Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DI DUSUN III DESA BANGUN SARI


KECAMATAN TANJUNG MORAWA
KABUPATEN DELI SERDANG

OLEH

REYN HARRYS HASUDUNGAN SITORUS


21.081.119.007
MELVA REHULINE SIHITE
21.081.119.008
PEA SANTRI LAIA
21.081.119.016
YEMIMA CHALEBRINA SIBARANI
21.081.119.018

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu
120/80 mmHg. Menurut WHO (World Health Organization), batas tekanan darah yang
dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari
140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun)
(Adib, 2009).
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi primer atau
esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi
sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit
jantung dan gangguan ginjal. Menurut JNC VII Report 2003, diagnosis hipertensi
ditegakkan apabila didapatkan tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dalam waktu yang
berbeda (Indrayani, 2009).
Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Tidak
hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1
dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita
hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025. Kurang lebih 10-
30% penduduk dewasa dihampir semua negara mengalami penyakit hipertensi, dan
sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat dikategorikan sebagai mayoritas utama yang
status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila dapat dikontrol tekanan darahnya (Adib,
2009).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan jumlah penderita hipertensi akan
terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah pada 2025 mendatang
diperkirakan sekitar 29% warga dunia erkena hipertensi. WHO menyebutkan negara
ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju
hanya 35%, kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu
sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia Tenggara 36%. Kawasan Asia
penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu
dari tiga orang menderita hipertensi. Sedangkan di Indonesia cukup tinggi, yakni
mencapai 32% dari total jumlah penduduk (Widiyani,2013).
Laporan Kemenkes (2013), bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi kematiannya mencapai 6,7%
dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Balitbangkes tahun 2013 menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional
mencapai 25,8%. Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan sebesar 15 juta tetapi
hanya 4% yang hipertensi terkendali. Hipertensi terkendali adalah mereka yang
menderita hipertensi dan mereka tahu sedang berobat untuk itu. Sebaliknya sebesar 50%
penderita tidak menyadari diri sebagai penderita hipertensi, sehingga mereka cenderung
untuk menderita hipertensi yang lebih berat.
Berdasarkan data yang diperoleh di Dusun III Desa Bangun Sari bahwa lansia
tidak rutin memeriksakan kesehatan dasar seperti pemeriksaan tekanan darah. Sehingga,
banyak lansia yang ternyata mengidap tekanan darah tinggi secara tiba-tiba dikarenakan
tidak adanya kontrol diri dan keluarga.
Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola makan.
Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang yang
mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan. Hipertensi belum banyak
diketahui sebagai penyakit yang berbahaya, padahal hipertensi termasuk penyakit
pembunuh diam-diam, karena penderita hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan berarti
sehingga menganggap ringan penyakitnya. Sehingga pemeriksaan hipertensi ditemukan
ketika dilakukan pemeriksaan rutin/saat pasien datang dengan keluhan lain. Dampak
gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi, jadi baru disadari ketika telah
menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal,
gangguan fungsi kognitif/stroke. Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup
para penderitanya. Penyakit ini menjadi muara beragam penyakit degeneratif yang bisa
mengakibatkan kematian. Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi
juga berdampak kepada mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para
penderitanya. Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penurunan kualitas
hidup. Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan
pengobatan secara rutin dan pengontrolan secara teratur, maka hal ini akan membawa
penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan kematian.
Tekanan darah tinggi yang terus menerus mengakibatkan kerja jantung ekstra
keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan pembuluh darah jantung, ginjal,
otak dan mata (Wolff, 2006). Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien
hipertensi untuk dapat mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak
terjadi komplikasi. Hal ini dikarenakan sebagian besar penderita hipertensi lansia
bertempat tinggal di pedesaan dan pendidikannya masih rendah. Pendidikan yang rendah
pada pasien hipertensi lansia tersebut mempengaruhi tingkat pengetahuan mengenai
penyakit hipertensi secara baik. Pengetahuan pasien hipertensi lansia yang kurang ini
berlanjut pada kebiasaan yang kurang baik dalam hal perawatan hipertensi.
B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana gambaran pengkajian asuhan keperawatan pada lansia dengan
Hipertensi di Dusun III Desa Bangun Sari?
b) Bagaimana rumusan diagnosa asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi
di Dusun III Desa Bangun Sari ?
c) Bagaimana perencanaan asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi di
Dusun III Desa Bangun Sari?
d) Bagaimana implementasi asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi di
Dusun III Desa Bangun Sari?
e) Bagaimana evaluasi asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi di Dusun
III Desa Bangun Sari?
C. Tujuan Penulisan
a) Tujuan Umum
Melakukan proses asuhan keperawatan pada lansia di Dusun III Desa
Bangun Sari dengan pendekatan proses keperawatan.
b) Tujuan Khusus
Mempelajari proses asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi di
Dusun III Desa Bangun Sari.
D. Manfaat Penulisan
a) Manfaat Teori
Sebagai referensi dalam mengembangkan ilmu keperawatan dimasa
yang akan datang khususnya pada pasien dengan Hipertensi.
b) Manfaat Praktis.
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan pada lansia di Dusun III Desa
Bangun Sari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan peningkatan tekanan darah systole
diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastole diatas 90 mmHg (Brunner dan
Suddarth, 2004).
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah diastolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah diastolic sedikitnya 90 mmHg
(Price & Wilson, 2006).
2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC 7 terbagi
menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertesi derajat I, dan hipertensi
derajat 2 (Yugiantoro 2009).
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7
Klasifikasi tekanan Tekanan darah sistolik Tekanan darah
darah (mmHg) diastolic (mmHg)
Normal <120 <80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99


Hipertensi derajat 2 >160 >100
3. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Hipertensi Primer (Hipertensi esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. factor yang mempengaruhinya yaitu: genetic,
lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis system renin, angiotensin dan
peningkatan Na+ Ca intraseluler. factor-faktor yang meningkatkan
resiko yaitu: obesitas, merokok, alcohol polisitemia, asupan lemak jenuh
dalam jumlah besar, dan stres.
2) Hipertensi Sekunder
Penyebab dari hipertensi sekunder meliputi: koarktasio aorta, stenosis
arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, pamakaian preparat kontrasepsi
oral, kokain, epoetin alfa dan hipertensi yang ditimbulkan oleh
kehamilan. (Kowalak,2016).
4. Patofisiologi
Proses terjadinya hipertensi dimulai dengan atherosclerosis yang
menyebabkan gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut
dengan kekakuan pembuluh darah. Kekauan pembuluh darah disertai dengan
penyempitan karena adanya penumpukan plak yang menghambat gangguan
fungsi peredaran darah perifer. Kekakuan pembuluh darah dan kelambanan
aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya di
kompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan
gambaran penigkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi.
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang ditemukan pada penderita hipertensi yaitu : sakit kepala,
jantung berdebar-debar, sulit bernapas setelah bekerja keras atau menangkat beban
berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah atau
mimisan, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinutis),
vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin,2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009) gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk
teras pegal, mudah marah, telinga berdeging, sukar tidur, sesak napas, tengkuk rasa
berat, mudah lelah, mata berkunang-kunang dan mimisan (darah keluar dari hidung).
6. Komplikasi
1) Stroke hemoragic
Hal ini dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di
otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak, yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi karena hipertensi kronis
apabila arteri memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,
sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri
otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah hingga
menigkatkan kemugkinan terbentuknya aneurisma.
2) Infark Miokard
Ima dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada
hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
yang menyebabkan infark.
3) Gagal Ginjal
GG dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler glomelurus ginjal. Dengan rusaknya glomelurus, aliran
darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik
dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomelurus protein akan
keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang
dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.
4) Ensefalopati (Kerusakan otak)
Hal ini dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada
kelainan ini menyebabkan penigkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan ke ruang interstisial di seluruh sususan saraf pusat. Neuron
disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic atau laboratoriun yang diambil adalah :
1). Serum: Aldosteron; Supine nilai normal : 2-5 ng/Dl, Standing nilai normal
: 7-20 ng/dL, Kolesterol plasma total Nilai normal :150-199 mg/dL, Nilai
normal LDL : 130 mg/dL, Nilai normal HDL : 40 mg/dL, Trigliserida nilai
normal : 250 mg/dL.
2). Urine : BUN (Blood Urea Nitrogen) ; 8-20mg/dl (2.9-7.1 mmo/L), Renin ;
nilai normal : 0,2-3,3 ng/ml/jam, Asam urat ; nilai normal : 2.5-8 mg/Dl.
3). Elektrokardiogram (ECG); Hipertrofi ventrikel kiri, iskemia.
8. Penatalaksaan Hipertensi
1) Secara Nonfarmakologi
Pada saat seseorang ditegakkan diagnosanya menderita hipertensi
derajat satu, maka yang pertma dilakukan adalah mencari faktor resiko
apa yang ada. Kemudian dilakukan upaya untuk menurunkan faktor
risiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup, sehingga dapat dicapai
tekanan darah yang diharpkan. Bila dalam waktu 1 (satu) bulan tidak
tercapai tekanan darah normal, maka terapi obat diberika. Bila hipertensi
derajat dua maka intervensi obat diberikan bersamaan dengan modifiksi
gaya hidup.
Pola hidup sehat yang dianjurkan untuk mencegah dan mengontrol
hipertensi adalah :
a) Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak
b) Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal
c) Gaya hidup aktif/olahraga teratur
d) Stop merokok
e) Membatasi konsumsi alkohol (bagi yang minum)
2) Secara Farmakologi
Tatalaksana hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan
perubahan pola hidup tekanan darah belum mencapai target (masih
>140/90 mmHg) atau 130/80 mmHg pada diabetes atau ginjal kronik.
Pemilihan obat berdasarkan ada/tidaknya indikasi khusus. Bila tidak
ada indikasi khusus pilhan obat tergantung dari derajat hipertensi.
Teradapat 9 kelas obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan
darah yang diinginkan.
Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila
pemakaian obat dosis tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target
tekanan darah. Apabila tekanan darah melibihi 20/10 mmHg di atas
target, dapat di pertimbangkan utnuk memulai terapi dengan dua obat.
9. Konsep Lansia
1) Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur- angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun
1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan
nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, telah
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia
harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin
bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan
mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada
hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya
bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak,
dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
2) Batasan Lansia
a) WHO (1999) menjelaskan batasan lansi adalah sebagai berikut :
- Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
- Usia tua (old) : 75-95 tahun, dan
- Usia sangat tua (very old) adalah usia >90 tahun
b) Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu :
- Usia lanjut presenalis yaitu antara usia 45-59 tahun
- Usia lanjut yaitu usia 60 ke atas,
- Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60
tahun ke atas dengan masalah kesehatan
3) Ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a) Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik
dan faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki
motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka
akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga
lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik
pada lansia akan lebih lama terjadi.
b) Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat
menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang
rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi
positif.
c) Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada
lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas
dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan
sosial dimasyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat
tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d) Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi
buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga
sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena
dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan
lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan
memiliki harga diri yang rendah.
4) Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati siklus kehidupan
manusia didunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir
kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua atau tahap
penuaan.Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,
dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental
dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan
tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan
perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional.
Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif
pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan
jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas,
mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan
kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan
penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori,
namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih
banyak ditemukan pada faktor genetik.
5) Permasalahan Lansia di Indonesia
Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami perubahan
dalam kehidupannya sehinngga menimbulkan beberapa masalah.
Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :
a) Masalah fisik
Masalah yang dihadapi oleh lansia adalah fisik yang
mulai melemah, sering terjadi radang persendian ketika
melakukan aktivitas yang cukup berat, indera penglihatan yang
mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang serta
daya tahan tubuh yang menurun sehingga sering sakit.
b) Masalah kognitif
Masalah yang dihadapi lansia terkait dengan
perkembangan kognitif, adalah melemahnya daya ingat
terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk bersosialisasi
dengan masyarakat sekitar.
c) Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan
spiritual, adaalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karea
daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang ketika
mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah,
dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan hidup yang
cukup serius.
6) Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam
memudahkan petugas kesehatan dalam membeikan pelayanan sosial,
kesehatan, perawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan bagi
lansia. Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari :
- Mempertahankan derajat kesehatan pada lansia pada taraf
yang setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit
atau gangguan.
- Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas-aktivitas
fisik dan mental
- Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat
mempertahankan kemandirian yang optimal
- Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian
para lansia yang berada pada fase terminal sehingga lansia
dapat menghadapi kematian dengan tenang dan bermartabat.
7) Pendekatan Perawatan Lansia
a) Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dilakukan dengan
pendekatan fisik melalui perhatian terhadap kesehatan,
kebutuhan, kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih
dapat dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat
dicegah atau progersifitas penyakitnya.
Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia
dapat dibagi dua bagian :
- Klien yang masiih aktif dan memiliki keadaan fisik yang
masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga
dalam kebutuhan sehari-hari ia masih mampu melakukan
dengan sendirinya.
- Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. Perawata harus mengetahui dasar
perawatan klien lansia ini, terutama yang berkaitan dengan
kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatan.
b) Pendekatan psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lansia. Perawat dapat
berperan sebagai pendukung terhadap segala sesuatu yang
asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam
member kesempatan dan waku yang cukup banyak untuk
menerima berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa puas.
Perawat harus memegang prinsip triple S yaitu sabar,
simpatik, dan service. Bila ingin merubah tingkah laku dan
pandagan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa
melakukannya secara perlahan dan bertahap.
c) Pendekatan sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan
salah satu upaya perawat dalam melakukan pendekatan
sosial. Member kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesama klien lansia berari menciptakan sosialisasi.
Pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat
bahwa lansia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain. Dalam pelaksanaanya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial, baik antara lansia maupun
lansia dengan perawat. Perawat member kesempatan seluas-
luasnya kepada lansia untuk mengadakan komunikasi dan
melakukan rekreasi. Lansia perlu dimotivasi untuk membaca
surat kabar dan majalah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
DI DUSUN 3 DESA BANGUNSARI KECAMATAN TANJUNG MORAWA
KABUPATEN DELI SERDANG

A. PENGKAJIAN DATA
1. Data Demografi dan Pemeriksaan

No Nama Jenis Umur BB TD


Kelamin
1 Ismail LK 76 50 200/100
2 Suhermi PR 62 72,2 150/70
3 Sumiati PR 69 63,4 200/90
4 Suharni PR 68 44,2 130/80
5 Wagimi PR 68 62,9 190/100
6 Mariani PR 63 37,4 100/60
7 Magina PR 63 55,1 140/80
8 Epnidar Siregar PR 67 70,9 180/90
9 Ponimin Rum LK 72 66,1 180/90
10 Ponimin LK 74 44,7 140/90
11 Sumadi LK 60 76,3 140/90
12 Giran LK 70 63,6 130/80
13 Legimin LK 54 58,4 120/80
14 Nasiem PR 76 48,8 120/90
15 Julianto LK 52 67,3 130/90
16 Budi Prasetyo LK 55 71,8 140/100
17 Suratmi PR 59 52,7 130/70
18 Leginem PR 79 36,1 120/80
19 Gemino LK 70 71,5 170/100
20 Wagini PR 60 62,9 140/100
21 Garsimah PR 75 53,9 130/80
22 Estian PR 49 55 120/80
23 Bangun Siregar LK 81 60,5 130/80
24 Rahma PR 76 42,6 130/80
25 Wasilan LK 66 86 160/100
26 Tukiah PR 60 63,6 160/80
27 Suryani PR 61 67,3 140/90
28 Fitri PR 59 67,5 110/90
29 Sukarsi PR 57 62,9 130/90
30 Mahanim PR 65 42,6 140/100
31 Nyono LK 63 78,2 130/80
32 Rusli Sembiring LK 70 87,8 160/100
33 Sugito LK 62 60,7 160/100
34 Sawani PR 57 53 130/90
35 Edi Syahputra LK 58 60,2 130/80
36 Juniardi Kades LK 50 72,6 140/100
37 Umi Kalsum PR 54 97 130/80
38 Poniem PR 50 56 130/100

B. Lansia
1. Keluhan Lansia

No Keluhan penyakit lansia Frekuensi %


1 Mengeluh 36 KK 72
2 Tidak mengeluh 14 KK 28
Total 50 KK 100
Interprestasi : Mayoritas lansia mengeluh dengan penyakitnya yaitu sebanyak 36 KK, dan tidak
mengeluh 14 KK.

2. Jenis penyakit yang diderita lansia

No Jenis penyakit Frekuensi %


1 Asma 1 KK 2,8
2 TBC - -
3 Hipertensi 17 KK 47,2
4 Dm 6 KK 16,7
5 Reumatik 5 KK 13,9
6 Katarak - -
7 Lain-lain 7 KK 19,4
Total 36 KK 100
Interprestasi : Mayoritas Jenis Penyakit yang di derita Lansia adalah Hipertensi dengan frekuensi
sebanyak 17 KK, DM 6 KK, Reumatik 5 KK, Asma 1 KK dan lain-lain 7 KK.

3. Penganan penyakit lansia

No Penanganan penyakit Frekuensi %


1 Sarana kesehatan 11 KK 30,6
2 Non medis 9 KK 25
3 Diobati sendiri 16 KK 44,1
Total 36 KK 100
Interprestasi : Penanganan penyakit lansia mayoritas diobati sendiri dengan frekuensi 16 KK,
non medis 9 KK, dan sarana kesehatan 11 KK.

4. Penggunaan waktu senggang

No Waktu senggang Frekuensi %


1 Berkebun 15 KK 41,7
2 Rekreasi 5 KK 13,9
3 Senam 3 KK 8,3
4 Lain- 13 KK 36,1
Total 36 KK 100
Interprestasi : Penggunaan waktu senggang mayoritas berkebun dengan frekuensi 15 KK,
rekreasi 5 KK, senam 3 kk dan lain-lain 13 KK

.
ANALISA DATA DAN PENEGAKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN GERONTIK

N
DATA FOKUS MASALAH
O

1 DS : Hasil wawancara dengan lansia Gangguan Hipertensi berhubungan dengan


warga dusun 3 desa bangun sari terdapat kurangnya pengetahuan dan pemahaman
beberapa lansia yang memiliki penyakit serta penanganan penyakit hipertensi pada
hipertensi dan kurang memahami tentang komunitas lansia di dusun 3 desa bangun sari.
penyakit hipertensi.

DO : - Berdasarkan hasil survey


penduduk terdapat 17 lansia yang
memiliki penyakit hipertensi.

- Berdasarkan hasil survey penanganan


penyakit lansia, mayoritas lansia
memilih diobati sendiri yaitu sebanyak
16 lansia, dan ke sarana kesehatan
sebanyak 11 lansia, dan pengobatan non
medis 9 lansia.

DIAGNOSA KEPERAWATAN GERONTIK

1. Gangguan Hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan pemahaman serta


penanganan penyakit hipertensi pada komunitas lansia di dusun 3 desa bangun sari.
RENCANA KEGIATAN (POA)

RENCANA
N PENANGGUNG WAKTU TEMPAT
MASALAH KEGIATAN DANA SUMBER
O JAWAB KEGIATAN KEGIATAN
1 Gangguan Hipertensi 1. Pendidikan Kepala Dusun 3 Sabtu, 12 Balai Dusun - Mahasiswa
kesehatan
berhubungan dengan Desa Bangun Maret 2022 3 Desa dan Lansia
mengenai
kurangnya hipertensi Sari dan Jam 09.00 Bangun Sari
pengetahuan dan Mahasiswa WIB
- Jelaskan
pemahaman serta definisi
hipertensi
penanganan penyakit
hipertensi pada - Jelaskan factor
risiko hipertensi
komunitas lansia di
dusun 3 desa bangun - Jelaskan
upaya preventif
sari
hipertensi

- Jelaskan cara
mengubah
prilaku pada
lansia yang
dapat mencegah
hipertensi

2. Melakukan
pemeriksaan
tekanan darah

- Anjurkan untuk
melakukan
pemeriksaan
tekanan darah ke
puskesmas
secara berkala
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
DUSUN 3 DESA BANGUN SARI

RENCANA EVALUASI
NO MASALAH SASARAN TUJUAN STRATEGI HARI/TGL TEMPAT
KEGIATAN KRITERIA STANDAR
1 Gangguan Hipertensi Komunitas Setelah Promosi 1. Sabtu, 12 Balai -Lansia Respon Verbal
Pendidikan mampu
berhubungan dengan Lansia Dusun dilakukan Kesehatan Maret 2022 Dusun 3
kesehatan menjelaskan
kurangnya 3 Desa Bangun proses dan Cek mengenai Jam 09.00- Desa definisi hipertensi
keperawatan hipertensi
pengetahuan dan Sari Tekanan Selesai WIB Bangun -Lansia
selama 2 x 45 mampu
pemahaman serta Darah - Jelaskan Sari menjelaskan
menit lansia definisi
penanganan penyakit Gratis secara singkat
mampu hipertensi factor risiko
hipertensi pada hipertensi
memahami
- Jelaskan
komunitas lansia di konsep factor -Lansia
dusun 3 desa bangun risiko mampu
hipertensi dan
hipertensi menyebutkan
sari upaya minimal 3 upaya
pencegahan
pencegahannya - Jelaskan
hipertensi
upaya dan cara
preventif mengubah
hipertensi prilaku sehat

- Jelaskan -Lansia
cara Bersedia untuk
mengubah melakukan
prilaku pada pemeriksaan
lansia yang tekanan darah ke
dapat puskesmas.
mencegah
hipertensi

2.
Melakukan
pemeriksaan
tekanan
darah

- Anjurkan
untuk
melakukan
pemeriksaan
tekanan
darah ke
puskesmas
secara
berkala
SATUAN ACARA PENYULUHAN

(PLANING OF ACTIOAN)

Pokok Bahasan : Strategi Pencegahan Penyakit yang Lazim Terjadi Pada Lansia
Hari / Tanggal : Sabtu, 12 Maret 2022
Tempat : Disesuaikan
Sasaran : Lansia
Waktu : 45 menit

Analisis Situasi:

1. Tujuan Umum
Lansia dapat hidup sehat dan sukses diusia lanjut serta mencegah penyakit yang umum
terjadi pada lansia.

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan tentang penyakit yang lazim terjadi pada lansia serta
pencegahannya, maka lansia mampu :
a) Menjelaskan perubahan diusia lanjut.
b) Menjeleaskan kiat mempertahankan sehat fisik, psikologi ,sosial dan spiritual.
c) Menjelaskan pentingnya hidup sehat dan sukses di usia lanjut.

3. Materi
a) Perubahan penuaan pada lansia dan penyakit yang umum terjadi pada lansia.
b) Pentingnya mempertahankan sehat fisik,psikologi,sosial dan spiritual di
usia lanjut.
c) Cara dan strategi pencegahan penyakit pada lansia.

4. Metode
Ceramah dan Tanya jawab

5. Alat Bantu/media
Leaflet
Mikrophone
Poster
Proses Penyuluhan/(proses belajar mengajar)

No Fase Kegiatan Waktu/Kegiatan


1. Pra Interaksi 1. Menyiapkan satuan acara 5-7 menit
penyuluhan dan leaflet. Audien:
2. Pre test mendengarkan
Penyuluh:menjelaskan

2. Kerja 1. Memperkenalkan diri 15-25 menit


2. Menentukan kontrak waktu
dengan lansia
3. Petugas memberikan salam
pembuka
4. Petugas menjelaskan materi
5. Petugas memberikan
kesempatan kepada lansia
untuk mengajukan pertanyaan
6. Petugas memberikan
kesempatan kepada lansia
untuk mengajukan pertanyan.
7. Petugas menyimpulkan
kembali penjelasan yang
telah diberikan

3. Terminasi 1. Mengucapkan terima kasih 15 Menit


dan memberikan salam
2. Post test

6. Evaluasi
a. Evalusi Struktur
Kesiapan Media meliputi :
Leaflet, Microphone.
Penentuan waktu
Penentuan tempat
Pemberitahuan kepada
warga
Pengorganisasian panitia kecil dari masyarakat
b. Evaluasi Proses
Lansia datang tepat waktu
Kegiatan penyuluhan berjalan tertib.
Lansia mengajukan pertanyaan
Lansia mengikuti kegiatan sampai selesai

c. Evaluasi Hasil
Lansia dapat menjawab dengan benar 75% dari pertanyaan penyuluh.

MATERI PENYULUHAN

a) Perubahan menjadi tua,


Adanya perubahan baik fisik, psikologi dan sosial, setelah manusia berumur
60 tahun keatas ( Dep Kes.1996 ).
Kenapa menjadi tua :
a. Teori Wear and Tear ; organ sudah aus karena dipakai terus menerus.
b. Metabolisme menurun karena fungsi organ menurun sehingga sel-sel banyak
yang mati (termasuk otak).
c. Beban psikologis.

Perubahan umum manula.


a. Kemunduran fisik
a) Secara umum : jantung, paru-paru, otot
b) Fleksibilitas menurun.
c) Daya tahan stress fisik menurun
d) Seksualitas menurun.

b. Kemunduran Patologis
a) Intelegensia menurun (abstrak, problem solving, daya ingat
dan konsentrasi
b) Perubahan aspek kepribadian (ego, perilaku, harga diri).
c) Emosi (curiga, depresi, takut, bingung).
d) Produktifitas menurun, kreatifitas menurun.
e) Sukar tidur, bicara ngelantur.

c. Kemunduran sosial
a) Kehilangan kedudukan, kekuasaan, penghasilan sehingga bisa
menimbulkan harga diri menurun.
b) Kehilangan teman, pasangan hidup
c) Sulit terima gagasanbaru.
b) Tua yang bagaimana.
a. Datang dengan sendirinya.
b. Merupkan karunia.
c. Tidak bisa menghindar atau menolak
d. Usia lanjut yang berguna, bahagia dan sejahtera.

c) Usaha yang dilakukan

a. Harus terus aktif


a) Hidup sederhana, santai, aktif ( organisasi, social, berkarya, hobi, olah
raga ) Jalan-jalan minimal 1-2 kali /minggu, selama ½ - 1 jam.
b) Sesuai dengan kemampuan.
c) Teratur dan terus menerus.

b. Makanan/Gizi

a) Untuk mempertahankan kesehatan da menunda kemunduaran fungsi


organ tubuh.
b) Yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh.
c) Kebiasaan makan
d) Kebutuhan makanan :
 Lemak : 1 gr/hari
 Protein : 1 gr/hari
 Mineral, Kalsium, Zat besi, Vitamin D.
 Air : 5 – 8 gelas perhari.

e) Merencanakan makanan
 Jadwal waktu makan dibuat sering denag porsi kecil, mudah dicerna
dan jangan makan terlau kenyang.
 Minum secukupnya dan konsumsi garam dan gula dikurangi.
 Batasi minum kopi atau teh
 Hindari BENJOL ( Bayam, Emping, Nanas, Jerohan, Otak , Lemak)

f) Peningkatan spiritual
Perlu persiapan fisik dan mental.
IMPLEMENTASI (PELAKSANAAN KEGIATAN)

NO KEGIATAN HASIL (EVALUASI) HAMBATAN


1 1. Menggali Pengetahuan - Lansia mengatakan sudah - Sebagian lansia
Lansia tentang penyakit mengerti mengenai penyakit tidak dapat melakukan
Hipertensi dan Pencegahan Hipertensi dan upaya cek tekanan darah
pencegahannya berkala karena akses
2. Melakukan Cek tekanan - Lansia sangat antusias dalam ke puskesmas cukup
darah pada Lansia sebelum kegiatan penyuluhan kesehatan jauh.
acara penyuluhan dimulai yang diberikan
- Lansia bersemangat saat
3. Melakukan Kegiatan dilakukan cek tekanan darah
Pendidikan Kesehatan gratis
-Lansia aktif dalam diskusi
4. Memberikan waktu Tanya tentang penyakit Hipertensi
jawab kepada Lansia dan
Diskusi mengenai Hipertensi
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai