Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

FRAKTUR

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Hendra , M. Kep

DISUSUN OLEH:

RECCI

NIM : 201133055
NO. ABSENSI: 55

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES


KEMENKES PONTIANAK PROGRAM
STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2020/2020
BAB I
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A

A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
a. Data Klien
Nama : Tn. R
Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status : Kawin
Alamat : Gg. Selakau tua
Tanggal Masuk : 25 September 2020
Tanggal Pengkajian : 29 September 2020
Diagnosa Medis : Fraktur Femur Dextra
Asuransi : BPJS
Dokter Penanggungjawab : dr. R
No. RM : 234576
b. Data Penanggungjawab
Nama : Ny. W
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan dengan Klien : Istri

2. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan pada tanggal 28 September 2020 jam 08.00
WIB Klien mengalami mengalami kecelakaan sepeda motor 2 hari yang
lalu yang mana pasen mengalami patah tulang pada daerah paha sebelah
kanan pasien terlihat mengiris kesakitan, dan adanya darah pada daerah
paha pasien dan pasien juga merasa kesakitan pada daerah kepala di
akibatkan benturan aspal lalu berapa saat pasien mengalami tidak
sadarkan diri setelah sadar pasien sudah di UGD Rsud Santo Vincentius
Singkawang jam 09.00 WIB lalu pasien di pindahkan ke ruang bedah St
lukas untuk di tindak lanjuti dan perawatan.
2) Keluhan Saat Dikaji
Klien mengatakan sakit pada daerah paha sebelah kanan dan pasien
mengatakan kaki sebelah kanan susah untuk di gerakan dan pasien
mengatakan kepala juga sakit.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya dan pasien
mengatakan tidak pernah mengalami penyakit apa pun dan penyakit infeksi
,Hipertensi,DM
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit turunan
dan menderita penyakit alergi, infeksi.

3. Genogram

Keterangan:
: Laki – laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Laki – laki hidup
: Perempuan hidup
: Klie
- - - : Hidup bersama
Alat bantu yang di pakai
Gigi palsu : Tidak ada
Kaca mata : Tidak ada
Pendengaran : Tidak ada
Lainyaa sebutkan :-

4. Data Biologis
a. Pola Nutrisi
SMRS : Klien mengatakan makan 3x/hari
MRS : Klien mengatakan makan 3x/hari dengan setengah porsi
b. Pola Minum
SMRS: Klien mengatakan minum ± 3000 ml/hari
MRS : Klien mengatakan minum ± 1500 ml/hari
c. Pola Eliminasi
SMRS : Klien mengatakan BAB 2x setiap hari
MRS : Klien mengatakan BAB 2x setiap hari
d. Pola Istirahat/Tidur
SMRS : Klien mengatakan tidur malam < 7 jam
MRS : Klien mengatakan tidur malam < 6 jam
e. Pola Hygiene
1) Mandi
SMRS : Klien mengatakan mandi 2x/ hari
MRS : Klien mengatakan mandi hanya di lap kadang pasien tidak
mandi selama di rumah sakit di karenakan kelurga jarang
dating ke rumah sakit
2) Cuci Rambut
SMRS :√ Klien mengatakan cuci rambut 2x/hari
MRS : Klien mengatakan cuci rambut tidak pernah selama di rumah
sakit
3) Gosok Gigi
SMRS : Klien mengatakan menggosok gigi setiap mandi
MRS : Klien mengatakan menggosok belum ada menggosok gigi
f. Pola Aktivitas
SMRS : Klien mengatakan dapat melakukan aktivitas sendiri
MRS : Klien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Pindah √
Makan dan minum √
Keterangan:
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung orang lain, tidak mandiri

5. Data Sosial
a. Hubungan dengan keluarga
Baik
b. Hubungan dengan tetangga
Baik
c. Hubungan dengan pasien sekitar
Baik
d. Hubungan dengan keluarga pasien
Baik

6. Data Psikologis
a. Status Emosi
Klien saat diajak bicara tampak tenang, tidak mudah marah, dan tidak
mudah tersinggung.
b. Peran Diri
Klien tidak bisa melakukan aktivitas dengan mandiri karena kondisi fisik
yang lemah dan sakit kepala berat.
c. Gaya Komunikasi
Klien menggunakan bahasa verbal.

7. Sistem Tubuh
1. Pernafasan (B1: Breathing)
a. Hidung : Pernafasan pasien lancer tidak ada suara tambahan pada paru paru
pasien seperti : Wheezing,ronchi,rales,crackles,stridor.
b. Hidung
Inspeksi :Bentuk simetris, tidak ada polip
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan

2. Cardiovaskuler (B2 : Bleeding)


a. Thoraks (Jantung)
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba
Auskultasi : S1 dan S2 reguler
Perkusi : Batas jantung normal
Thoraks (Paru – paru)
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi, RR : 30 x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Bunyi nafas ronchi
Perkusi : Sonor
a. Nyeri dada : ada hanya sedikit
b. Pusing : ada
c. Sakit kepala :ada
d. Palpitasi :-
e. Clubbing finger:-
f. Suara jantung : Normal
3. Persyarafan ( B3: Brain)
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah
Kesadaran : Somnolen
TTV : TD : 130/70 mmHg
N : 89 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,5oC
b. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, rambut hitam, dan kusam
Palpasi : ada nyeri tekan dan memar pada derah kepala di akibarkan benturan
aspal jalan.
c. Mata
Inspeksi : Sklera putih, bola mata simetris, terdapat kantung mata
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
Reflek tendon: normal
d. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada kelainan pada telinga, tidak ada lesi,
sedikit serumen
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
e. Leher
Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan

4. Perkemihan-Eliminasi uri (B4 : Bladder)


Produksi urin: normal + 1200 ml
Warna : kuning jernih

5. Pencernaan Eliminasi (B5 : Bowel)


Mulut : mukosa lembab tidak ada kelainan cuman ada luka pada daerah pipi
Inspeksi : Gigi kurang bersih, bibir tampak pucat dan kering, mulut sedikit
kotor
Palpasi : Otot rahang kuat
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, perut datar
Palpasi : Tidak ada pembesaran
Auskultasi : Terdengar bunyi timpani
Perkusi : Bising usus 15 x/menit
BAB : normal 1hari sekali
Kontsitensi :lunak
Diare : tidak ada
Genitalia
Inspeksi : Klien tidak terpasang kateter

Tulang-Otot- integument: ( B6 :Bone)


f. Ekstremitas
Kanan Kiri
5555 5555
2222 5555
Keterangan: Tangan kanan terpasang infus
0 : Tidak mampu bergerak sama sekali
1 : Tidak mampu menggerakkan ujung ekstremitas
2 : Hanya mampu menggerakkan sedikit
3 : Mampu mengangkat tangan dengan bantuan, saat bantuan dilepas tangan
jatuh
4 : Kekuatan otot sedikit berkurang, mampu melakukan gravitasi sesaat jatuh
5 : Kekuatan otot mampu melawan gravitasi
Kulit ; warna : normal tidak
pucat, akral: hangat
turgor kulit : normal
6. Sistem Endokrin
Terapi hormone : tidak
Kateristik sex : tidak
Sytem reproduksi : laki-laki bentuk normal tidak ada kelainan
Kebersihan : bersih

8. Data Penunjang
Laboratorium Hasil Nilai Normal
Hematologi 11,0 11,4 – 17,7 g/dl
Leukosit 7,700 4,700 – 10,300/cmm
LED 36/7 0-20/Jam
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 156 < 140mg/dl
SGOT 30 < 38 U/I
SGPT 17 40 U/I

Data Penunjang
Pemeriksaan rontgen : terdapat fraktur femur destra
Saturasi O2 : 90%
Trapi obat : infus RL 20 Tpm
Injeksi Ranatidin 3x1
Injeksi keterolak 3x1
Injeksi cafazolin 3x1
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Terputusnya kontinuitas Gangguan rasa
- Klien mengatakan sakit pada tulang paha nyaman
daerah kaki sebelah kanan (Nyeri)
- DO :
Perubahan fragmen
- Klien terlihat meringis tulang
kesakitan
- TTV Luka pada jaringan lunak
TD : 130/70 mmHg
RR : 24 x/menit
Nyeri
N :89 x/menit
S :36,5 C
P: nyeri dirasakan pada
saat memulai
mengerakan kaki
Q: nyeri hilang timbul di
rasakan pasien
R:nyeri di rasakan pada
daerah paha sebelah
kanan
S: Skala nyeri 6
T: nyeri dirassakan
sewaktu waktu jika
bergerak
2 DS : Penurunan suplai oksigen Hambatan mobilitas
- Klien mengatakan sakit ke jaringan serebral fisik berhubungan
kepala berat dengan fisik tidak
- Klien megatakan susah Sakit pada bagian post op bugar
untuk bergerak paha
dikarenakan sakit kepala
DO : Susah untuk bergerak
- Klien terlihat lemah untuk
melakukan aktivitas sendiri Hambatan mobilitas fisik

3 DS : Penurunan suplai oksigen Defisit perawatan


- Klien mengatakan mandi ke jaringan serebral diri berhubungan
hanya di lakukan oleh dengan fisik tidak
keluarganya post op nyeri paha bugar
- Klien mengatakan sakit
kepala ketika beraktivitas Susah untuk bergerak
DO :
- Klien tampak lemah dan Hambatan mobilitas fisik
lemas
- Klien tidak bisa mandi Defisit perawatan diri
sendiri mandi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Aman nyaman (Nyeri) akut berhubungan dengan post operasi fraktur femur
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fisik tidak bugar
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan fisik tidak bugar
D. INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
.
1 Gangguan aman nyaman (nyeri) Aman Setelah dilakukan intervensi 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Klien mampu
nyaman (Nyeri) akut berhubungan keperawatan selama 3x24 jam secara konprehensif mengontrol nyeri
dengan post operasi fraktur femur diharapkan nyeri dapat teratasi termasuk 2. Skala nyeri pasien
DS: dengan kriteria hasil: lokasi,karateristik,durasi, dapat berkurang
- Klien mengatakan sakit pada daerah a. Mengenali kapan nyeri frekuensi, dan kualitas 3. Observasi tanda
kaki sebelah kanan terjadi factor pesipitasi, ketidak vital dalam batas normal
- DO : b. Menggunakan nyamanan 4. Pasin dapat
- Klien terlihat meringis kesakitan pencegahan tindakan 2. Gunakan tehnik menerapkan meng
P: nyeri dirasakan pada saat baik secara farmakologi, komunikasi treapeutik Gunakan tehnik nafas
memulai mengerakan kaki maupun non untuk mengatahui nyeri dalam
Q: nyeri hilang timbul di rasakan farmakologi 5. Obat anal gesik
pasien c. Melaporkan nyeri yang 3. Gunakan tehnik nafas dapat mengurangi nyeri
R:nyeri di rasakan pada daerah terkontrol dalam pasien
paha sebelah kanan 6. Klien tampak rileks
4. Kurangi factor presipitasi
S: Skala nyeri 6 dan wajah tampak segar
nyeri
T: nyeri dirassakan sewaktu waktu 7. obat secara
jika bergerak langsung
5. Lakukan penanganan baik
secara farmakologi,
maupun non farmakologi
6. Kalaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri ntidak
berhasil
7. Berikan antipiretik
8. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan intervensi 1. Monitoring vital sign 1. Mengetahui keadaan
dengan fisik tidak bugar yang ditandai keperawatan selama 3 x 24 jam sebelum / sesudah latihan klien dan respon yang
dengan: diharapkan hambatan mobilitas dan lihat respon klien saat dihasilkan saat latihan
DS : fisik dapat teratasi dengan latihan
- Klien mengatakan sakit kepala kriteria hasil: 2. Kaji kemampuan klien 2. Mengkaji seberapa jauh
berat 1. Klien meningkat dalam dalam mobilisasi perkembangan klien
- Klien megatakan susah untuk aktivitas fisik dalam mobilisasi
bergerak dikarenakan sakit kepala 2. Mengerti tujuan dari 3. Damping dan bantu klien 3. Membantu klien dalam
DO : peningkatan mobilitas dalam pemenuhan ADL memenuhi kebutuhan
- Klien terlihat lemah untuk 3. Memperagakan secara mandiri semampunya dalam
melakukan aktivitas sendiri penggunaan alat 4. Berikan alat bantu jika mobilisasi
4. Bantu untuk mobilisasi klien memerlukan 4. Memberikan klien alat
(walker) bantu jika dibutuhkan

3 Defisit perawatan diri mandi Setelah dilakukan intervensi 1. Pertimbangkan usia klien 1. Memperhitungkan usia
berhubungan dengan fisik tidak bugar keperawatan selama 3 x 24 jam ketika mempromosikan klien pada aktivitas
yang ditandai dengan: diharapkan deficit perawatan aktivitas perawatan diri yang dipromosikan
DS : diri mandi dapat teratasi 2. Memfasilitasi diri mandi 2. Memberi
- Klien mengatakan mandi hanya dengan kriteria hasil: klien sesuai kemampuan perlengakapan mandi
dilakukan oleh keluarganya itu pun 1. Perawatan diri : aktivitas perawatan diri klien pada klien sesuai
hanya di lap pernah 1 hari tidak kehidupan sehari – hari kemampuannya dalam
mandi dikarenakan kelurga tidak (ADL) mampu untuk 3. Memantau integritas klien melakukan perawatan
datatang. melakukan aktivitas diri
- Klien mengatakan sakit kepala perawatan fisik dan pribadi 3. Monitor perkembangan
ketika menggerakan tubuh secara amndiri atau dengan kulit klien saat tidak
DO : alat bantu bisa melakukan
- Klien tampak lemah dan lemas 2. Mampu mempertahankan 4. Memberikan bantuan perawatan diri seperti
- Klien tidak bisa mandi sendiri mobilitas yang diperlukan sampai klien sepenuhnya biasa
- Pasien tampak kurang segar untuk ke kamar mandi dan dapat mengansumsi 4. Membantu klien dalam
- Hanya di lap menggunkan air menyediakan perlengkapan perawatan diri melakukan perawatan
mandi diri hingga klien dapat
3. Membersihkan dan memenuhi
mengeringkan tubuh kebutuhannya secara
4. Mengungkapkan secara mandiri
verbal kepuasan tentang
kebersihan tubuh
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI\
No.Dx Hari/Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi (SOAP) Paraf
1 29 September 1. Pengkajian nyeri klien S : - Klien mengatakan masih nyeri pada
2020 2. Monitor TTV derah paha sebelah kanan tubuhnya
R/: O :- klien tampak meringis kesakitan pada
TD : 130/70 mmHg saat bergerak
N : 89 x/menit - Skala nyeri 6
RR : 24 x/menit -Monitor TTV
S : 36,5oC R/:
3. Obsevasi skala nyeri TD : 130/70 mmHg
4. Mengajarkan tehnik non farmakologi dan nafas N : 89 x/menit
dalam RR : 24 x/menit
5. Ciptakan suasana yang nyaman pada klien S : 36,5oC
6. Monitoring tetesan infus A : Masalah keperawatan nyeri belum
7. Kolaborasi pemberian obat teratasi
R/: Klien diberikan obat Ranitidine P : Lanjutkan intervensi
- Kaji skala nyeri
-Trapi obat
-Tehnik nafas dalam
2 29 September 1. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi S : - Klien mengatakan masih sakit kepala
2020 R/: Klien bergerak lambat - Klien megatakan sudah bisa sedikit
demi sedikti bergerak
2. Dampingi dan bantu klien dalam pemenuhan O : - Klien terlihat lemas
ADL secara mandiri sesuai kemampuan - Klien sudah mulai bisa bergerak walau
R/: Klien didampingi dalam aktivitas sehari – sedikit
hari A : Masalah gangguan mobilitas fisik belum
3. Berikan alat bantu jika klien memerlukan tertasi
R/: Klien belum diberikan alat bantu, namun P : Lanjutkan intervensi
dalam melakukan kegiatan klien dipapah oleh
perawat
3 29 September 1. Pertimbangkan usia klien ketika S : - Klien mengatakan mandi hanya diseka
2020 mempromosikan aktivitas perawatan diri oleh keluarganya
R/: Klien di usia 49 tahun - Klien mengatakan masih sakit kepala
2. Memfasilitasi diri mandi klien sesuai ketika beraktivitas namun tidak
kemampuan perawatan diri klien sesering sebelumnya
R/: Klien diberikan sabun, sikat gigi, odol O : - Klien tampak lemah dan lemas
untuk mandi - Klien tidak bisa mandi sendiri
3. Memantau integritas klien A : Masalah deficit perawatan diri belum
R/: Kulit klien baik teratasi
4. Memberikan bantuan sampai klien sepenuhnya P : Lanjutkan intervensi (2,3,4)
dapat mengansumsi perawatan diri
R/: Perawat memandikan klien dibantu dengan
keluarganya
No.Dx Hari/Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi (SOAP)
2
1 30 September 1. Pengkajian nyeri klien S : - Klien mengatakan masih nyeri pada
2020 Monitor TTV derah paha sebelah kanan tubuhnya
R/: O :- klien tampak meringis kesakitan pada
TD : 130/70 mmHg saat bergerak
N : 89 x/menit - Skala nyeri 6
RR : 24 x/menit -Monitor TTV
S : 36,5oC R/:
2. Obsevasi skala nyeri TD : 130/70 mmHg
3. Mengajarkan tehnik non farmakologi dan N : 89 x/menit
nafas dalam RR : 24 x/menit
4. Ciptakan suasana yang nyaman pada klien S : 36,5oC
5. Monitoring tetesan infus A : Masalah keperawatan nyeri belum
6. Kolaborasi pemberian obat teratasi
R/: Klien diberikan obat Ranitidine P : Lanjutkan intervensi
- Kaji skala nyeri
-Trapi obat
-Tehnik nafas dalam

1. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi S : - Klien mengatakan tidak lagi sakit
2 30 September R/: Klien bergerak lambat kepala
2020 2. Dampingi dan bantu klien dalam pemenuhan - Klien megatakan sudah bisa sedikit
ADL secara mandiri sesuai kemampuan demi sedikti bergerak
R/: Klien didampingi dalam aktivitas sehari – O : - Klien terlihat sedikit lebih segar
hari - Klien sudah mulai bisa bergerak walau
3. Berikan alat bantu jika klien memerlukan sedikit
R/: Klien belum diberikan alat bantu, namun A : Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi
dalam melakukan kegiatan klien dipapah oleh sebagian
perawat P : Lanjutkan intervensi (2,3,4)
3 30 September 1. Memfasilitasi diri mandi klien sesuai S : - Klien mengatakan mandi hanya dilap
2020 kemampuan perawatan diri klien oleh keluarganya
R/: Klien diberikan sabun, sikat gigi, odol O : - Klien tampak sedikit lemah dan lemas
untuk mandi - Klien tidak bisa mandi sendiri
2. Memantau integritas klien A : Masalah deficit perawatan diri belum
R/: Kulit klien baik teratasi
3. Memberikan bantuan sampai klien sepenuhnya P : Lanjutkan intervensi (2,3,4)
dapat mengansumsi perawatan diri
R/: Perawat memandikan klien dibantu dengan
keluarganya

No.Dx3 Hari/Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi (SOAP)


1 31 September 1. Pengkajian nyeri klien S : - Klien mengatakan masih nyeri pada
2020 2. Monitor TTV derah paha sebelah kanan tubuhnya
R/: O :- klien tampak meringis kesakitan pada
TD : 130/70 mmHg saat bergerak
N : 89 x/menit - Skala nyeri 6
RR : 24 x/menit -Monitor TTV
S : 36,5oC R/:
3. Obsevasi skala nyeri TD : 130/70 mmHg
4. Mengajarkan tehnik non farmakologi dan N : 89 x/menit
nafas dalam RR : 24 x/menit
5. Ciptakan suasana yang nyaman pada klien S : 36,5oC
6. Monitoring tetesan infus
7. Kolaborasi pemberian obat A : Masalah keperawatan nyeri belum
8. R/: Klien diberikan obat Ranitidine teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji skala nyeri
-Trapi obat
-Tehnik nafas dalam
2 31 September 1. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi S : - Klien mengatakan sakit kepala hilang
2020 R/: Klien bergerak lambat - Klien megatakan sudah bisa sedikit
demi sedikti bergerak
2. Dampingi dan bantu klien dalam pemenuhan O : - Klien terlihat sedikit lebih segar
ADL secara mandiri sesuai kemampuan - Klien sudah mulai bisa bergerak walau
R/: Klien didampingi dalam aktivitas sehari – sedikit
hari A : Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi
3. Berikan alat bantu jika klien memerlukan sebagian
R/: Klien belum diberikan alat bantu, namun P : Lanjutkan intervensi (2,3,4)
dalam melakukan kegiatan klien dipapah oleh
perawat
3 31 September 1. Memfasilitasi diri mandi klien sesuai S : - Klien mengatakan sudah bisa mandi
2020 kemampuan perawatan diri klien - Klien mengatakan sakit kepala hilang
R/: Klien diberikan sabun, sikat gigi, odol dan mulai bisa beraktifitas namun
untuk mandi dibantu keluarga
2. Memantau integritas klien O : - Klien tampak sedikit lebih segar
R/: Kulit klien baik - Klien bisa mandi namun dibantu
3. Memberikan bantuan sampai klien sepenuhnya sebagian
dapat mengansumsi perawatan diri A : Masalah deficit perawatan diri teratasi
R/: Perawat memandikan klien dibantu dengan P : Intervensi dihentikan
keluarganya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Kasus

Fraktur atau patah tulang adalah kontinuitas jaringan yang terputus pada tulang maupun
tulangrawan yang biasanya terjadi karena adanya trauma Penderita fraktur harus menjalani
pengobatan intensif di layanan kesehatan termasuk mereduksi fraktur melalui pembedahan yang
diikuti imobilisasi setelah pembedahan. Imobilisasi atau mempertahankan posisi tulang selama
masa penyembuhan fraktur dilakukan untuk mencegah dislokasi fragmen tulang dan cedera lebih
lanjut. Namun imobilisasi dapat berpengaruh negatif sementara maupun permanen yang
ditunjukkan dengan kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atrofi, dan keterbatasan ruang
lingkup gerak sendi (Zairin Noor, 2012).
mobilisasi mengakibatkan klien tidak dapat melakukan aktivitas fisiknya selama
menjalani terapi pengobatan. Tindakan tersebut meskipun menguntungkan dari segi medis, tetapi
dalam jangka panjang akan menimbulkan dampak negatif pada klien karena akan terjadi
penurunan 3 fungsi pada fisik, emosional, dan sosial (Marlina, 2017).
Peran perawat dalam mencegah dampak negatif akibat imobilisasi adalah mengedukasi
klien dan mengajarkan latihan rentang gerak atau Range of Motion (ROM). Menurut Werner
(2009), latihan rentang gerak yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan kekuatan otot
pada klien dengan keterbatasan atau gangguan motorik, salah satunya pada klien fraktur (Gusty
& Armayanti, 2014).
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012 terdapat 5,6 juta orang
meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas (WHO,
2012). Kasus fraktur di Indonesia mayoritas disebabkan oleh cedera, yaitu jatuh, kecelakaan lalu
lintas, dan trauma benda tajam atau tumpul (Fakhurrizal, 2015). Data dari Riskesdas (2013), di
Indonesia terdapat 8 juta orang yang mengalami fraktur dengan jumlah terbanyak terjadi pada
ekstremitas bawah (65,2%).
No Judul Peneliti Hasil

Asuhan Keperawatan Pada Ayu Widya Putri, Maria Penelitian ini bertujuan untuk
Klien Post Operasi Fraktur Magdalena melaksanakan asuhan
Ektremitas Bawah Dengan Setyaningsih, Wibowo keperawatan pada klien post
Masalah Gangguan Progam Studi DIII operasi fraktur ekstremitas
Mobilitas Fisik Keperawatan, Sekolah bawah dengan masalah
Tinggi Ilmu Kesehatan gangguan mobilitas fisik. Desain
Panti Waluya Malang penelitian menggunakan studi
kasus. Pengambilan data pada 2
responden dilakukan pada Bulan
Februari hingga Mei 2019. Pada
kedua klien dilakukan rencana
tindakan keperawatan mandiri
maupun kolaboratif. Setelah
dilakukan asuhan keperawatan,
pada kedua responden masalah
dapat teratasi yang ditunjukkan
dengan peningkatan mobilitas
fisik. Tindakan keperawatan
guna mengatasi gangguan
mobilitas fisik pada klien post
operasi fraktur adalah
mendampingi bermobilisasi,
memberikan latihan rentang
gerak aktif/pasif sesuai dengan
lokasi fraktur, serta kolaborasi
dengan fisioterapis untuk
meningkatkan kekuatan otot,
rentang gerak sendi, dan
pergerakan ekstremitas Pada
kedua klien masalah dapat
teratasi ditunjukkan pada tahap
evaluasi kedua klien hasil
signifikan efektif memenuhi
kriteria hasil yang ditetapkan
pada rencana keperawatan.
2 Nyeri Pada Pasien Post Op JuliAndri,Henni Tujuan dari penelitian ini untuk
Fraktur Ekstremitas Bawah Febriawati,Padila , mengetahui hubungan antara
Dengan Pelaksanaan Harsismanto, , tingkat nyeri dengan pelaksanaan
Mobilisasi Dan Ambulasi RahayuSusmita5 mobilisasi dini dan ambulasi dini
Dini Universitas pada pasien post op fraktur
Muhammadiyah eksremitas bawah di ruang
Bengkulu Seruni RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu. Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian
ini adalah desain cross sectional.
Hasil penelitian, pasien yang
melakukan kegiatan mobilisasi
berjumlah 82,9% dan pasien
yang tidak melakukan kegiatan
mobilisasi berjumlah 17,1%,
pasien yang melakukan kegiatan
ambulasi berjumlah 82,9% dan
pasien yang tidak melakukan
kegiatan ambulasi berjumlah
17,1%, nyeri sedang berjumlah
77,1% dan nyeri berat berjumlah
22,9%. Pada hasil uji chi square,
nilai p value = 0.000. Simpulan,
ada hubungan pelaksanaan
mobilisasi dan ambulasi dini
dengan nyeri pada pasien post op
fraktur ekstremitas bawah di
RSUD Dr. M. Yunus.
3 Pengaruh Penerapan Novita Pinedendi Julia Asuhan keperawatan defisit
Asuhan Keperawatan Villy Rottie Ferdinand perawatan diri pada pasien
Defisit Perawatan Diri Wowiling gangguan jiwa sangat diperlukan
Terhadap Kemandirian untuk melatih kemandirian
Personal Hygiene Pada personal hygiene.Tujuan
Pasien Di Rsj. Prof. V. L. Penelitian ini ialah diketahui
Ratumbuysang Manado pengaruh penerapan asuhan
Tahun 2016 keperawatan defisit perawatan
diri terhadap kemandirian
personal hygiene pada pasien di
RSJ Prof. V. L. Ratumbuysang
Manado. Desain Penelitian ini
adalah pra eksperimental one
group pra test post test
design.Populasi dalam penelitian
ini adalah semua pasien defisit
perawatan diri yang berada
diruangan Katrili dan ruangan
AlabadiriRSJ Prof. V. L.
Ratumbuysang Manado yang
berjumlah 27 orang dengan
pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan
teknik total sampling, instrument
yang digunakan ialah kuesioner
dan lembar observasi. Hasil
Penelitian terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap
penerapan asuhan keperawatan
defisit perawatan diri pada
pasien (p=0.003). berdasarkan
hasil penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa personal
hygiene sebelum dan sesudan
diberikan intervensi menunjukan
paling banyak berada pada
kategori ketergantungan sedang,
maka dari itu sebaiknya
kontribusi pada perawat agar
selalu memberikan dukungan
menerapkan asuhan keperawatan
lebih optimal agar kemandirian
personal hygiene lebih mandiri.

B. Analisa Intervensi Keperawatan


1. Menurut SLKI DPP PPNI (2018), intervensi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:

SDKI Diagnosa keperawatan : Rasa aman nyaman (nyeri)


Manajemen Nyeri

SLKI Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam di harapkan masalah teratasi : Mobilisasi


fisik keperawatan kriteria hasil :
Tingkat nyeri
1. Melaporan keluhan nyeri
2. Tidak tampak ekspresi meringis
3. Tidak gelisah
Frekuensi nadi normal
a. Observasi
- Monitor skala nyeri
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor raut wajah
- Monitor reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
b. Teraupeutik
- Sediakan lingkungan yang nyaman
- Berikan cairan oral
- Mampu mengunakan tehnik non farmakologis
- Keluhan nyeri berkurang
c. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Berikan mengunakan tehnik non farmakologis
- Contro lingkungan yang memperberat nyeri
- Suasana Nyman dan pola tidur teratur
-
d. Kolaborasi
- Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena
- Mampu mengunakan tehnik non farmakologis

2. SDKI Dignosa Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik


SLKI Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam di harapkan masalah teratasi : Mobilisasi
fisik keperawatan kriteria hasil :
1. Manajemen Mobilitas fisik SIKI :
1. Dukungan program pengobatan dari perawat dan dokter
2. Dukungan perawatan diri terhadap kebersihan diri
3. Edukasi latihan fisik
4. Edukkasi tehnik ambulasi
5. Teraupeutik : sediakan lingkungan yang nyaman bagi pasien
6. Anjurkan tehnik nafas dalam.
a. Observasi
-Aktivitas pasien di tempat tidur
-Monitor tanda-tanda vital
-Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
-Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
-Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
b. Teraupeutik
- Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam
- Berikan  asupan cairan sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena
c. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat

3.SDKI Dignosa Keperawatan : Defisit perawatan diri


. Gangguan muskuloskletal
1. Gangguan neurmuskular
2. Kelemahan
3. Penurunan motiivasi
Gejala subjektif:
1. Menolak melakukan perawatan diri
2. Tidak mampu melakukan perawtan diri di karenakan kekutan otot menurun
3. Perawatan kurang
SLKI Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam di harapkan masalah teratasi : Mobilisasi fisik
keperawatan kriteria hasil:
Perwatan mandiri:
1. Kemampuan perawatan diri meningkat
2. Minat melakukan perawatan meningkat
SIKI: Dukungan perawatan diri
1. Identifikasi kebiasan aktivitas perawtan diri
2. Monitoring tingkat kemandirian
3. Identifikasi alat bantu
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan yang Terapeutik
2. Fasilitasi keperluan perawtan diri
3. Dampingi dalam proses perwatan diri

C. Rancangan Ide Baru


Dari pembahasan evidenced hasil riset untuk mempertahankan dan meningkatkan gerak
sendi, latihan gerak harus dilakukan sedini mungkin setelah pembedahan, lebih baik pada 24
jam pasca operasi dan dilakukan dibawah pengawasan untuk memastikan mobilisasi
dilakukan dengan benar dan aman (Gusty & Armayanti, 2014). Manfaat latihan rentang
gerak (ROM) menurut Doenges (2014), adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang
b. Meningkatkan tonus otot
c. Mempertahankan gerak sendi
d. Mencegah kontraktur/atrofi
e. Meningkatkan reasorbsi kalsium karena tidak digunakan
Masalah gangguan mobilitas fisik pada kedua klien dapat teratasi berdasarkan criteria hasil
yang telah disusun. Kedua klien menyatakan peningkatan pergerakan pada ekstremitas
bawah dan peningkatan beraktivitas. Kedua klien mengalami peningkatan kekuatan otot yang
signifikan, peningkatan ruang gerak sendi (ROM), dan mampu menunjukkan penggunaan
alat bantu. Hasil tersebut mampu dicapai karena latihan gerka aktif/pasif yang diberikan rutin
selama 3x24 jam. Menurut Werner (2015), latihan rentang gerak yang dilakukan secara
teratur dapat meningkatkan kekuatan otot pada klien dengan keterbatasan atau gangguan
motorik, salah satunya pada klien fraktur (Gusty & Armayanti, 2014).
Penulis menemukan dua klien post operasi fraktur yang ditemui di ruang Santa Anna Bawah
di RS. Panti Waluya Sawahan Malang pada bulan Agustus 2017. Klien A dengan open
fracture os femur dextra yang terpasang fiksasi eksterna mengatakan mendapatkan anjuran
untuk mengimobilisasi daerah frakturnya. Klien A mengatakan persendian pada kakinya
kaku dan sulit untuk bergerak dengan leluasa. Klien A tampak kesusahan saat melakukan
aktivitas buang air kecil dan buang air besar di atas tempat tidur. Klien B dengan diagnosa
medis close fracture os tibia sinistra dan terpasang fiksasi interna juga dianjurkan untuk
mengimobilisasi daerah fraktur. Klien B tampak kesulitan saat berpindah posisi dan
membutuhkan pegangan saat bergerak. Klien tidak dapat bergerak secara bebas sehingga
memerlukan .bantuan perawat dan keluarga dalam melakukan aktivitas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tindakan keperawatan guna mengatasi gangguan mobilitas fisik pada klien post
operasi fraktur adalah mendampingi bermobilisasi, memberikan latihan rentang gerak
aktif/pasif sesuai dengan lokasi fraktur, serta kolaborasi dengan fisioterapis untuk
meningkatkan kekuatan otot, rentang gerak sendi, dan pergerakan ekstremitas.
Klien 1 menyatakan nyeri berkurang, peningkatan gerak pada kaki kanan dan
kemudahan dalam beraktivitas. Terjadi peningkatan kekuatan otot, peningkatan rentang
gerak sendi, peningkatan pergerakan ekstremitas di bawah, dan klien mampu
menggunakan alat bantu (tongkat). Pada hari ke-3 masalah gangguan mobilitas fisik
teratasi dan intervensi dihentikan. Klien 2 mengatakan peningkatan pergerakan kaki
kanan, mampu melakukan aktivitas, dan nyeri berkurang. Terdapat peningkatan kekuatan
otot klien, ruang gerak sendi lebih optimal, peningkatan aktivitas, mampu menunjukkan
penggunaan alat bantu berupa kursi roda. Pada hari ke-3 masalah gangguan mobilitas
fisik teratasi dan intervensi dihentikan.
Asuhan keperawatan pada klien post operasi fraktur ekstremitas bawah dengan
masalah gangguan mobilitas fisik di RS. Panti Waluya Sawahan Malang telah dilakukan
pada kedua klien selama 3x24 jam. Pada kedua klien masalah dapat teratasi ditunjukkan
pada tahap evaluasi kedua klien memenuhi kriteria hasil yang ditetapkan pada rencana
keperawatan.

B. Sumber Referesi

Doenges dkk. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Klien. Jakarta: EGC

Gusty, Armayanti. 2014. Pemberian Latihan Rentang Gerak Terhadap Fleksibilitas


Sendi Anggota Gerak Bawah Klien Fraktur Femur Terpasang Fiksasi Interna di
RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Fakultas Keperawatan Unand
Marlina. 2017. Mobilisasi pada Klien Fraktur Melalui Pendekatan Konseptual Model
Dorothea E. Orem. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai