Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK HIPERTENSI

Penugasan Mata Kuliah Keperawatan Komunitas 2

Kelompok 1 Kelas SAP 2018


Nama anggota kelompok :

1. ENAH NURJANAH 185070209111017


2. ELLY SURYATI 185070209111041
3. CHANDRA MASLIKHA 185070209111032

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penderita hipertensi di seluruh dunia mencapai hampir 1 miliar, 2/3

dari jumlah tersebut merupakan penderita di negara berkembang (WHO,

2011). Hasil riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukkan prevalensi

teRWinggi penyakit tidak menular adalah hipertensi (34,1%). Gaya hidup

tidak sehat diyakini sebagai faktor penyebab semakin tingginya prevalensi

hipertensi. Duangtep, et al., (2010) menyatakan bahwa gaya hidup tidak

sehat seperti merokok, konsumsi makanan berlemak, kelebihan berat

badan, obesitas, kurang aktivitas fisik berpengaruh signifikan terhadap

kejadian hipertensi. Permasalahan lain yang muncul pada penderita

hipertensi adalah masih banyaknya penderita hipertensi yang belum

menerapkan pola makan atau diet hipertensi. Khan et al., (2014)

menyatakan ketidakpatuhan diet adalah masalah utama pada penderita

hipertensi, hampir 3/4 penderita hipertensi tidak mematuhi diet yang

direkomendasikan.

Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan

professional yang ditujukan kepada masyarakat denganh penekanan pada

kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang

optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan

menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan

melibatlkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi pelayanan keperawatan

1
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok hipertensi.

1.2.2 Tujuan Khusus


1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan
keperawatan komunitas pada kelompok hipertensi
2) Mahasiswa mampu melakukan analisa dan merumuskan
diagnose keperawatan komunitas pada kelompok hipertensi
3) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan asuhan
keperawatan komunitas pada kelompok hipertensi

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Komunitas


Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan
keperawatan professional yang ditujukan kepada masyarakat denganh
penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, dan melibatlkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan.

Model community as partner merupakan salah satu model


keperawatan komunitas yang berproses dalam komunitas sebagai mitra
atau partner dalam menangani masalah kesehatan, meningkatkan derajat
kesehatan dan pencegahan masalah keperawatan komunitas.
Community as paRWner merupakan salah satu model yang dapat
diterapkan untuk menurunkan stressor yang mencakup: keseimbangan
system, sebuah komunitas sehat, dan termasuk di dalamnya
pemeliharaan kesehatan komunitas seRWa promosi kesehatan
komunitas ( Anderson dan Mc Farlane, 2007 ).

Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu


roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian
komunitas terdiri: inti komunitas (the community core), subsistem
komunitas (the community subsystems), dan persepsi (perception).
Subsistem yang mengelilingi inti merupakan bagian dari pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat
yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan
masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan
kesehatannya ( Anderson dan Mc Farlane, 2007 ).

3
2.2 Konsep Hipertensi
2.2.1 Definisi

Terdapat beberapa definisi terkait hipertensi, secara garis besar

definisi hipertensi didasarkan pada tingginya kenaikan tekanan darah

sistolik-diastolik, penyebab dan sekumpulan gejala atau syndrome

yang ditimbulkan akibat peningkatan tekanan darah. Berdasarkan

penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu hipertensi primer

(essential hypertension) dan hipertensi sekunder (secondary

hypertension). Hipertensi primer atau hipertensi idiopatik adalah suatu

kondisi tekanan darah tinggi dimana tidak terdapat penyebab penyakit

sekunder seperti penyakit gagal ginjal, aldosteronisme,

pheochromocytoma atau penyebab hipertensi sekunder lainnya (Oscar

A. et al., 2000). Sementara itu Messerli, et al., (2007) Mendefinisikan

hipertensi primer sebagai suatu kondisi peningkatan tekanan darah

yang tidak diketahui penyebabnya dan dapat meningkatkan resiko

gangguan serebral, renal dan jantung. Sedangkan hipertensi sekunder

(secondary hypertension) adalah kebalikannya yaitu suatu kondisi

peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh adanya penyakit lain

seperti penyakit ginjal dan gangguan system hormone.

Menurut Giles, et al,. (2009) hipertensi atau tekanan darah tinggi

adalah suatu sindrom kardiovaskuler progresif yang ditimbulkan oleh

etiologi yang komplek dan saling terkait.

Sementara itu The Joint National Committee ke-7 (JNC-7)

mendefinisikan hipertensi berdasarkan klasifikasi peningkatan tekanan

darah sistolik dan diastolik yaitu prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan

hipertensi derajat 2.

4
Berdasarkan berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

hipertensi adalah suatu kondisi peningkatan tekanan darah sistolik dan

diastolic yang menyebabkan berbagai gejala atau sindrom

Kardiovaskuler.

2.2.2 Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi terus mengalami perubahan sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini berkaitan dengan upaya

pencegahan dan deteksi dini kondisi hipertensi mengingat penyakit ini

adalah penyakit yang pada awalnya tidak menimbulkan gejala

sehingga penanganannnya cenderung terlambat. Berikut adalah

klasifikasi hipertensi menurut berbagai sumber.

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi derajat 2 >160 atau >100

Sumber : High Blood Pressure Education Program; National HeaRW,


Lung and Blood Institute; National Institute of Health; The seventh
RepoRW of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of Hig Blood Pressure (2003)

2.2.3 Etiologi

2.2.3.1 Hipertensi primer (essential hypertension)

Penyebab hipertensi primer adalah idiopatik atau tidak

diketahui penyebabnya, tetapi terdapat beberapa faktor yang

dikaitkan dengan penyebab terjadinya peningkatan tekanan

5
darah. Menurut Oscar A. et al., (2000) faktor penyebab

hipertensi antara lain :

1. Usia

2. Genetik

3. Obesitas

4. Intake sodium yang tinggi

5. Konsumsi alcohol

6. Stress

7. Gaya hidup monoton atau kurang aktivitas fisik

8. Intake potassium dan kalsium yang kurang

2.1.1.1.3.2. Hipertensi Sekunder

Faktor penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit

lain yang secara patofisiologi meyebabkan peningkatan

tekanan darah, Menurut hasil penelitian Sinclair et al., (1987)

penyakit penyebab hipertensi sekunder diantaranya

renovascular desease, hiperaldosteronisme dan

cardiovascular desease. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Arramraju, (2017) yang menyebutkan bahwa

penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit renovascular

seperti arteriosclerosis, fibromuscular dysplacia dan

aortoarteritis nonspesifik. Penyakit renovascular lainnya yang

dapat menyebabkan hipertensi sekunder yaitu

glomerolunefritis, coarctation aoRWa dan renal artery stenosis

(Troy H,K, et al,. 2016).

6
2.2.4. Patofisiologi

Menurut Batool, et al., (2018) terjadinya tekanan darah tinggi

atau hipertensi 95% disebabkan oleh faktor yang bersifat genetic

atau lingkungan, sedangkan sisanya 5% disebabkan oleh penyakit

lain seperti penyakit cardiovascular dan disfungsi ginjal.

Mekanisme fisik yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan

darah diantaranya curah jantung (cardiac output) dan resistensi

tahanan perifer, system renin angiotensin-aldosteron (RAAS),

perubahan mikrovaskuler, inflamasi, dan sensitifitas insulin.

1. Curah jantung dan resistensi tahanan perifer

Curah jantung dan resistensi perifer, merupakan komponen

penting dalam memperkirakan tekanan sistolik dan diastolik.

Peningkatan resistensi perifer adalah salah satu kontributor

utama. ini disebabkan oleh penyempitan aRWeriol, yang

kemungkinan besar disebabkan oleh disfungsi jantung.

Terdapat faktor genetik dan lingkungan yang berkontribusi

dalam peningkatan curah jantung dan resistensi perifer. Curah

jantung memiliki peran utama dalam mengatur sirkulasi

serebral yang juga berengaruh terhadap tekanan darah. Pada

klien obesitas terjadi peningkatan curah jantung yang

disebabkan oleh peningkatan jumlah lemak dan volume

plasma

2. Sistem Renin-angiotensin dan aldosterone

Sistem Renin-Angiotensin dan Aldosteron (RAAS) mengatur

tekanan darah dengan berbagai mekanisme. Selain sebagai

mekanisme control tekanan darah RAAS juga dapat dijadikan

7
tolak ukur terjadinya peningkatan tekanan darah. Hipertensi

yang ditimbulkan akibat adanya gangguan pada system RAAS

berkaitan dengan faktor jenis kelamin dimana laki-laki lebih

beresiko daripada perempuan. Hasil studi menunjukkan bahwa

Brain-RAAS lebih aktif daripada RAS perifer. Hal ini menjadi

prekursor utama Angiotensin II yaitu suatu neuropeptida yang

berperan penting dalam memodulasi tekanan darah dan

reseptor RAAS AT1a, AT1b yang terletak di bagian otak .

Dibawah ini adalah gambar alur bagaimana system RAAS

berkaitan dengan hipertensi.

3. Perubahan mikrovaskuler

Berkurangnya kadar oksigen nitrat atau perubahan

metabolisme yang disebabkan oleh peningkatan radikal bebas

dapat menyebabkan hipertensi. Terjadi perubahan dimana

Lumen aRWeriol menjadi sangat kecil, sehingga perfusi darah

ke organ berkurang, hal ini mengakibatkan iskemia atau

8
pecahnya pembuluh darah yang dapat menyebabkan

kerusakan organ.

4. Inflamasi

Peradangan rekurensi pada vaskular dapat merangsang

prokreasi sel otot polos, sel endotel dan fibroblast. Mediator

inflamasi seperti sitokin, kemokin, dan PGE2 menimbulkan

reaksi penebalan pada pembuluh darah sehingga

meningkatkan tekanan pada pembuluh darah.

5. Sensitivitas insulin

Perubahan nutrisi dan relaksasi mikro vascular menyebabkan

fungsi metabolisme yang dimediasi insulin juga terganggu,

akibatnya pasokan glukosa yang tidak mencukupi pada

jaringan terjadi dan juga menyebabkan berkurangnya jumlah

oksida nitrat endotel. Kondisi ini sebagian besar terjadi pada

klien obesitas dan diabetes.

2.2.5. Manifestasi Klinik

Hipertensi disebut sebagai “silent killer” dikarenakan pada

tahap awal penyakit ini tidak menimbulkan tanda dan gejala yang

beraRWi sehingga banyak penderita hipertensi tidak menyadari

dirinya mengalami tekanan darah tinggi. Tanda dan gejala yang

biasanya muncul diantaranya sakit kepala di pagi hari, perdarahan

hidung (mimisan), detak jantung ireguler dan telinga terasa

berdengung. Gejala yang timbul pada hipertensi tahap lanjut bisa

berupa kelelahan, mual muntah, ansietas, nyeri dada dan tremor.

2.2.6. Penatalaksanaan

9
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari 5 point penting yaitu

target atau goal dari terapi, modifikasi gaya hidup, terapi

farmakologis, tekanan darah terkontrol, tindak lanjut dan

monitoring (The Seventh Report of the Joint National Committee

on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure, 2003).

1. Target atau goal dari terapi

Target utama dalam terapi hipertensi yaitu menurunkan

angka kematian dan kesakitan akibat penyakit kardiovaskuler

dan penyakit ginjal. Sebagian besar penderita hipertensi

terutama yang berusia > 50 tahun akan mencapai target

tekanan darah diastolic ketika target tekanan sistolik tercapai.

Target tekanan darah sistolik dan diastolic yaitu <140/90

mmHg hal ini dimaksudkan untuk menurunkan resiko

komplikasi cardiovascular desease (CVD). Pada penderita

hipertensi yang memiliki penyakit diabetes atau ginjal target

tekanan adarah sistolik dan diastolik adalah <130/80 mmHg.

2. Modifikasi gaya hidup

Penerapan modifikasi gaya hidup harus dilakukan

sebagai upaya pencegahan peningkatan tekanan darah dan

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen

pengobatan pada penderita hipertensi. Bentuk dari modifikasi

gaya hidup yaitu dengan cara menurunkan berat badan bagi

yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas,

pendekatan diet DASH (dietary approach to stop

hypertension), aktivitas fisik, diet rendah garam (natrium) dan

10
mengurangi konsumsi alkohol. Modifikasi gaya hidup dapat

menurunkan tekanan darah, meningkatkan efektifitas obat

antihipertensi dan mengurangi resiko komplikasi. Sebagai

contoh diet DASH yang hanya memiliki kandungan natrium

sebanyak 1.600 mg memiliki efek mirip dengan pemberian

satu dosis obat antihipertensi. Kombinasi dua (atau lebih)

modifikasi gaya hidup dapat mencapai hasil yang lebih baik

3. Terapi farmakologis

Jenis obat-obatan antihipertensi yang telah terbukti

klinis efektif menurunkan tekanan darah diantaranya

angiotensin conveRWing enzyme inhibitor (ACEI),

Penghambat reseptor angiotensin (ARB), Beta blocker (BB),

Calcium channels blockers (CCBs), dan untuk diuretic

menggunakan obat tipe thiazide.

4. Tekanan darah terkontrol

Kebanyakan penderita hipertensi membutuhkan 2 jenis

obat anti hipertensi untuk mencapai target tekanan adarah

sistolik dan diastolic. Tambahan obat kedua diberikan ketika

obat tunggal yang diberikan dalam dosis yang adekuat tidak

berhasil menurunkan tekanan darah sesuai target. Ketika

tekanan darah lebih dari 20/10 mmHg diatas target, pemberian

terapi menggunakan kombinasi dari 2 jenis obat antihipertensi.

5. Tindak lanjut dan monitoring

Penderita hipertensi yang telah diberikan pengobatan

harus kembali untuk dilakukan follow-up dan penyesuaian

dosis obat sampai target tekanan darah tercapai. Pada

penderita hipertensi derajat 2 yang memiliki penyakit penyerta

11
diperlukan follow aup dan monitoring lebih sering. Potasium

dan kreatinin serum harus dipantau setidaknya 1-2 kali / tahun.

Setelah target tekanan darah tercapai dan stabil follow up bisa

dilakukan dalam interval 3-6 bulan. Penderita hipertensi yang

memiliki penyakit penyerta seperti gagal jantung dan diabetes

memerlukan tes laboratorium yang lebih sehingga

mempengaruhi frekuensi kunjungan.

2.2.7 Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama penyakit CVD,

komplikasi yang ditimbulkan sangat kompleks akibat banyaknya

kerusakan organ yang ditimbulkan hingga dapat menyebabkan

kematian. Hasil penelitian literature review yang dilakukan oleh

Falase, et al., (2012) menyebutkan daftar penyakit akibat komplikasi

dari hipertensi sebagai berikut :

1. Hypertensive HeaRWh Desease (HHD) seperti disfungsi

ventrikel dan aritmia

2. Stroke

3. Gagal jantung

4. Gagal ginjal

5. Artery coronary desease

6. Retinopathy

Komplikasi diatas sejalan dengan hasil penelitian Lip,

Beevers, & Beevers, (1995) yang menyebutkan bahwa komplikasi

terberat dari hipertensi yang dapat menyebabkan kematian

diantaranya adalah gagal ginjal, stroke, infark miokard dan gagal

jantung.

12
13
BAB III

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK


HIPERTENSI

3.1 Tahap Pra Pengkajian


Persiapan dalam pelaksanaan pengkajian ini meliputi beberapa
tahapan sebagai berikut:

Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana


Persiapan 26 Maret Puskesmas x Mahasiswa
pelaksanaan 2019
Kunjungan ke Kel 26 Maret RW 012 Mahasiswa
x /RW 12 2019 dan 30
Maret 2019
Pembuatan draft Mahasiswa
pengkajian
Pengumpulan data 26 Maret RW 012 Mahasiswa
 kuosioner dan 2019 dan 30
winshield survey Maret 2019
 Wawancara
 Literature review

Sasaran asuhan keperawatan komunitas pada kelompok


hipertensi adalah Penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas x.
Populasi dalam komunitas ini adalah penderita hipertensi yang ada di RW
012 Kelurahan x. Metoda yang digunakan dalam pengumpulan data
antara lain penyebaran angket, wawancara, dan windshield survey. Data
kuantitatif diperoleh dari instrumen yang berisi kuisioner berdasarkan
komponen diagnosis dari model community as partner. Secara kualitatif
melalui wawancara dengan perorangan selaku sumber informasi dalam
keluarga, kader dan petugas kesehatan melalui serangkaian tanya jawab
(dialog) yang bersifat terbuka dan mendalam.

Data primer diperoleh langsung dari penderita hipertensi di RW


012 Kelurahan x. Data sekunder diperoleh dari puskesmas dan literatur.

14
Selanjutnya dibuat kesimpulan hasil analisis data sekunder tersebut.
Sampel dipilih dengan menggunakan teknik total sampling.

3.2 Data Pengkajian Komunitas pada kelompok hipertensi

3.2.1 Gambaran wilayah


RW 012 Kelurahan x sebelah utara berbatasan dengan
sungai, sebelah selatan berbatasan dengan RW 04, sebelah timur
berbatasan dengan RW 01 dan sebelah barat berbatasan dengan
RW 03.

RW 012 Kelurahan x terdiri dari 154 KK dengan jumlah


total penderita hipertensi sebanyak 115 orang.

3.2.2 Hasil pengkajian


1) Core (Data inti pengkajian)
 Sejarah
RW 012 Kelurahan x merupakan pemecahan dari RW 11
terbentuk sejak 5 tahun yang lalu. Komposisi penduduk
terdiri dari penduduk asli (malang) dan penduduk pendatang
sekitar 5% (madura, blitar dan daerah sekitar jawa timur).
Tidak pernah terjadi bencana alam di daerah tersebut.
Untuk penyakit hipertensi memang sejak dari dulu
merupakan penyakit yang paling banyak dikalangan
masyarakat terutama usia lanjut. Letak wilayah yang
merupakan perkotaan cenderung memiliki warung atau
tempat jajanan kuliner berbagai macam yang mempengaruhi
kebiasan makan warga.

15
 D
Jenis Kelamin a
t
Laki-Laki a
46% Perempua
n
54%

demografi
 Jenis kelamin

Gambar 2. 1. Karakteristik penderita hipetensi berdasarkan


Jenis Kelamin di RW 012 Kelurahan X

Berdasarkan gambar diatas, maka didapatkan data bahwa


dari 115 orang penderita hipertensi, jumlah laki-laki
sebanyak 54% dan perempuan sebanyak 46%.

 Data mengenai usia

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data bahwa


kelompok penderita hipertensi 38% berusia <45 tahun, 62%
usia > 45 tahun

 Tingkat pendidikan

Dari jumlah keseluruhan penderita hipertensi 66,76 %


Tamat SD dan SMP.

 Data vital statistic

Prevalensi penyakit paling tinggi di kelurahan x adalah


hipertensi sebesar 34 % dari jumlah penduduk >18 tahun.
Dari adat kunjungan Puskesmas didapatkan data kunjungan
penderita HT dari Kelurahan x hanya 20%.
 Suku budaya

16
Penderita Hipertensi di RW 012 Kelurahan x sebagian besar
adalah suku jawa.

3%
Suku
SUKU
JAWA
MANDARIN
LAIN-LAIN

97%

Gambar Karakteristik kelompok penderita hipertensi


berdasarkan Suku Budaya di RW 012 Kelurahan X.

Dari gambar di atas, menunujukkan bahwa sebagian


besar penderita hipertensi bersuku budaya jawa 97% dan
lain-lain 3%.

 Data nilai/value
Secara umum kelompok penderita hipertensi di RW 12
Kelurahan X mengartikan sakit sebagai keadaan yang
mengganggu aktivitas sehari-hari, sementara sehat diartikan
sebagai tidak adanya keluhan. Tidak ada kepercayaan atau
ritual khusus yang berkaitan dengan kesehatan. Mayoritas
penduduk beragama islam selain itu terdapat penduduk
yang beragama nasrani dan hindu.

17
AGAMA

14% 2%
ISLAM
KRISTEN
HINDU
BUDHA
KONGHUCU
LAIN-LAIN
84%

Gambar Karakteristik kelompok penderita hipertensi


berdasarkan agama di RW 012 Kelurahan X

Dari data diatas menunjukkan bahwa, kelompok


penderita hipertensi sebagian besar besar beragama islam
84%, kristen 14% dan hindu 2 %.

 Data Perilaku Kesehatan kelompok penderita hipertensi


Dari 115 penderita hipertensi didapatkan data 50%
penderita hipertensi memiliki kebiasaan minum kopi, 60%
penderita HT suka makan gorengan dan jerohan, 40%
penderita HT sering makan makanan asin, 90% penderita
HT menggunakan pengobatan medis tapi tidak rutin, 70%
penderita HT tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah
seara rutin, 55% penderita HT tidak suka olahraga

18
2) Subsystem
a. Subsistem Lingkungan Fisik

Elemen Deskripsi
Geografis Cuaca seperti halnya daerah yang beriklim
tropis terdapat musim kemarau dan musim
penghujan. Komunitas RW 012 Kelurahan X
termasuk kedalam wilayah perkotaan.
Kondisi pemukiman memiliki kontur jalan
naik turun. RW 012 Kelurahan X sebelah
utara berbatasan dengan sungai metro,
sebelah selatan berbatasan dengan RW 04,
sebelah timur berbatasan dengan RW 01
dan sebelah barat berbatasan dengan RW
03.

Perumahan Termasuk kawasan perumahan padat


penghuni. Sebagian besar bangunan
rumah di RW 012 adalah permanen. Jarak
antar rumah rapat, halaman setiap rumah
rata-rata tidak memiliki lahan terbuka hijau.
Sistem pencahayan dan ventilasi rata-rata
baik. Rata-rata luas rumah 30-60 M2, bahan
rumah tembok bata merah, atap genteng.

Kesehatan Tidak terdapat polusi udara karena cukup


lingkungan jauh dari jalan raya dan tidak ada pabrik
atau kawasan industri. Sampah dikelola
oleh petugas kesehatan yang datang setiap
2 hari sekali. Jenis tempat sampah warga
rata-rata tetutup. Air untuk kebutuhan
sehari-hari didapat dari sumur pompa dan
PDAM. Masih banyak warga yang
membuang limbah rumah tangga ke sungai.

Fasilitas Terdapat satu tempat ibadah (mushola) dan


umum satu pos keamanan lingkungan
(poskamling) namun kurang terawat.

19
Untuk fasilitas pendidikan, tempat
peRWemuan, dan pusat kegiatan ekonomi
dapat diakses warga dengan jarak yang
tidak terlalu jauh. Tidak ada fasilitas layanan
kesehatan terdekat bagi warga terutama
penderita hipertensi untuk memeriksakan
kesehatan. Tidak ada sarana
olahraga/lapangan untuk melakukan
aktifitas fisik. Untuk kegiatan rekreasi
biasanya warga menghabiskan waktu luang
ke alun-alun kota malang.

b. Pelayanan kesehatan dan sosial


 Pelayanan Kesehatan
Jarak dari komunitas RW 02 ke Puskesmas kurang lebih 5
km. Rata-rata penderita hipertensi memanfaatkan fasilitas
pelayanan dari puskesmas, praktik dokter dan rumah sakit.
Untuk pelayanan penyuluhan dari tenaga kesehatan masih
jarang didapatkan oleh penderita hipertensi di kelurahan x
 Pelayanan Sosial
Terdapat posyandu balita sementara untuk posyandu lansia
atau posbindu belum ada. Penyuluhan kesehatan pada
penderita hipertensi jarang sekali dilakukan.

20
WOC

66,76 % Tamat SD dan


SMP

penyuluhan kesehatan di
Tingkat pengetahuan Rendah
pada kelompok penderita HT
belum pernah dilakukan Usia penderita HT 38 % <45th
dan 62% >45 tahun

Terdapat Papan Informasi


Namun Jarang Digunakan Tidak ada layanan 50% penderita hipertensi memiliki
kesehatan masyarakat kebiasaan minum kopi
terdekat 60% penderita HT suka makan
Penyuluhan kesehatan tidak Tidak ada lapangan/fasilitas gorengan dan jerohan
menyeluruhdan kurangnya untuk melakukan kegiatan 40% penderita HT sering makan
kunjungan rumah pada keluarga olahraga makanan asin
dengan HT oleh petugas 90% penderita HT menggunakan
kesehatan pengobatan medis tapi tidak rutin
Defisien kesehatan komunitas 70%penderita HT tidak melakukan
pemeriksaan tekanan darah seara
70% tidak Melakukan rutin
Pememriksaan TD secara 55% penderita HT tidak suka
Rutin olahraga
Ketidak Efektifan Manajemen Kesehatan

21
3.3 Analisis Indikator dan Analisis Komunitas pada kelompok Hipertensi
No Data Indikator Kesimpulan Masalah
Keperawatan
1 Data primer : WHO tahun 2011 Perilaku kebiasaan Ketidak efektifan
 50% penderita menganjurkan minum kopi, makan manajemen
hipertensi pola konsumsi gorengan dan kesehatan
memiliki Natrium yang jeroan, makan
kebiasaan dapat mengurangi makanan asin dan
minum kopi resiko hipertensi tidak suka olahraga
 60% penderita yaitu tidak lebih yang tidak sesuai
HT suka makan dari 1 sdt (5-6 dengan indikator
gorengan dan gr/hr) WHO, beresiko
jerohan  3 kali seminggu, mengakibatkan
 40% penderita sehari maksimal hipertensi
HT sering 30 menit.
makan
makanan asin
 90% penderita
HT
menggunakan
pengobatan
medis tapi tidak
rutin
 70%penderita
HT tidak
melakukan
pemeriksaan
tekanan darah
seara rutin
 55% penderita
HT tidak suka
olahraga

Data sekunder :
 Kunjungan
penderita HT ke

22
Puskesmas
hanya 20 %
2 Data Primer :  Penderita Fasilitas lingkungan Defisien kesehatan
 Tidak ada hipertensi wajib yang tidak komunitas
layanan mendapatkan mendukung gaya
kesehatan penyuluhan hidup sehat,
masyarakat kesehatan Pemberian layanan
terdekat komprehensif kesehatan yang
 Tidak ada  Posbindu/posyan kurang dan akses
lapangan untuk du lansia minimal layanan kesehatan
melakukan 1 di setiap RW yang tidak memadai
kegiatan  Tata kelola (jauh)
olahraga perumahan/pemu
 penyuluhan kiman harus
kesehatan di memiliki fasilitas
pada kelompok umum untuk
penderita HT aktifitas
belum pernah fisik/olahraga
dilakukan

Data sekunder :
 Penyuluhan
kesehatan tidak
menyeluruhdan
kurangnya
kunjungan
rumah pada
keluarga
dengan HT oleh
petugas
kesehatan
puskesma

3.4 Prioritas Masalah


Penghitungan prioritas masalah dalam MMRW (simulasi kelompok)
Diagnosa Pentingnya Motivasi Peningkatan Rangking Jumlah

23
Keperawatan masalah masyarakat kualitas hidup masalah dari skor
untuk untukmenyelesaika masyarakat 1sampai 6
diselesaikan n masalah bila masalah 1 = paling
1 = rendah 0 = tidakada diselesaikan tidak penting
2 = sedang 1 = rendah 0 = tidakada 6 = yang
3 = tinggi 2 = sedang 1 = rendah paling
3 = tinggi 2 = sedang penting
3 = tinggi
Ketidakefektifan 3 1 3 5 12
Manajemen
Kesehatan

Defisien 2 2 2 4 10
kesehatan
komunitas

24
Rencana Intervensi Keperawatan Komunitas pada kelompok hipertensi
No Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
1. Ketidakefektifan 1. Prevensi primer 1. Prevensi primer
Manajemen Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas pada a. Pengajaran Proses Penyakit
Kesehatan kelompok hipertensi di kelurahan x dalam kurun waktu… , 1. Kaji tingkat pengetahuan
diharapkan: klien terkait dengan proses
NOC: penyakit hipertensi
a. Perilaku Patuh: Diet yang disarankan 2. Kenali pengetahuan klien
Indikator 1 2 3 4 5 mengenai kondisinya
Berpartisipasi dalam √ 3. Jelaskan tanda dan gejala
menetapkan tujuan diet yang yang umum dari penyakit,
dicapai sesuai kebutuhan
Dapat memilih makanan dan √
4. Jelaskan mengenai proses
cairan yang sesuai dengan diet
penyakit, sesuai kebutuhan
Menggunakan informasi gizi 
Edukasi klien mengenai
pada label untuk menentukan
tindakan untuk
pilihan
Menghindari makanan dan  mengontrol /meminimalkan
minuman yang tidak gejala, sesuai kebutuhan.
diperbolehkan dalam diet 2. Prevensi sekunder
Menghindari makanan dan  a. Manajemen Obat
cairan yang berinteraksi dengan 1. Tentukan obat apa yang
obat herbal diperlukan dan kelola
menurut resep dan atau

25
Indikator : protocol
1: Buruk 2. Tentukan kemampuan
2: Cukup baik klien untuk mengobati diri
3:Baik sendiri dengan cara yang
4:Sangat baik tepat
5:Sempurna 3. Monitor efektifitas cara
pemberian obat yang
b.Perilaku Patuh: Diet yang sehat sesuai
Indikator 1 2 3 4 5 4. Pantau kepatuhan
Menyusun target capaian diet  mengenai regimen obat
5. Kembangkan strategi
Menyeimbangakan intake kalori √
bersama klien untuk
dan kebutuhan kalori
meningkatkan kepatuhan
Memilih makanan sesuai 
mengenai regimen obat
dengan panduan nutrisi yang
yang diresepkan
direkomendasikan
Memilih makanan sesuai  6. Ajarkan klien mengenai
dengan rekomendasikan diet metode pemberian obat
untuk garam yang sesuai
Mendiskusikan makanan yang √ 3. Prevensi tersier
dapat berinteraksi dengan obat a. Konseling Nutrisi
herbal 1. Bina hubungan terapeutik
Indikator :
bedasarkan rasa percaya
1: Buruk
dan saling menghormati
2: Cukup baik
2. Tentukan lama konseling

26
3:Baik 3. Kaji asupan makanan dan
4:Sangat baik kebiasaan makan klien
5:Sempurna 4. Berikan informasi , sesuai
kebutuhan mengenai
2. Prevensi sekunder perlunya modifikasi diet bagi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas pada kesehatan pebatasan garam
kelompok hipertensi di kelurahan x dalam kurun waktu… , dan pengurangan kolesterol
diharapkan : 5. Diskusikan perilaku membeli
makanan
NOC: 7. Evaluasi kemajuan tujuan
a. Manajemen Hipertensi modifikasi diet dalam
Indikator 1 2 3 4 5 interval yang teratur
Memantau Tekanan darah  8. Sediakan konsultasi/
rujukan dengan anggota
Mempetahankan target 
kesehatan yang lain sesuai
tekanan darah
kebutuhan
Membatasi asupan garam 
b. Dukungan Kelompok
Membatasi konsumsi kafein √ 1. Kaji tingkatan dan
keseuaian sistem
Menggunakan buku harian 
pendukung yang telah ada
untuk memantau tekanan
2. Bentuk self help group
darah
Hubungi pelayanan kesehatan  (SHG)

bila tidak dalam rentang target 3. Tentukan tujuan dan fungsi


kelompok pendukung

27
Indikator : 4. Tentukan tempat yang tepat
1: Buruk bagi petemuan kelompok
2: Cukup baik 5. Ciptakan suasana yang
3:Baik menyenangkan
4:Sangat baik 6. Pilih anggota yang akan
5:Sempurna berpartisipasi dan
berkonstribusi aktif dalam
b. Pengetahuan Manajemen Hipertensi kegiatan kelompok
Indikator 1 2 3 4 5 7. Tentukan jadwala dan
1. Kisaran normal untuk  tempat petemuan rutin
tekanan darah sistolik 8. Dorong agar setiap peserta
2. Kisaran normal untuk 
dapat menyampaikan
tekanan darah diastolik
pikiran dan pengetahuannya
3.Target tekanan darah 
9. Dorong agar setiap peserta
4. Metode untuk mengukur  menyampaikan manfaat
tekanan darah yang diambil dari kelompok
ini
Indikator :
1: Buruk
2: Cukup baik
3:Baik
4:Sangat baik
5:Sempurna

28
3. Prevensi tersier
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok hipertensi di kelurahan x dalam kurun waktu… ,
diharapkan :
NOC:
a. Manajemen Diri: Hipertensi
Indikator 1 2 3 4 5
1. Menggunakan kelompok 
pendukung
2. Menggunakan sumber- 
sumber komunitas yang ada
3. Menggunakan dukungan 
sosial

Indikator :
1: Buruk
2: Cukup baik
3:Baik
4:Sangat baik
5:Sempurna

b. Pengetahuan : Manajemen Hipertensi


Indikator 1 2 3 4 5
1. Manfaat pengobatan jangka 
panjang

29
2. Tanda dan gejala 
eksaserbasi hipertensi
3. Pentingnya mematuhi 
pengobatan
4. Manfaat modifikasi gaya 
hidup
5. Manfaat olahraga teratur 

6. Tahu kapan untuk √


mendapatkan bantuan dari
seorang profesional
kesehatan
Indikator :
1: Buruk
2: Cukup baik
3:Baik
4:Sangat baik
5:Sempurna

30
a) Plain of Action (PoA)
Diagnosis Kegiatan Tujuan Waktu Jumlah Sasaran Tempat PJ

Ketidakefektifan 1. Penddikan Meningkatkan Senin, 29 20 orang Penderita Rumah


Manajemen Kesehatan Kesehatan : Penyuluhan pengetahuan April 2019 hipertensi warga
Tentang tatalaksana warga tentang
hipertensi, diet hipertensi tatalaksana
dan pengobatan hipertensi, diet
hipertensi hipertensi dan
pengobatan
hipertensi

Wadah berbagi Senin, 9 Penderita


2. Pembentukan self dan untuk saling mei 2019 hipertensi
help group (SHG) memotivasi
sesame penderita
HT dalam
melakukan
managemen
penyakit

Mengevaluasi Senin, 17
3. Monitoring SHG keberlangsungan mei 2019
SHG sebagai

31
upaya perbaikan
dan peningkatan
support bagi
penderita HT
Defisien kesehatan
komunitas

32
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asuhan Keperawatan Komunitas pada kelompok hipertensi adalah pelayanan
keperawatan professional yang bertujuan untuk pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan komplikasi dan peningkatan kesehatan, dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatlkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan. Asuhan keperawatan komunitas dibangun berdasarkan kerangka
efektif dan efisiensi yang meibatkan semua unsur yang terdapat di masyarakat,
individu, keluarga dan kelompok khusus/peduli masyarakat.

Tahapan proses keperawatan komunitas pada kelompok hipertensi dimulai


dari (1) persiapan, (2) pengkajian dengan wawancara, kuesioner dan observasi, (3)
analisa data hasil pengkajian, (3) perumusan diagnosa dan prioritas diagnosa,
(4)perencanaan intervensi keperawatan keluarga, (5) implementasi (6) evaluasi.

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di RW 012 Kelurahan X,


menunjukkan bahwa terdapat dua masalah keperawatan yang muncul pada
kelompok hipertensi yaitu dalam hal perilaku kebiasaan minum kopi, makan
gorengan dan jeroan, makan makanan asin dan tidak suka olahraga dan banyaknya
usia dewasa yang terdiagnosa hipertensi namun tidak melakukan pemeriksaan dan
pengobatan secara rutin. Sementara untuk fasilitas kesehatan yang kurang
memadai, lingkungan yang belum mendukung untuk kegiatan olahraga, dan masih
kurangnya pemberian layanan penyuluhan kesehatan merupakan sebab terjadinya
maslah keperawatan defisien kesehatan komunitas.
Perumusan diagnosa dan prioritas diagnosa yang dilakukan di RW 012
didapatkan bahwa prioritas diagnosa keperawatan komunitas yaitu ketidakefektifan
manajemen kesehatan. Dalam membuat rencana implementasi terdiri dari preventif
primer, preventif sekunder dan preventif tersier.

33
4.2 Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh diharapkan kelompok penderita hipertensi
mempunyai motivasi untuk lebih memperbaiki perilaku yang beresiko mengakibatkan
komplikasi atau masalah kesehatan yang lebih berat. Selain itu diharapkan pemberi
layanan dalam hal ini puskesmas dan petugas kesehatan dapat mengoptimalkan
akses dan layanan kesehatan bagi penderita hipertensi dikelurahan x.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ni Made Riasmini. 2017. Panduan Asuhan Keperawatan Komunitas. JakaRWa: Penerbit


Universitas Indonesia (UI-Press).

Herdman, T. Heather. 2018. NANDA-I Diagnosa Keperawatan. JakaRWa: EGC.


Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Intervention Classification (NIC). (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Eds.) (6th ed.).
Oxford: ELSEVIER.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Eds.) (5th ed.). Oxford:
ELSEVIER.
Arramraju, S. K. (2017). Secondary Causes of Hypertension : Illustrative Cases. 20–22.
Batool, A., Sultana, M., Gilani, P., & Javed, T. (2018). International Journal of Pharma
Sciences and Scientific Research Risk Factors , Pathophysiology and Management of
Hypertension. 4(5), 49–61.
Duangtep, Y., Narksawat, K., Chongsuwat, R., & Rojanavipart, P. (2010). Association
between an unhealthy lifestyle and other factors with hypertension among hill tribe
populations of Mae Fah Luang district, Chiang Rai Province, Thailand. Southeast Asian
Journal of Tropical Medicine and Public Health, 41(3), 726–734.
Falase, A. O., Stewart, S., & Sliwa, K. (2012). Blood pressure, prevalence of hypertension
and hypertension related complications in Nigerian Africans: A review. 4(12), 327–340.
https://doi.org/10.4330/wjc.v4.i12.327
Khan, M. S., Bawany, F. I., Mirza, A., Hussain, M., Khan, A., & Lashari, M. N. (2014).
Frequency and predictors of non-compliance to dietary recommendations among
hypertensive patients. Journal of Community Health, 39(4), 732–736.
https://doi.org/10.1007/s10900-014-9819-9
Lip, G. Y., Beevers, M., & Beevers, D. G. (1995). Complications and survival of 315 patients
with malignant-phase hypertension. Journal of Hypertension, 13(8), 915—924.
Retrieved from http://europepmc.org/abstract/MED/8557970
Messerli, F. H., Williams, B., & Ritz, E. (2007). Essential hypertension. The Lancet,
370(9587), 591–603. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(07)61299-9
Oscar A. Carretero, MD; Suzanne Oparil, M. (2000). Essential Hypertension Part I: Definition
and Etiology. Clinical Cardiology: New Frontiers, 329–335.
Sinclair, A. M., Isles, C. G., Brown, I., Cameron, H., Murray, G. D., & Robertson, J. W. K.

35
(1987). Secondary Hypertension in a Blood Pressure Clinic. Archives of Internal
Medicine, 147(7), 1289–1293. https://doi.org/10.1001/archinte.1987.00370070103015
The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure. (2003). https://doi.org/03-5233
Troy Hai Kiat Puar, Yingjuan Mok, Roy Debajyoti, Joan Khoo, Choon How How, A. K. H. N.
(2016). Secondary hypertension in adults. 57(5), 228–231.
https://doi.org/10.11622/smedj.2016087

36

Anda mungkin juga menyukai