Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

TENTANG HIPERTENSI PADA LANSIA

NAMA KELOMPOK:

1. VALENTINA MULYATI
2. MARIA HELENA NEI
3. YOHANA SIMUN
4. PRISKA WANGO
5. ADRIANUS JEMATU

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan bimbingan-Nya, kami dapat dapa menyelesaikan makalah
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA HIPERTENSI “
tepat pada waktunya.

Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi penyempurnaan makalah kami selanjutnya.

Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan semua yang
membacanya.

Ruteng, 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………1

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….2

DAFTAR ISI………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………4

A.LATAR BELAKANG ……………………………………………………...4

B. TUJUAN PENULISAN …………………………………………………....6

BAB II PENDAHULUAN…………………………………………………....7

A.DEFINISI HIPERTENSI……………………………………………………7

B. ETIOLOGI HIPERTENSI…………………………………………………..7

C. MANIFESTASI KLINIS…………………………………………………....10

D. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI …………………………………………..11

E. PENATALAKSANAAN……………………………………………………12

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI……… 13

A.PENGKAJIAN ………………………………………………………………13

B. DIAGNOSA ………………………………………………………………....25

C. INTERVENSI……………………………………………………………… .26

BAB IV TINJAUAN KASUS …………………………………………………31

BAB V PENUTUP……………………………………………………………..66

A.KESIMPULAN ……………………………………………………………...66

B. SARAN ……………………………………………………………………...66

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….67

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi menjadi sesuatu yang menakutkan bagi sebagian besar
penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah
penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang
berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan
makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok,
minum kopi serta gaya hidup adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai
faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi
akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai
penyakit non infeksi. Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari
penyakit infeksi menuju penyakit non infeksi, yang terlihat dari urutan
penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih mengenal serta mengetahui
penyakit ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi. Hipertensi
didefinisikan sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama
dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih besar
atau sama dengan 90 mmHg.
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa
melihat usia atau jenis kelamin, semua orang bisa terkena hipertensi dan
biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga dapat
mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak,
jantung,ginjal,aorta,pembulu darah perifer dan retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di
segala bidang perlu memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk
mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskuler, penyakit
degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih dimanfaatkan
untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan

4
tindakan atau program pencegahan yang terarah. Hipertensi perlu dideteksi
dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat
dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter.
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia
tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025.
Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada
tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti
jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah
Cina, India, dan Amerika Serikat.
Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census
USA (1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025
mencapai 414%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia
harapan hidup penduduk Indonesia.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas
Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai
keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau
perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan
keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan
Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan
dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat
geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari
satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah
psikologik maupun sosial.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tinjauan kasus dari hipertensi
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia
3. Untuk mengetahui bagaimana cara memberikan asuahan keperawatan
pada sekelompok lansia.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP HIPERTENSI
a. Definisi
Tekanan darah adalah tekanan yang terjadi di dalam pembuluh darah
arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh (ridwan,
2009). Tekanan darah biasanya dicatat sebagai tekanan sistol dan
diastol. Tekanan darah maksimum dalam arteri disebut tekanan sistolik
yang disebabkan sistol ventrikular. Tekanan minimum dalam arteri
disebut tekanan diastolik yang disebabkan oleh diastol ventrikular ( Jain,
2011). Hipertensi merupakan penyakit yang berhubungan dengan
tekanan darah (Ridwan, 2009). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan
tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Apabila seseorang
memiliki tekanan darah sistol 140 mmHg dan tekanan darah diastol 90
mmHg atau lebih yang diukur ketika ia sedang duduk dapat
dikategorikan memiliki tekanan darah tinggi (Ridwan, 2009).

b. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, Ridwan (2009) menggolongkan
hipertensi ke dalam tiga golongan yaitu hipertensi esensial, sekunder,
dan maligna.
1) Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik)
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses
labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan
awal 50-an yang secara bertahap akan menetap.
Hipertensi esensial secara pasti belum diketahui
penyebabnya. Gangguan emosi, obesitas, konsumsi
alkohol yang berlebih, rangsang kopi yang berlebih,
rangsang konsumsi tembakau, obat-obatan, dan
6
keturunan berpengaruh pada proses terjadinya hipertensi
esensial. Penyakit hipertensi esensial lebih banyak terjadi
pada wanita dari pada pria ( C. smeltzer, 2002).
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang
disebabkan karena gangguan pembuluh darah atau organ
tertentu (gray et al, 2009) mengelompokkan penyebab
hipertensi menjadi tiga golongan, yaitu:
 Penyakit parenkim ginjal. Permasalahan pada
ginjal yang menyebabkan kerusakan parenkim
akan menyebabkan hipertensi dan kondisi
hipertensi yang ditimbulkan tersebut akan
semakin memperparah kondisi kerusakan ginjal.
 Penyakit Renovaskular. Merupakan penyakit
yang menyebabkan gangguan dalam
vaskularisasi darah ke ginjal seperti
arterosklerosis. Penurunan pasokan ginjal akan
menyebabkan produksi renin ipsilateral dan
meningkatkan tekanan darah, sering diatasi
secara farmakologis dengan ACE Inhibitor.
3). Endokrin

Gangguan aldosteronisme primer akan


berpengaruh terhadap hipertensi. Tingginya kadar
aldosteron dan rendahnya kadar renin
mengakibatkan kelebihan natrium dan air sehingga
berdampak pada meningkatnya tekanan darah.

7
c. Factor resiko
Menurut Harrison (2000), kegemukan (obesitas), gaya hidup yang
tidak aktif (malas berolahraga), stress, alkohol, atau garam yang lebih
dalam makanan, bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang
yang memiliki kepekaan untuk diturunkan. Faktor yang mempengaruhi
timbulnya hipertensi :
1. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi
melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja saat
beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).
Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi (Shadine, 2010).
2. Rokok
Meskipun efek jangka panjang merokok terhadap tekanan
darah masih belum jelas, namun efek sinergis merokok dengan
tekanan darah yang tinggi terhadap risiko kardiovaskuler telah
didokumentasikan secara nyata.
3. Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat
meningkatkan tekanan darah, mungkin dengan cara
meningkatkan katekolamin plasma.

4. Konsumsi Garam Dapur


Hubungan antara asupan natrium dan hipertensi masih
kontroversial, tetapi jelas bahwa pada beberapa pasien
hipertensi, asupan garam yang banyak menyebabkan
peningkatan tekanan darah secara nyata. Pasien hipertensi
hendaknya mengkonsumsi garam tidak lebih dari 100 mmol/hari
(2,4 gram natrium, 6 gram natrium klorida).

8
5. Aktivitas atau Olahraga
Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan dan cara yang baik
untuk mengurangi berat badan. Hal itu juga tampak berguna
untuk menurunkan tekanan darah dengan sendirinya (Shadine,
2010).
6. Obesitas
Faktor yang diketahui dengan baik adalah obesitas,
dimana berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler
dan curah jantung. Pengurangan berat badan sedikit saja sudah
menurunkan tekanan darah.

7. Jenis Kelamin
Laki-laki cenderung mengalami tekanan darah yang tinggi
dibandingkan dengan perempuan. Tekanan darah pria mulai
meningkat ketika usianya berada pada rentang 35-50 tahun.
Kecenderungan seorang perempuan terkena hipertensi pada saat
menopause karena penurunan hormone seks (Ridwan, 2009).

d. Manifestasi klinik
Hipertensi merupakan penyakit yang banyak tidak menimbulkan
gejala khas sehingga sering tidak terdiagnosis dalam waktu yang lama.
Gejala akan terasa secara tiba-tiba saat ada kenaikan tekanan darah.
Manifestasi klinis yang ditimbulkan hipertensi bersifat tidak
spesifik. Sakit kepala merupakan gejala umum yang sering dialami pada
pasien hipertensi. Namun, sakit kepala juga disebabkan oleh beberapa
hal sepeti camas, stres, sulit tidur malam, atau infeksi virus minor
sehingga sakit kepala bukan merupakan manifestasi klinis khas
hipertensi. Sesak nafas juga terjadi pada pasien hipertensi. Sesak nafas
pada seseorang yang menderita hipertensi biasanya terjadi karena
kegemukan. Perdarahan di beberapa bagian tubuh juga merupakan efek
hipertensi. Risiko perdarahan dari arteri ke otak atau retina mata

9
meningkat karena adanya hipertensi terutama pada pasien dengan usia
di atas 50 tahun. Menstruasi yang berat dan munculnya gejala
menopause sering dialami wanita dengan hipertensi. Manifestasi
hipertensi yang lebih serus adalah perdarahan ke otak yang dapat
membunuh seseorang dalam waktu yang singkat atau menyebabkan
kelumpuhan.
Hipertensi akan menjadi masalah kesehatan yang serius jika tidak
terkendali karena akan megakibatkan komplikasi yang berbahaya dan
berakibat fatal seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal.

Klasifikasi tekanan darah menurut WHO

Klasifikasi Sistolik Diastolic


(mmHg) (mmHg)

Pilihan <120 <80

Normal <130 <85

Normal tinggi 130-139 85-90

Hipertensi derajat I ( ringan) 140-159 90-99

Hipertensi derajat II (sedang) 160-179 100-109

Hipertensi derajat III (berat) >180 >110

e. Patofisiologi
Tekanan darah dapat meningkat melalui beberapa mekanisme.
Pertama, jantung memompa lebih kuat sehingga darah mengalir dengan
kecepatan tinggi setiap detiknya. Kedua, arteri besar mengalami
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga ketika jantung
berdenyut darah harus melewati pembuluh darah yang sempit sehingga
menaikkan tekanan darah. Ketiga, kelainan fungsi ginjal untuk
10
membuang sejumlah garam dan cairan sehingga meningkatkan volume
darah yang berdampak pada peningkatan tekanan darah (Ridwan, 2009).
Menurut Anies (2006) peningkatan tekanan darah melalui
mekanisme:
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan darah lebih
banyak cairan setiap detiknya.
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui
arteri tersebut. Karena itu, darah dipaksa untuk melalui pembuluh
darah yang sempit dan menyebabkan naiknya tekanan darah.
Penebalan dan kakunya dinding arteri terjadi karena adanya
arterosklerosis. Tekanan darah juga meningkat saat terjadi
vasokonstriksi yang diseabkan rangsangan saraf atau hormon.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat meningkatkan tekanan
darah. Hal ini dapat terjadi karena kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang natrium dan air dalam tubuh sehingga
volume darah dalam tubuh meningkat yang menyebabkan tekanan
darah juga meningkat.
f. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah untuk mencegah komplikasi
penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.
Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di
bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg dan
mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya
hidup atau dengan obat anti hipertensi.
Pengobatan utama hipertensi dengan diuretika, penyekat reseptor
beta-adrenergik, penyakit saluran kalsium, inhibitor ACE (angiotensin-
converting enzyme), atau penyekat reseptor alfa-adernergik bergantung
pada keadaan pasien termasuk mengenai biaya, karakteristik demografi,
penyakit yang terjadi bersamaan, dan kualitas hidup.

11
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal
dikomunitas dan studi dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan
termasuk data umum mengenai lokasi daerah binaan (yang dijadikan
praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, type komunitas
(masyarakat rural atau urban) keadaan demografi, struktur politik, distribusi
kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas.
2. Data demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia lansia, jumlah lansiam jenis
kelamin, status perkawinan, ras atau suku , bahasa , tingkat pendapatan,
pendidikan , produktivitas, masih bekerja atau tidak, agama dan komposisi
keluarga.

3. Vital statistik
Jabarkan atau uraikan data tentang angka kematian kasar atau CDR
penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran.

4. Status kesehatan komunitas


Angka mortalitas, morbiditas akibat hipertensi. Kondisi kesehatan lansia
dikaji dengan menganalisis:

a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas:


1) Sakit kepala
2) Epistaksis
3) Pusing / migrain
4) Rasa berat ditengkuk
5) Sukar tidur
6) Mata berkunang kunang
7) Lemah dan lelah

12
8) Muka pucat
b. Pemeriksaan fisik
Menurut Jain (2011), pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada
pasien hipertensi adalah:

1) Tinggi badan dan berat badan


Tinggi dan berat badan diperlukan karena kondisi obesitas dapat
berpengaruh pada tekanan darah.

2) Pemeriksaan nadi
Semakin parah kondisi hipertensi, maka jarak denyut nadi
(amplitudo) akan semakin kecil. Amplitudo yang besar yaitu denyut
nadi yang penuh dan teratur menunjukkan tekanan darah sistolik yang
tinggi (arterosklerosis).
3) Suara jantung dan dada
Pemeriksaan jantung dan dada dapat mengindikasikan hipertensi
telah mempengaruhi jantung. Gagal jantung yang disebabkan
penumpukan cairan di paru dapat diketahui melalui pemeriksaan suara
dada melalui stetoskop.

4) Suara perut dan leher


Suara arteri perut dan leher dengan nada tinggi dapat menunjukkan
penyempitan arteri yang menuju ginjal, kaki, dan otak.

c. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis hipertensi biasanya berdasar pada terjadinya peningkatan
tekanan darah setelah dilakukan pengukuran secara berulang.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:

1) Diagnosis tekanan darah


Mengukur tekanan darah merupakan tes rutin paling penting untuk
mendiagnosis hipertensi (Jain, 2011). Pengukuran tekanan darah
dilakukan dengan tujuan untuk memantau tekanan darah apakah

13
masih dalam kondisi normal atau abnormal. Tekanan sistolik yang
melebihi 130 mmHg dan tekanan diastolik yang melebihi 80 mmHg
merupakan tekanan darah yang abnormal. Selain itu yang
diperhatikan adalah selisih tekanan sistole dan diastole atau pulse
pressure (Ridwan, 2009).

2) Diagnosis dengan Elektrokardiogram (EKG)


Pemeriksaan menggunakan EKG dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui aktivitas jantung.

3) Dual Energy X-Ray Absorptionmetry (DEXA Scan)


Dexa scan digunakan untuk menetukan densitas tulang serta
komposisi tubuh seperti masa lemak terhadap masa otot. Untuk
keperluan hipertensi, alat ini digunakan untuk mengukur kadar
lemak dalam organ tubuh tertentu. Dengan diketahuinya
penumpukan lemak dalam tuubuh dapat membantu pasien dalam
mengontrol berat badan yang dapat mempengaruhi tekanan darah.

4) Tes Doppler
Tes doppler digunakan untuk menentukan kondisi sirkulasi darah
yang terdistribusi ke seluruh sistem kardiovaskular.

5) Tes Kolesterol
Penimbunan kolesterol dalam tubuh akan mengganggu sistem
kardiovaskular sehingga akan mempengaruhi tekanan darah
seseorang.

6) Tes Darah
Tes darah dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah, gula
darah, urea darah, kreatinin dalam darah, tingkat natrium dan kalium
dalam darah.

d. Kejadian penyakit hipertensi pada lansia (dalam satu tahun terakhir).

14
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keturunan hipertensi
f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Pola pemenuhan nutrisi
Konsumsi garam berlebih, lemak, merokok, dan konsumsi kopi.
2) Pola pemenuhan cairan elektrolit
3) Pola istirahat tidur
Kurang tidur, tidur malam, dan kualitas tidur

4) Pola eliminasi
5) Pola aktifitas gerak, olahraga
6) Pola pemenuhan kebersihan diri
7) Status psikososial :
a) Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan
b) Hubungan dengan orang lain
c) Peran di masyarakat
d) Kesedihan yang dirasakan
e) Stabilitas emosi : stress
8) Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku tindakan
kekerasan.
9) Status pertumbuhan dan perkembanganan lansia, tahapan
perkembangan yang sudah dipenuhi dan belum terpenuhi.
10) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
11) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
12) Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi
yang berlebihan, mengkonsusmsi alkohol, penggunaan obat tanpa
resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam,
lemak dan purin.

15
Data lingkungan fisik
1. Pemukiman
a. Luas bangunan
b. Bentuk bangunan : Rumah, petak, asrama, pavilyun
c. Jenis bangunan : Permanen, semi permanen, non permanen
d. Atap rumah : Genting, seng, welit, ijuk, kayu, asbes
e. Dinding : Tembok, kayu, bambu, atau lainnya sebutkan
f. Lantai : Semen, tegel, keramik, tanah, kayu, atau lainnya sebutkan.
g. Ventilasi : Kurang atau lebih dari 15-20 % dari luas lantai
h. Pencahayaan : Kurang, baik
i. Penerangan : Kurang, baik
j. Kebersihan : Kurang, baik
k. Pengaturan ruangan dan perabot : Kurang, baik
l. Kelengkapan alat Rumah tangga. : Kurang, baik
2. Sanitasi
a. Penyediaan air bersih (MCK).
b. Penyediaan air minum
c. Pengelolaan jamban bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan
bagaimana jarak dengan sumber air.
d. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
e. Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah,
bagaimana cara pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya
sebutkan.
f. Polusi udara, air, tanah, atau suara/kebisingan.
g. Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industri lainnya sebutkan.
3. Fasilitas
a. Peternakan, pertanian, perikanan dan lain-lain.
b. Pekarangan
c. Sarana olah raga
d. Taman, lapangan
e. Ruang pertemuan
16
f. Sarana hiburan
g. Sarana ibadah
4. Batas-batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur dan selatan.

5. Kondisi geografis
Ketinggian, cuaca, suhu, sector pertenin, perikanan, jenis tanah, perairan.

Pelayanan kesehatan dan social


1. Pelayanan kesehatan
a. Lokasi sarana kesehatan
b. Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader).
c. Jumlah kunjungan
d. Sistem rujukan
2. Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan).
a. Lokasi
b. Kepemilikan
c. Kecukupan
3. Ekonomi
a. Jenis pekerjaan
b. Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c. Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d. Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia.
4. Kemanan dan transportasi
a. Keamanan
1) Sistem keamanan lingkungan
2) Penanggulangan kebakaran
3) Penanggulangan bencana
4) Penanggulangan polusi, udara, air dan tanah.
b. Transportasi
1) Kondisi jalan
2) Jenis tranportasi yang dimiliki
17
3) Sarana transportasi yang ada
5. Politik dan pemerintahan
a. Sistem pengorganisasian
b. Struktur organisasi
c. Kelompok organisasi dalam komunitas
d. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
6. Sistem komunikasi
a. Sarana umum komunikasi
b. Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas.
c. Cara penyebaran informasi
7. Pendidikan
a. Tingkat pendidikan komunitas
b. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal).
1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
c. Jenis bahasa yang digunakan
8. Rekreasi
a. Kebiasaan rekreasi
b. Fasilitas tempat rekreasi

B. Analisis Masalah
Analisa data merupakan suatu studi dan pengujian data yang dapat
berbentuk kuantitatif maupun kuaitatif. Dalam analisa data, semua aspek harus
dipertimbangkan karena analisa data perlu menentukan kebutuhan kesehatan dan
dukungan masyarakat serta trend dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Dalam melakukan analisa data terdapat beberapa langkah antara lain :
pengelompokan data, meringkas, membandingkan dan membuat kesimpulan.

Melakukan analisa data tersebut diatas membutuhkan pengetahuan dan


keterampilan tentang menganalisa dan pengambilan keputusan melalui berpikir
kritis. Oleh karena itu perawat komunitas harus mempelajari dan menguasai

18
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan tersebut, sehingga perawat
mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas.

Analisa data berarti perawat komunitas mempelajari data – data yang


telah terkumpul melalui metode pengumpulan data. Data yang telah terkumpul
dapat berupa data kualitati dan kuantitatif. Analisa data dilakukan untuk melihat
masalah kesehatan yang dialami masyarakat dan untuk mengidentifikasi
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Analisa data juga memberikan
informasi tentang kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, system pendukung
dan sumber – sumber yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan.

1. Tahap – tahap analisa data


Analisa seperti beberapa prosedur lain yang kita lakukan, dapat
dipandang sebagai suatu proses yang mempunyai beberapa langkah atau
tahapan. Tahapan – tahapan yang digunakan untuk membantu melakukan
analisa tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mengelompokan data atau mengkategorikan data
Mengelompokan atau mengkateforikan data sangat membantu kita
dalam melakukan analisa data yang telah dikumpulkan dalam
komuntas. Kategori atau pengelompokan yang biasa digunakan yaitu
berdasarkan :
1) Karakteristik demografi ( jumlah anggota keluarga, usia, jenis
kelamin, kelompok rasial dan etnik dan lain – lain )
2) Karakteristik geografi ( batas wilayah, jumlah dan tipe
tetangga, lingkungan tempat tinggal dan jalan
3) Karakteristik sosial ekonomi ( pekerajaan, pendapatan,
pendidikan, rumah sewaan, rumah pribadi )
4) Karakteristik sistem pendukung dan pelayanan kesehatan (
rumah sakit, klinik, pusat kesehatan mental dan sebagainya.
b. Meringkas
Setelah metode pengkategorian dilakukan, langkah selanjutnya
adalah meringkas atau menyimpulkan data pada masing – masing
19
kategori yang telah dikelompokan dapat dalam bentuk
penghitungan, table, atau grafik.
c. Membandingkan
Langkah berikutnya setelah data diringkas yaitu langkah
membandingkan data, apakah ada yang menyimpang atau abnormal,
apakah ada data – data yang tidak pantas atau keselahan – kesalahan
saat mengelompokan data sehingga perlu adanya revalidasi data..
data – data yang diperoleh dari masyarakat dari wilayah binaan,
dibandingkan dengan data data yang sama seperti data yang bersifat
kecamatan, kabupaten , atau nasional.
d. Pengambilan Kesimpulan
Setelah data yang dikumpulkan dikelompokan, diringkas dan
dibandingkan. Tahapan paling ahir adalah penarikan kesimpulan
yang logis dari bukti – bukti yang diperoleh yaitu pengambilan
kesimpulan yang mengarah pada pernyataan diagnosa keperawatan.
Pada tahap ini dilakukan sintesa apa yang diketahui perawat tentang
komunitas, yaitu ; apa maksud / arti dari data tesebut.
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah
itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan analisis data :

a. Menetapkan kebutuhan komunity


b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respon komunity
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan

20
C. Diagnosis
Diagnosis terhadap hipertensi perlu dilakukan dalam interval waktu
tertentu untuk menentukan gejala hipertensi yang dialami seseorang. Diagnosis
ini dilakukan dalam keadaan tanpa pembiusan, tidak sedang mengkonsumsi
kopi, alkohol, serta tidak merokok. Terkadang terdapat kesalahan saat
melakukan diagnosa hipertensi terutama pada wanita lanjut usia karena
penurunan sensitivitas refleks baroreseptor sehingga menimbulkan fluktuasi
dalam tekanan darah (Ridwan, 2009).

Diagnosis yang muncul pada asuhan keperawatan komunitas lansia


dengan hipertensi adalah:

1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan


pola hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan
vasekuler serebral
Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di desa X
berhubungan dengan kelemahan umum.

D. Skoring
Skoring bertujuan untuk menentukan diagnose prioritas dalam proses
keperawatan. Scoring dilakukan dengan mempertimbangkan 12 aspek.

1. Gangguan curah jantung pada komunitas lansia di desa X berhubungan


dengan pola hidup yang buruk.
No Criteria penapisan Scoring

1 Resiko terjadi 5

2 Resiko parah 3

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

21
4 Minat masyarakat 4

5 Kemungkinan Diatasi 5

6 Sesuai program 4

7 Dana 4

8 Waktu 3

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 2

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 20
2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan
vasekuler serebral
N0. Criteria penapisan Scoring

1 Resiko terjadi 5

2 Resiko parah 4

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 2

5 Kemungkinan Diatasi 4

6 Sesuai program 5

7 Dana 4

8 Waktu 2

22
9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 1

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 42

3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan


dengan kelemahan umum.
No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 4

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 2

5 Kemungkinan Diatasi 4

6 Sesuai program 5

7 Tempat 4

8 Waktu 2

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 1

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

23
Jumlah 42

E. Prioritas Masalah
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan
pola hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan
vasekuler serebral
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan dengan
kelemahan umum.

24
1 Gangguan Komunit Setelah Healt 1. Pendidikan Mahasis -Klien - Respon verbal
hipertensi as lansia dilakukan h kesehatan wa, mampu dan psikomotor
pada dengan proses Prom mengenai petugas menjelaskan
komunitas hipertens keperawata otion hipertensi puskesm definisi
lansia di i dan n selama 2 - Jelaskan as, kader hipertensi
desa X keluarga x 60 menit definisi posyand -Klien
berhubung nya klien hipertensi u lansia, mampu
an dengan mampu - Jelaskan keluarga menjelaskan
pola hidup memahami factor risiko secara
yang konsep hipertensi singkat
buruk. hipertensi - Jelaskan factor risiko
dan upaya upaya hipertensi
pencegahan preventif -Klien
nya hipertensi mampu
- Jelaskan menyebutk
cara an minimal
mengubah 3 upaya
prilaku pencegaha
pada klien n
yang dapat hipertensi
mencegah dan cara
hipertensi mengubah
- Jelaskan prilaku
penanganan sehat
dini untuk -Klien
hipertensi mampu
menjelaska
- Ajarkan n secara
terapi singkat
relaksasi penangana
otot n dini
progresif untuk
Komunit
Komunit Group untuk hipertensi Respon
Setelah as lansia
as lansia Proce mengatas -Klien psikomotor dan
dilakukan dengan
ss i mampu afektif
pembinaan hipertens
hipertensi mendemon
selama i, kader
strasikan
2x120 posyand
terapi
menit, klien u lansia,
relaksasi
mampu petugas

25
membentuk 2. Bentuk puskesm otot
komunitas komunitas as progresif
peduli peduli
hipertensi hipertensi
- Adakan
sosialisasi
pembentuk
an
komunitas
peduli -Terbentuk
hipertensi komunitas
- Lakukan peduli
pengkadera hipertensi
n untuk dengan
menjadi kader
perintis minimal 5
komunitas orang dan
peduli anggota
hipertensi minimal 15
- Rintis orang
komunitas -
peduli Tersusunnya
hipertensi suatu tujuan
dengan yang sama
merumuska dalam
n tujuan komunitas
berdirinya peduli
komunitas hipertensi
dan -Minimal
kegiatan- sudah
kegiatan berjalannya
Komunit yang akan 1 kegiatan
as lansia Setelah dijalankan Komunit rutin
dengan Partn as lansia, Respon
dilakukan oleh
hipertens ership petugas psikomotor dan
pertemuan komunitas
i, puskesm afektif
selama 1x peduli
petugas 60 menit hipertensi as
puskesm dapat - Pantau dan
as terjalin berikan
kerjasama masukan
26
pemeriksaa positif pada
n tekanan komunitas
darah dan peduli
upaya hipertensi
preventif
penyakit
hipertensi 3. Lakukan
secara rutin inisiasi
kepada dengan pihak
komunitas puskesmas
lansia
dengan untuk
hipertensi melakukan
kerjasama
pemeriksaan
-
tekanan
Terlaksanan
darah lansia
ya
secara rutin
Komunit Empo pemerikanan Respon afektif
Setelah dan kegiatan
as lansia werm tekanan dan psikomotor
dilakukan preventif Komunit
dengan ent darah secara
pembinaan untuk as lansia
hipertens rutin
selama penyakit dengan
i minimal 1
1x60 menit hipertensi hipertens bulan oleh
diharapkan i dan petugas
komunitas keluarga puskesmas
mampu -
menjalanka Terlaksanan
n perannya ya minimal 2
masing- upaya
masing program
dalam pencegahan
upaya hipertensi
pencegahan pada
4. Jelaskan
hipertensi komunitas
pada
komunitas lansia.
lansia
dengan
hipertensi
dan
27
keluarga
masing-
masing
peranannya
untuk saling
bekerjasam
a mencagah
Komunitas
hipertensi
saling
bekerjasama
denganpemb
agian peran
untuk
mencegah
hipertensi

28
BAB IV

TINJAUAN KASUS

Di desa Kenda terdapat jumlah warga sebanyak 400 jiwa ,Kebanyakan penduduk
sudah memasuki lansia yaitu 40% dari total penduduk, 10% lansia menderita
hipertensi; 20% lansia mengalami nyeri persendian kaki ataupun tangan; Penduduk
terbiasa mengkonsumsi makanan yang tinggi natrium; tingkat Pendidikan
masyarakat menunjukkan 30% tidak lulus SD;5% lansia juga mengeluh nYeri
tulang belakang; hanya 5% lansia yang selalu rutin memeriksakan kesehatan ke
posyandu lansia setiap bulan.

Kader posyandu lansia mengatakan kebanyakan lansia di desa tersebut sangat


jarang memeriksakan kesehatan mereka.
A. Pengkajian

Data inti komunitas meliputi :

1. Data Geografi :
a. Lokasi
Propinsi daerah : Nusa Tenggara Timur
Kabupaten / kota : Manggarai
Kecamatan : Wae Ri’i
Desa : Bangka Kenda
b. Luas wilayah : 72,84 km2
c. Batas wilayah
Sebelah Utara : Desa Santar keling ( Kecamatan Wae Ri’i)
Sebelah Selatan : Kelurahan Karot
Sebelah Barat : Desa Lalong ( Kecamatan Wae Ri’i)
Sebelah Timur : Resem ,(Kelurahan Karot )
d. Keadaan tanah menurut pemanfaatannya : semua tanah digunakan untuk
persawahan dan perkebunan.
29
2. Data Demografi
Jumlah penduduk : 400 jiwa
a. Berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis kelamin Frekuensi %


1. Laki – laki 250 62,5%
2. Perempuan 150 37,5%
Total 400 100

laki - laki
perempuan
Slice 3

Berdasarkan tabel dan diagram diatas distribusi jenis


kelamin,menunjukan bahwa sebagai besar penduduk berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 250 orang (62,5%) dan perempuan
150 (37,5%) . hal ini dikarenakan banyak kelahiran anak laki-
laki menunjukan bahwa

Berdasarkan kelompok usia


No. Umur / tahun Frekuensi %
1. Bayi / balita 15 3.75
2. Anak – anak 85 21.25
3. Remaja 40 10
4. Dewasa 100 25
5. Lansia 160 40

30
Total 400 100

bayi/balita

anak - anak

remaja

dewasa

lansia

Berdasarkan tabel dan diagram distribusi umur, menunjukan


bahwa kelompok umur tertinggi yaitu lansia berjumlah 160
orang (40%), sedangkan kelompok umur yang terendah adalah
kelompok umur bayi / balita berjumlah 15 orang (3,75%).
3. Berdasarkan agama
Distribusi penduduk berdasarkan agama :

No. Agama Frekuensi %


1. Katolik 350 87,5%
2. Protestan 25 6.25%
3. Islam 25 6.25%
4. Hindu 0 0
5. Budha 0 0
Total 400 100

31
katolik

protestan

islam

hindu

budha

Berdasarkan hasil wawancara penduduk berdasarkan agama, menunjukan


bahwa yang beragama katolik 350 orang (87,5%), sedangkan yang protestan
25 orang (6,25%) dan yang beragama islam 25 orang (6,25%), hindu dan
budha tidak ada.
4. Pendidikan
No. Pendidikan Frekuensi %
1. Tidak tamat SD 120 30%
2. SD 80 20%
3. SMP 40 10%
4. SMA 60 15%
5. SARJANA 75 18.75%
6. DIPLOMA 25 6.25%
Total 400 100

tidak tamat SD

SD

SMP

MA tidak tamat SD

SARJANA

DIPLOMA

32
Berdasarkan tabel distribusi tingkat pendidikan terakhir diketahui
tingkat pendidikan terakhir tertinggi yaitu tidak tamat SD sebanyak 120
orang (30%), sedangkan yang terendah yaitu diploma sebanyak 25
orang (6,25%).
DS : dari hasil wawancara ternyata warga masyarakat belum pernah
mendapatkan info tentang penyakit Hipertensi baik dari tenaga
kesehatan maupun melalui leaflet. Daerah tersebut belum pernah
diadakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit hipertesi .
5. Data status kesehatan
a. Kesehatan lansia
1. Jumlah penduduk lansia : 162 orang ( 40%)
2. Keadaan kesehatan lansia

lansia hipertensi
lansia

lansia nyeri kaki

nyeri tulang belakng

 Lansia Penderita hipertensi : 10%


 Lansia Nyeri sendi kaki dan tangan :
20%
 Nyeri tulang belakang : 5%

33
Data Subsistem meliputi
1. Lingkungan fisik
a. Sumber air dan air minum
 Penyediaan air bersih

PAM

sumur

sungai

bendungan

PAM : 10 KK (20%)
Sumur : 10 KK (20%)
Sungai : 10 KK (20%)
Bendungan : 20 KK (40%)
 Penyediaan air minum

PAM
Slice 2

PAM : 40 KK ( 80%)

34
 Pengelolaan air minum

b. Saluran pembuangan air / sampah


 Kebiasaan membuang sampah
Dibakar : 40 KK (80%)

dibakar

Selalu dimasak : 50 KK (100%)

 Pembuangan air limbah

pembuangan air
limbah di got

Got : 50 KK (100%)

 Keadaan pembuangan air limbah

35
meluber kemana -
mana

lancar

Meluber kemana – mana : 5 KK ( 10 %)


Lancar : 50 KK ( 100%)

c. Kandang ternak
1. Kepemilikan kandang ternak
a. Ya : 40 KK (80%)
b. Tidak : 20 KK (40%)

memiliki kandang
ternak

tidak memiliki
kandang ternak

2. Letak kandang ternak


a. Diluar rumah : 10 KK ( 20%)
b. Dalam lingkungan rumah : 40 KK (80%)

kandang ternak
diluar rumah

dalam
lingkungan
rumah

36
d. Jamban
1. Kepemilikan jamban
Memiliki jamban : 50 KK (100%)

memiliki jamban

2. Macam jamban yang dimiliki


a. Septi tank : 40 KK (80%)
b. Sumur cemplung : 10 KK (20%)

septi tank

sumur cemplung

3. Keadaan jamban
a. Bersih : 30 KK (60%)
b. Kotor : 20 KK (40%)

bersih

kotor

37
DS : sebagian warga membersih jamban setiap minggu
sekali.
e. Keadaan rumah
1. Tipe rumah
a. Tipe A (tembok ) : 20 KK (40 %)
b. Tipe B ( ½ tembok) : 15 KK (30 %)
c. Tipe C ( dinding anyaman bambu) : 15 KK (30%)

Tipe A

Tipe B

Tipe C

2. Status rumah
a. Milik sendiri : 48 KK (96%)
b. Kontrak : 2 KK (4%)

milik sendiri

kontrak

38
3. Lantai rumah
Tegel atau semen : 50 KK (100%)

tegel atau
semen

4. Ventilasi
a. Ada : 30 KK (60%)
b. Tidak ada : 10 KK (20%)

ada

tidak ada

DS : hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 75%


dari warga yang memiliki ventilasi, selalu membuka
jendelanya.
5. Luas kamar tidur
a. Memenuhi syarat : 30 KK (60%)
b. Tidak memenuhi syarat : 20 KK (40%)

39
memenuhi syarat

tidak memenuhi
syarat

6. Penerangan rumah oleh sinar matahari


a. Baik : 30 KK (60%)
b. Cukup : 10 KK (20%)
c. Kurang : 10 KK (20%)

baik

cukup

kurang

DO : hasil survey menunjukan bahwa sekitar 60% rumah


warga pencahayaan bagus sehingga tampak terang
ruangan di dalam rumah.
7. Halaman rumah
a. Kepemilikan perkarangan
Memiliki : 50 KK (100%)
Tidak memiliki : 0 KK (0%)

40
memiliki

tidak memiliki

b. Pemanfaatan perkarangan
Ya : 50 KK (100%)

ya

c. Jenis pemanfaatan perkarangan rumah


Tanaman : 50 KK (100%)

tanaman

41
d. Keadaan perkarangan
Bersih : 50 KK (100%)

bersih

2. Fasilitas Umum Dan Kesehatan


a. Fasilitas umum
1) Sarana Pendidikan Formal
a) jumlah TK : 1 Buah
b) Jumlah SD/sederajat : 2 Buah
c) Jumlah SMU/sederajat : 1 Buah
d) Jumlah PT/sederajat : - Buah
b. Fasilitas kegiatan kelompok
1) Senam lansia di puskesmas kenda : 1 Kelompok
2) Doa bersama : 2 Kelompok
c. Sarana ibadah
1) Gereja : 1 buah
2) Masjid : -
d. Sarana olahraga
1) Lapangan sepak bola : 1 Buah
2) Lapangan bola voli : 1 Buah
3) Lapangan bulu tangkis : - Buah
4) Lain-lain : - Buah
e. Fasilitas kesehatan
Jenis fasilitas kesehatan
1) Puskesmas pembantu :1 buah
Jarak dari desa : 800 m
42
Puskesmas : 1 Buah
Jarak dari desa : 1 Km
Rumah sakit :- buah
Jarak dari desa :- Km
Praktek Dokter Swasta :- Buah
Praktek Bidan : 1 Buah
Praktek Kesehatan Lain : - Buah
2) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Puskesmas pembantu : 1 Buah
Puskesmas : - Buah
Rumah Sakit : - Buah
Praktek Dokter swasta : - Buah
Praktek Bidan :- Buah
Praktek Kesehatan Lain :- Buah

Data angket
Angket berdasarkan masalah anemia berdasarkan pengkajian comunity
as Partner
a) Distribusi warga dengan hipertensi dan resiko hipertensi berdasarkan
kesadaran menghindari makanan yang dapat meningkatkan produksi asam
urat atau zat purin
Diagram 1 diagram 2
Proporsi penderita hipertensi propersi resiko penderita
Berdasarkan kesadaran hipertensi berdasarkan
Menghindari makanan yang kesadaran menghindari makanan
Mengandung natium yang mengandung natrium

43
30% Ya
100% Tidak
70%
Menghindar

Diagram 1 menunjukan 100% penderita hipertensi menghindari makanan


yang mengadung tinggi natrium Sedangkan pada diagram 2 ada 30 % yang
tidak menghindari dan 70 % yang menghindari makanan tinggi natrium .

b) Distribusi Warga dengan hipertensi dan Resiko hipertensi berdasarkan


aktifitas pengaturan pola makan

Diagram 3 Diagram 4
Proporsi Penderita hipertensi Berdasarkan Proporsi Resiko hipertensi
Berdasarkan
Pengaturan Pola makan oleh Pengaturan Pola makan oleh
Keluarga Keluarga

35%
Ya
100% YA
Tidak
65%

Diagram 3 menunjukan sebanyak 100 % Keluarga dengan hipertensi


mengatur pola makan anggota keluarganya yang menderita hipertensi . Hal
ini dilakukan dengan cara memperingati keluarga untuk menhindari
makanan yang mengandung natrium yang dapat memicu peningkatan
hipertensi . Sedangkan diagram 4 menunjukan 35 % orang dengan resiko
hipertensi belum memilki kesadaran untuk melakukan pengaturan pola
makan.
44
c) Distribusi Warga dengan hipertensi dan Resiko hipertensi berdasarkan
kesadaran lansia dalam pemeriksaan kesehatan ke Posyandu lansia

5%
Ya
Tidak
95%

Diagram diatas menunjukan sebanyak 95 % warga penderita


hipertensi yang tidak mempunyai kesadaran memeriksa kesehatan
mereka di Posyandu Lansia ,dan 5% warga penderita hipertensi yang
mempunyai kesadaran dalam memeriksa kesehatan mereka di
Posyandu lansia .
3. Sosial Ekonomi
a. Karakteristik pekerjaan
1. Jenis pekerjaan
a. PNS : 8 orang (6,66%)
b. Pegawai swasta : 4 orang (3,33%)
c. Wiraswasta : 20 orang (16,66%)
d. Petani : 80 (67%)
e. Pensiun : 4 orang (3,33%)

PNS
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Petani
Pensiun

2. Status pekerjaan penduduk > 17 < 65 tahun


45
a. Penduduk bekerja : 300 orang (75%)
b. Penduduk tidak berkerja : 100 orang (
25%)

penduduk bekerja

penduduk tidak
bekerja

3. Pusat kegiatan ekonomi


a. Pasar tradisional : -
4. Penghasilan rata – rata perbulan
a. < dari 500.000/bulan : 10KK (20%)
b. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 : 25 KK
(50%)
c. > dari Rp. 100.000/bulan : 15 KK
(30%)

RP 500.000

500.000-
1.000000

> RP.1000000

5. Pengeluaran rata – rata perbulan


a. Rp. 250.000 – Rp. 400. 000 : 30 KK
(60%)
b. Rp. 400.000 – Rp. 600.000 : 10 KK
(20%)

46
c. > Rp. 600.000 : 10 KK
(20%)

RP 250.000

RP 400.000-
600.000

> RP 600000

b. Kepemilikan industri
Tidak ada
c. Jenis industri
Tidak ada.
4. Keamanan dan transportasi
2. Keamanan
1) Sarana keamanan
Poskamling : 1 buah
3. Transportasi
1) Fasilitas transportasi
Jalan raya : 200 m
Jalan tol :-
Jalan setapak : 50 m
2) Alat transportasi yang dimiliki
Tidak punya : 20 KK (40%%)
Sepeda : 5 KK (10%)
Mobil : 5 KK ( 10%)
Motor : 27 KK (54%)

47
Tidak punya

Sepeda

Mobil

Motor

3) Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat


a. Angkutan umum : 200 jiwa (50%)
b. Kendaraan pribadi : 200 jiwa (50%)

kendaraan
pribadi

tidak
mempunyai
kendaraan
pribadi

5. Politik dan pemerintahan


1) Struktur organisasi pemerintah
Ada
2) Kelompok pelayanan kepada masyarakat (PKK, Karangtaruna, LKMD,
Posyandu).
Ada
3) Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan
Ada
4) Peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan
Ada.

6. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat

48
Radio : 15 jiwa (3,75)
TV : 100 jiwa (25%)
Telepon : 280 jiwa (70%)
Majalah / koran : 5 jiwa (1.25%)

radio

TV

telepon

majalah atau
koran

b. Teknik penyampaian komunikasi kepada masyarakat


Pengumuman keliling desa.
7. Pendidikan
a. Tingkat pendidikan komunitas
No Pendidikan Frekuensi %
.
1. Tidak tamat 120 30
SD
2. SD 80 20
3. SMP 85 21.25
4. SMA 115 28.75
Total 400 100

TIDAK
TAMAT SD

SD

SMP

SMA b. Sarana pendidikan formal

49
1. jumlah TK : 1 Buah
2. Jumlah SD/sederajat : 2 Buah
3. Jumlah SLTP/sederajat : 1 Buah
4. Jumlah SMU/sederajat : 1 Buah
5. Jumlah PT/sederajat : - Buah

8. Rekreasi
a. Tempat wisata alam : -
b. Kolam renang :-
c. Taman desa :-
d. Bioskop :-

50
Analisa data

No Data focus Etiologi Problem

1. Data wawancaa : Kurang Perilaku


pemahaman kesehatan
 Warga dengan resiko
cenderung
hipertensi mengatakan
beresiko
belum pernah melakukan
pemeriksaan tekanan
darah

 Warga dengan resiko


hipertensi mengatakan
tidak memperhatikan pola
hidup khususnya pola
makan karena msih merasa
sehat-sehat saja atau tidak
mengalami keluhab rasa
sakit

Data survey

 30 % penderita dengan
resiko hipertensi tidak
menghindari makanan
yang mengandung
natrium.

 35 % orang dengan
resiko hipertensi belum
memilki kesadaran untuk

51
melakukan pengaturan
pola makan.

 80 % penderita hipertensi
yang kurangnya
pengetahuan dan rasa ingin
tahu yang kurang

 sebanyak 95 % warga
penderita hipertensi yang
tidak mempunyai
kesadaran memeriksa
kesehatan mereka di
Posyandu Lansia.

 30 % warga resiko
hipertensi berpendidikan
tidak tamat SD

52
B. Diagnosa Keperawatan

a. Perilaku kesehatan cenderung berisiko (00215) berhubungan dengan kurang


pengetahuan

53
C. Intervensi Keperawatan

No. Domain Kelas Kode Diagnosa Tujuan Umum Tujuan Khusus Perencanaan

2. Domain : Kelas 2 : 00188 Perilaku Setelah Setelah dilakukan Dukungan pengambilan


1 promosi manajemen kesehatan dilakukan tindakan keperawatan keputusan (5250)
kesehatan. kesehatan cenderung tindakan selama .... minggu,
1. Tentukan apakah
beresiko keperawatan pengetahuan warga
terdapat pandangan
selama.... dengan resiko
yang berbeda antara
minggu, hipertensi meningkat
pasien dengan
kesadaran dengan kriteria hasil :
pemberi pelayanan.
perilaku sehat
 Warga resiko
pada 2. Informasikan
hipertensi
masyarakat kepada pasien
menghindari
dengan resiko mengenai
makanan yang
hipertensi pandangan –
mengandung
meningkat. pandangan atau
tinggi natrium
solusi alternetif
meningkat dari

54
30% menjadi dengan cara yang
70% jelas dan
mendukung.
 Warga dengan
resiko 3. Bantu pasien
hipertensi mengidentifikasikan
menunjukan keuntungan dan
pengambilan kerugian dari setiap
keputusan yang alternatif pilihan.
tepat untuk
4. Hormati hak – hak
mencegah
pasien untuk
hipertensi
menerima atau tidak
 warga dengan menerima informasi
resiko
Fasilitas pembelajaran
hipertensi
(5520)
melakukan
pemeriksaan 1. Tentukan
kesehatan di pembelajaran dua

55
posyandu lansia arah yang realistis
meningkat dari bersama pasien.
% menjadi 85%
2. Tuliskan tujuan
pembelajaran yang
jelas dan mudah
dinilai.

3. Sesuaikan instruksi
dengan tingkat
pendidikan dan
kemampuan
memahami pasien.

4. Buat isi pendidikan


kesehatan sesuai
dengan kemampuan
kognitif, psikomotor
dan afektif pasien.

56
5. Berikan informasi
sesuai dengan
tingkat
perkembangan
pasien.

6. Buat perbedaan
antara materi yang
penting untuk
diketahui dan materi
yang ingin
diketahui.

7. Sesuaikan informasi
dengan gaya hidup
dan rutinitas pasien.

8. Berikan informasi
yang konsisten

57
dengan kepercayaan
pasien.

9. Gunakan bahasa
yang umum
digunakan.

10. Berikan informasi


yang merangsang
perubahan perilaku
pasien.

11. Dorong pasien


untuk berpartisipasi
aktif.

12. ‘dorong pasien


untuk
mengungkapkan

58
pendapat dan
idenya.

59
D. Implementasi

Masalah Waktu/tempat Kegiatan Hasil

Perilaku kesehatan kunjungan rumah warga dengan a. Melakukan kunjungan o Warga bersedia untuk
cenderung resiko hipertensi untuk rumah pada warga dengan dilakukan kunjungan
beresiko melakukan kegiatan resiko hipertensi untuk rumah.
berhubungan penyuluhan. melakukan pemeriksaan
o Tidak semua warga
dengan kurang Tekanan Darah
04 – 09 Mei 2020 mampu mengetahui
pemahaman.
b. Mengkaji pemahaman warga pola makan yang
dengan resiko hipertensi benar
mengenai pola makan
o Pemahaman warga
c. Mengkaji tingkat tentang konsep
pemahaman warga dengan hipertensi tergolong
resiko hipertensi tentang cukup.
hipertensi
o Warga mendengarkan
penjelasan yang
60
diberikan dengan
penuh perhatian dan
d. Memberikan pemahaman
menyampaikan
kepada warga dengan resiko
keinginannya untuk
hipertensi tentang hipertensi
mulai merubah pola
dan cara – cara pencegahan
hidup.
hipertensi melalui media
leaflet. o Warga menerima
booklet yang berisi
tentang konsep
e. Memberikan buku pegangan hipertensi dan
kepada warga dengan resiko langkah – langkah
hipertensi yang berisi pencegahan
tentang konsep hipertensi , hipertensi
faktor resiko hipertensi dan
cara pencegahan penyakit
hipertensi.

61
E. Evaluasi

Peningkatan pengetahuan mengenai ahipertensi dan manajemen hipertensi


di harapkan mampu menjadi faktor perubahan sikap dan perilaku warga
dengan hipertensi.

62
BAB V

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal


jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis
kelamin, semua orang bisa terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala
sebelumnya. Hipertensi juga dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target
seperti otak, jantung,ginjal,aorta,pembulu darah perifer dan retina. Oleh karena itu,
negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu memperhatikan
pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit seperti
hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi
bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45
tahun ke atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah.
Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara
berkala,

B.SARAN

Semoga Asuhan Keperawatan Hipertensi ini bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat dijadikan bahan untuk menambah ilmu pengetahuan.

63
DAFTAR PUSTAKA

Efendi Ferry,Makhfudhi.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas.Salemba


Medika : Jakarta

Brunner& Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan medikal bedah,edisi 8 vol


3.Jakarta : EGC

https://www.academia.edu/7644970/ASUHAN-KEPERAWATAN-LANSIA

64

Anda mungkin juga menyukai