunakan obat atau minum obat tanpa
memberitahu dokter anda karena anda merasa
kondisi anda tambah parah ketika menggunakan
obat
atau meminum obat tersebut?
4 Ketika anda bepergian atau meninggalkan rumah,
apakah anda kadang-kadang lupa membawa
obat anda?
5 Apakah anda menggunakan obat anda atau
minum obat kemarin?
6 Ketika anda merasa sedikit sehat, apakah anda
juga kadang berhenti menggunakan obat atau
meminum
obat?
7 Minum obat setiap hari merupakan hal yang
tidak menyenangkan bagi sebagian orang.
Apakah anda merasa terganggu dengan
kewajiban anda terhadap
pengobatan osteoartritis yang harus anda jalani?
8 Seberapa sering anda mengalami kesulitan a. Tidakpernah
menggunakan obat atau minum semua obat b. Sekali-sekali
anda? c. Kadang-kadang
d. Biasanya
e. Selalu
9 Apakah anggota keluarga atau yang dekat
dengan anda selalu mengingatkan anda dalam
minum obat?
10 Apakah keluarga menegur anda, bila anda tidak
mau, lalai atau lupa minum obat?
Akses Menuju Pelayanan Kesehatan Mudah Sulit

11 Bagaimana akses untuk menuju ke puskesmas ?

(Cuevas, dkk, 2015)

Anda mungkin juga menyukai