Oleh;
Npm :19330001
Prodi : D3 keperawatan
Alhamdulilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena kita telah diberikan suatu
nikmat yaitu kesehatan sehingga kita dapat membuat makalah seminar KMB I, serta tak lupa shalawat
beriring salam kita kirimkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena berkat
perjuangan beliau kita sama-sama dapat merasakan alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti saat ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
kami ini. Terutama kepada M.Arifki Zainaro,Ns,S.Kep.M.Kep
. Serta kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah kami ini.
Jika dikemudian hari terdapat kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, serta kami
mohon kritik dan saran dari segenap pembaca sekalian. Demikian yang dapat kami uacapkan
lebih dan kurang kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami
penyusun
Kata pengantar ii
2.1.1 Pengertian 5
2.1.2 Etiologi 5
2.1.4 Patofisiologis 7
2.1.5 Klasifikasi 8
2.1.8 penatalaksanaan 11
2.1.9 Komplikasi 12
2.2.1 Pengkajian 13
3.1 Pengkajian 18
3.1.3Riwayat kesehatan 19
3.1.9 Pengobatan 23
3.2 Diagnosa 25
3.3 Intervensi 25
3.4 Implementasi 28
3.5 Evaluasi 31
BAB IV PENUTUP
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi
menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi
masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan
penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang
tinggal diperkotaan. Sehingga menambah "kesemrawutan" arus lalu lintas. Arus lalu
lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan
kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau
disebut fraktur.
Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan
mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi
Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut dilakukan
untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur
utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung
kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan
kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat
berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien fraktur melalui metode ilmiah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
bagaimana asuhan keperawatan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia
Sinistra, Penulis mampu :
Metode yang digunakan penulis dalam laporan studi kasus ini adalah metode deskriptif
melalui pendekatan proses keperawatan dengan cara teknik pengumpulan data seperti
wawancara, pemeriksaan fisik, kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain serta data dari
catatan medik klien. Setelah itu data diolah dan dianalisa untuk selanjutnya dirumuskan
masalah sehingga bisa di intervensi dan di evaluasi.
Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dan maksud dari laporan
kasus ini, maka penulisannya dibuat secara sistematis dibagi menjadi 5 bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. konsep dasar
2.1.1 PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada
tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183)
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang
rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
2.1.2 ETIOLOGI
a. Trauma
b. Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan
lain-lain.
c. Degenerasi
d. Spontan
a. Nyeri lokal
b. Pembengkakan
c. Eritema
d. Peningkatan suhu
e. Pergerakan abnormal
2.1.4 PATOFISILOGIS
a) Fraktur komplet
Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran dari posisi normal.
Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
c) Fraktur tertutup
Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen frakturnya tidak
menembus jaringan kulit.
d) Fraktur terbuka
Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen frakturnya
menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada tempat
fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)
4)
Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang
Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak,
hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 – 2 x
24 jam.
b. Stadium Proliferasi
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur sel-sel
ini menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang.
Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua
kecelakaan terjadi.
d. Stadium Konsolidasi
Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu,
secara bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 – 10 setelah
kecelakaan.
e. Stadium Remodelling
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur.
Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan.
c.
Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
e.
Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.
2.1.8 Penatalaksanaan
Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :
a. Rekognisi
Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah
mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang
berperan dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.
b. Reduksi
c. Retensi
d. Rehabilitasi
2.1.9 Komplikasi
a. Komplikasi Dini
1) Nekrosis kulit
2) Osteomielitis
3) Kompartement sindrom
4) Emboli lemak
5) Tetanus
b. Komplikasi Lanjut
1) Kelakuan sendi
2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non
union.
3) Osteomielitis kronis
5) Ruptur tendon
2.2.1`pengkajian
1. identitas klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, penanggung jawab dan
hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama
Tanyakan pada klien keluhan apa yang dirasakan klien pada saat ini
3. Riwayat kesehatan
Adakah didalam keluarga yang pernah mengalami trauma atau fraktur seperti
klien atau penyakit yang berhubungan dengan tulang lainnya.
1. Aktivitas istirahat
2. Sirkulasi
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah ) tachikardi, crt, lambat, pucat bagian
yang terkena.
3. Neurosensori
4. Kenyamanan
5. Keamanan
1. Data subjektif
1. Data objktif
Gangguan mobilitas
Edema pada esktremitas yang fraktur
Adanya deformitas
Adanya peningkatan suhu pada esktremitas yang fraktur
Skala nyeri meningkat jika ekstremitas digerakan
1. Nyeri b.d Nyeri akut berhubungan dengan fraktur (Brunner & Suddarth, 2002 ; 2363)
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring gips, pembebat,
traksi.
2. Ringgikan dan dukung ekstremitas yang terkena
3. Hindari menggunakan sprei / bantal plastik di bawah ekstremitas dalm gips.
4. Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi karakteristik, intensitas (0-10)
5. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sampai dengan cedera.
6. Dorong menggunakan teknik managemen stress / nyeri
7. Berikan alternatif tindakan kenyamanan : pijatan, alih baring
8. Kolaborasi
- Beri obat sesuai indikasi
- Lakukan kompres dingin / es 24 – 28 jam pertama sesuai keperluan
Rasional
Rasional :
Rasional :
3. Rasional
1. Pen / kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi kemerahan
abrasi
2. Dapat mengindentifikasi timbulnya infeksi local
3. Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi
4. Menghindari infeksi
5. Kekuatan otot, spasme tonik rahang, mengindikasi tetanus
6. Dapat mengindikasikan adanya osteomrelitis.
( Doenges, 2000 )
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Nama :Ny.N
Umur :66 Tahun
Agama :islam
Jenis kelamin :perempuan
Pekerjaan :IRT
Nama :Ny.S
Umur :50 Tahun
Jenis kelamin :perempuan
Hub.dgn klien :keponakan
3.1.3Riwayat kesehatan
Klien dibawa ke IGD pada tanggal 20-nov-2020 diantar oleh keluarga dengan keluhan
nyeri pada betis sebelah kiri dan tidak bisa digerakkan karena patah setelah ditabrak sepeda
motor.
Klien belum pernah mengalami patah tulang sebelumnya,klien juga tidak mempunyai
riwayat penyakit keturunan dan menular lainnya.
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
keturunan ataupun menular lainnya.
Klien tampak menerima keadaan sakit sekarang dan berharap bisa cepat sembuh.
Hubungan klien dengan keluarga baik,terlihat dari anak dan keluarganya yang lain
selalu menunggu nya.
Klien beragama islam,klien dan keluarga selalu berdo'a supaya cepat senbuh.
-jenis minuman
a.BAB
frekuensi
konsistensi
warna
2.
b.BAK
frekuensi
warna 1x/hari 1x/hari
bau
Lembek Lembek
jumlah
Kuning Kuning
Istirahat tidur
4-5x/hari Terpasang kateter
lama tidur
gangguan tidur Jernih kekuningan Jernih kekuningan
Khas Khas
+ 1300 cc/hari +1300cc/hari
Personal hygiene
mandi
gosok gigi
6-7 jam/hari 6-7 jam/hari
Aktivitas
Tidak ada Tidak ada
3.
2x/hari
Dilap 1x/hari
2x/hari
4. 1x/hari
Klien bisa
melakukan Klien selalu dibantu oleh keluarga
aktivitas dan perawat dalam melakukan
aktivitas
Secara mandiri
5.
1.Kepala
2.Mata
3.Hidung
4.Telinga
inspeksi :simetris,tidak ada pengeluaran
Palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan
5.Mulut
6.Leher
7.Dada
8.Abdomen
9.Ekstremitas
10.Genetalia
inspeksi :simetris,terpasang kateter
palpasi :tidak ada nyeri tekan
3.1.9 THERAPY
1.cairan RL 20 tts/menit
5.pronalges supp
Diskontinuitas
tulang
DO :
Nyeri
2 DS : Fraktur Gangguan
mobilitas fisik
Keluarga klien mengatakan aktivitas
klien selalu dibantu oleh keluarga
DO : Diskontinuitas
tulang
Klien tampak selalu di bantu oleh
keluarga dan perawat dalam melakukan
aktivitas
Fraktur pada 1/3 tibia fibula sinistra
Perubahan
jaringan sekitar
Pergeseran
fragmen tulang
Depormitas
Gangguan fungsi
Gangguan
mobilitas fisik
3.2 DIAGNOSA
Tanggal Tanggal
No Diagnoasa Keparawatan Paraf Paraf
Dtemukan teratasi
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d
1 terputusnya kontinuitas jaringan pada 21-11-2020
tulang / fraktur
2 Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan 22-11-2020
3.3 INTERVENSI
Tinggikan dan
kesalahan posisi
dukung eksremitas
tulang atau jaringan
yang terkena
yang cedera
3x24 jam di
Meningkatkan aliran
harapkan gangguan
balik vena,
rasa nyaman nyeri
menurunkan edema,
dapat berkurang /
dan menuunkan nyeri
atau teratasi
Mempengaruhi
dengan criteria
hasil : pilihan / pengawasan
kefektifan intervensi
Evaluasi keluhan
Menurunkan edema /
Klien tidak nyeri, perhatikan
pembentukan
mengeluh lokasi,
hematum,
nyeri karakteristik dan
menurunkan sensasi
Skala intensitas nyeri
nyeri
nyeri0 Lakukan kompres
Untuk menurunkan
dingin 24-48 jam
nyeri atau spasme
pertama sesuai
otot
keperluan
Kolaborasi
pemberian obat
analgetik
Beriakn papan
kaki, bebat
posisi fungsional
pergelangan
eksremitas tangan /
kaki, mencegah
kontraktur
Mobilisasi dini
menurunkan
komplikasi tirah
baring, meningkatkan
penyembuhan dan
Klien
normalisasi fungsi
melakukan
organ
aktivitas
secara Berikan / bantu
mandiri mobilisasi dengan
kursi roda, kruk,
tongkat, sesegera
Hipertensi pertural
mungkin,
adalah masalah
intruksikan
umum menyertai
keamanan dalam
tirah baring lama dan
menggunakan alat
dapat memerlukan
mobilisasi
intervensi khusus
Awasi TD dengan
melakukan
aktivitas
3.4 IMPLEMENTASI
Tanggal
No Implementasi Respon hasil Paraf
/ jam
1 21-11- -mempertahankan mobilisasi Nyeri berkurang
2020 bagian yang sakit dengan tirah
baring dan spalk
-meninggikan dan mendukung
ekstrimitas yang terkena
-mengevaluasi keluhan nyeri
lokasi,karakteristik dan Nyeri berkurang
intensitasnya tapi masih edema
-mengukur TD pasien
Neri p[ada
eksremitas bawah
Mengkolaborasikan pemberian sebelah kiri (tibia-
obat analgetik sesuai indikasi fibula) Nyeri nyilu
yaitu:keterolac skala 4
membantu mobilisasi dengan TD : 150/90 mmHg
kruk dan mengintruksikan
keamanan dalam
menggunakan alat mobilitas
Mempertahankan mobilisasi
bagian yang sakit dengan tirah Ketrolak 2x1 amp
baring dan spalk IV
Meninggikan dan mendukung
eksremitas yang terkena
Mengevaluasi keluhan nyeri
Mengukur TD pasien
Berkolaborasi dalam
pemberian obat analgetik
sesuai indikasi yaitu : ketrolak
membantu mobilisasi dengan
kruk dan mengintruksikan
keamanan dalam
menggunakan alat mobilitas
Mempertahankan mobilasasi
bagian yang sakit dengan tirah
baring dan spalk
Meninggikan dan medukung Membantu
eksremitas yang terkena menyembuhkan dan
Mengevaluasi keluhan nyeri menormalisakan
Mengukur TD pasien fungsikan organ
Berkolaborasi dalam
pemberian obat analgetik
sesuai indikasi yaitu : ketrolak
membantu mobilisasi dengan
kruk dan mengintruksikan
keamanan dalam
menggunakan alat mobilitas
Nyeri berkurang
Nyeri berkurang
tapi masih edema
21-11-
2020
Skala nyeri 4
TD : 130/90
Ketrolak 2x1 amp
IV
Membantu
penyembuhan dan
normalisai fungsi
organ
Nyeri berkurang
Nyeri berkurang
tapi masih edema
Skala nyeri 3
TD : 130/90
Ketrolak 2x1 amp
IV
Membantu
penyebuhan dan
normalisasi fungsi
organ
3.5 EVALUASI
O : skala nyeri:3
P : Lanjutkan intervensi
S : Keluarga klien mengatakan aktivitas klien masih dibantu
oleh keluarga
P : Lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP
1. kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada
tulang yang berlebihan. Selanjutnya penulis akan menyimpulakn sesuai dengan
tahapan-tahapan yang ada didalam proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnose, perencanaan, implementasi, evaluasi.
Pada penderita fraktur tibia sangat dibutuhkan istirahat total dan minimalkan
pengeluaran energy, jadi hal yang paling utama yang dapat dilakukan pasien
dan keluarganya jika terjadi komplikasi adalah berupaya untuk beristirahat
total.
Perawatan penderita fraktur tibia memerlukan waktu yang cukup panjang dan
sangat beresiko terjadi komplikasi. Dengan demikian perawatan kepada
penderita haruslah dilakukan dengan cermat dan tepat, untuk mencapai hal
tersebut pihak rumah sakit hendaklah mempunyai perawat yang telah
berpengalaman dalam perawatan pasien fraktur tibia.