JAYAPURA
2. Apnike Gobai
4. Diana Abidondifu
5. Fadhillah Rumatiga
9. Kristina Marian
JAYAPURA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II Pak Rudini, S.Kep,Ns,M.Kep.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Keperawatan Medikal Bedah II
serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan sikap sebagai dasar
prilaku individu terhadap lingkungan sosial, taklupa penyusun ucapkan
terimakasih kepada pengajar mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat member manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita, khususnya bagi penulis.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
KELOMPOK II
ii
DAFTAR ISI
Daftar Isi.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengkajian..........................................................................................16
B. Pemeriksaan Fisik ..............................................................................23
C. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................29
D. Terapi Medis ......................................................................................29
E. Analisa Data.......................................................................................31
iii
F. Diagnosa Keperawatan ......................................................................33
G. Rencana Keperawatan, Implementasi Dan Evaluasi .........................34
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................38
B. Saran ..................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak
pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering
pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang
lebih sama pada lakidan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari padapria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal,
pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi
inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada
sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan
dari wanita tanpa osteoarthritis.
d. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada
pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoarthritis
pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis
sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
4. Patofisiologi
Perkembangan osteoarthritis tergantung dari interaksi antara beberapa
faktor dan proses ini dapat dianggap sebagai produk dari interaksi faktor-
faktor sistemik dan lokal (Zhang,et al., 2010).
Tulang rawan terdiri dari air, kolagen, dan proteoglikan. Semakin
bertambahnya usia seseorang, kandungan air di dalam tulang rawannya
akan semakin berkurang sebagai akibat dari berkurangnya kandungan
proteoglikan, sehingga menyebabkan tulang rawan menjadi kurang lentur.
Tanpa adanya efek proteksi dari proteoglikan, serabut kolagen tulang
7
rawan dapat menjadi rentan terhadap degradasi sehingga dapat
memperburuk degenerasi. Peradangan di sekitar kapsul sendi juga dapat
terjadi melalui proses yang lebih ringan dibandingkan dengan peradangan
yang terjadi pada remathoid arthritis.
5. Pathway
8
6.
9
7. Tanda dan Gejala
a. Riwayat Penyakit
1) Nyeri
a) Nyeri pada awal gerakan
b) Nyeri selama bergerak
c) Nyeri yang menetap atau nyeri nocturnal
d) Membutuhkan analgesic
2) Hilangnya fungsi
a) Kekakuan (stiffness)
b) Keterbatasan gerakan
c) Penurunan aktivitas sehari-hari
d) Kebutuhan akan alat bantu ortopedi
3) Gejala lain
a) Krepitasi
b) Peningkatan sensitivitas terhadap dingin dan atau lembab
c) Progresi bertahap (Joern, 2010)
8. Penatalaksanaan Medis
a. Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan
mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
1) Analgesic yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9
g/hari atau profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif
namun perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal.
2) Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS
seperti fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis
untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis
rematoid. Karena pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek
10
samping utama adalah ganggauan mukosa lambung dan gangguan
faal ginjal.
3) Injeksi cortisone. Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada
engsel yang mampu mengurangi nyeri/ngilu.
4) Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam
hyluronik yang akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang.
Tindakan ini hanya dilakukan jika osteoarhtritis pada lutut.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme
tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat
memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kaki yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang
gemuk harus menjadi programutama pengobatan osteoartritis.
Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya
keluhan dan peradangan.
d. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis,
yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan yang
tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk
mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif
sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi
dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki
gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar
sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik
karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan
tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena
11
otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan
rawan sendi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah
penting.
e. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan
kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri yang menetap dan
kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomyuntuk
mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi
untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
1) Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yang rusak akan diangkat
dan diganti dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang
disebut prostesis.
2) Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang akan
mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu
pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
3) Penataan tulang. Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan
remaja. Penataan dilakukan agar sambungan/engsel tidak
menerima beban saat bergerak.
f. Terapi konservatif
Mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan,
upaya untuk mengistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan
sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga
sendi yang mengalami inflamasi (bidai penopang) dan latihan
isometric serta postural.
12
1) Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher dan
pinggang.
2) Berat badan menurun
3) Biasanya di atas 45 tahun
4) Jenis kelamin sering pada wanita
5) Pola latihan dan aktivitas
6) Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D dan C, sertakalsium)
7) Merokok, mengonsumsi alkohol dan kafein
8) Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid,
hiperparatiroid, sindrom cushing, akromegali, dan hipogonadisme.
b. Pemeriksaan fisik :
1) Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan
atau nyeri pergerakan
2) Periksa mobilitas pasien
3) Amati posisi pasien yang nampak membungkuk
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan untuk klien
osteoarthritis sebagai berikut :
a. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit.
b. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.
c. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang
osteoartritis.
3. Intervensi
Sasaran umum pasien dapat meliputi dapat meningkatkan mobilitas
dan aktivitas fisik, dapat menggunakan koping yangpositif, nyeri reda, dan
cedera tidak terjadi.
Intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan diagnosis yang
ditemukan, meliputi :
a. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan denganproses penyakit
Intervensi :
1) Gunakan matras dengan tempat tidur papan untuk membantu
memperbaiki posisi tulang belakang
13
2) Bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat
3) Bantu dan ajarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan
fungsi persendian dan mencegah kontraktur
4) Anjurkan menggunakan brace punggung atau korset, pasien perlu
dilatih menggunakannya dan jelas tujuannya
5) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, ekstrogen, kalsium, dan
vitamin D
6) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam program diet tinggi kalsium
serta vitamin C dan D
7) Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam memantau kadar
kalsium
b. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur danspasme otot
Intervensi :
1) Anjurkan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau
miring
2) Atur posisi lutut fleksi, meningkatkan rasa nyaman dengan
merelaksasi otot
3) Kompres hangat intermiten dan pijat pungung dapat memperbaiki
otot
4) Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika tubuh
5) Gunakan korset atau brace punggung, saat pasien turun dari tempat
tidur
6) Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk mengurangi rasa
nyeri
c. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungandengan tulang
osteoartritis.
Intervensi :
1) Anjurkan untuk melakukan aktivitas fisik untuk memperkuat otot,
mencegah atrofi, dan memperlambat demineralisasi tulang
progresif
2) Latihan isometrik dapat digunakan untuk memperkuat otot batang
tubuh
14
3) Anjurkan pasien untuk berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan
postur tubuh yang baik
4) Hindari aktivitas membungkuk mendadak, melengok, dan
mengangkat beban lama.
5) Lakukan aktivitas di luar ruangan dan dibawah sinar matahari
untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.
4. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan :
a. Aktivitas dan mobilitas fisik terpenuhi
1) Melakukan ROM secara teratur
2) Menggunakan alat bantu saat aktivitas
3) Menggunakan brace / korset saat aktivitas
b. Mendapatkan peredaan nyeri
1) Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
2) Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan
sehari-hari
3) Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur
c. Tidak mengalami fraktur baru
1) Mempertahankan postur yang bagus
2) Mempergunakan mekanika tubuh yang baik
3) Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D.
4) Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan
setiap hari).
5) Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari
6) Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah
7) Menciptakan lingkungan rumah yang aman
8) Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan.
5. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian integral proses. Dokumentasi
keperawatan mencangkup penyajian, identifikasi masalah, perencanaan,
tindakan. Dokumentasi keperawatan dicatat dengan cara yang sistematis,
komprehensif, akurat, dan terus-menerus ( Nursalam, 2008 )
15
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal MRS : 26 September 2019 Jam : 08.00 WIT
Ruangan : Penyakit Dalam Pria
Nomor Rekam medis : 00-24-52-65
Diagnosa medis : Osteoartritis
Tanggal Pengkajian : 27 September 2019 Jam : 08.00 WIT
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama : Tn.J
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen
Suku / Bangsa : Sulawesi/Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : APO
b. Identitas Penanggung
Nama : Ny.S
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen
Suku / Bangsa : Sulawesi/Indonesia
Alamat : APO
Hubungan dengan klien : Istri
16
2. KELUHAN UTAMA
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan nyeri pada lutut saat di tekuk
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien mengatakan nyeri pada lutut kaki kanan saat di tekuk.
P : Nyeri bertambah saat menekuk lutut
Q : Tertusuk-tusuk
R : Lutut kaki kanan
S : 6 (0-10) nyeri sedang
T : Hilang timbul 3-5 menit
17
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Garis Keturunan
: Garis Perkawinan
: Tinggal Serumah
: Pasien
: Meninggal
Penjelasan :
Tn.J berumur 55 tahun memiliki 1 orang anak,dan Tn.J tinggal dengan istri dan
anaknya.
18
Klien mengatakan saat sakit ke rumah sakit karena menurut pasien
kesehatan sangat penting. Saat ini klien dirawat di Rumah Sakit dan
telah menjalani perawatan. Klien yakin akan sembuh.
Penggunaan Alat
Tidak Ada Tidak Ada
Bantu
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Penggunaan Alat
Tidak Ada Terpasang pempres
Bantu
19
2) BAK
d. Pola Aktifitas
20
e. Pola Istirahat- Tidur
21
Klien mengatakan merasa terganggu dengan penyakitnya, karena
mengganggu aktifitasnya.
22
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran
Kualitatif : Composmentis
Kuantatif : GCS 15
Eye 4 : Dapat membuka mata spontan
Verbal 5 : Berorientasi dengan baik
Motorik 6 : Dapat melakukan gerakan sesuai perintah
BB sebelum sakit : 46 kg TB : 150 cm
BB saat ini : 45 kg
BB ideal : 45 kg IMT : 20
Status gizi : Ideal
Tanda-tanda vital
Tekanan darah :140/100 mmhg
Suhu badan : 36,8°C
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
2. Kepala
a. Inspeksi
Kepala normosephalus.
Warna rambut hitam merata.
Tidak ada lesi dan ketombe.
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan.
Tidak ada pembengkakan atau massa.
2. Mata
a. Inspeksi
Konjungtiva : Merah muda
Sclera : Putih bening
Pupil : Isokor
23
Reflek pupil : Miosis
Pengelihatan : Visus 4/4
b. Palpasi
Tekanan bola mata : Tidak ada tekanan intraokuler (TIO)
3. Hidung
a. Inspeksi
Keadaan septum
Secret/cairan : Tampak
Radang/tidak : Tidak ada
Membran mukosa : Tampak kemerahan
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
4. Telinga
a. Inspeksi
Lubang telinga : Bersih
Pemakaian alat bantu : Tidak ada
b. Palpasi
Nyeri tekan/ tidak : Tidak ada
Pendengaran : Normal
5. Mulut
a. Inspeksi
1) Gigi
Keadaan gigi : Tampak bersih
Karang gigi/karies : Tidak ada
Pemakaian gigi palsu: Tidak ada
2) Gusi : Tidak radang
3) Lidah : Bersih
4) Bibir
Cianis/pucat/tidak : Pucat
24
Basah/kering/pecah : Kering
Mulut berbau/tidak : Berbau
6. Leher
a. Inspeksi
Kelenjar tyroid : Tidak terlihat
b. Palpasi
Kelenjar tyroid : Tidak teraba
Kelenjar limfe : Tidak membesar
8. Jantung
a. Inspeksi
Bentuk dada : Simetris dextra dan sinistra
b. Palpasi
Denyut apeks : Terlihat
c. Perkusi
25
Pembesaran jantung : Tidak terdapat
Batas jantung kanan :
ICS II Linea sternalis dextra
ICS VI Linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri :
ICS II Linea parasternalis sinistra
ICS VI linea Media klavikularis sinistra
d. Auskultasi
Bunyi Jantung :
BJ 1
Katub mitral terdengar bunyi LUB pada linea klafikularis sinistra ICS 4
Katup trikuspidalis terdengar bunyi LUB pada mediaklavikularis
sinistra ICS 5
BJ 2
Katup Aorta terdengar bunyi DUB pada parasternalis dextra ICS 2
Katub pulmonalis terdengar bunyi DUB pada parasternalis sinistra ICS
2
9. Abdomen
a. Inspeksi
Membuncit : Tidak
Simetris : Simetris dextra dan sinistra
Ada luka : Tidak ada
Asites : Tidak ada
b. Auskultasi
Peristaltik : 10 x/menit
c. Palpasi
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Nyeri tekan : Tidak ada
d. Perkusi
Bunyi perkusi : Tymphanni
26
10. Ekremitas
Ekremitas atas
a. Motoric
Kekuatan otot kanan/kiri : 5/5
Terpasang infus “ RL 20 Tpm “ pada tangan kiri
b. Clubing off finger : Tidak ada
c. Capillary refill time : Kurang dari 2 detik (Normal)
d. Refleks patalogis : Normal
Ekremitas bawah
a. Motoric
Gaya berjalan : Klien susah untuk berjalan
Kekuatan kanan/kiri : 3/5
b. Clubing off finger : Tidak ada
c. Capillary refill time : Kurang dari 2 detik (Normal)
d. Refleks patalogis : Normal
e. Terjadi kelemahan dan rasa sakit pada lutut kaki kanan.
27
Reflek dagu : Normal
Reflek cornea : Spontan mengedipkan mata saat di beri rangsang
kapas menyentuh mata.
e. N.VII (Facialis)
Gerakan Mimik : Klien tampak meringis kesakitan.
Pengecapan 2/3 lidah bagian depan : Normal
f. N.VIII (Acusticus) :
Fungsi pendengaran : Klien mampu mendengar dan mengulangi kata
yang di bisikkan perawat dengan baik.
g. N. IX, X (Glosofaringeus dan Vagus)
Reflek Menelan : Klien mampu menelan dengan baik.
Reflek Muntah : Klien tidak ada reflex muntah.
Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : Normal
h. N.XI (Assesorius)
Memalingkan kepala kekiri dan ke kanan : Klien mampu
Mengangkat bahu : Klien mampu
i. N.XII (Hypoglosus) :
Pergerakan lidah : Klien mampu menggerakan dengan baik
C. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pada tanggal 26 September 2019 pukul 11.00 WIT
NO JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
1. HEMOGLOBIN 11,5 12 — 14
2. LEUKOSIT 9.400 4.000-10.000
3. HEMATOKRIT 34,8 37-43
4. TROMBOSIT 284.000 150.000-450.000
5. ERITROSIT 3,66 4,7-6,1
6. MCV 95,1 40-46
7. MCH 31,4 80,0-90,0
8. DIFERENSIAL 63,1 26,5-30,5
9. SEGMEN 27,7 40-80
10. LIONFOSIT 9,2 20-40
2. Radiologi/USG/DLL
28
Tidak ada
D. Terapi medis
METODE JAM
NO NAMA OBAT DOSIS
PEMBERIAN PEMBERIAN
1. SANTAGESIC IV 3 x 2 ml /8 JAM
METHIL
3. IV 3 x 62,5 mg /8 JAM
PREDNISOLON
29
Klasifikasi Data
30
E. Analisa Data
S : 36,8 ˚C
N : 80 x/menit
RR: 20 x/menit
Meringis kesakitan
31
Terpasang infus “ RL 20 Tpm “
pada tangan kiri
Kekuatan otot ekstremitas
bawah kanan : 3
Terjadi kelemahan dan rasa sakit
pada lutut kaki kanan
32
F. Diagnosa Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
33
G. Rencana Keperawatan, Implementasi Dan Evaluasi
1 Nyeri akut berhubungan Menunjukkan 1. Atur posisi 1. Untuk memberikan 27/09/ 1. Mengatur posisi 27/09/2019
dengan agen injuri biologis. nyeri berkurang pasien. rasa nyaman pada 2019 pasien. 13.40
sampai hilang klien 08.30 Respon : S:
Di tandai dengan :
setelah di Pasien kooperatif saat Klien
DS : lakukan di berikan posisi semi mengatakan
tindakan fowler dan merasa nyeri
Nyeri lutut kanan saat di
keperawatan nyaman. P:Nyeri
tekuk
1x24 jam. 08.40 2. Mengobservasi TTV bertambah saat
P : Nyeri bertambah saat 2. Mengetahui
dan tingkat nyeri klien menekuk lutut
menekuk lutut Kriteria hasil : 2. Observasi TTV keadaan umum
Hasil :
Q : Tertusuk-tusuk dan tingkat pasien dan
TTV dalam TD : 140/100 mmHg Q : Tertusuk-
R : Lutut kaki kanan nyeri klien tindakan
batas normal. N : 80x/menit tusuk
S : 6 (0-10) nyeri sedang selanjutnya.
SB : 36,8 ̊c R : Lutut kaki
T : Saat bergerak serta Nyeri
RR : 20x/menit kanan
hilang timbul 3-5 menit berkurang
Skala nyeri 6 (0-10) S : 6 (0-10) nyeri
Gangguan tidur sering skala 4 dari 0
nyeri sedang sedang
terbangun karena nyeri
34
DO : — 10 08.55 3. Menganjurkan kepada T : hilang timbul
klien tentang relaksasi 3-5 menit
Keadaan umum : Sakit Wajah
3. Relaksasi napas tarik napas dalam. O:
sedang tampak rileks.
dalam dapat Respon: klien tampak
Kesadaran Composmentis
merilekskan klien Klien menerapkan meringis.
GCS : 15 ( E:4, V:5, 3. Anjurkan
dan mengalihkan tarik napas dalam. Keadaan
M:6 ) kepada klien
rasa nyeri umum : Sakit
tentang
Tanda — tanda vital 4. Mengkolaborasikan sedang
relaksasi tarik
TD : 140/100 mmHg 09.00 dengan dokter Kesadaran
nafas dalam.
pemberian analgetik. Composmentis
S : 36,8 ˚C
Hasil : GCS : 15
N : 80 x/menit Santagenic
4. Terapi analgetik Tanda —
RR: 20 x/menit IV/2ml/8jam.
dapat mengurangi tanda vital
rasa nyeri. TD : 140/90
Meringis kesakitan 4. Kolaborasi
mmHg
dengan dokter
pemberian S : 37 ˚C
analgetik.
N : 80 x/menit
RR: 20 x/menit
A:
Masalah tidak
teratasi.
35
P:
Lanjutkan
intervensi 1, 2, 3
dan 4.
2 Hambatan mobilitas fsik Menunjukkan 1. Lakukan ROM 1. ROM dapat 09.00 1. Melakukan ROM. 27/09/2019
berhubungan dengan tidak terjadi secara aktif mengurangi Respon : Klien tampak 13.40
keklemahan otot. hambatan kekakuan dan berusaha duduk
S:
mobilitas fisik kelemahan otot.
Di tandai dengan : Klien
setelah
mengatakan
DS : dilakukan
masih kurang
tindakan 2. Untuk 09.10
Lutut kanan tidak bisa di mampu untuk
keperawatan mengetahui
tekuk sudah 1 mingguan. aktifitas
1x24 jam keadaan umum
Pola aktivitas di bantu 2. Observasi O:
klien 2. Mengobservasi
sebagian Kriteria hasil : kemampuan Klien tampak
kemampuan klien
Perasaan waktu bangun klien dalam lemas dan
Memiliki dalam beraktifitas
badan terasa lemas. beraktifitas. Aktifitas dibantu
keinginan 09.15 Hasil :
Merasa terganggu dengan oleh keluaga dan
meningkatkan 3. Mengurangi Aktifitas klien di
penyakitnya, karena perawat.
kekuatan otot factor resiko. bantu sebagian.
mengganggu aktifitasnya. 3. Edukasi
3. Mengedukasi keluarga Keadaan
DO : keluarga untuk
untuk mendampingi umum : Sakit
mendampingi
aktifitas klien. sedang
Terpasang infus “ RL 20 aktifitas klien.
Hasil : Kesadaran
Tpm “ pada tangan kiri
Keluarga klien selalu
36
Kekuatan otot ekstremitas melakukan Composmentis
bawah kanan : 3 pendampingan GCS : 15
Terjadi kelemahan dan 09.20 terhadap aktifitas A:
rasa sakit pada lutut kaki klien. Masalah tidak
kanan 4. Kolaborasi teratasi.
4. Fisioterapi dapat
dengan P:
menghilangkan
keluarga untuk Lanjutkan
rasa nyeri dan
melakukan intervensi 1, 2, 3
membantu
fisioterapi.
pemulihan untuk
dapat melakukan
aktifitas
37
38
CATATAN PERKEMBANGAN
27/09/2019 1 S: 27 / 09 / 2019
Klien mengatakan nyeri
Jam : 19.40 WIT
P:Nyeri bertambah saat menekuk lutut
Klien mengatakan nyeri berkurang
Q : Tertusuk-tusuk
P:Nyeri bertambah saat menekuk lutut
R : Lutut kaki kanan
S : 6 (0-10) nyeri sedang Q : Tertusuk-tusuk
T : hilang timbul 3-5 menit R : Lutut kaki kanan
O: S : 5 (0-10) nyeri sedang
klien tampak meringis. T : hilang timbul 3-5 menit
Keadaan umum : Sakit sedang O:
39
S : 37 ˚C TD : 130/100 mmHg
N : 87x/menit
N : 80 x/menit
SB : 36,8 ̊c
RR: 20 x/menit RR : 20x/menit
A:
A : Masalah teratasi sebagian
Masalah tidak teratasi.
P :Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan 4.
P :Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan 4.
Respon :
Pasien merasa nyaman.saat di berikan posisi semi fowler
Mengobservasi TTV dan tingkat nyeri klien jam 14.00
WIT
Hasil :
TD : 130/100 mmHg
N : 87x/menit
SB : 36,8 ̊c
RR : 20x/menit
Skala nyeri 6 (0-10) nyeri sedang
Menganjurkan kepada klien tentang relaksasi tarik napas
dalam jam 14.00 WIT
Respon:
Klien menerapkan tarik napas dalam.
40
Mengkolaborasikan dengan dokter pemberian analgetik
jam 14.00 WIT
Hasil :
Santagenic IV/2ml/8jam.
2 S: 27 / 09 / 2019
Klien mengatakan masih kurang mampu untuk aktifitas
Jam : 19.40 WIT
O:
Klien tampak lemas dan Aktifitas dibantu oleh keluaga dan S:
perawat. Klien mengatakan masih kurang mampu untuk aktifitas
O:
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran Composmentis Klien tampak berusaha membiasakan menggerakkan kaki
41
Mengobservasi kemampuan klien dalam beraktifitas jam
14.05 WIT.
Hasil :
Aktifitas klien di bantu sebagian.
Mengedukasi keluarga untuk mendampingi aktifitas
klien jam 14.05 WIT.
Hasil :
Keluarga klien selalu melakukan pendampingan terhadap
aktifitas klien.
27 / 09 / 2019 1 S: 28 / 09 / 2019
Klien mengatakan nyeri berkurang
Jam : 06.30 WIT
P:Nyeri bertambah saat menekuk lutut
S:
Q : Tertusuk-tusuk Klien mengatakan nyeri berkurang
R : Lutut kaki kanan
P:Nyeri bertambah saat menekuk lutut
S : 5 (0-10) nyeri sedang
T : hilang timbul 3-5 menit Q : Tertusuk-tusuk
O: R : Lutut kaki kanan
klien tampak meringis. S : 4 (0-10) nyeri sedang
Keadaan umum : Sakit sedang T : hilang timbul 3-5 menit
Kesadaran Composmentis O:
42
GCS : 15 klien tampak meringis.
Tanda — tanda vital Keadaan umum : Sakit sedang
TD : 130/100 mmHg Kesadaran Composmentis
N : 87x/menit GCS : 15
SB : 36,8 ̊c Tanda — tanda vital
RR : 20x/menit TD : 130/80 mmHg
A: N : 82x/menit
Masalah teratasi sebagian. SB : 36,5 ̊c
P :Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan 4. RR : 22x/menit
43
Klien menerapkan tarik napas dalam.
Mengkolaborasikan dengan dokter pemberian analgetik
jam 20.00 WIT
Hasil :
Santagenic IV/2ml/8jam.
27 / 09 / 2019 2 S: 28 / 09 / 2019
Klien mengatakan masih kurang mampu untuk aktifitas
Jam 06.30 WIT
O:
S:
Klien tampak berusaha membiasakan menggerakkan
Klien mengatakan masih kurang mampu untuk aktifitas
kaki seperti berpijak dan menekuk.
O:
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran Composmentis Klien tampak berusaha membiasakan menggerakkan kaki
seperti berpijak dan menekuk.
GCS : 15
A: Keadaan umum : Sakit sedang
44
menggerakkan kaki seperti berpijak dan menekuk. Hentikan Intervensi.
Mengobservasi kemampuan klien dalam beraktifitas jam
20.05 WIT.
Hasil :
Aktifitas klien di bantu sebagian.
Mengedukasi keluarga untuk mendampingi aktifitas
klien jam 20.05 WIT.
Hasil :
Keluarga klien selalu melakukan pendampingan terhadap
aktifitas klien.
45
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan
merupakan salah satu penyebab nyeri, disabilitas, dan kerugian ekonomi
dalam populasi (Donald,et al., 2010). Kata “osteoartritis” sendiri berasal dari
Yunani dimana “osteo”yang berarti tulang, “arthro” yang berarti sendi,
dan“itis” yang berarti inflamasi,walaupun sebenarnya inflamasi pada
osteoartritis tidak begitu mencolok seperti yang ada pada remathoid dan
autoimun arthritis (Arya,et al.,2013). OA juga dikenal sebagai artritis
degeneratif atau penyakit sendi degeneratif atau Osteoartrosis, yang
merupakan suatu kelompok abnormalitas mekanik yang melibatkan
degradasi/ kerusakan dari sendi, termasuk kartilago artikular dan tulang
subkondral ( Di Cesare,et al., 2009).
Berdasarkan patogenesisnya, osteoartritis dibedakan menjadi dua yaitu
sebagai berikut :
1. Osteoartritis primer disebut juga dengan osteoartritis idiopatik dimana
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit
sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi.
2. Osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang didasari oleh kelainan
endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas makro dan
mikro serta imobilisasi yang terlalu lama (Soeroso S et al., 2006).
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Genetic
4. Kegemukan
46
Penatalaksanaan medis pada ada beberapa yaitu sebagai berikut :
1. Medikamentosa
2. Perlindungan sendi
3. Diet
4. Fisioterapi
5. Operasi
6. Terapi konservatif
B. Saran
Setelah membuat makalah ini, agar pembaca menjadi tahu tentang
penyakit osteoarthritis. Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling
sering dan merupakan salah satu penyebab nyeri, disabilitas, dan kerugian
ekonomi dalam populasi (Donald,et al., 2010). Oleh karena itu sebaiknya
sejak dini kita persiapkan dengan sebaik — sebaiknya masa tua kita nanti
karena kebanyakan dari penyakit ini di sebabkan karena factor umur, genetic
dan pola aktifitas yang berlebihan. Mari kita gunakan masa muda kita dengan
kegiatan yang bermanfaat dan baik untuk kesehtatan agar tidak menyesal di
masa tua.
47
DAFTAR PUSTAKA
Watson Roger ( 2002 ), Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Edisi 10, Jakarta ;
EGC
Yatim, Faisal. 2006. “Penyakit Tulang dan Persendian”. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
48