Diajukan dalam memeneuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan keluarga
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 2
2019
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN THYPUS
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Demam Thypoid merupakan suatu penyakit infeksi akut yang
ditandai dengan demam yang tinggi sampai minggu pertama yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi ( Nanda, 2015 ).
Demam Thyfoid atau thypus abdominalis merupakan penyakit
infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi pada saluran
pencernaan (Zulkoni, 2011).
Infeksi bakteri yang terjadi di selaput lendir usus disebut dengan
Thypus Abdominalis dan jika tidak diobati secara progresif dapat
menyerang jaringan di seluruh tubuh.
Demam Thypoid pada masyarakat biasa disebut dengan Thypus yang
ditandai dengan gejala demam lebih dari 7 hari dan adanya infeksi akut
pada saluran pencernaan oleh Salmonella Typhi.
2. Epidemiologi
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2009, demam typhoid
menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di
rumah sakit tahun 2009 yaitu sebanyak 80.850 kasus, yang meninggal
1.747 orang. Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun
2010 demam typhoid juga menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit
terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak
41.081 kasus, yang meninggal 274 orang (Kemenkes RI, 2010).
3. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala klinik tifus abdominalis disebut dengan sindrom tifus
abdominalis. Beberapa gejala klinis yang sering pada tifus abdominalis
diantaranya adalah (Kemenkes RI No. 364, 2006) :
a. Demam
b. Gangguan saluran pencernaan
c. Gangguan Kesadaran
d. Hepatosplenomegali
e. Bradikardia relative dan gejala lain
4. Faktor Resiko
Menurut Kepmenkes RI dalam Manotar Sinaga (2015) yang
dilakukan oleh terdapat faktor resiko terjadinya thypus adalah sebagai
berikut :
a. Mencuci Tangan
b. Higiene makanan dan minuman
c. Penyediaan air bersih
d. Penyediaan jamban keluarga
e. Sarana pembuangan air limbah
f. Sarana pembuangan sampah/tempat sampah
B. Kasus Pemicu
Seorang perawat melakukan kunjungan followup terhadap keluarga Tn. G.
telah mendapatkan perawatan di rumah sakit dikarenakan anak pertamanya
sakit thypus. Hasil pengkajian didapatkan bahwa Tn. G. tinggal bersama
istrinya Ny. G usia 34 tahuan dan anaknya An. R. berusia 10 tahun dan An. P.
usia 4 tahun. Keluarga Tn. G memiliki kebiasaan makan di luar rumah dan
sangat jarang masak sendiri. Anaknya pun dibiarkan jajan dimana saja.
Belum ada kebiasaan keluarga mencuci tangan menggunakan sabun ketika
mau makan.
C. Data Fokus
1. Tahap perkembangan keluarga Tn. G dengan anak usia sekolah
2. Tipe keluarga Tn. G adalah Nuclear family (keluarga Inti), yaitu keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
3. Fungsi kesehatan yang belum terpenuhi adalah ketidakmampuan
keluarga merawat orang sakit yang dibuktikan dengan sakitnya an. P
4. Tugas perkembangan yang sudah terpenuhi adalah Pembagian masing-
masing anggota sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
DO :
An. R dibiarkan
jajan dimana saja.
Belum ada
kebiasaan
keluarga mencuci
tangan
menggunakan
sabun ketika mau
makan.
D. Diagnosa Keperawatan (SIKI, 2018)
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
1. Definisi
2. Penyebab
Kesulitan ekonomi
Banyak tuntutan
Konflik keluarga
Subjektif :
Objektif :
PPOK
Sklerosis multipel
Arthritis rheumatoid
Nyeri kronis
Penyalahgunaan zat
E. Intervensi Keperawatan
1. Fokus
a. Intervensi Utama
Dukungan pengambilan keputusan
Dukungan tanggungjawab pada diri sendiri
Edukasi kesehatan
b. Intervensi Pendukung
Bimbingan antisipatif
Dukungan keluarga merencanakan perawatan
Dukungan perawatan diri
Edukasi pengurangan resiko
Edukasi penyakit
Edukasi perilaku mencari kesehatan
Edukasi program pengobatan
Kontrak perilaku positif
Promosi kesiapan penerimaan informasi
Promosi koping
Promosi sistem pendukung rujukan
Promosi perilaku upaya kesehatan
2. Komplementer
a. Ekstraksi Cacing Tanah
Pada penelitian yang dilakukan oleh Soedjoto (2012) bakteri
Salmonella typhi dapat mati dengan ekstrak cacing tanah. cacing
tanah mempunyai daya bunuh terhadap pertumbuhan bakteri karena
mengandung kadar protein sangat tinggi, enzim, Collagenase enzyme,
Fibrionolycin enzyme, dan Prottibinolycin dan segolongan seyawa
alkaloid yang mengandung atom nitrogen yang bersifat
bakteriostatik. Sifat bakteriostatik kandungan kimiawi cacing tanah
bekerja mampu membunuh mikroorganisme dengan cara
menghambat enzim spesifik yang dibutuhkan untuk membantu
menyusun dinding sel bakteri (Sapto 2011).
Telah kita ketahui bahwa cacing tanah (Lumbricus rubellus)
banyak mengandung enzim peroksidase, katalase, ligase, dan selulase.
Pemanfaatan cacing tanah untuk antipiretik lebih aman karena
komponen kimia cacing diketahui, senyawa aktif sebagai antipiretik
dari ekstrak cacing tanah adalah golongan senyawa alkaloid yang
mengandung atom nitrogen dan bersifat basa (pH lebih dari 7). Jadi
bisa bekerja dari dua sisi yaitu, membunuh
bakteri dan menurunkan demam
Nurbadriyah Wiwit Dwi, Dkk. 2016. Pendekatan Calgary Family Intervention Model
(CFIM) Tentangpencegahan Food Borne Disease Dan Self Care Agency Anak.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen Malang
Achwandi, Dkk. 2014. Efektifitas Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum)
Terhadap Kadar Hambat Minimum Dan Kadar Bunuh Minimum Bakteri
Salmonella Typhi. Stikes Bina Sehat Ppni Mojokerto