Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR HIPERTENSI

1. DEFINISI

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran

dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang

(Kemenkes RI, 2013).

2. KLASIFIKASI

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 >160 >100
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah JNC 7

3. ETIOLOGI

Menurut (Widjadja, 2009) penyebab hipertensi dapat dikelompokan

menjadi dua yaitu:

a. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui

penyebab dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai

penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, stres

psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas (keturunan).

1
Sekitar 90% pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori

ini.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya

berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan

cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian

kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang

merupakan faktor pengatur tekanan darah. Dapat disebabkan oleh

penyakit ginjal, penyakit endokrin, dan penyakit jantung.

4. PATOFISIOLOGI

Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi melalui

beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan

lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan

kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.

Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang

sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang

terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku

karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga

meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola)

untuk sementara waktu untuk mengerut karena perangsangan saraf atau

hormon didalam darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa

2
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap

kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam

dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga

meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri

mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan

darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut

dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf

otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh

secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan

darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan

mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya

volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal. Jika tekanan

darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,

sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengembalikan tekanan darah;

karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan

terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju

ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.

Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa

menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto, 2014).

5. PATHWAY

3
6. MANIFESTASI KLINIS

Sebagian besar penderita tekanan darah tinggi umumnya tidak

menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah tinggi mungkin

merasakan keluhan-keluhan berupa: kelelahan, bingung, perut mual,

masalah pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau merah,

4
mimisan, cemas atau gelisah, detak jantung keras atau tidak beraturan

(palpasi), suara berdenging di telinga, disfungsi ereksi, sakit kepala,

pusing (Ahmad, 2011). Gejala klinis yang dialami oleh para penderita

hipertensi biasanya berupa : pengelihatan kabur karena kerusakan retina,

nyeri pada kepala, mual dan muntah akibatnya tekanan kranial, edema

dependen dan adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan

kapiler (Pudiastuti, 2011).

7. KOMPLIKASI

Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara

teratur. Penderita hipeertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan

mempunyai resiko besar untuk meninggal karena komplikasi

kardovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal

ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain :

a. Otak : Menyebabkan stroke

b. Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan

kebutaan

c. Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark

jantung)

d. Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal

(Ahmad, 2011).

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

5
Pemeriksaan penunjang pada penderita hipertensi antara lain:

a. General check up

Jika seseorang di duga menderita hipertensi, dilakukan beberapa

pemeriksaan, yakni wawancara untuk mengetahui ada tidaknya

riwayat keluarga penderita. Pemeriksaan fisik, pemeriksan

laboratorium, pemeriksaan ECG, jika perlu pemeriksaan khusus,

seperti USG, Echocardiography (USG jantung), CT Scan, dan lain-

lain. Tujuan pengobatan hipertensi adalah mencegah komplikasi yang

ditimbulkan.

b. Tujuan pemeriksaan laboratoriun untuk hipertensi ada dua macam

yaitu:

1) Panel Evaluasi Awal Hipertensi : pemeriksaan ini dilakukan

segera setelah didiagnosis hipertensi, dan sebelum memulai

pengobatan.

2) Panel hidup sehat dengan hipertensi : untuk memantau

keberhasilan terapi (Widjaja, 2009).

9. PENATALAKSANAAN

Menurut Junaedi, dkk (2013) dalam penatalaksanaan hipertensi

berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:

a. Terapi non-farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obat-

obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan

6
tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani

perilaku hidup sehat seperti:

1) Pembatasan asupan garam dan natrium

2) Menurunkan berat badan sampai batas ideal

3) Olahraga secara teratur

4) Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol

5) Mengurangi/ tidak merokok

6) Menghindari stres

7) Menghindari obesitas

b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)

Selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal

yang utama. Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam

pegobatan, antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta bloker,

antagonis kalsium, dan penghambat konversi enzim angiotensi.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

1. PENGKAJIAN

a. Pengukuran Tekanan Darah

Dilakukan untuk mendeteksi tekanan darah dengan intevral yang

sering dan kemudian dilanjutkan dengan interval dengan jadwal yang

rutin (Smeltzer &Bare, 2013).

b. Riwayat

7
Riwayat yang lengkap harus diperoleh untuk mengkaji gejala yang

menunjukkan apakah system tubuh lainnya telah terpengaruh oleh

hipertensi. Meliputi tanda seperti:

1) Perdarahan hidung

2) Nyeri angina

3) Napas pendek

4) Perubahan tajam pandang

5) Vertigo

6) Sakit kepala (Nokturia) (Smeltzer & Bare, 2013).

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan kecepatan, irama dan

karakter denyut apikal dan perifer untuk mendeteksi efek hipertensi

terhadap jantung dan pembuluh darah perifer (Smeltzer & Bare,

2013).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan pada pasien hipertensi menurut (Doenges, 2007)

sebagai berikut:

a. Nyeri akut (sakit kepala) yang berhubungan dengan peningkatan

tekanan vaskuler serebral.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

c. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload vasokonstriksi.

8
3. INTERVENSI

Intervensi pada pasien hipertensi menurut (Doenges, 2007) yaitu:

a. Nyeri akut (sakit kepala) yang berhubungan dengan peningkatan

tekanan vaskuler serebral.

Tujuan : Nyeri klien berkurang.

Kriteria hasil : - klien melaporkan nyeri berkurang

Intervensi :

1) Kaji skala nyeri

2) Anjurkan tirah baring selama fase akut.

3) Berikan tindakan non farmakologis salah satunya bekam basah

4) Anjurkan untuk mengurangi aktivitas yang dapat meningkatkan

sakit kepala.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas sesuai tingkat kemampuan.

Kriteria hasil : - klien dapat melakukan aktivitas ringan.

Intervensi:

1) Kaji tingkat kemampuan klien melakukan aktivitas.

2) Motivasi klien untuk melakukan aktivitas ringan

3) Ajari klien tentan teknik penghematan energi

4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan

c. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload vasokonstriksi.

9
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung

Kriteria hasil : Tekanan darah dalam rentang normal

Intervensi:

1) Pantau tekanan darah

2) Catat denyut nadi sentral dan perifer

3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas

4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan waktu pengisian

kapiler

5) Pertahankan pembatasan aktivitas

4. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun

berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditegakkan.

5. EVALUASI

a. Nyeri akut (sakit kepala) yang berhubungan dengan peningkatan

tekanan vaskuler serebral dapat teratasi.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dapat

teratasi.

c. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload vasokonstriksi dapat dicegah.

10

Anda mungkin juga menyukai