PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam
bentuk berlebihan atau kekurangan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan
dalam rangka menjaga kondisi tubuhtetap. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk
ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Gangguan volume cairan dalah suatu keadaan ketika individu beresiko
mengalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari satu kelainan
cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler. (Carpenito, 2000).
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami
kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan cairan
sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup.
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul 2010).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2012).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana
pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml-3.500ml/hari, biasanya
pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.
1 3 hari/ 3 kg 250-300
4 6 tahun/ 20 kg 1800-2000
6 14 tahun/ 45 kg 2200-2700
7 18 tahun/ 54 kg 2200-2700
2. Gangguanketidakseimbanganelektrolit
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan
tubuh. Permasalahan yang terjadi:
a. Hipokalemia, yaitu keadaan di aman kadar kalium serum kurang dari 3,5
mEq/L
b. Hiperkalemia, yaitu suatu keadaan di mana kadar kalsium serum lebih dari
atau sama dengan 5,5 mEq/L
c. Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera
dikenali, dan ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung
yang fatal.
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
output urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau sekitar 30-50 ml/jam pada
orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat
maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses
ini adalah berkisar 300-400 mL/hari, tapi bila proses respirasi atau suhu
tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
6. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif.
Faktor yang menyebabkan adanya penurunan terhadap kebutuhan cairan
harian, diantaranya:
a. Hipotermi.
b. Kelembaban lingkungan yang sangat tinggi.
c. Oliguria atau anuria.
d. Hampir tidak ada aktivitas.
e. Retensi cairan misal gagal jantung.
F. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti
ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan
dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju
G. Manifestasi Klinis
1. Hipovolemia
a. Pusing, kelemahan, keletihan
b. Sinkope
c. Anoreksia, mual, muntah, haus
d. Kekacauan mental
e. Konstipasi dan oliguria.
f. Peningkatan nadi, suhu.
g. Turgor kulit menurun.
h. Lidah kering, mukosa mulut kering.
i. Mata cekung.
2. Hipervolemia
a. Sesak nafas
b. Ortopnea.
c. Oedema.
I. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-pasien
tertentu
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan minuman.
4. Hipovolemia
a. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam
basa dan elektrolit.
b. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
c. Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
5. Hipervolemia, tindakan
a. Pembatasan natrium dan air.
b. Diuretik.
c. Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinue: pada gagal ginjal atau
kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.
Asupan
makanan Hiperperistaltik Hipersekresi air
menurun dan elektrolit
Diare
Peningkatan isi
Hilang rongga usus
cairan dan Frekuensi BAB Gangguan
elektrolit meningkat integritas kulit
Distensi abdomen
berlebih
Mual muntah
Gangguan
keseimbangan cairan
dan elektrolit
Nafsu makan
menurun
Kekurangan
volume cairan
1. Pengkajian
Tanggal Masuk RS : 30 Januari 2020
Hari/ Tanggal : Kamis, 30 Januari 2020
Tempat : Ruang ICU RS Medika BSD
No. Rekam Medik :106254
Sumber data : Keluarga Klien dan Status Klien
Metode : Observasi, Wawancara dan studi dokumen
2. Identitas Klien
Nama : Ny. N
Tgl Lahir : 17 Februari 1952
Umur : 67 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Serpong, Tangerang Selatan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Diagnosa Medis : Elektrolit Imbalance
3. Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 38 Th
Alamat : Serpong, Tangerang Selatan
Agama : Islam
Hubdgn Klien : Anak
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke UGD dengan keluhan pusing, badan terasa lemas, merasa
haus adanya mual, muntah setiap kali makankurang lebih 2 bulan BB
Menurun BB awal 65 kg BB terakhir 50 kg
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Stroke Non Hemoragik
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Analisa Data.
TTV
- Td: 98/59 mmHg
- N: 71 x/Menit
- RR: 20x/Menit
- S: 36,5OC
Penfis
- Mulut
Tampak pucat dan kering
-Kulit
Turgor kulit kering/menurun
-Volume urine menurun
-Berat badan mnurun
DO :
- KU: Tampak sakit sedang
- KS: Compos Mentis
TTV
- Td: 98/59 mmHg
- N: 71 x/Menit
- RR: 20x/Menit
9. Diagnosa
1) Hipovolemia ditandai dengan penurunan cairan esktraseluler dan intraseluler
2) Ketidakseimbangan elektrolit ditandai dengan perubahan serum elektrolit
3) Defisit nutrisi ditandai dengan penurunan cairan
Dx 1. Hipovolemia (D.0003)
Definisi : Penurunan volume cairan intravaskuler, intersetisal, dan/atau intraseluler
Penyebab :
1. kehilangan cairan aktif
2. kegagalan mekanisme regulasi
3. peninkatan permeabilitas kapiler
4. kekurangan intake cairan
Ekspektasi : Meningkat
Kriteria hasil :
1. Asupan cairan : Meningkat
2. Haluaranurine :Meningkat
3. Kelembaban membran mukosa : Meningkat
4. Asupan makanan : Meningkat
5. Edema : Menurun
6. Dehidrasi : Menurun
7. Asites :Menurun
Intervensi : (I.03116)
Intervensi Utama
a. Majagemen hipovolemia
1. Observasi
Periksa tanda gejala hipovolemi
Monitor intake dan out put cairan
2. Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Berikaan posisi modified trendrenburg
Berikan asupan cairan oral
3. Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
4. Kolaborasi
Pemberian cairan infus isitonis
Pemberian cairan koloid
Pemberian produk darah
2. Terapeutik
Pertahankan jalan nafas paten
Berikan oksigen untuk mempertahankan satyrasi oksigen > 94%
Persiapkan intubasi dan mekanisme
Berikan posisi syok
Pasang jalur infus berukuran besar (cvc bila diperlukan)
Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin
Pasang NGT jika perlu
Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
3. Kolaborasi
Pemberian infus cairan kristaloid
Pemberian transfuse darah jika perlu
intervensi :
intervensi utama :
a. pemantauan elektrolit (I.03122)
1. observasi
identufikasi kemungkinnan penyebab ketidak seimbangan elektrolit
monitor kadar elektrolit serum
monitor mual, muntah dan diare
monitor kehilangan cairan
monitor tanda dan gejala hipokalimi
monitor tanda dan gejala penurunan elektrolit lainnya (natrium, kalsium,
magnesium)
2. trepuetik
Atur interval waktu pemantaun sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasi hasil pemantaun
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantaun
Informasikan hasil pemantaun
4. Kolaborasi
Terapi untuk koreksi elektrolit
Pemeriksaan penunjang
Ekspetasi : meeningkat
kriteria hasil (L.03024)
1. keinginan makan meningkat
2. asupan makanan meningkat
3. asupan cairan meningkat
4. asupan nutrisi meningkat
5. stimulus untuk makan meningkat
Intervensi :
Intervensi utama :
a. Pemantaun nutrisi
1. Observasi
Identifikasi factor yang mempengaruhi asupan gizi
Identifikasi perubahan berat badan
Identifikasi berat badan
Identifikasi kemampuan menelan
Monitor mual dan muntah
Monitor asupan oral
Monitor hasil laboratuurium
b. Managemen nutrisi
1. Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutiri
Monitor asupan makanan
Monitor hasil pemeriksaan LAB
2. Terapeutik
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makana tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan
3. Edukasi
Ajarkan diet yang deprogramkan
4. kolaborasi
Kolaborasi dengan alhi gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Diagnosa Implementasi
DX 1 1. Mengobservasi tanda gejala hipovolemi
2. Memonitor intake dan output cairan
3. Menghitung kebutuhan cairan
4. Memberikaan posisi modified trendrenburg
5. Memberikan asupan cairan oral
6. Menganjurkan untuk perbanyak asupan cairan oral
7. Menganjurkan untuk menghindari perubahan posisi mendadak
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan infus isitonis
9. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan koloid
10. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian produk darah
11. Memonitor status kardiopulmonal
12. Memonitor status oksigenasi
13. Memonitor status cairan
14. Memeriksa tingkat kesadaran dan respon pupil
15. Memeriksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
16. Mempertahankan jalan nafas paten
17. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%
TTV
- TD : 114/61mmHg
-N : 111 x/menit
- RR : 23 x/menit
-S : 36,5 C
Porsi makan ¾ Porsi
Intake Kumulatif :1469 cc
Urine Kumulatif : 950, Diuresis:1,3, IWL : 21
Membran mukosa masih tampak kering
Dehidrasi masih buruk
Mata masih cekung
Turgor kulit masih buruk
Serum Elektrolit :
- Natrium : 127
- Kalium : 1,3
- Chlorida : 72
A : Masalah belum teratasi sepenuhnya
P : Intervensi diagnosa 1 dilanjutkan
KS : Compos Mentis
TTV
- TD : 114/61mmHg
-N : 111 x/menit
- RR : 23 x/menit
-S : 36,5 C
Serum Elektrolit :
- Natrium : 127
- Kalium : 1,3
- Chlorida : 72
KS : Compos Mentis
TTD
- TD : 114/61mmHg
- N : 111 x/menit
- RR : 23 x/menit
- S : 36,5 C
Anoreksia
31-01-2020 1
S : Klien mengatakan badan terasa lemas,
tidak nafsu makan dan pusing
KS : Compos Mentis
TTV
Serum Elektrolit :
- Natrium : 141
- Kalium : 2,1
- Chlorida : 99
- Magnesium : 1,37
- Clcium : 7,2
A : masalah belum teratasi sepenuhnya
P : Intervensi diagnosa 1 dilanjutkan
TTV
- TD : 102/69mmHg
-N : 89x/menit
- RR : 20 x/menit
-S : 36,7 C
- Natrium : 141
- Kalium : 2,1
- Chlorida : 99
- Magnesium : 1,37
- Calcium : 7,2
3
S : Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual,
muntah, berat badan menurun.
KS : Compos Mentis
TTD
- TD : 102/69mmHg
-N : 89x/menit
- RR : 20 x/menit
-S : 36,7 C
Anoreksia
KS : Compos Mentis
TTV
- TD : 124/70mmHg
-N : 100 x/menit
- RR : 23 x/menit
-S : 36,6 C
Porsi makan ¾ Porsi
Intake Kumulatif :2377 cc
Urine Kumulatif : 1700, Diuresis:1,4, IWL : 21
Membran mukosa mulai membaik
Dehidrasi menurun
Turgor kulit mulai lembaik
Serum Elektrolit :
- Natrium : 140
- Kalium : 3,7
- Chlorida : 100
- Magnesium : 2,9
- Calcium : 2,7
TTV
Serum Elektrolit :
- Natrium : 140
- Kalium : 3,7
- Chlorida : 100
- Magnesium : 2,9
- Calcium : 2,7
3
S : Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual,
muntah, berat badan menurun.
KS : Compos Mentis
TTD
- TD : 124/70mmHg
-N : 100 x/menit
- RR : 23 x/menit
-S : 36,6 C
Anoreksia
TTV
-TD : 105/76mmHg
-N : 86 x/menit
-RR : 22 x/menit
-S : 36,7 C
Porsi makan ½ Porsi
Intake Kumulatif :1561 cc
Urine Kumulatif : 1764, Diuresis:1 , IWL : 21
Membran mukosa mulai membaik
Turgor kulit mulai lembaik
Serum Elektrolit :
- Natrium : 140
- Kalium : 3,7
- Chlorida : 100
- Magnesium : 2,9
- Calcium : 2,7
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi diagnosa 1 dilanjutkan
KS : Compos Mentis
TTV
- - TD : 105/76mmHg
- -N : 86 x/menit
- - RR : 22 x/menit
- -S : 36,7 C
Serum Elektrolit :
- Natrium : 140
- Kalium : 3,7
- Chlorida : 100
- Magnesium : 2,9
- Calcium : 2,7
A : Masalah teratasi sebagain
P : Intervensi diagnosa 2 dilanjutkan
3
S : Klien mengatakan nafsu makan mulai
membaik
O : KU : Tampak sakit sedang
KS : Compos Mentis
TTD
- TD : 105/76mmHg
- N : 86 x/menit
- RR : 22 x/menit
- S : 36,7 C