Anda di halaman 1dari 68

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN DENGAN


MASALAH UTAMA HIPERTENSI DI PUSKESMAS
KABUPATEN KENDAL

OLEH :
1. Aryfatul Nuraini (1810006)
2. Doni Andrianto (1810010)
3. Ifatur Rodhiyah (1810016)
4. Lailatul masruro (1810022)
5. Rahayu Putri Irwanti (1810030)
6. Yunafika Rahmawati (1810038)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole


mengalami kenaikan yang mengalami batas normal (tekanan systole di atas
140 mmHg, di atas 90 mmHg). Definisi yang lain menurut Brashers (2008)
hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arterial yang
berlangsung terus menerus. Tekanan darah tinggi pada orang dewasa sebagai
berikut menurut klasifikasi JNS (The Join National Comitten on Preventation,
detection evaluation and treatment of Hight Blood Preassure ) klasifikasi
sistolik dan diastolik untuk ukuran normal < 120 dan< 80, pada prehipertensi
dalam rentang sistolik 120-139 dan diastolik 85-89. Pada hipertensi stage 1
ukuran sistolik 140-159 mmHg dan ukuran diastolik 90-99 mmHg. Serta
hipertensi stage 2 ukuran tekanan darah ≥ 160 dan ≥ 100 mmHg. Penyebab
dari hipertensi menurut penyebabnya ada 2 jenis yaitu : hipertensi primer
esensial yaitu meliputi faktor keturunan, umur, serta faktor psikis. Hipertensi
sekunder yaitu penyakit ginjal, tumor dalam rongga kepala, penyakit syaraf
dan toxemia gravidarum (Muwarni, 2011).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2007 menunjukkan sekitar
972 juta orang atau 26,4 % penduduk bumi mengidap hipertensi dengan
perbandingan 26,6 % pria dan 26,1 % wanita. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada pada negara
berkembang termasuk Indonesia. jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia
terus meningkat, di Amerika Serikat sekitar 50 juta penduduk menderita
hipertensi. Pada tahun 2002 di Amerika sekitar 49.707 (99,41%) orang
meninggal akibat hipertensi. Di Amerika diperkirakan sekitar 64 juta lebih
penduduknya yang berusia antara 18 sampai 75 tahun menderita hipertensi,
tahun 2005 prevalensi hipertensi sebesar 21,7 %. Prevalensi  hipertensi di
Vietnam pada tahun 2004 mencapai 34,5%, Thailand tahun 1989  mencapai
17%, Malaysia  tahun 1996 mencapai 29,9%, Philippina tahun 1993 mencapai 
22%, dan Singapura tahun 2004 mencapai  24,9% ( Purwanto, 2012 ).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi
hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari seluruh populasi pada usia 18
tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.
Sedangkan sisanya pada gagal jantung, gagal ginjal, dan terjadi kebutaan. Data
Riskesdas 2007 juga menyebutkan penyakit hipertensi sebagai
penyebabkematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di
Indonesia (Depkes RI,2003).
Di Kabupaten Kendal, data dari Dinas kesehatan Kabupaten Kendal dari
tahun ke tahun menunjukan proporsi kasus hipertensi mengalami peningkatan,
dibandingkan kasus penyakit tidak menular secara keseluruhan. Tahun 2008
proporsi kasus hipertensi sebanyak 6,2% meningkat menjadi 6,57% di tahun
2009 (DKK Kab. Kendal, 2013).
Indikasi dari peningkatan kasus hipertensi dimasyarakat salah satunya
karena minimnya perhatian keluarga terhadap pencegahan dan perawatan
anggota keluarga yang mempunyai penyakit hipertensi. Keberhasilan
perawatan penderita hipertensi tidak luput dari peran keluarga, dimana
keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan
dan keluarga sangat berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan
anggota keluarga yang sakit. Bila dalam keluarga tersebut salah satu
anggotanya mengalami masalah kesehatan maka sistem dalam keluarga akan
terpengaruh, penderita hipertensi biasanya kurang mendapatkan perhatian
keluarga, apabila keluarga kurang dalam pengetahuan tentang perawatan
hipertensi, maka berpengaruh pada perawatan yang tidak maksimal (Mubarak,
2010).
Menurut Friedman (1999) perilaku perawatan hipertensi berhubungan
dengan keluarga terhadap penderita hipertensi, dimana keluarga dapat menjadi
faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan progam perawatan, karena
keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota yang menderita
hipertensi yang menuntut pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis yang lebih
besar dari keluarga. Untuk menciptakan suatu kondisi yang sehat dan
terkontrol, maka keluarga diharapkan mempunyai pengetahuan tentang
penyakit hipertensi agar tercipta suatu perilaku perawatan yang tepat pada
penderita hipertensi, dalam hal pencegahan, penatalaksanaan yang benar dan
tepat pada penderita hipertensi (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan sebagai hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang
hipertensi yang dimiliki penderita tentang penyakit hipertensi sangatlah
diperlukan, dimana sebuah keluarga yang mempunyai anggota yang menderita
hipertensi harus memberikan perhatian dan perawatan agar tercapai status
kesehatan yang baik. Apabila pengetahuan tentang hipertensi cukup baik
dimungkinkan akan berpengaruh pada perilaku yang baik pula pada keluarga
untuk melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang menderita
hipertensi (Notoatmodjo, 2003)
Perilaku perawatan pada penderita hipertensi merupakan salah satu cara
penanganan yang harus dilakukan. Perawatan kesehatan pada penderita
hipertensi dibutuhkan suatu kerjasama antara keluarga dan tenaga kesehatan
setempat. Kerjasama ini dapat mendukung status kesehatan yang dimiliki oleh
penderita hipertensi (Depkes RI, 2003).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil kasus
karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn.B
Dengan Hipertensi di Dusun Taman Sari, Desa Payung, Kecamatan Weleri,
Kabupaten Kendal ”.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menerapkan penatalaksanaan “Asuhan
Keperawatan Keluarga Pada Tn.B Dengan Hipertensi di Dukuh Taman
Sari, Desa Payung, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal ”.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada keluarga Tn.B dengan salah satu anggota
keluarga menderita Hipertensi.
b. Menentukan diagnosa, masalah serta kebutuhan dari data yang telah
dikumpulkan pada keluarga Tn.B dengan salah satu anggota keluarga
hipertensi.
c. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan kepada keluarga Tn.B
berdasarkan interprestasi data yang ditentukan.
d. Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan secara sistematis
kepada keluarga Tn.B dengan salah satu anggota keluarga hipertensi.
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan kepada
keluarga Tn.B dengan salah satu anggota keluarga hipertensi.

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Untuk peningkatan ilmu pengetahuan dalam mencari pemecahan
permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan Hipertensi
2. Manfaat Praktis
Manfaat dari penelitian ini bagi Klien dan Keluarga untuk menambah
pengetahuan penyembuhan dengan kasus hipertensi. Bagi perawat sebagai
bahan masukan dalam dasar penggunaan asuhan keperawatan pada klien
hipertensi. Bagi institusi pendidikan menjadi pedoman dan pengembangan
untuk meningkatkan mutu pendidikan yang akan datang di STIKes
Kepanjen dalam melakukan praktik klinik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Hipertensi


1. Pengertian
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap
(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai
dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya
(Lanny dkk, 2004).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai
dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi,
walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui
(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah
peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan)
dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah
(Kurniawan, 2002).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang
ditandai oleh meningkatnya tekanan darah. Seseorang yang terjangkit
penyakit ini biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti
stroke, dan penyakit jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik
karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang membutuhkannya.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah toraks, dan
menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300g. Fungsi
jantung adalah memompa darah ke jaringan, mensuplai oksigen dan zat nutrisi
lain seperti mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme.
Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik
dinding otot. Selama kontraksi otot (sistolik), kamar jantung menjadi lebih
kecil karena darah disemburkan keluar. Selama relaksasi otot dinding jantung
(diastolik), kamar jantung akan terisi darah sebagai persiapan untuk
penyemburan berikutnya.
Daerah dipertengahan dada diantara kedua paru disebut sebagai
mediastinum. Sebagian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung,
yang terbungkus dalam kantong fibrosa tipis yang disebut perikardium.
Kamar jantung, sisi kiri dan kanan jantung, masing – masing tersusun atas
dua kamar, atrium dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar kanan dan
kiri disebut septum. Ventrikel adalah kamar yang menyemburkan darah ke
arteri. Fungsi atrium adalah menampung darah yang datang dari vena dan
bertindak sebagai tempat penimbunan sementara sebelum darah kemudian
dikosongkan ke ventrikel. Katup jantung dibagi menjadi 4 bagian yaitu: katup
trikuspidalis, katup mitral atau bikuspidalis, katup pulmonalis dan katup aorta
(Brunner & Suddarth, 2001).

C. ETIOLOGI / PREDISPOSISI
Tingginya tekanan yang lama tentu saja akan merusak pembuluh darah
diseluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal, otot. Maka
konsekuensi yang biasa pada hipertensi yang lama tidak terkontrol adalah
gangguan penglihatan, okulasi kroner, gagal ginjal dan stroke. Selain itu
jantung membesar karena dipaksa meningkatkan beban kerja saat memompa
melawan tingginya tekanan darah.
Peningkatan tekanan perifer yang dikontrol pada tingkat anteriola adalah
dasar penyebab tingginya tekanan darah. Penyebab tingginya tekanan tersebut
belum banyak diketahui. Selain itu hipertensi juga dipengaruhi oleh tekanan
emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan
yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi
faktor keturunan. Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada pria
(Smeltzer & Bare, 2001).

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jenis saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumnamediko spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya neropinefrin mengakibatkaan kontriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenaljuga terangsang,
mengakibatkan penambahan aktifitas vasokontriksi konteks adrenal
mengsekresi korsitol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II. Suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubelus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cendrung mencetuskan keadaan
hipertensi (Smeltzer & Bare, 2001).

E. MANIFESTASI KLINIK
Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala.
Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal,
mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit
kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung rasa berat di tengkuk, sulit tidur,
mata berkunang-kunang dan pusing (Mansjoer, 2000)

F. PENATALAKSANAAN
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap klien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah bawah140/90 mmhg. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pendekaatan non farmakologis, termasuk penurunan
berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap therapy
antihipertensin. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi
(pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau
95mmhg dan diastoliknya diatas 130 sampai 139mmHg (Mansjoer, 2000)

G. KOMPLIKASI
a. Stroke
Ditimbulkan akibat peredaran darah tinggi di otak, stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertropi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah-
daerah yang diperdarahinya berkurang.
b. Infark miokardium
Apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup
oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh tersebut.
c. Gagal ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan
menjadi hipoksia dan kematian.
d. Kerusakan otot.
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan perifer dan mendorong cairan kedalam ruang intestinum
diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan
terjadi koma serta

H. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL


1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventriker. (Doengoes, 2000)
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi
vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.
Kriteria Hasil :Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang
menurunkan tekanan darah / bebankerja jantung , mempertahankan TD
dalam rentang individu yang dapatditerima, memperlihatkan norma dan
frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang
tepat.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Rasional : Untuk mengetahui denyut karotis, jugularis, radialis dan
femoralis mungkin terpalpasi
c. Auskultasi bunyi jantung dan bunyi napas.
Rasional : Untuk mengetahui bunyi jantung S4 (adanya hypertrofi
atrium) dan S3 (Hypertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi), adanya
krakles.

2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. (Doengoes, 2000)
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas
Kriteria Hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di
inginkan / diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas.
Intervensi :
a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : Mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktivitas dan
indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
b. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, misalnya:
menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut.
Rasional : Menghemat energi, mengurangi penggunaan energi juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri.
Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral. (Doengoes, 2000)
Tujuan :Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
dan tampak nyaman.
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
Rasional : Meningkatkan relaksasi
b. Batasi aktivitas.
Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokonstriksi
menyebabkan sakit kepala karena adanya peningkatan tekanan
vaskuler serebral
c. Beri obat analgesic dan antiansietas (Diazepam) sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan nyeri dan menurunkan rangsang system saraf
simpatik dan dapat mengurangi ketegangan serta ketidaknyamanan
yang diperberat oleh stress.
4. Gangguan nutrisi berhubungan dengan masukan berlebihan dengan
kebutuhan metabolik. (Doengoes, 2000)
Tujuan : Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan
Kegemukan
Kriteria Hasil: Menunjukkan perubahan pola makan dan
mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan
kesehatan yang optimal
Intervensi :
a. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi
dan kegemukan
Rasional: kegemukan adalah resiko tambahan pada hipertensi
b. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasional :Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diet
terakhir
c. Instruksikan da bantu memilih makanan yang tepat,hindari
makanan dengan kejenuhan lemak tinggi dan kolestrol.
Rasional: Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolestrol
d. Berkolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi
Rasional :Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individu.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi, rencana
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan / daya ingat.
(Doengoes, 2000)
Tujuan : Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit
dan pengobatannya.
Kriteria Hasil : pasien dapat mengidentifikasi efek samping obat.
Intervensi :
a. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar,termasuk orang terdekat
Rasional :Untuk mengetahui sejauh mana pasien paham tentang
penyakitnya
b. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal,menjelaskan tentang
hipertensi dan efek pada jantung,
Rasional : Memberi dasar untuk pemahaman tentang peningkatan
TD
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko
kardiovaskuler yang dapat diubah
Rasional : Untuk menunjukkan hubungan dalam menunjang
hipertensi dan penyakit kardiovaskuler
d. Atasi masalah pasien untuk mengidentifikasi cara perubahan gaya
hidup dan membahas bahayanya merokok
Rasional : Membantu mengarahkan pola hidup yang lebih sehat
6. Resiko perubahan perfusi jaringan: ginjal, jantung berhubungan dengan
gangguan sirkulasi. (Doengoes, 2000)
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria hasil : pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang baik
seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak
ada keluhan sakit kepala, pusing.
Intervensi : kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur dan
duduk dengan pemantauan tekanan darah arteri jika tersedia
Rasional : membantu untuk mengurangi rasa sakit.
7. Koping individual tidak aktif berhubungan dengan krisis situasional.
(Doengoes, 2000)
Tujuan :mampu menyatakan kesadaran kemampuan koping
hasil yang diharapkan
Kriteria hasil :mampu mendemonstrasikan penggunaan
keterampilan mengidentifikasi situasi potensial stres dan
mengambil langkah untuk menghindari.
Intervensi:
a. Kaji keekfetifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku.
Rasional : keinginan berparsitipasi dalam merencanakan
Pengobatan
b. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya.
Rasional :pengenalan stresor adalah langkah pertama dalam
mengubah respon seseorang terhadap stresor.
8. Resiko tinggi terhadap ketidak patuhan berhubungan dengan efek
samping negative dari terapi dan kurang percaya terhadap perawatan yang
dibutuhkan tanpa adanya gejala (Carpenito, 2000)
Tujuan : pasien patuh terhadap pengaturan diri
Kriteria hasil: pasien percaya bahwa pengobatan penting untuk
hipertensi.
Intervensi :
a. jelaskan kepada pasien bahwa kenaikan tekanan darah secara tipikal
tidak menunjukkan gejala.
b. Tekankan pada pasien kemungkinan ancaman hidup jika tekanan
darah tidak terkontrol.
c. Ikut sertakan keluarga dalam pemberian informasi yang mengarah
pada perencanaan keperawatan.
d. Jelaskan kemungkinan efek samping obat antihipertensi misal :
impotensi, vertigo, beritahu pasien untuk konsul dokter untuk obat
alternatife.

I. Konsep Keluarga
Salah satu aspek yang paling penting dalam keperawatan adalah keluarga.
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan
atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan
cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan
keperawatan dirumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh
keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga
dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat
dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan
individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pemberian pelayanan kesehatan harus memperhatikan nilai-nilai
dan budaya keluarga sehingga dapat menerimanya.

k. Tipe / bentuk keluarga


Ada beberapa tipe keluarga yakni :
1. Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak.
2. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah)
dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari
salah satu atau dua pihak orang tua.
3. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis
keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi
hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.

l. Tahap perkembangan keluarga


Menurut Friedman dalam buku Jhonson & Leny (2010) meskipun
setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara
umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama :
1. Pasangan baru (keluarga baru), Keluarga baru dimulai saat masing-
masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)keluarga masing-
masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan,
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama), keluarga yang
menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua,
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga,Peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan keluarga,
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah. Tahap ini dimulai saat kelahiran
anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 bulan :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman,
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain harus terpenuhi,
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot),
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga,
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkingan,
b. Mempertahankan keintiman pasangan,
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya,
b. Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga,
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan,
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan,
c. Membantu orang tua suami / istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua,
d. Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat,
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan,
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan sebaya dan
anak-anak,
c. Meningkatkan keakraban pasangan.
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu
pasangan meninggal sampai keluarganya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan,
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan,
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat,
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat,
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

m. Tugas keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
a. Pemeiharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
d. Sosialisasi antar keluarga.
e. Pengaturan jumlah keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya

n. Peran keluarga
peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan denganpribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang
terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Ibu sebagai istri dan ibu sebagai anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

o. Fungsi keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari fungsi keluarga dapat kita lihat dan sekaligus
sudah dapat diterapkan oleh masyarakat atau kelompok keluarga. Adapun
fungsi yang dijalankan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa
depan anak.
b. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
c. Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi
anak sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa aman.
d. Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasa perasaan dan suasana anak anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
e. Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan
kehidupan lain setelah meninggal dunia.
f. Fungsi ekonomi dilihat bagaimana kepala keluarga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan keluarga.
g. Fungsi rekreasi dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama,
bercerita tentang pengalaman masing-masing dan lainnya.
h. Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan
keturunan sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang,
perhatian, dan rasa aman diantara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga

p. Keperawatan kesehatan keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan
sebagai saran / penyalur.
Alasan keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya.
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
4. Memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien),
keluarga tetap berperan sebagai pengambilan keputusan dalam
memelihara kesehatan para anggotanya.
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai upaya kesehatan masyarakat.

q. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga, yaitu :


1. Tujuan umum :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara
kesehatan keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan
status kesehatan keluarganya.
2. Tujuan khusus :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi
masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan
para anggotanya.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberi asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan
mutu hidupnya.

r. Tinjauan Kasus
A. PENGKAJIAN
DATA UMUM
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. B
2. Umur : 56 tahun
3. Alamat dan Telephone : Dukuh Taman Sari RT 02 RW 01
4. Pekerjaan Kepala : Pedagang
5. Pendidikan : SD
1. Komposisi Keluarga dan Genogram
Komposisi keluarga:
Nama Ttl L/P Agama Hub dg Pendidikan pekerjaan
/umur KK
1 Ibu S 50 th P Islam Istri SD Penjual
2 Anak A 33 th L Islam Anak PT Karyawan
3 Anak MS 31 th L Islam Anak PT Karyawan
4 Anak H 26 th P Islam Anak SMA Penjual
5 Anak RM 20 th P Islam Anak PT Mahasiswa
6 Anak AI 13 th L Islam Anak SMP Pelajar

Genogram :

Tn.B Ny. S
56 th 50 th

Keterangan : Anak AI
Anak RM
13 th
20 th
: Laki – Laki

: Perempuan

: Meninggal

: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan

----- : Tinggal Serumah

: Klien

2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. B adalah keluarga ini (nuclear family) yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak.
3. Latar Belakang Budaya Keluarga
Keluarga Tn.B merupakan keluarga suku jawa, bahasa yang
digunakan sehari-hari Bahasa Jawa, tidak ada kebiasaan keluarga yang
dipengaruhi oleh suku yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
4. Identifikasi Religius
Keluarga Tn.B beragama islam dan seluruh anggota keluarganya
melaksanakan shalat lima waktu. Tn.B seorang ta’mir masjid
muhamadiyah di desanya, beliau aktif dalam urusan di masjid.
Keluarga juga sering ikut kegiatan-kegiatan keagamaan seperti
pengajian.
5. Status Ekonomi
Penghasilan Tn.B diperoleh dari Tn.B yang bekerja sebagai
pedagang sepeda dan Ny.S sebagai penjual toko sembakau
dikediamannya. Penghasilan Tn.B tidak pasti tergantung pangsa
pasar, penghasilan Ny.S rata-rata sebulan 1,5 juta penghasilan dari
Tn.B dan Ny.S dari panen padi dan palawija setiap 4 bulan sekali.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.B saat ini termasuk keluarga
anak dewasa. Dimana tugas perkembangan pada tahap ini :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
d. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang
belum terpenuhi. Namun tugas keluarga yang belum tercapai
yakni menjadikan kedua anaknya yang masih menuntut ilmu
menjadi seorang yang sukses yang dapat memebanggakan kedua
orang tuanya serta membimbing anak-anaknya yang sudah
berumah tangga dalam menata rumah tangga menjadi lebih baik.

3. Riwayat keluarga inti


Tn.B dan Ny.S menikah sudah 35 tahun yang lalu,
perkawinannya direstui oleh kedua orang tua masing-masing.
Ny.S merupakan pilihan sendiri tidak dijodohkan. Saat menikah
Tn.B berusia 22 tahun dan Ny.S berusia 16 tahun, setahun setelah
menikah Ny.S melahirkan anak tertuannya yakni anak A yang kini
sudah berumah tangga. Dikeluarga Tn.B terdapat riwayat penyakit
keturunan yakni hipertensi.
Keluarga Tn. B mengatakan jika Tn. B mempunyai
tekanan darah yang tinggi, Tn. B di periksakan ke dokter dan
dinyatakan terkena Hipertensi, Tn. B mengungkapkan biasanya
saat tekanan darah naik klien merasa kaki serta tangan sebelah kiri
sering jimpe-jimpe, lemes, dengkul kaki terasa pegel dan cekot-
cekot, kaki yang sebelah kiri terkadang sulit untuk bergerak. Serta
Tn. B mengatakan merasa nyeri dan kaku di daerah tengkuk dan
kepala berdenyut-denyut dengan skala nyeri 5 (0-10)
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Orang tua Tn. B meninggal karena penyakit hipertensi dan
paru-paru. Sedangkan orang tua Ny. S meninggal karena penyakit
paru-paru.
C. DATA LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
Rumah yang dihuni oleh keluaraga Tn.B merupakan rumah
yang dibangun diatas tanah milik sendiri yang dibeli dari tetangga
sekampung, berukuran 300 m terdiri ruang tamu, 4 kamar tidur,
dapur, 2 kamar mandi dan WC kondisi bersih, 1 toko sembakau.
Lantai terbuat dari keramik, sirkulasi udara diperoleh dari pintu
depan, pintu belakang dan jendela depan. Karena keluarga Tn.B
tinggal dipedesaan jadi terdapat halaman dan kebun yang luas di
samping rumah, sampah diletakan di tempat sampah samping
rumah yang kemudian dibakar. Kebersihan rumah cukup, air
minum sehari-hari diperoleh dari sumur bor dengan kondisi air
bersih yang biasanya digunakan keluarga untuk mandi dan
mencuci semua perabot keluarga. Kondisi got/saluran pembuangan
lancar tidak berbau dan terbuka.
2. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang

Lebih Luas

Keluarga Tn.B tinggal di lingkungan pedesaan yang

mayoritas penduduknya bersuku jawa yang tetap menjaga adat

istiadat. Saudara kandung dan orang tua Ny.S serta anak tertua

Tn.B tinggal di dekat rumah keluarga Tn.B. Lingkungan tetangga

cukup akrab dan saling menolong bila ada kesusahan. Tempat

tinggal Tn.B berada dipinggir jalan dekat dengan balai desa dan

fasilitas kesehatan seperti klinik umum. Lingkungan tempat tinggal

Tn.B juga sudah memiliki fasilitas pendidikan mulai dari TK,

SD/MI dan TPQ. Belum ada transportasi umum di tempat tinggal

Tn,B jadi untuk akses transportasi banyak yang masih


menggunakan sepeda dan motor. Keadaan lingkungan cukup bersih

banyak tertanam pohon-pohon jadi polusi udaranya sedikit.

3. Mobilitas Geografis Keluarga


Keluarga Tn.B sudah lama tinggal di desa ini sekitar 30
tahun yang lalu dan belum pernah pindah ke daerah lain. Rumah
Tn.B berada kurang lebih 200 meter dari jalan raya, jenis
kendaraan yang dipakai biasanya motor.
4. Hubungan Keluarga dengan Fasilitas-fasilitas dan Komunitas
Keluarga Tn.B sering menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada disekitar tempat tinggalnya terutama saat anggota keluarganya
ada yang sakit. Tn.B juga sering periksa sekedar mengecek
darahnya di puskesmas terbuka di balai desa setiap 2 minggu
sekali.
5. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Tn.B masih tinggal di lingkungan keluarga besar
Ny.S sehingga saat keluarga membutuhkan bantuan, keluarga besar
Ny.S terutama orang tuanya selalu siap untuk menolong. Anak
tertua Ny.S yang tinggal di dekat tempat tinggalnya selalu
membantu Tn.B dalam hal apapun. Keluarganya belum memiliki
jaminan pemeliharaan kesehatan.

D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola-pola Komunikasi
Keluarga mengatakan, komunikasi selalu dilakukan untuk
minta pertimbangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Antar anggota keluaraga terbina hubungan yang harmonis dalam
menghadapi suatu permasalahan, biasanya dilakukan musyawarah
keluarga sebelum memutuskan suatu permasalahan. Anak-
anaknya biasa memberikan alternatif pemikiran kepada Tn.B
bagaimana untuk memutuskan pemecahan masalah.
2. Struktur Kekuasaan
a. Keputusan dalam keluarga
Semua keputusan yang menyangkut masalah keluaraga di
putuskan oleh Tn.B sebagai kepala keluarga. Keputusan dalam
pengaturan keuangan keluarga biasanya dilakukan oleh Ny.S
namun Tn.B juga ikut memutuskan keuangan keluarga, sementara
untuk menyelesaikan masalah keluarga di lakukan dengan
musyawarah, untuk pengambilan keputusan kegiatan untuk anak
seperti sekolah dilakukan secara bersama-sama dimana anak
memiliki hak untuk memilih kegiatan yang diinginkan.
b. Bagaimana cara keluarga dalam mengambil keputusan
Keluarga Tn.B saling mendukung satu dengan lainnya,
respon keluarga bila ada anggota keluarga yang bermasalah selalu
mencari jalan keluarnya bersama-sama dengan cara musyawarah.
Bila ada anggota keluarga yang sakit, diusahakan untuk berobat
dan mendapatkan perawatan semampu keluarga sampai membaik.
c. Model kekuasaan yang digunakan keluarga membuat Keputusan
Model kekuasaan yang diambil dalam keluarga Tn.B adalah
pengambilan keputusan berdasarkan kekuasaan aktif dimana
setiap anggota keluarga berhak berpendapat dalam pengmabilan
keputusan terutama menyangkut kepentingan dari masing-masing
anggota keluarga, misalnya anak Tn.B berhak memilih sekolah
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki dan keluarga
mendukung keinginan tersebut.
3. Struktur Peran
Tn.B sebagai kepala keluarga, pencari nafkah yang menjadi
pedagang sepeda di pasar Cepiring menjadi pekerjaan pokok
sehari-hari namun beliau juga ikut andil dalam mengelola toko
sembako bersama istrinya. Ny.S sebagai penjual toko sembako
dan juga sebagai pengatur rumah tangga. Anak pertama, kedua
dan ketiga sudah berkeluarga dan tidak tinggal dalam satu rumah
dengan Tn.B, anak RM sebagai anak remaja yang menginjak
dewasa selalu terbuka dengan Tn.B dalam masalah apapun,
berperan membantu kegiatan sehari-hari keluarga seperti
menyetrika pakaian, menyapu dan mencuci pakaian serta perabot
rumah tangga. Anak AI sebagai anak sekolah yang menginjak
dewasa, berperan membantu kegiatan sehari-hari.
4. Struktur Nilai-nilai Keluarga
Keluarga menerapkan nilai-nilai agama pada setiap anggota
keluarga seperti mengaji, shalat, berpuasa pada bulan ramadhan.
Bila akan pulang terlambat harus memberitahu terlebih dahulu
kepada oarang tua, saat maghrib harus sudah ada di rumah dan
pada malam hari hanya boleh berada di luar rumah sampai pukul
22.00 malam. Bila pulang terlambat tidak memberitahu keluarga,
Ny.S selalu memarahi anaknya untuk tidak melakukan hal serupa.

E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
respon keluarga sangat bangga bila anggota keluarga yang
berhasil dan keluarga sangat sedih bila ada anggota keluarga yang
meninggal, sakit atau kehilangan. Tn.B menyatakan dirinya masih
sanggup untuk mendidik anak-anaknya dimana dia selalu
memberika nasehat-nasehat kapada anaknya, beliau juga tidak
pernah berkata kasar dan selalu memberikan contoh yang baik
kepada anak-anaknya untuk tetap menjaga tali silaturahmi
walaupun suda tidak tinggal dalam satu rumah lagi, saling
menyayangi dan menghormati satu sama lain.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn.B selalu membiasakan anak-anaknya bermain
dengan teman-teman tetangganya, Tn.B maupun Ny.S tidak
pernah melarang anak-anaknya bergaul dengan lawan jenis atau
siapapun tetapi tetap dalam pengawasan mereka, karena Tn.B dan
Ny.S terlalu sibuk namun tetap memperhatikan anak-anaknya.
Keluarga mengajarkan agar berprilaku yang baik dengan tetangga
dan lingkungan sekitar, hidup berdampingan dan tentram.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Jika ada keluarga yang sakit, keluarga datang ke pelayanan
kesehatan terdekat. Keluarga selalu memperhatikan dan berupaya
untuk mencari bantuan tenaga kesehatan apabila anggota keluarga
ada yang sakit. Keluarga Tn.B juga sedang berusaha menerapkan
hidup sehat dengan berolahraga walaupun sekedar lari-lari kecil
mengelilingi kampung dan selalu menjaga keadaan rumah agar
tetap bersih, memakan makanan yang bergizi, dan menciptakan
lingkungan yang nyaman dan tenang.
4. Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn.B tidak ingin punya anak lagi karena sudah
cukup punya anak 5 dan karena factor usia, sudah tidak ikut KB,
namun hubungan suami istri masih.
5. Fungsi Ekonomi
Sejauh ini kebutuhan keluarga cukup terpenuhi seperti
kebutuhan pangan, sandang dan papa. Dengan penghasilan dari
Tn.B dan Ny.S serta dari hasil panen sawah dan kebun. Keluarga
Tn.B termasuk keluarga tipe II yaitu keluarga Tn.B sudah mampu
memenuhi kebutuhan dasar seperti kebutuhan sandang, pangan,
dan papan. Selain itu keluarga Tn.B juga sudah bisa menabung
untuk keperluan di masa yang akan datang.

F. STRES DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor jangka pendek (<6 bulan) yang dirasakan keluarga
Sterssor jangka pendek yang dirasakan Tn.B dan Ny.S bersumber
pada masalah pribadi keluarga dan keuangan seperti biaya sekolah
anak AI dan kuliah anak RM, tetapi kondisi ini tidak sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari keluarga.
2. Stressor jangka panjang (> bulan) yang saat ini terjadi pada
keluarga
Sterssor jangka panjang yang dialami Tn.B dan Ny.S cemas akan
anak-anaknya yang sudah berkeluarga sendiri, dan salah satu
anaknya yang sedang bermasalah dengan pekerjaan dan rumah
tangganya. Selain itu Tn.B yang sekarang menderita hipertensi
juga ikut membebani keluarganya.
3. Respon terhadap sterssor
Upaya keluarga dalam mengatasi stress biasanya dengan cara
menghibur diri dengan sering bercanda dengan anak-anaknya,
menonton siraman rohani lewat TV, mendengarkan musik yang
disukai, kemudian pasrah dan memperbanyak dzikir dan berdoa.
Hasil yang diperoleh Tn.B dan Ny.S merasa sedikit terobati
setelah berdzikir, berdoa dan sembahyang. Sementara untuk
menghadapi sakit hipertensi yang saat ini diderita Tn.B, keluarga
jarang memeriksakan kesehatannya.

4. Strategi koping yang digunakan


Keluarga menerima keadaan ini dan berusahan tetap tabah dan
ikhlas. Berusaha mencari jalan keluar yang kini sedang
dihadapinya dan juga berusaha untuk bisa mengontrol penyakit
Tn.B agar tidak sering kambuh. Selain itu juga selalu berdoa
kepada tuhan.
5. Strategi adaptasi yang disfungsional
Pola hidup Tn.B sudah baik, tidak lagi mengkonsusmsi makanan
yang mengandung banyak kolestrol dan Tn.B bukan perokok
tetapi Namun yang membuat hipertensi Tn.B kambuh karena
stress dengan masalah anak-anaknya dan pekerjaannya serta
kadang Ny.S cerewet dan suka marah-marah .

G. PEMERIKSAAN FISIK PADA KELUARGA Tn. B


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 4 Desember 2013
Aspek Tn.B Ny. S An. RM An. AI
Tensi 160/100 130/80 mmHg 110/80 mmHg 120/70 mmHg
(mmHg) mmHg
Suhu (0C) 37,00C 36,70C 36,50C 36,50C
Nadi 90x/menit 82x/menit 80x/menit 80x/menit
Kepala Normal, bersih Normal, tidak Normal dan Normal dan
dan lurus ada kotor dan tidak kotor tidak kotor
uban sedikit sedikit beruban
Thorak Simetris, bunyi Simetris, bunyi Simetris, bunyi Simetris, bunyi
jantung normal jantung normal jantung normal jantung normal
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
kelainan, suara kelainan, suara kelainan, suara kelainan, suara
nafas vasicular nafas vasicular nafas vasicular nafas vasicular
Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembekakan pembekakan pembekakan pembekakan
hepar, ginjal, hepar, ginjal, hepar, ginjal, hepar, ginjal,
limpa, tidak limpa, tidak limpa, tidak limpa, tidak
teraba teraba teraba teraba
benjolan, benjolan, benjolan, benjolan,
bising usus bising usus bising usus bising usus
positif, tidak positif, tidak positif, tidak positif, tidak
ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan
Ekstrimitas adanya Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan kelainan kelainan kelainan
pergerakan, pergerakan, pergerakan, pergerakan,
kekakuan kekakuan kekakuan kekakuan
sendi, ROM sendi, ROM sendi, ROM sendi, ROM
aktif aktif aktif aktif
H. Analisa Data

No Data Fokus Problema Etiologi


1. Data subyektif resiko penyakit Kurangnya
 Tn.B menderita hipertensi kambuh pengetahuan
sudah lama sejak 3 tahun berulang mengenai
yang lalu pencegahan dan
 Tn.B mengatakan apabila penatalaksanaan
merasa kecapekan dan penyakit hipertensi
banyak pikiran tengkuknya dan tingkat stressor
terasa berat dan juga terasa yang tinggi
sakit
 Tn.B mengatakan sering
kambuh-kambuh dan pusing
jika sedang ada masalah atau
makan yang salah
Data obyektif
 TD 160/100 mmHg
 NADI 90x/menit
 Suhu 37,00C

2. Data subyektif Aktual nyeri ketidakmampuan


 Tn.B mengatakan merasa keluarga
nyeri dan kaku di daerah mengenal
tengkuk dan kepala masalah
berdenyut-denyut dengan kesehatan.
skala nyeri 5 (0-10)
Data obyektif
 Tn.B terlihat meringis
kesakitan
 Tn.B memegang bagian
tengkuknya
3. Data Subyektif Resiko tinggi Ketidak mampuan
 Tn. B mengatakan tangan komplikasi keluarga merawat
dan kaki sebelah kiri sering anggota keluarga
jimpe-jimpe, lemes, dengkul yang sakit
kaki terasa pegel dan cekot-
cekot, kaki yang sebelah kiri
terkadang sulit untuk
bergerak apabila setelah
mengkonsumsi kopi, daging
dan emping
 Ny. S mengatakan bahwa
suaminya memiliki tekanan
darah tinggi, tapi Ny. S
tidak/kurang begitu mengerti
tentang hipertensi. Ny.S tahu
tekanan darah tinggi.
Darahnya lebih dari 130 dan
tidak boleh makan yang
berkolestrol dan bila Tn.B
mengeluhkan kaku pada kaki
dan tangannya Ny.S akan
membawanya berobat ke
puskesmas
Data Obyektif
 Ny.S sering menanyakan
masalah suaminya
mengenai kaki dan tangan
kiri Tn.B yang sering
merasa kaku

I. KRITERIA BOBOT DAN NILAI PEMBENARAN

Diagnosa 1 : Resiko penyakit kambuh berulang berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan

penyakit hipertensi dan tingkat stressor yang tinggi.

No Kriteria Perhitungan Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah : 3/3 x 1 = 1 Ketidak tahuan keluarga
Aktual tentang masalah penyakit
hipertensi merupakan
bahaya terhadap kondisi
klien
2. Kemungkinan 1/2x2 = 1 Berdasarkan prognosa

masalah untuk masalah hipertensi hanya

dirubah : Sebagian sebagian kecil bisa

sembuh, dan hanya bisa

dilakukan tindakan

pencegahan
3. Potensial masalah 2/3 x 1 = 2/3 Penyakit hipertensi

untuk dicegah : memungkinkan untuk

cukup dicegah dengan

menghindari faktor resiko


4. Menonjolnya 2/2 x 1 = 1 Bila tidak segera ditangani

masalah : Ada, maka akan terjadi

harus segera komplikasi lebih lanjut,

ditangani sepertistroke, kelumpuhan


TOTAL 4 2/3

Diagnosa 2 : Aktual nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan.

No Kriteria Perhitungan Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat Masalah : 3/3 x 1 = 1 Keluhan yang sering

Actual diutarakan pada keluarga


2. Kemungkinan ½x2=1 Tergantung kebersihan

masalah untuk terapi penurunan darah

dirubah : sebagian
3. Potensial masalah 2/3 x 1 = 2/3 Perawat bisa mengajarkan

untuk dicegah : tehnik-tehnik tertentu pada


cukup keluarga
4. Menonjolnya 2/2x1=1 Mengganggu kenyamanan

masalah : masalah pasien

berat harus segera

di tangani
TOTAL 3 2/3

Diagnosa 3 : Risiko tinggi komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

No Kriteria Perhitungan Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah : 3/3 x 1 = 1 Tn.B sering mengeluhkan

Aktual tangan dan kaki sebelah

kiri terkadang serasa sulit

di gerakan
2. Kemungkinan ½x2=1 Ada usaha untuk

masalah untuk mengurangi penyebaran

dirubah : sebagian penyakit dengan cara

mengkonsumsi obat

tradisional
3. Potensial masalah 2/3 x 1 = 2/3 Tn.B berusaha

untuk dicegah : menghindari makanan

cukup yang dapat membuatnya

pegal dan kaku serta

keluarga Tn.B membawa

ke puskesmas jika merasa

badannya tidak enak


4. Menonjolnya 2/2 x 1 = 1 Tn.B mengatakan bahwa

masalah : berat, kaku-kaku dan pegal


harus segera yang di derita Tn.B harus

ditangani ditangani karena

mengganggu aktifitas

untuk bekerja
TOTAL 3 2/3

J. PRIORITAS MASALAH

1. Resiko penyakit kambuh berulang b/d kurangnya pengetahuan

mengenai pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi

dan tingkat stressor yang tinggi.

2. Aktual nyeri b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan.

3. Resiko tinggi komplikasi b/d ketidakmampuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang sakit.


K. INTERVENSI

Tujuan Evaluasi
No Diagnosa Intervensi
Jangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar
1. Resiko penyakit Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1.Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan keluarga
kambuh berulang tindakan keperawatan kunjungan selama menjelaskan Tn.B tentang pengertian
b/d kurangnya selama 3x kunjungan 1 x 30 menit tentang tanda dan penyebab, tanda dan gejala
pengetahuan keluarga, di harapkan diharapkan : gejala hipertensi penyakit hipertensi
mengenai tidak terjadi serangan a.Keluarga dapat Respon verbal adalah sakit 2. Beri pendidikan kesehatan
pencegahan dan hipertensi yang lebih menyebutkan kepala, kaku pada pada keluarga Tn.B tentang
penatalaksanaan berat tanda-tanda dan tengkuk, pengertian penyebab, tanda
penyakit gejala penyakit pandangan kabur dan gejala hipertensi
hipertensi dan hipertensi dan ingin jatuh 3. Diskusikan dengan keluarga
tingkat stressor b.Keluarga dapat 2. Keluarga cara mengidentifikasi
yang tinggi. mengidentifikasi mampu serangan
gejala dini mengetahui cara 4. Kaji kemampuan dan
terjadinya mencegah tindakan keluarga yang
serangan. timbulnya pernah dilakukan bila
c. Keluarga dapat hipertensi yaitu serangan muncul pada Tn.B
memutuskan dengan 5. Anjurkan keluarga Tn.B
tindakan yang memeriksa untuk membawa keluarga
harus dilakukan tekanan darah yang sakit ke pelayanan
bila terjadi secara teratur, kesehatan
serangan mengurangi 6. Beri pilihan dalam
makanan yang mengambil keputusan
mengandung
garam dan 7. Beri reinforcement positif
kolestrol, atas usaha keluarga
kurangsi stress,
olahraga, istirahat
yang cukup,
minum obat yang
teratur, ciptakan
suasana yang
nyaman

3. Keluarga Tn.B
bersedia
mengambil
keputusan unuk
mencegah
terjadinya
serangan dengan
merawat atau
membawa ke
pelayanan
kesehatan
2. Actual nyeri b/d Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Pasien segera 1. Anjurkan pasien untuk
ketidakmampuan tindakan keperawatan kunjungan selama melakukan tirah melakukan tiarah baring
keluarga selama 3x kunjungan 1 x 30 menit, baring saat saat fase akut
mengenal keluarga, diharapkan diharapkan : nyeri kambuh. 2. Ajarkan keluarga untuk
masalah masalah kurang a. Keluhan sakit di Respon verbal 2. Keluarga melakukan tindakan
kesehatan. pengetahuan keluarga belakang kepala melakukan nonfarmakologi untuk
tentang penyakit teratasi hilang tehnik-tehnik menghilangkan sakit
serta keluarga mampu b.Keluhan kepla kompres dingin, kepala seperti kompres
mengatasi dan berdenyut- pijat punggung dingin pada dahi, pijat
melakukan perawatan denyut hilang dan leher saat punggung dan leher,
rasa nyeri nyeri muncul tehnik relaksasi.
3. Keluarga selalu 3. Anjurkan pasien dan
mengingatkan keluarga untuk
Tn.B tidak mengontrol aktivitas-
membungkuk aktivitas yang dapat
4. Keluarga meningkatkan sakit
membawa Tn.B kepala misal batuk
1x/ minggu panjang, membungkuk.
untuk cek TD 4. Anjurkan keluarga untuk
5. Keluarga selalu selalu melakukan cek
memantau tekanan darah setiap 3
kepatuhan Tn.B minggu sekali
dalam 5. Anjurkan keluarga untuk
menjalankan memantau kebutuhan
terapi pasien dalam
farmakologi menjalankan terapi
farmakologi
Risiko tinggi Setelah dilakukan Setelah dilakukan Keluarga Tn. B 1. Kaji pengetahuan keluarga
komplikasi b/d tindakan keperawatan kunjungan selama mampu mengerti tentang:
ketidakmampuan selama 3x kunjungan 1 x 30 menit, tentang: a. Pengertian Hipertensi.
keluarga dalam keluarga, diharapkan diharapkan 1. Pengertian b. Penyebab Hipertensi.
merawat anggota Tn.B dan keluarga keluarga dapat Respon verbal Hipertensi. c. Tanda dan gejala.
yang sakit. mampu mengatasi dan mengenali : 2. penyebab d. Cara mengatasi
mencegah ganggua rasa 1. Pengertian Hipertensi. Hipertensi (terasa).
kaku serta pegal yang Hipertensi. 3. tanda dan e. Cara mencegah resiko
terasa cekot-cekot. 2. Menyebutkan gejala. komplikasi .
penyebab 4. cara mengatasi f. Makan yang dianjurkan
Hipertensi. Hipertensi dan di larangmakanan
3. Menjelaskan (terasa). yang dianjurkan
tanda dan 2. Beri penyuluhan tentang:
gejala. a. Pengertian Hipertensi.
4. cara mengatasi 5. Cara mencegah b. Penyebab Hipertensi.
Hipertensi resiko c. Tanda dan gejala.
(terasa). komplikasi. d. Cara mengatasi
5. Cara mencegah 6. Makan yang Hipertensi (terasa).
resiko dianjurkan dan e. Cara mencegah resiko
komplikasi. di komplikasi.
6. Makan yang larangMakana f. Makan yang dianjurkan
dianjurkan dan n yang dan di larang.
di larang dianjurkan 3. Beri reinforcement atas
makan usaha keluarga dalam
menyebutkan kembali
tentang :
a. Pengertian
Hipertensi.
b. Penyebab
Hipertensi.
c. Tanda dan gejala
Hipertensi.
d. Cara mengatasai
Hipertensi.
4. Motivasi keluarga untuk
sering mengontrolkan
kesehatan anggota
keluarga yang sakit ke
pelayanan kesehatan
beri reinforcement
positif
L. IMPLEMENTASI

Tanggal/jam No Implementasi Respon pasien Paraf


Dx
Ahad, Mengingatkan S: keluarga masih ingat
8-12-2013 keluarga akan akan kesepakatan yang
kontrak yang telah di buat.
telah di sepakati. O: keluarga tampak
mengerti
Ahad , 1, 2 Mengkaji S: Tn. Bmengtakan
8-12-2013 pengetahuan kurang mengetahui
keluarga tentang tentang apa itu penyakit
penyakit Hipertensi
Hiprtensi yang O: Tn. B nampak
diderita anggota bingung saat di tanya apa
keluarganya itu hipertensi
Ahad , 1,2, Memberikan S:kluarga khususnya
8-12-2013 3 penyuluhan Tn.B mengatakan
tentang : mengerti maksut dan
- Penyebab tujuan kunjungan hari ini
hipertensi
- Tanda dan O: Keluarga
gejala mendengarkan dan
hipertensi memahami lebih jelas
- Faktor resiko tentang Hipertensi
hipertensi
- Akibat
hipertensi
- Upaya
pencegahan
hipertensi
Ahad , 2 Menanyakan S: Tn.B dan keluarga
8-12-2013 pada keluarga dapat menyebutkan
hal-hal yang pengertian
belum hipertensi,menyebutk
dimengerti dan an tanda dan gejala
Meminta hipertensi,
keluarga menyebutkan faktor
menjelaskan resiko yang
kembali tentang meneyebabkan
pengertian, hipertensi,
penyebab, tanda menyebutkan akibat
gejala, factor hipertensi bila tidak
resiko, akibat dirawat, menyebutkan
dan upaya cara mencegah
pencegahan timbulnya hipertensi.
hipertensi. O: keluarga Tn.B dapat
bekerjasama dengan
mahasiswa, keluarga
dapat terlihat aktif
dalam diskusi ,
keluarga menunjukan
minat terhadap
kegiatan atau
tindakan yang dapat
dilakukan , keluarga
dapat memberikan
responverbal dan non
verbal yang baik serta
keluarga kooperatif
selama kegiatan
berlangsung
Ahad , 1,2, Membuat S: Tn.B mengatakan “iya
8-12-2013 3 kontrak besok”
kunjungan
kembali untuk O:disepakati tanggal 9-
mendiskusikan 12-2013 jam 19.00
tentang WIB.
hipertensi
Senin, 2,3 Mendemonstrasi S: Keluarga mengatakan
9-12-2013 kan kepada akan berusaha
keluarga Tn.B mencoba merawat
cara mengurangi nyeri pada Tn.B
nyeri dengan seperti yang
tindakan dijelasakn
nonfarmakologi
seperti kompres
dingin pada O: Tn.B dan keluarga
dahi, pijat Mendengarkan dan
punggung dan keluarga nampak
leher, tehnik antusias
relaksasi
Senin , 2,3 Meminta S:keluarga mencoba
9-12-2013 keluarga untuk mendemonstrasikan
rekomendasi cara mengurangi
cara nyeri sesuai dengan
mengurangi yang dianjurkan
nyeri dengan
kompres O: keluarga tampak
dingin dan antusias menjelaskan
pijat punggung
dan lehe
Selasa , 3 Menggali S: Keluarga Tn.B
10-12-2013 pengetahuan mengatakan paham dan
keluarga tentang mengatakan makanan
diit makanan yang dilarang adalah
yang dianjurkan daging dan kopi.
dan yang
dihindari serta O: keluarga nampak
Jelaskan tentang semangat dan
makanan yang memperhatikan.
dianjurkan dan
dilarang :
Dianjurkan ,
buah-buahan
seperti pisang,
dan kacang-
kacangan.
Makanan yang
dilarang , kopi,
daging kambing
, alkohol,emping
rokok
Selasa , 1,2, Beri motivasi S: Keluarga mengatakan
10-12-2013 3 keluarga untuk makanan yang
mengulang yang dianjurkan: pace,
sudah dijelaskan blimbing dan sledri.
Dan makanan yang
dilarang: kopi, alkohol
dan daging kambing
O: keluarga nampak
semangat dan
memperhatikan.
Selasa , 1,2, Menutup S: mengucapkan terima
10-12-2013 3 pertemuan kasih
dengan O: menjawab salam.
mengucapkan
terima kasih dan
semoga
bermanfaat dan
menutup
pertemuan
dengan
mengucapkan
salam.
M. EVALUASI

Tgl/Jam No. Dx Evaluasi TTD


Selasa, 1 S : Keluarga mengatakan sudah memahami apa yang telah
10-12-13 dijelaskan tentang pengertian hipertensi, penyebab
10.00 hipertensi, serta tanda dan gejala tanda gejala, faktor
WIB resiko, akibat dan upaya pencegahan hipertensi.
O : Keluarga dan Tn.B sudah mengetahui cara mencegah
timbulnya hipertensi yaitu dengan memeriksa tekanan
darah secara teratur, mengurangi makanan yang
mengandung garam dan kolestrol, kurangsi stress,
olahraga teratur, istirahat yang cukup, minum obat yang
teratur, ciptakan suasana yang nyaman serta
A : Masalah kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan
dan penatalaksanaan penyakit hipertensi dan tingkat
stressor yang tinggi dalam keluarga Tn. B teratasi
P : pertahankan intervensi, Memotivasi kelurga untuk rutin
periksa tekanan darah

2. S : keluarga mengatakan sudah mengetahui cara mengatasi


rasa nyeri apabila nyeri tersebut muncul
O : Keluarga Tn. B terlihat bisa menjelaskan kembali dan
bisa mempraktekan sendiri apa yang telah dijelaskan
tentang cara penanganan mengurangi nyeri dengan
tindakan nonfarmakologi seperti kompres dingin pada
dahi, pijat punggung dan leher, tehnik relaksasi.
A : Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi serta memotivasi keluarga untuk
terus mengajarkan tehnik relaksasi.

S : -Keluarga dan Tn.B mengatakan tekanan darah tinggi


adalah tekanan darah > 140/90 mmHg
- Keluarga dan Tn.B mengatakan penyebab hipertensi:
merokok, alkohol
-Keluarga dan Tn.B mengatakan tanda dan gejala
hipertensi:Pusing, penglihatan kabur,pegel-pegel,
telingga berdenggeng
- Keluarga dan Tn.B mengatakan makanan pantangan,
yaitu: keripik, telur asin, selai kacang dan kopi
- Keluarga dan Tn.B mengatakan makanan yang
dianjurkan: buah-buahan seperti pisang, dan kacang-

3 kacangan.

O: - Keluarga dapat menyebutkan penyebab serta resiko


terjadinya komplikasi
- Keluarga dapat menyebutkan pantangan dan makanan
yang dianjurkan

A: Masalah teratasi

p : Pertahankan intervensi dan memotivasi keluarga untuk


perencanaan makan (diit), memberikan informasi
kepada keluarga tentang makanan yang dilarang oleh
klien
BAB III
METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu studi


yang mengeksplorasi suatu masalah keperawatan dengan batasan
terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan
menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian studi kasus
dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa
peristiwa, aktivitas atau individu. Studi kasus ini adalah studi untuk
mengeksplorasi masalah Asuhan keperawatan pada klien Hipertensi di
Dukuh Tamansari, Desa Payung, Kecamatan Weleri, Kabupaten
Kendal.
B. BATASAN ISTILAH

Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada


peningkatan,  perawatan diri (self – care), pendidikan kesehatan dan
konseling keluarga, serta upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi
resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari lingkungan.
Tujuannya adalah untuk mengangkat derajat kesehatan keluarga
secara menyeluruh, yang mana secara tidak langsung mengangkat
deraja kesehatan setiap anggota keluarga (Friedman, 1998).
C. METODE PENGUMPULAN DATA

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode

penulisan secara deskriptif, naratif, dan komprehensif. Metode ini

dengan cara pengumpulan data melalui observasi terhadap semua

keadaan yang terjadi melalui pendekatan dalam proses keperawatan

yang terdiri dari pengkajian, analisa, diagnosa, intervensi,

implementasi, dan evaluasi. Adapun cara pengumpulan data yang

penulis gunakan untuk memperoleh hasil adalah sebagai berikut :

1. Anamnesa

Diperoleh dengan menanyakan kepada klien, keluarga klien,

perawat, dokter dan petugas kesehatan lainnya mengenai

perjalanan penyakitnya.

2. Observasi partisipasi aktif


Pengadaan pengamatan dan perawatan langsung terhadap pasien

serta perkembangan penyakit dengan melakukan asuhan

keperawatan.

3. Studi dokumenter

Pengumpulan data tentang keadaan pasien dari catatan medis,

perawatan, hasil laboratorium serta pemeriksaan fisik

4. Studi Kepustakaan

Penulis mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan

hipertensi termasuk bahan – bahan perkuliahan agar mempunyai

nilai ilmiah untuk dipertahankan.

D. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Studi kasus dilakukan selama 3 hari dari tanggal 8 – 10 Desember

2013, di Dukuh Tamansari, Desa Payung, Kecamatan Weleri,

Kabupaten Kendal.

E. UJI KEABSAHAN DATA


Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas
data/informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga
menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas
peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan data
dilakukan dengan:
1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan dan
2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga
sumber data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Setelah melakukan pengkajian selama 3 hari dengan masalah utama
Hipertensi, dengan menggunakan Model Konseptual Friedman yang
memfokuskan masalah utama Asuhan keperawatan keluarga Tn.B dengan
Hipertensi untuk menegakkan diagnosa keperawatan keluarga yang muncul.
(Wright & Leahey, 2009 dalam NANDA 2012)
Setelah memberikan asuhan keperawatan keluarga menemukan beberapa
faktor yang menjadi pendukung & penghambatnya Adapun faktor yang
mendukung yaitu adanya kerjasama keluarga dengan baik, terbinanya trust
(hubungan saling percaya) antara perawat & keluarga telah mampu
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada yaitu Puskesmas atau pelayanan
kesehatan terdekat, misal, Dokter Umum. Kesediaan keluarga untuk
meluangkan waktu dalam pemberian asuhan keperawatan dan adanya
motivasi yang besar dari keluarga untuk menerima dan mengikuti semua
tambahan pengetahuan yang perawat berikan. Faktor penghambat yang
menjadi kendala penulis yaitu keterbatasan waktu dalam melakukan asuhan
keperawatan serta pada saat pengkajian tidak semua anggota keluarga dapat
berkumpul sehingga data pengkajian hanya berasal dari anggota keluarga
yang ada, berikut beberapa kesenjangan kasus dan teori yang penulis temukan
pada pengkajian :
a. Riwayat tahap perkembangan keluarga, Tahap perkembangan keluarga Tn.
B adalah tahap perkembangan dengan anak dewasa Tn. B memiliki 5
orang anak ,tugas pada tahap perkembangan dewasa ini sudah terpenuhi.
Riwayat keluarga inti, Tn.B menderita penyakit hipertensi, pada
pengkajian mengeluh Tn. B mengatakan merasa nyeri dan kaku di daerah
tengkuk dan kepala berdenyut-denyut serta tangan dan kaki kiri biasanya
sulit digerakan Pada riwayat keluarga inti penulis kurang teliti dalam
mengkaji penyakit hipertensi yang di derita Tn. B , penulis tidak mengkaji
bagaimana pola konsumsi terhadap makanan yang tidak boleh dikonsumsi
Tn.B
b. Data lingkungan Pada Tn. B karakteristik rumah, dalam pengkajian
penulis hanya mengkaji luas rumah secara keseluruhan, Dan penulis tidak
berhasil mengkaji luas masing-masing ruangan karena pemilik rumah
sendiri pun sudah lupa. Karena kurang ketelitian, penulis tidak melengkapi
denah rumah dengan skala
c. Pada pengkajian fungsi keluarga tertulis fungsi keluarga meliputi, fungsi
afektif, sosial, perawatan keluarga, produksi dan ekonomi. Pola fungsi
perawatan kesehatan meliputi 5 disini keluarga tidak begitu tahu tentang
penyakit yang di derita Tn. B keluarga hanya tahu Tn. B menderita darah
tinggi. Dan untuk pengobatan selain dari dokter Tn.B S harus menghindari
makan yang mengandung kolestrol, menerapkan pola hidup sehat serta
melakukan aktivitas olah raga, keluarga tidak mengetahui pengertian,
penyebab, tanda dan gejala Hipertensi, serta perawatan hipertensi dirumah.

d. Pada pengkajian fungsi ekonomi tertulis “keluarga” Tn. B merupakan


keluarga yang cukup akan penghasilan. Kebutuhan sandang, pangan, dan
papan dalam keluarga Tn. B selalu terpenuhi”. Dalam hal ini penulis tidak
mencantumkan tentang keluarga dalam memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga pada
dokumentasi asuhan keperawatan karena kurangnya ketelitian penulis pada
saat melakukan pengkajian sehingga hal tersebut tidak terkaji.

e. Pada pemeriksaan stres dan koping keluarga, dalam kehidupan sehari-hari


keluarga Tn. B tidak menghadapi strssor yang berat walaupun biasanya
hipertensi Tn. B kambuh karena stress dengan masalah anak-anaknya dan
pekerjaannya serta kadang Ny. S cerewet dan suka marah-marah tetapi
dalam hal ini penulis tidak mencantumkan intensitas seberapa sering Tn .B
mengalami stressor dalam masalah pripadi atau masalah pada keluarga.

f. Pada pengkajian pemeriksaan fisik TTV dan data pendukungnya, penulis


hanya mencantumkan TD, Nadi, Suhu, seharusnya dicantumkan juga
untuk pemeriksaan RR/pernafasan dan berat badan.,hal ini karena peniliti
kurang teliti dalam melakukan kajian pada pemeriksaan fisik.

B. DIAGNOSA YANG MUNCUL PADA KASUS


Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis mengenai
pengalaman/respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan yang aktual atau potensial/proses hidup. Diagnosis keperawatan
memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
akhir sehingga perawat menjadi akuntabel (Nanda, 2012)
a. Aktual nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan.
Berdasarkan teori yang ada pada kasus hipertensi muncul gangguan
rasa nyaman nyeri, didasarkan atas adanya resistensi pembuluh otak
yang meningkat menimbulkan nyeri kepala hal ini mengakibatkan
gangguan rasa nyaman. Diagnosa  keperawatan gangguan rasa nyaman
nyeri adalah berhubungan dengan tekanan vaskular cerebral akut atau
sakit kepala (Doengoes, 2001). Penulis mencantumkan kata aktual,
seharusnya tidak dicantumkan, karena aktual adalah klasifikasi jenis
diagnosa keperawatan.
Nyeri yang dimaksudkan disini adalah nyeri kronik karena nyeri
timbul lebih dari enam bulan. Nyeri kronik adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami nyeri yang menetap atau intermiten dan
berlangsung lebih dari enam bulan (Carpenito, 2001).
Batasan karakteristik mayornya yaitu komunikasi (verbal atau
penggunaan kode) tentang nyeri yang dideskripsikan, sedangkan
karakteristik minornya yaitu mengatupkan rahang atau pergelangan
tangan, perubahan kemampuan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas
sebelumnya. Agitasi, ansietas, peka rangsang, mengosok bagian yang
nyeri, mengorok, postur yang tidak biasanya (lutut ke abdomen), ketidak
mampuan fisik atau imobilitas, masalah dengan konsentrasi, perubahan
pada pola tidur, rasa takut mengalami cidera tulang, menarik bila
disentuh, mata terbuka lebar atau sangat tajam, gambaran kurus, mual
muntah (carpenito, 2001)

Mengangkat diagnosa tersebut, karena saat dilakukan pengkajian Tn.


B mengatakan merasa nyeri dan kaku di daerah tengkuk dan kepala
berdenyut-denyut dengan skala nyeri 5, Tn.B terlihat meringis kesakitan
dan memegang bagian tengkuknya. Penyebab yang ditampilkan yaitu
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. Sebab dari
hasil pengkajian didapatkan Tn. B mengatakan sakitnya sudah biasa dan
akan hilang sendiri kalau istirahat, Tn. B tetap bekerja dan beraktifitas
seperti biasa tanpa memperdulikan rasa sakitnya.
Dengan diangkatnya diagnosa tersebut diharapkan keluarga Tn. B
mampu mengenal masalah kesehatan penyakit hipertensi. Alasan
diagnosa ini dijadikan prioritas kedua  adalah berdasarkan hasil
perhitungan nilai dengan menggunakan skala prioritas dalam menyusun
masalah kesehatan keluarga, dimana diagnosa ini mempunyai skor 3 2/3.
Apabila masalah ini tidak ditangani akan berakibat gangguan pola tidur
dan terganggunya aktivitas sehari-hari (Doengoes, 2000)
Intervensi yang disusun penulis untuk mengatasi masalah adalah:
Anjurkan pasien untuk melakukan tirah baring saat fase akut dengan
rasional pada saat tirah baring sirkulasi darah akan lancar dan
mengurangi tekanan intra cranial: Ajarkan keluarga untuk melakukan
tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tehnik relaksasi
dengan rasional tindakan-tindakan tersebut dapat mengurangi nyeri,
anjurkan pasien dan keluarga untuk mengontrol aktivitas-aktivitas yang
dapat meningkatkan sakit kepala misal batuk panjang, membungkuk
dengan rasional menghindari faktor pencetus peningkatan TIK dapat
mencegah nyeri kepala dan tengkuk muncul, Anjurkan keluarga untuk
selalu melakukan cek tekanan darah setiap 3 minggu sekali dengan
rasional tindakan preventif untuk memantau tekanan darah, Anjurkan
keluarga untuk memantau kebutuhan pasien dalam menjalankan terapi
farmakologi dengan rasional ketepatan dalam pemberian terapi
farmakologi dapat mempercepat penyembuhan.
Implementasi yang penulis laksanakan untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga Tn.B adalah Mengkaji pengetahuan keluarga
tentang penyakit Hipertensi yang diderita anggota keluarganya,
Meminta keluarga untuk rekomendasi cara mengurangi nyeri dengan
kompres dingin dan pijat punggung dan leher, serta Beri motivasi
keluarga untuk mengulang yang sudah dijelaskan.
Evaluasi yang didapat penulis setelah tiga hari adalah secara
subjektif keluarga mengatakan sudah mengetahui cara mengatasi rasa
nyeri apabila nyeri tersebut muncul, secara objektif keluarga Tn.B
terlihat bisa menjelaskan kembali dan bisa mempraktekan sendiri apa
yang telah dijelaskan tentang cara penanganan mengurangi nyeri dengan
tindakan nonfarmakologi seperti kompres dingin pada dahi, pijat
punggung dan leher, tehnik relaksasi.
Pada asuhan keperawatan di evaluasi seharusnya penulis membuat
evaluasi tidak pada hari terakhir tetapi setiap hari dibuat evaluasi, hal ini
dikarenakan kurang pengetahuan dan kurang ketelitian penulis dalam
membuat evaluasi.
b. Resiko penyakit kambuh berulang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan penyakit
hipertensi dan tingkat stressor yang tinggi.
Berdasarkan teori diterangkan bahwa resiko adalah diagnosa yang
menggambarkan penilaian klinis di mana individu atau kelompok lebih
rentan untuk merngalami masalah ketimbang orang lain dalam situasi
yang sama atau serupa (Carpenito, 2001).
Pengangkatan diagnosa tersebut karena saat dilakukan pengkajian
Tn. B mengatakan apabila merasa kecapekan dan banyak pikiran
tengkuknya terasa berat dan juga terasa sakit. Tn. B mengatakan sering
kambuh-kambuh dan pusing jika sedang ada masalah atau makan yang
salah.
Etiologi dalam diagnosa ini adalah Kurangnya pengetahuan
mengenai pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi dan
tingkat stressor yang tinggi. Kurangnya pengetahuan mengenai
pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi dan tingkat stressor
yang tinggi. Alasan hal ini dijadikan etiologi dalam diagnosa karena
sesuai dengan data yang diperoleh penulis yaitu pengetahuan keluarga
yang kurang adekuat sehingga masalah utama hipertensi bisa kambuh
berulang, karena dari data pengkajian klien menderita hipertensi selama
kurang lebih 3 tahun. Serta ketidakmampuan keluarga untuk melakukan
pencegahan dan perawatan dari penyakit hipertensi ini. Alasannya:
Karena keluarga Tn.B menganggap bahwa Tn.B sudah melakukan Pola
hidup baik, tidak lagi mengkonsusmsi makanan yang mengandung
banyak kolestrol dan Tn.B bukan perokok. Namun yang membuat
hipertensi Tn.B kambuh karena stress dengan masalah anak-anaknya
dan pekerjaannya serta kadang ibu S cerewet dan suka marah-marah.
Diangkatnya diagnosa tersebut diharapkan keluarga Tn. B mampu
merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi. Diagnosa ini
menempati prioritas utama karena didasarkan pada Ketidak tahuan
keluarga tentang masalah penyakit hipertensi merupakan bahaya
terhadap kondisi klien dan bila tidak segera ditangani maka akan terjadi
komplikasi lebih lanjut, seperti stroke, kelumpuhan. Dari perhitungan
kriteria tersebut total nilai yang didapat 4 2/3, sehingga diagnosa ini
dijadikan masalah prioritas karena kriteria perhitungan bobot nilainya
paling tinggi. Apabila masalah ini tidak ditangani akan berakibat
penyakit yang diderita akan terulang dan akan mengakibatkan
komplikasi seperti stroke, gagal ginjal dan gagal jantung.
Intervensi yang di susun untuk mengatasi masalah adalah: Kaji
pengetahuan keluarga Tn.B tentang pengertian penyebab, tanda dan
gejala penyakit hipertensi dengan rasional menentukan intervensi
selanjutnya yang tepat, beri pendidikan kesehatan pada keluarga Tn.B
tentang pengertian penyebab, tanda dan gejala hipertensi dengan
rasional pendidikan kesehatan dapat memberikan pengetahuan tentang
hipertensi dan pencegahannya, diskusikan dengan keluarga cara
mengidentifikasi serangan dengan rasional mengetahui tanda dan gejala
hipertensi akan mucul dapat dicegah, kaji kemampuan dan tindakan
keluarga yang pernah dilakukan bila serangan muncul pada Tn.B dengan
rasional melihat ketepatan keluarga dalam tindakan yang dilakukan serta
klarifikasinya, anjurkan keluarga Tn.B untuk membawa keluarga yang
sakit ke pelayanan kesehatan dengan rasional pelayanan kesehatan
memberikan perawatan kesehatan yang lebih baik untuk mengatasi
hipertensi , beri pilihan dalam mengambil keputusan dengan rasional
tindakan yang akan dilaksanakan harus disetujui oleh klien dan
keluarga, beri reinforcement positif atas usaha keluarga dengan rasional
reinforcement positif merupakan salah satu komunikasi terapeutik.
(Carpenito, 2006).
Adapun implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Tn.B
adalah sudah sesuai dengan intervensi yaitu: Kaji pengetahuan keluarga
Tn.B tentang pengertian penyebab, tanda dan gejala penyakit hipertensi,
beri pendidikan kesehatan pada keluarga Tn.B tentang pengertian
penyebab, tanda dan gejala hipertensi, diskusikan dengan keluarga cara
mengidentifikasi serangan, kaji kemampuan dan tindakan keluarga yang
pernah dilakukan bila serangan muncul pada Tn.B dan anjurkan
keluarga Tn.B untuk membawa keluarga yang sakit ke pelayanan
kesehatan.
Evaluasi yang didapat penulis setelah tiga hari adalah secara
subjektif keluarga mengatakan sudah memahami apa yang telah
dijelaskan tentang pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, serta
tanda dan gejala hipertensi, secara objektif keluarga Tn.B mengetahui
cara mencegah timbulnya hipertensi yaitu dengan memeriksa tekanan
darah secara teratur, mengurangi makanan yang mengandung garam dan
kolestrol, kurangsi stress, olahraga teratur, istirahat yang cukup, minum
obat yang teratur Dari hasil data-data evaluasi tersebut dapat diambil
analisa bahwa masalah kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit
teratasi. Kemudian penulis memberi motivasi kelurga untuk rutin
periksa tekanan darah
Pada asuhan keperawatan di evaluasi seharusnya penulis membuat
evaluasi tidak pada hari terakhir tetapi setiap hari dibuat evaluasi, hal ini
dikarenakan kurang pengetahuan dan kurang ketelitian penulis dalam
membuat evaluasi.
c. Risiko tinggi komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluar yang sakit.
Resiko adalah keadaan dimana seorang individu beresiko untuk
mendapat bhaya karena deficit preseptual atau fiologis, kurang nya
kesadaran tentang bahaya, atau usia lanjut (Carpenito 2000)
Diagnosa ini diangkat karena di dapatkan data kurangnya
pengetahuan keluarga klien tentang penyakit, kurangnya pengetahuan
tentang cara penanganan penyakit saat terjadi kekambuhan dan
ketidakmampuan keluarga dalam penanganan keluarga yang sakit dalam
carpenito tidak di jelaskan adanya data mayor dan data minor tetapi ada
faktor –faktor resiko.
Hal ini seusai dengan teori Carpenito (2000) untuk merumuskan
diagnosa tersebut harus ada faktor-faktor resiko. Sedangkan menurut
Nanda, 2011 ada dua faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal
meliputi: biologis(tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme), zat
kimia (racun, polutan , alkohol, nikotin, pengawet, kosmetik, pewarna),
manusia (agens nosokomial, pola ketenangan, atau faktor kognitif,
afektif, dan psikomotor). cara pemindahan, nutrisi (vitamin, jenis
makanan) fisik (desain, struktur, dan pengaturan komunitas, bangubab
dan atau peralatan). Faktor internal meliputi: profil darah yang abnormal
(leukositosis / leucopenia, gangguan faktor koagulasi, trombositopenia,
sel sabit,talasemia, penurunan hemoglobin). Disfungsi biokimia, usia
perkembangan (fisiologis, psikologis), disfungsi efektor, disfungsi imun-
autoimun, disfungsi integratif, malnutrisi, fisik( integritas kulit tidak
utuh, gangguan mobilitas). Psikologis (orientasi efektif), disfungsi
sensori dan hipoksia jaringan.
Pengangkatan diagnosa tersebut karena saat dilakukan pengkajian
Tn. B mengatakan tangan dan kaki sebelah kiri sering jimpe-jimpe,
lemes, dengkul kaki terasa pegel dan cekot-cekot, kaki yang sebelah kiri
terkadang sulit untuk bergerak apabila setelah mengkonsumsi
kopi,daging dan emping serta Ny. S mengatakan bahwa suaminya
memiliki tekanan darah tinggi, tapi Ny. S tidak/kurang begitu mengerti
tentang hipertensi. yang Ny.S tahu tekanan darah tinggi yang tekanan
darahnya lebih dari 130 dan tidak boleh makan yang berkolestrol dan
bila Tn.B mengeluhkan kaku pada kaki dan tangannya Ny.S akan
membawanya berobat ke puskesmas.
Diagnosa ini berada diprioritas ketiga karena berdasarkan prioritas
masalahmemiliki skor 3 2/3. Sifat masalah actual, skor 1 perlu segera
ditangani karena akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut.
Kemungkinan masalah untuk di ubah sebagian , Ada usaha untuk
mengurangi penyebaran penyakit dengan cara mengkonsumsi obat
tradisional. Potensial masalah untuk dicegah cukup skor 2/3 karena
masalah dapat di cegah atau dikurangi Tn.B berusaha menghindari
makanan yang dapat membuatnya pegal dan kaku serta keluarga Tn.B
membawa ke puskesmas jika merasa badannya tidak enak ,
Menonjolnya masalah , masalah berat harus segera ditangani karena
mengganggu aktifitas untuk bekerja.
Intervensi di susun untuk mengatasi masalah kurangnya
pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita anggota keluarga
yang menderita hipertensi adalah dengan cara menjelaskan tentang
pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi,
cara mengatasi hipertensi, dengan makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan serta rasional memberikan pengetahuan kepada keluarga
tentang penyakit yang diderita anggota keluarga agar tidak salah dalam
melaksanakan tindakan yang harus dilaksanakan. Cara mencegah resiko
komplikasi terjadinya penyakit lain
Implementasi yang dilakukan adalah mengkaji pengetahuan
keluarga tentang penyakit hipertensi yang diderita anggota keluarganya ,
menjelaskan tentang pengertian ,penyebab, tanda dan gejala, terapi dan
makanan yang dianjurkan dan tidak di anjurkan
Evaluasi yang didapat setelah tiga hari adalah secara subjektif
keluarga dan Tn.B sudah mengetahui dan dapat menjelaskan tekanan
darah tinggi adalah tekanan darah > 140/90 mmH , keluarga dan Tn.B
mengatakan penyebab hipertensi: merokok, alkohol keluarga dan Tn.B
mengatakan tanda dan gejala hipertensi: Pusing, penglihatan
kabur,pegel-pegel, telingga berdenggeng, keluarga dan Tn.B
mengatakan makanan pantangan, yaitu: durian, emping dan kopi serta
mengatakan makanan yang dianjurkan: pace, timun, seledri . Secara
objektif keluarga Tn.B terlihat bisa menjelaskan penyebab serta resiko
terjadinya komplikasi dan dapat menyebutkan pantangan dan makanan
yang dianjurkan.

C. EVALUASI
Pada tahap evaluasi, penulis menggunakan tehnik evaluasi formatif yaitu
evaluasi yang dilakukan pada saat kegiatan untuk mengetahui perkembangan
setiap harinya dengan diberikannya asuhan Keperawatan pada tabel
implementasi. Penulis juga menuliskan evaluasi sumatif yang dilakukan pada
akhir kegiatan sehingga dapat dilihat perubahan kondisi klien dan keluarga
setelah memperoleh asuhan keperawatan keluarga selama 3 hari.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat


melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai
dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi,
walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui
(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah
peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan)
dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. B serta hasil pembahasan
pada IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Masalah kesehatan dan keperawatan yang muncul pada Tn.B antara lain
Aktual nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan, Resiko penyakit kambuh berulang berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan dan
penatalaksanaan penyakit hipertensi dan tingkat stressor yang tinggi dan
Risiko tinggi komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluar yang sakit
2. Diagnosa yang teratasi yaitu Resiko penyakit kambuh berulang dan
risiko tinggi komplikasi. Sedangkan gangguan rasa nyaman nyeri
masalah teratasi sebagian.
3. Pelaksanakan asuhan keluarga sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat.
4. Evaluasi dari kasus Tn. B, penulis sudah melakukan intervensi serta
memotivasi keluarga untuk rutin priksa tekanan darah, memotivasi
keluarga untuk terus mengerjakan tehnik relaksasi serta perencanaan
makan (diit) yaitu memberikan pengertian kepada keluarga tentang
makanan apa yang boleh serta tidak boleh dikonsumsi oleh klien.
5. Faktor yang mendukung dalam pemberian asuhan keperawatan adalah
keluarga yang kooperatif sedangkan faktor yang menghambat adalah
lingkungan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan.
B. SARAN
1. Keluarga
Kesehatan keluarga sangatlah penting untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga dalam bidang kesehatan, oleh karena itu
tingkatkan kesehatan anggota keluarga dengan penyakit hipertensi.
Hendaknya keluarga memahami tentang penyakit Hipertensi dan
mampu merawat anggota yang menderita penyakit Hipertensi serta
memanfaatkan fasilitas-fasilitas kesehatan ada dengan berobat secara
teratur.
2. Masyarakat
Hendaknya masyarakat lebih memperhatikan kesehatan lingkungan
sekitar serta dapat menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih, agar
tercipta lingkungan yang sehat serta terhindar dari resiko penyakit.
3. Anggota profesi
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
hendaknya memperhatikan aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan
pengetahuan tentang tujuan yang direncanakan akan tercapai sesuatu
dengan tingkat aspek yang dimiliki keluarga melalui metode
penyuluhan, penjelasan maupun diskusi bersama.
4. Provider (mahasiswa keperawatan)
Diharapkan setelah membaca karya tulis ilmiah ini provider dapat
mengembangkan dan memperbaruhi hal-hal yang kurang dalam
asuhan keperawatan yang dilakukan penulis.
5. Puskesmas
Hendaknya puskesmas dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
baik serta mampu menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana
yang memadai yang dapat membantu kesembuhan pasien, sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan yang optimal pada umumnya
anggota keluarga dan pada pasien dengan hipertensi khususnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandrayoga.2007. Beberapa masalah hipertensi di Indonesia. Dari


(http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2010/edisi-no-01-vol-xxxvi2010/143-
profil/114-prof-dr-tjandra-yoga-aditama-sppk-mars-dtmah-dtce)
diakses tanggal 21 April 2014

Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC


Brasher, Valentina L.2008. Aplikasi Klinispatofisiologis Pemeriksaan dan
Management . Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal -Bedah. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta: EGC

Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC

Depkes RI. (2003). Pedoman Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta


(diperoleh 19 April 2014).

Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal, 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Kendal


2013. Kabupaten kendal: Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2004. Potret BKBM Wilayah Semarang.
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Doengoes, Marylin. Alih bahasa I Made Karyasa 2001. Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC

Effendy, Ferry.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek


dalam Keperawatan. jakarta: Salemba Medika
Friedman, Alih bahasa R.L. Ina Debora. 1998. Keperawatan Keluarga: teori dan
praktik, edisi ketiga. Jakarta: EGC.
Herlambang, 2013. Hipertensi dan Diabetes. Jakarta: Tugu Publisher
Jhonson, Lenny R. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kementerian Kesehatan RI. (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar,
RISKESDAS Indonesia Tahun 2007. Depkes, Jakarta.

Lanny dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mansjoer, Arif, dkk., 2000 . Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica


Aesculpalus, FKUI, Jakarta
Mubarok, Wahid Iqbal, dkk.2010. ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Murwarni, Arita. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta: Gosyen
Puplishin.

Nanda. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2012 – 2014.


Jakarta: EGC

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

2013. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto, Bambang. 2012. Hipertensi (Patogenesis, Kerusakan Target Organ


dan Penatalaksanaan) Surakarta: UNS Press.
Rusdi & Nurlaela Isnawati. (2009). Awas! Anda bisa mati cepat akibat hipertensi
& diabetes. Yogyakarta : Power Books (IHDINA)

Smaltzer, C dan Bare, G., B., 2001, Buku Ajar Medikal Keperawatan Bedah,
Edisi 8, Penerjemah Agung Waluyo, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai