Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas (community) merupakan sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan
nilai (value), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas
geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun, 2005).
American Nurses Associatio (ANA) mendefinisikan keperawatan kesehatan komunitas
atau keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis praktik keperawatan klinis dan
kesehatan masyarakt yang bersifat komprehensif, holistic dan berlangsung secara terus
menerus, diaplikasikan untuk memelihara dan meninkatkan kesehatan populasi dengan focus
praktek pada upaya promotif dan prefentif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitative serta
ditujukan pada masyarakat secara keseluruhan baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat (IPKKI, 2017).
Proses asuhan keperawatan merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistematik, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok, serta masyarakat melalui langkah-langkah
seperti pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi serta evaluasi keperawatan. Masalah
yang timbul dimasyarakat akan diselesaikan melalui proses keperawatan.
Adapun masalah kesehatan komunitas di RT 01 RW 01 Kelurahan Kurao Pagang Kota
padang pada umumnya berhubungan dengan rendahnya pengetahuan masyarkat tentang
penyakit, kurangnya menjaga kebersihan lingkungan, banyaknya masyarkat yang menderita
hiperteni dan masih banyak lagi masalah yang terdapat dikomunitas tersebut.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka jelaslah perlu dilakukan suatu proses keperawatan
komunitas. Perawat sebagai salah satu bagian dari tenaga kesehatan yang mempunyai peran
yang penting dalam mengatasi masalah-masalah yang terdapat dalam komunitas tersebut.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan komunitas
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan komunitas
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan komunitas
c. Mahasiswa mampu membuat perencanaan keperawatan komunitas
d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana yang telah dibuat
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhankeperawatan komunitas yang
telah dilakukan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Komunitas dan Keperawatan Komunitas


1. Pengertian Komunitas
Komunitas adalah komponen penting dari pengalaman manusia sebagai bagian dari
pengalaman yang saling terkait dengan keluarga, rumah, serta berbagai ragam budaya
dan agama (Ervin (2002) dalam IPKKI, 2017).
Sumujatum dalam widyanto (2014) mendefinisikan komunitas sebagai sekelompok
masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (value), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga. Sementara koziet dalam widyanto (2014) mengatakan bahwa
komunitas adalah sekumpulan orang tempat mereka dapat berbagi atribut dalam
kehidupannya. Dapat disebabkan karena mereka tinggal di satu lokasi atau adanya
kesamaan minat. Komunitas juga dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang
tinggal pada wilayah tertentu, memiliki nilai nilai keyakinan dan minat yang relative
sama, serta berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Komunitas juga
merupakan suatu sistem sosial yang setiap anggotanya baik formal maupun informal
saling berinteraksi dan bekerja sama untuk suatu keuntungan seluruh anggotanya.

2. Pengertian Keperawatan Komunitas


Definisi klasik dari C.E Winslow tentang kesehatan komunitas adalah sebagai
berikut: kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni dalam (1) mencegah penyakit (2)
memperpanjang kehidupan dan (3) promosi kesehatan serta pengorganisasi komunitas
yang efisien guna menunjang sanitasi lingkungan, kontrol infeksi penyakit menular,
pendidikan individu dalam kebersihan perorangan (higiene personal), pengorganisasian
pelayanan medis dan keperawatan untuk diagnosis dini dan pencegahan penyakit.
Pengembangan jaminan sosial agar setiap orang dapat hidup sesuai dengan standar guna
menjaga kesehatannya (Sumijatun, 2005).

3
Kunci keberhasilan dalam tugas perawat komunitas adalah “pengorganisasian
dukungan masyarakat”, seperti penggerakan pada kantor-kantor pemerintahan, yang
antara lain adalah departemen kesehatan dengan program kesehatan masyarakatnya.
Kesehatan masyarakatnya merupakan realisasi dari dukungan pemerintah maupun swata
termasuk dalam pendanaannya (Sumijatun, 2005).

B. Model Keperawatan Komunitas


Model community as partnert. Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam
pengkajian komunitas; analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang
terdiri dari tiga tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program
evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Fokus pada model ini komunitas sebagai
partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan. Neuman memandang
klien sebagai sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi
yang dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang
dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible
lineof defense, normal line of defense, dan resistance defense.

4
Agregat klien dalam model community as partner ini meliputi intrasistem dan
ekstrasistim. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki satu atau
lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat ekstrasistem meliputi delapan
subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik
dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie,
1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999;
Stanhope & Lancaster, 2004; Allender & Spradley, 2005). Delapan subsistem dipisahkan
dengan garis putus-putus artinya sistem satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi.
Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan mekanisme internal untuk
bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab
terhadap kesehatan anak-anak adalah contoh dari line of resistance.
Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan model
community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas
dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu
inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Community as partner model adalah panduan dalam melakukan pengkajian
komunitas, analisa dan diagnosa, perencanaan, implementasi komunitas yang meliputi
pencegahan primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi. Tiga level pencegahan
ditujukan untuk melindungi agregat balita dengan memperkuat garis pertahanan dan
ketahanan. Promosi kesehatan Tannahill Model memiliki 3 (tiga) komponen utama yaitu
health education, health protective, dan health prevention dengan 7 (tujuh) domain yaitu
preventive, preventive health education, preventivehealth protective, protective health
education, health education, health protection,health protective health education.
Aplikasi penerapan Community as Partner Model dan Tannahill Model dalam
melakukan asuhan keperawatan komunitas pada agregat balita sulit makan meliputi
pengkajian pada core dan 8 (delapan) subsistem (lingkungan fisik, pelayanan kesehatan
dan sosial, pemerintah dan politik, keselamatan dan transportasi, ekonomi, pendidikan,
komunikasi, dan rekreasi), serta upaya promosi yang telah dilakukan terkait dengan

5
upaya pendidikan, pencegahan, dan perlindungan; diagnosa, intervensi, implementasi,
dan evaluasi.
Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari Neuman (1972) untuk
melihat masalah pasien, model komunitas sebagai klien dikembangkan oleh penulis
untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis
kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi
model komunitas sebagai mitra / community as partner , untuk menekankan filosofi
pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya (Andreson, 2000).
Dalam model komunitas sebagai mitra ini, ada dua faktor sentral: pertama, fokus
pada komunitas di bagian atas, dengan menyatukan anggota masyarakat sebagai intinya,
dan kedua, penerapan proses, model ini dijelaskan secara rinci untuk membantu anda
memahami setiap bagiannya, agar anda dapat menggunakannya sebagai pedoman praktik
di komunitas (Andreson, 2000).
Inti roda pengkajian adalah individu yang membentuk komunitas. Inti meliputi
demografi, nilai, keyakinan, dan sejarah penduduk setempat. Se4bagai anggota
masyarakat, pendduduk setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem komunitas dan
sebaliknya. Delapan subsistem ini terdiri atas lingkungan, pendidikan, keamanan dan
transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi,
ekonomi, dan rekreasi (Andreson, 2000).
Garis tebal yang mengelilingi komunitas menunjukkan garis pertahan normal, atau
tingkat kesehatan komunitas yang dicapai setiap saat. Garis pertahanan normal
meliputiberbagai ciri misalnya angka imunitas yang tinggi, moralitas bayi yang rendah,
atau tingkat pendapatan kelas menengah. Garis pertahanan normal juga mencakup pola
koping, disertai kemampuan menyelesaikan masalah ; ini menunjukkan keadaan sehat
dari komunitas.
Garis pertahanan fleksibel, digambarkan dengan garis putus – putus yang
mengelilingi komunitas dan garis pertahanan normal. Garis ini merupakan “buffer zone”
(area penengah) yang menunjukkan suatu tingkat kesehatan dinamis akibat respons
sementara terhadap stressor. Respon ini mungkin saja terjadi karna adanya mobilisasi
anggota masyarakat sekitar karena stressor lingkungan, seperti banjir atau stressor sosial
seperti penjualan buku porno.

6
Kedelapan subsistem dibatasi dengan garis putus-putus untuk mengingatkan bahwa
subsistem tersebut tidak terpisah, tetapi saling mempengaruhi. Kedelapan bagian tersebut
menjelaskan garis besar subsistem suatu komunitas dan memberikan gambaran kerangka
kerja bagi perawata kesehatan komunitas dalam pengkajian.
Di dalam komunitas, terdapat garis- garis resistensi, mekanisme internal yang
melakukan perlawanan trehadap stressor. Program rekreasi malam untuk anak-anak muda
dilakukan untuk mengurangi “vandalism” (perbuatan yang merusak) dan kebebasan
berbuat, dan diagnosis serta pengobatan penyakit menular seksual secara gratis adalah
merupakan contoh garis resistensi. Garis resistensi ada pada setiap subsistem dan
menunjukkan kekuatan komunitas.
Stressor merupakan tekanan rangsangan yang menghasilkan ketegangan yang
potensial menyebabkan ketidakseimbangan dalam sistem. Stressor tersebut dapat
berasaldari luar komunitas (misalnya polusi udara dari industri terdekat) atau dari dalam
komunitas (misalnya, penutupan suatu klinik). Stressor memasuki garis pertahanan
normal maupun flesibel sehingga menimbulkan gangguan dalam komunitas. Pelayanan
yang tidak mencukupi, tidak terjangkau atau mahal merupakan stressor terhadap
kesehatan komunitas.
Derajat reaksi merupakan jumlah ketidakseimbangan atau gangguan akibat stressor
yang mengganggu garis pertahanan komunitas. Derajat reaksi dapat dilihat dari angka
kematian dan kesakitan, pengangguran, statistika kriminalitas, dan lain-lain. Stressor dan
derajat reaksi menjadi bagian dari diagnosis keperwatan. Misalnya, masalah dapat berupa
peningkatan kejadian penyakit pernapasan (derajat reaksi) sehubungan dengan polusi
udara.

7
C. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Pengkajian komunitas dilakukan dengan
mengaplikasikan beberapa teori dan konsep model keperawatan yang relevan. Informasi
atau data ini dapat diperoleh secara langsung atau tidak langsung di komunitas (IPKKI,
2017)
a. Jenis Data Komunitas
Dalam pengkajian komunitas ada beberapa data yang perlu dikumpulkan meliputi
data:
1) Data inti komunitas
Data inti komunitas yang dikaji terdiri dari: 1) sejarah/riwayat (riwayat daerah
ini, perubahan daerah ini); 2) demografi (usia, karakteristik jenis kelamin,
distribusi ras dan distribusi etnis); 3) tipe keluarga (keluarga/bukan keluarga); 4)
status perkawinan (kawin, janda/duda, single); 5) statistic vital (kelahiran,
kematian kelompok usia dan penyebab kematian); 6) nilai-nilai keyakinan, dan
agama.

2) Data subsistem komunitas


Data subsistem ysng perlu dikumpulkan dalam pnegkajian komunitas meliputi :
a) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik : kualitas air, pembuangan limbah, kualitas udara, flora,
ruang terbuka, perumahan, daerah hijau, musim, binatang, kualitas makanan
dan akses.

b) Pelayannan kesehatan dan sosial


Pelayanan kesehatan dan sosial perlu dikaji dikomunitas: puskesmas, klinik,
rumahsakit, pengobatan tradisional, agen pelayanan kesehatan dirumah,
pusat emergensi, rumah perawatan, fasilitas pelayanan sosial, pelayanan
kesehatan mental, apakah ada yang mengalami sakit akut atau kronis.

8
c) Ekonomi
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan ekonomi meliputi karakteristik
keuangan keluarga dan individu, status pekerja, kategori pekerjaan dan
jumlah penduduk yang tidak bekerja, lokasi industry, pasar dan pusat bisnis.

d) Transportasi dan keamanan


Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan transportasi dan keamanan
meliputi : alat transportasi penduduk dating dan keluar wil;ayah, transportasi
umum (bus, taksi, angkot, dll.) dan transportasi privat (sumber transportasi,
transportasi untuk penyandang cacat). Layanan perlindungan kebakaran,
polisi, sanitasi dan kualitas udara.

e) Politik dan pemerintahan


Data yang perlu dikumpulkan meliputi : pemerintahan (RT, RW,
desa/kelurahan, kecamatan, dsb); kelompok pelayanan masyarakat
(posyandu, pkk, karang taruna, pos bindu, poskesedes, panti, dll); Politik
(kegiatan politik yang ada di wilayah tersebut, dan peran peserta paertai
politik dalam pelayanan kesehatan).

f) Komunikasi
Data yang dikumpulkan terkait dengan komunikasi daspat dikelmpokkan
menjadi dua yaitu: 1) komuikasi formal meliputi surat kabar, radio, televisi,
telepon, internet, dan hotline; 2) Komunikasi informal meliputi papan
pengumuman, poster, brosur, pengeras suara dari mesjid, dll.

g) Pendidikan
Data terkait dengan pendidikan meliputi sekolah yang ada dalam komunitas,
tipe pendidikan, perpustakaan, pendidikan khusus, pelayanan kesehatan
disekolah, program makan siang disekolah, akses pendidikan yang lebih
tinggi.

9
h) Rekreasi
Data terkait dengan rekreasi yang perlu dikumpulkan meliputi: taman, area
bermain, perpustakaan, rekreasi umum dan privat, fasilistas kusus.

3) Data persepsi
Data persepsi yang dikaji meliputi:
a) Persepsi masyarakat
Persepsi masyarakat yang dikaji terkait tempat tinggal yaitu bagaiman
perasaan masyarakat tentang kehidupan bermasyarakat yang dirasakan di
lingkungan tempat tinggal mereka, apa yang menjadi kekuatan mereka,
permasalahan, tanyakan pada masyarakat dalam kelompok yang berbeda
(misalnya, lansia, remaja, pekerja, professional, ibu rumah tangga, dll).

b) Persepsi perawat
Persepsi perawat berupa pernyataan umum tentang kondisi kesehatan dari
masyarakat apa yang menjadi kekuatan, apa masalahnya atau potensial
masalah yang dapat diidentifikasi.

Sumber data pada data primer berasal dari masyarakat langsung yang didapat
dengan cara: 1) survey epidemiologi; 2) pengamatan epidemiologi; 3)dan skrining
kesehatan. Sedangkan pada data sekunder, data didapatkan dari data yang sudah
ada sebelumnya. Sumber data sekunder didapatkan dari:

1) Sarana pelayanan kesehatan, misalnya rumah sakit, puskemas, atau balai


pengobatan.
2) Instansi yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya kemnetrian
kesehatan, dinas kesehatan atau biro pusat statistic.

10
2. Diagnose Keperawatan
Daignosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang actual
maupun potensial. Masalah actual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajia,
sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Dengan
demikian diagnose keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti
tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan.

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan yang disusun dalam keperawatan kesehatan komunitas berorientasi pada
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan manajemen
krisis. Dalam menyususn perencanaan keperawatan kesehatan komunitas melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menetapkan prioritas
Penetapan prioritas masalah perlu melibatkan masyarakat/komunitas dalam suatu
pertemuan musyawarah masyarakat. Masyarakat/komunitas akan memprioritaskan
masalah yang ada dengan bimbingan atau arahan perawat kesehatan komunitas.
Perawat dalam menentukan prioritas menyeleaikan masalah memperhatikan enam
kriteria yaitu: 1) kesadaran masyarakat akan masalah; 2) motivasi masyarakat untuk
menyelesaikan masalah; 3) kemampuan perawat dalam memengaruhi penyelesaian
masalah; 4) ketersediaan ahli/pihak terkait terhadap solusi masalah; 5) beratnya
konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan; 6) mempercepat penyelesaian masalah
dengan resolusi yang dapat dicapai.

b. Menetapkan sasaran (Goal)


Setelah menetapkan prioritas masalah kesehatan, langkah selanjutnya adalah
menetapkan sasaran. Sasaran merupakan hasil yang diharpkan. Dalam pelayanan
kesehatan sasaran adalah pernyataan situasi kedepan, kondisi atau status jangka
panjang dan belum bisa diukur. Berikut ini adalah contoh dari penulisan sasaran:
1) Meningkakan cakupan imunisasi pada bayi
2) Memperbaiki komunikasi antara orang tua dan guru

11
3) Meninkatkan proporsi individu yang memiliki tekanan darah
4) Menurunkan kejadian penyakit kardiovaskuler

c. Menetapkan tujuan (objective)


Tujuan adalah pernyataan hasil yang diharapkan dan dapat diukur, dibatasi waktu
berorientasi pada kegiatan. Berikut ini merupakan karakteristik dalam penulisan
tujuan; 1) menggunakan kata kerja; 2) menggambarkan tingkah laku akhir, kualitas
penampilan, bagaiman penampilan diukir; 3) berhubungan dengan sasaran (goal); 4)
adanya batasan waktu. Penulisan tujuan mengacu pada NOC.

d. Menetapkan rencana intervensi


Dalam menetapkan rencana intervensi keperawatan kesehatan komunitas, maka
harus mencakup: 1) hal apa yang akan dilakukan; 2) waktu atau kapan
melakukannya; 3) jumlah; 4) target atau siapa yang menjadi sasaran; 5) tempat atau
lokasi. Hal yang perlu diperhatikan saat menetapkan rencana intervensi meliputi: 1)
programpemerintah terkait dengan masalah kesehatan yag ada; 2) kondisi atau situasi
yang ada; 3) sumberdaya yang ada di dalam dan di luar komunitas yang dapat
dimanfaatkan; 4) program yang lalu yang pernah dijalankan; 5) menekankan pada
perberdayaan masyarakat; 6) penggunaan teknologi tepat guna; 7) mengedepankan
upaya promotif dan prefentif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabiliatif.
Penyusunan rencana keperawatan komunitas menggunakan integrasi mengacu pada
NIC.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap kegiatan selanjutnya setelah perencanaan kegiatan
keperawtan komunitas dalam proses keperawatan komunitas. Fokus pada tahap
implementasi adalah bagaimana mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Hal yang sangat penting dalam implemetasi keperawatan kesehatan
komunitas adalah melakukan berbagai tindakan yang berupa promosi kesehatan,
memelihara kesehatan/mengatakan kondisi tidak sehat, mencegah penyakit dan dampak
pemulihan.ada tahap implementasi ini perawat tetap focus pada program kesehatan

12
msayarakat yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Tahap implementasi
keperawatan komunitas memiliki beberapa strategi implementasi diantaranya proses
kelompok, promosi kesehatan dan kemitraan (partnership).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematis mengenai suatu
kebijakan, program dan kegiatan berdasarkan informasi dan hasil analisis dibandingkan
terhadap relevansi, keefektifan biaya, dan kebersihannya untuk keperluan pemangku
kepentingan.
a. Jenis jenis evaluasi menurut waktu pelaksanaan.
1) Evaluasi promotif. Evaluasi ini dilaksanakan pada waktu pelaksanaan program
yang bertujuan memperbaiki pelaksanaan program dan kemungkinan adanya
temuan utama berupa berbagai masalah dalam pelaksanaan program.
2) Evaluasi sumatif. Evaluasi ini dilaksanakan pada saat pelaksanaan program sudah
selesai, yang bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan program dan temuan
utama berupa pencapaian apa saja dari pelaksanaan program.

b. Prinsip-prinsip evaluasi meliputi: 1) penguatan program; 2) menggunakan berbagai


pendekatan; 3) desain evaluasi untuk kriteria penting di komunitas; 4) menciptakan
proses partisipasi; 5) diharpkan lebih fleksibel; 6) membangun kapasitas.

c. Proses evaluasi meliputi:


1) Menentukan tujuan evaluasi
2) Menyusun desain evaluasi yang kredibel
3) Mendiskusikan rencana evaluasi
4) Menentukan pelaku evaluasi
5) Malaksanakan evaluasi
6) Mendeseminasikan hasil evaluasi
7) Menggunakan hasil evaluasi

13
d. Kriteria penilaian dalam evaluasi terdiri dari:
1) Relevansi: Apakah tujuan program mendukung tujuan kebijakan?
2) Keefektifan: Apakah tujuan program dapat tercapai?
3) Efisiensi: Apakah tujuan program tercapai dengan biaya paling rendah?
4) Hasil: Apakah indikator tujuan program membaik?
5) Dampak: Apakah indikator tujuan kebijakan membaik?
6) Keberlanjutan: Apakah perbaikan indikator terus berlanjut setelah program
selesai?

14
BAB III
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Persiapan
1. Persiapan ke Masyarakat
Sebelum ke masyarakat kelompok mempersiapkan instrument, diantaranya timbangan
digital, LILA untuk mendeteksi dini dilaksanakan pada masyarakat untuk mengetahui
adanya kelompok berisiko kekurangan energy kronik wanita usia subur, pengukuran
tinggi badan dan kuesioner berdasarkan kelompok usia. Kelompok tidak lupa
mempersiapkan diri dan mental untuk menghadapi masyarakat.
2. Persiapan Teknis
Teknik pengumpulan data adalah dengan menggabungkan data-data yang didapatkan
dari RT 01 RW 01 sehingga melengkapi data yang diperlukan bertujuan untuk
memudahkan dalam mengumpulkan data.anggota kelompok bertanggung jawab
dalam melakukan pengkajian ulang, menyusun rencana, dan mengimplementasikan
rencana yang telah dibuat.

B. Pelaksanaan
1. Pengkajian (Community As Partnert)
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung
terhadap sasaran komunitas , dari hasil observasi yang dilakukan di RT 01 RW 01
kepadatan penduduk adalah 38 Kepala keluarga, jarak rumah satu dengan yang
lain cukup padat, jumlah anggota kluarga dalam satu rumah pun rata-rata lebih
dari 1 orang. Kelompok usia yang sering ditemukan di jalan adalah dewasa,
lansia, anak sekolah, pra sekolah, dan tootler. Baik yang jalan kaki, maupun yang
menggunakan sepeda motor. Di RT 01 RW 01 jua ditemukan sekolah dasar.
Warga juga memiliki peliharaan berupa sapi, burung, kucing ayam, dan itik. Pada
umumnya kandang hewan menyatu dengan rumah warga yang akan
mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.

15
1) Instrument Data
Dari hasil pendataan yang telah dikumpulkan oleh tim penulis RT 01 RW 01
dari tanggal 12-13 Agustus 2017 didapatkan jumlah KK sebanyak 38 KK,
dengan data lengkap sebagai berikut:

16
2. Perencanaan
a. Diagnosa
1) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dengan angka kejadian dari ibu hamil
yang tidak pernah memeriksakan kehamilan sekarang di RT 01/RW I
kelurahan kurao pagang b.d Kurang pengetahuan tentang pemeriksaan
kehamilan yang belum dilakukan ibu hamil
2) Risiko penurunan daya tahan tubuh (imunitas) pada bayi di RW/RT 01 kurao
pagang b.d tidak diberikannya kolostrum saat baru lahir
3) Risiko rendahnya pemberian MPASI usia >6 bulan pada bayi di RT 01/ RW I
kelurahan Kurao Pagang kota Padang b.d Kurangnya pengetahuan ibu tentang
manfaat pemberian MPASI pada usia >6 bulan pada bayi
4) Risiko peningkatan angka kejadian ISPA pada balita di RT 01/ RW I kelurahan
Kurao Pagang kota Padang b.d Kebiasaan merokok di dalam rumah dan sekitar,
kebiasaan membakar sampah di sekitar rumah
5) Risiko peningkatan angka kejadian diare pada balita di RT 01/ RW I kelurahan
Kurao Pagang kota Padang b.d Lingkungan rumah yang kurang bersih,
kurangnya kunjungan ibu ke posyandu, serta penggunaan jamban sehat yang
kurang
6) Kerusakan gigi pada anak usia sekolah dan usia pra sekolah di RT/RW 01/01
Kelurahan Kurao Pagang b.d Kurang pengetahuan anak tentang perawatan gigi
dan mulut oleh anak usia pra sekolah dan sekolah di RT/RW 01/01 Kelurahan
Kurao Pagang
7) Risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja di RT/RW 01/01
kelurahan kuaro pagang b.d Tingkat Risiko Perilaku NAPZA Remaja, remaja
sering keluar rumah, memiliki teman dekat yang mengonsumsi rokok
8) Risiko terjadinya penyakit hipertensi pada masyarakat di RW/RT 01 kurao
pagang b.d Kebiasaan responden yang merokok, tidak memiliki kebiasaan
olahraga secara teratur minimal 30 menit sehari, sering mengonsumsi makanan
tidak sehat seperti jeroan dan tidak mengontrol tekanan darah secara rutin

17
b. Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas selama 2 minggu masalah
keperawatan komunitas yang diselesaikan hanya 2 masalah berdasarkan prioritas
masalah. Dan masalah yang ditemukan pada RT 01 RW 01 Kelurahan Kurao
Pagang dapat diatasi.

c. Rencana Tindakan
Rencana tindakan disusun berdasarkan dengan prioritas masalah utama,
yaitu risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja dan risiko
terjadinya penyakit hipertensi pada dewasa, pra lansia dan lansia. Pertama sekali
tim RW merupakan tujuan umum di lakukannya tindakan keperawatan yaitu
diharapkan masyarakat di RW/RT 01 dapat memahami bagaimana cara
menurunkan resiko penyalahgunaan NAPZA dan bagaimana cara menanggulangi
terjadinya hipertensi pada dewasa, lansia, dan pra lansia, dengan cara yang
pertama memberikan penyuluhan tentang pengertian, jenis, faktor penyebab
penyalahgunaan NAPZA tanda dan gejala ketergantungan obat, bahaya
penggunaan NAPZA dan cara pencegahan penggunaan NAPZA semantara itu
penyuluhan yang di berikan untuk Hipertensi tentang pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, serta pencegahan Hipertensi, selain itu tim juga menetapkan rencana
dengan cara menyebarkan leaflet ke rumah warga yang merupakan masalah dari
risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada remaja dan risiko terjadinya
penyakit hipertensi pada dewasa, pra lansia dan lansia.

3. Implementasi
Rencana untuk diagnosa risiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada
remaja dan risiko terjadinya penyakit hipertensi pada dewasa, pra lansia dan lansia
akan dilakukan pada tanggal 4 September 2017 dan 7 September 2017. Penyuluhan
tentang penyalahgunaan NAPZA akan dilakukan pada tanggal 4 September 2017 di
Musholla Nurul Hikmah Kurao Pagang sementara untuk Hipertensi akan di lakukan
pada tanggal 7 september 2017 di rumah warga satu persatu.

18
4. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan adalah berupa memberikan pertanyaan untuk
mengukur tingkat keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Mengevaluasi tindakan yang telah di lakukan serta menyusun rencana selanjutnya
untuk mensiasati agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Penyalahgunaan
NAPZA dan Hipertesi yang terjadi di RW/RT 01 merupakan masalah bulan-
bulanan dan berdasarkan hasil keterangan dari masyarakat sudah jelas penyebabnya
adalah kurangnya informasi tentang NAPZA dan kurangnya informasi tetang faktor
resiko Hipertensi.

19
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Diagnosa NAPZA dan hipertensi diprioritaskan menjadi diagnosa utama
dikarenakan pada setiap RT mempunyai masalah utama tersebut, untuk menegakkan
diagnosa sempat terjadi perbedaan pendapat antara tim RW dengan masyarakat .
masyarakat berpendapat bahwa masalah yang paling serius adalah tentang NAPZA ,
namun setelah diberikan penjelasan akhirnya masyarakat sependapat dan mengangkat
diagnosa NAPZA dan Hipertensi sebagai masalah utama.
Pengelolaan data yang dialkukan untuk diagnosa NAPZA dan hipertensi sama
seperti yang dilakukan di RT, namun karena tim di utus dari masing-masing kelompok
kendala yang terjadi adalah kesulitan untuk mengumpulkan tim dan selalu bisa
berkumpul setelah pukul 19.00 WIB serta manajemen waktu yang tidak efisien.

B. Perencanaan
Perencanaan disusun mulai dari menetapkan tujuan dari tindakan yang akan
dilakukan. Pada diagnosa hipertensi ditetapkan tujuan agar masyarakat tahu tentang
hipertensi dan tahu cara mengatasinya jita terjadi hipertensi. Kriteria hasil yang ingin
dicapai adalah 90% masyarakat bisa menyebutkan pengertian hipertensi dan NAPZA,
tanda dan gejala serta penangannya. Rencana yang di tetapkan untuk mengatasi masalah
hipertensi dan NAPZA adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat tentang pengertian NAPZA dan hipertensi, penyebab, tanda dan gejala serta
pengobatan dan pencegahan, selain itu juga mendemonstrasikan pengecekan tensii dan
pengetahuan daun ganja. Untuk diagnosa lain juga dilakukan tindakan dan perencanaan
yang sama, mulai dari penyuluhan tentang pengertian sampai dengan upaya pencegahan
dan pengobatan.
Faktor pendukung dalam penyusunan rencana ini adalah dukungan yang baik dari
masyarakat serta kerjasama tim dalam penyelesaian rencana sementara faktor
prnghambat dalam penyusunan rencana adalah keterbatasan sumber yang terpercaya
namun akhirnya dapat diselesaikan dengan cara mengusahakan buku dengan meminjam
ke perpustakaan kampus.

20
C. Pelaksanaan

D. Evaluasi

21
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Dari uraian diatas, diharapkan setiap anggota KK dapat berpartisipasi dengan
tenaga kesehatan untuk membangun pola hidup sehat dalam kehidupan bermasyarakat.
Dan diharapkan setiap anggota KK dapat bekerjasama untuk membangun lingkungan
yang bersih dan sehat di lingkungan RT 01 RW 01 di Kelurahan Kurao Pagang Kota
Padang.

22

Anda mungkin juga menyukai