Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI

DI POLIKLINIK LOTUS RSUD KABUPATEN BULELENG

Oleh:

I GUSTI AYU RISMAYUNI

NIM : 23089142062

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2024
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan

penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat,

mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka

panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang

menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas

(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi. Penyakit hipertensi

merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor

resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah menghubungkan

antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka

kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai

penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6%

penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.

Hipertensi, saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat

perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat

pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup

masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti

stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olahraga, merokok, alkohol, dan

makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.Sejalan dengan bertambahnya

usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik

terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat

sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan

menurun drastis (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).


3

Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai

manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga

lebih murah. Terapi komplementer terutama akan dirasakan lebih murah bila

klien dengan penyakit kronis yang harus rutin mengeluarkan dana. Salah satu

pilihan alterantif pengobatan hipertensi saat ini yaitu dengan menggunakan

terapi bekam atau hijamah. Bekam adalah suatu metode pengobatan dengan

menggunakan tabung atau gelas yang ditelungkupkan pada permukaan kulit

agar menimbulkan bendungan lokal (Nezabudkin, 2007).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

dalam tugas ini adalah

1. Apakah pengertian Hipertensi ?

2. Bagaimanakah epidemiologi dari penyakit Hipertensi ?

3. Apakah tanda dan gejala dari penyakit Hipertensi ?

4. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang dari penyakit Hipertensi ?

5. Bagaimanakah penatalaksanaan dari penyakit Hipertensi ?

6. Bagaimanakah uraian kasus di lahan praktek?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Hipertensi.

2. Untuk mengetahui epidemiologi dari penyakit Hipertensi.

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit Hipertensi.

4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit Hipertensi.

5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit Hipertensi.

6. Untuk mengetahui uraian kasus di lahan praktek.


4

D. Manfaat

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penyakit

Hipertensi, agar sasaran dapat sadar dan lebih memahami dari penyakit

Hipertensi dan dapat mengetahui cara mencegah dan menghindarkan

diri dari bahaya penyakit Hipertensi sehingga mampu meningkatan

derajat kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan

darah atau kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu

berada. Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan

darah di dalam arteri yang dimana tekanan darah berada diatas normal. (Hiper

artinya berlebihan, Tensi artinya tekanan/tegangan; jadi, hipertensi adalah

Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah

diatas nilai normal. (Kemenkes.RI, 2014).

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang

lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang

lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan

darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya

120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh. Sejalan dengan

bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan

darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan

diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang

secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

Tekanan darah ditulis dengan dua angka, dalam bilangan satuan

mmHg (millimeter air raksa) pada alat tekanan darah/ tensi meter, yaitu

sistolik dan diastolik. Sistolik adalah angka yang tertinggi ialah tekanan darah

pada waktu jantung sedang menguncup atau sedang melakukan kontraksi.

Diastolik adalah angka yang terendah pada waktu jantung mengembang

berada di dalam akhir relaksasi.

5
Misalnya tekanan darah 120/ 80 mmHG artinya tekanan sistolik 120

dan tekanan diastolik 80 mmHg.

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh :

a. Kekuatan kuncup jantung yang mendesak isi bilik kiri untuk memasukkan

darah ke dalam batang pembuluh nadi.

b. Tahanan dalam pembuluh nadi terhadap mengalirnya darah.

c. Saraf otonom yang terdiri dari sistem simpatikus dan para simpatikus.

B. Klasifikasi

No Klasifikasi Sistolik Diastolik


1 Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg
2 Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
3 Normal tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
4 Hipertensi ringan 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
5 Hipertensi sedang 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
6 Hipertensi berat > 180 mmHg > 110 mmHg

Di kenal 2 klasifikasi hipertensi (berdasarkan penyebabnya) yaitu :

a. Hipertensi primer (hipertensi idiophatik), dimana penyebabnya tidak

diketahui dengan pasti. Dikatakan juga bahwa hipertensi ini adalah dampak

dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.

b. Hipertensi secundary, adalah hipertensi yang terjadi akibat dari penyakit

dari penyakit lain misalnya kelainan pada ginjal atau keruskanan dari

sistem hormon.

C. Etiologi Hipertensi

Ada 2 macam hipertensi, yaitu esensial dan sekunder.

a. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui


penyebabnya. Ada 10-16% orang dewasa mengidap takanan darah tinggi.

b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya.


Hipertesnsi jenis ini hanya sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%.

6
Beberapa penyebab hipertensi, antara lain :

o Penggunaan obat-obatan.

o Merokok karena di dalam tembakau terdapat nikotin.

o Minuman beralkohol.

o Kelainan pada ginjal.

o Kelainan intrakranial yang mengakibatkan meningkatnya tekanan


intrakranial atau karena lokasinya dekat pada pusat persyarafan yang
mempengaruhi tekanan darah.

o Kelainan pembuluh darah besar (aorta) yaitu koartasio aorta dimana


arkus aorta bersambungan dengan aorta decendens.

D. Epidemiologi

Data yang dikeluarkan oleh WHO (2020) menujukkan bahwa sekitar

26,4% penduduk dunia mengalami hipertensi dengan perbandingan 26,6%

pria dan 26,1% wanita. Sebanyak kurang lebih 60% penderita hipertensi

berada di negara berkembang, termasuk Indonesia (Mahayuni, 2019).

Menurut Riskesdas (2020), prevelensi hipertensi pada umur > 18 tahun

didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, sedangkan yang minum obat

hipertensi sebesar 9,5%. Sehingga terdapat 0,1% penduduk yang tidak pernah

didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan tetapi minum obat hipertensi.

Prevelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada usia

> 3 18 tahun sebesar 34,11% prevelensi tertinggi di Kalimantan Selatan

sebesar 44,13% , Jawa Barat sebesar 39,60% Kalimantan Timur sebesar

39,30% dan Kalimantan Barat sebesar 29,4%. Berdasarkan hasil pengukuran

pada penduduk usia > 18 tahun pravalensi hipertensi yang terjadi di Bali

sebesar 29,97%.

Profil Kesehatan Provinsi Bali (2019), menyatakan hipertensi

menempati peringkat ke-3, dari pola 10 besar penyakit (Dinas Kesehatan

Provinsi Bali, 2019). Penderita hipertensi yang mendapatkan pelayanan

kesehatan berjumlah 344.319. Kabupaten Buleleng pada tahun 2018

menempati posisi tertinggi penderita hipertensi dari sebanyak 81.674


7
perkiraan jumlah penderita hipertensi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2018

sebanyak 65.810 orang telah mendapatkan pelayanan kesehatan atau sebesar

(80,6%), kedua ditempati oleh Kabupaten Badung (76,7%), sedangkan

Kabupaten Klungkung menempati posisi ketiga (65,8%) (Dinas Kesehatan

Provinsi Bali, 2019).

E. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala utama hipertensi adalah gejala umum yang ditimbulkan

akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang,

bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang

dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:

a. Sakit kepala

b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera

Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami

nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah

akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan

tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala

sampe tengkuk pada klien hipertensi.

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Udjianti, Wajan Juni (2010), pemeriksaan penunjang pada

penderita hipertensi meliputi :

1. Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Count) meliputi pemeriksaan

hemoglobin, hematokrit untuk melihat vaskositas dan indikator faktor

risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

8
2. Kimia darah

a. BUN, kreatinin : peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi


atau fungsi renal.

b. Serum glukosa : hiperglisemia (DM adalah faktor presipitator


hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin.

c. Kadar kolesterol/trigliserida : peningkatan kadar mengindikasikan


predisposis pemebntukan plak ateroma.

d. Kadar serum aldosterone : menilai adanya aldosteronisme primer.

e. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang


berkontribusi terhadap vasokonstriksi dan hipertensi.

f. Asam urat : hiperurisemia merupakan implikasi faktor hipertensi.

3. Elektrolit

a. Serum potasium atau kalium : hipoklemia menandakan adanya


aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik.

b. Serum kalsium : jika terdapat peningkatan akan berkontribusi pada


hipertensi

4. Urin

a. Analisa urin : adanya protein urien, glukosa dalam urin


mengindikasikan adanya disfungsi renal atau diabetes

b. Urine VMA (Catecholamine Metabolite) : peningkatan kadar


mengindikasikan adanya pheochromacytoma.

c. Sterodi urin : peningkatan kadar mengindikasikan adanya


hiperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi pituary,
sindrome chusing’s; kadar renin juga meningkat.

5. Radiologi

a. Intra Venous Pyelografi (IVP) : untuk mengidentifikasi penyebab


hipertensi seperti renal parenchhymal disease, urolithiasis, benigna
prostate hyperplasia (BPH).

b. Rontgen toraks : untuk menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup


jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.

6. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi

atau disritmia.

9
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat penting

dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam cara memodifikasi gaya

hidup untuk menurunkan tekanan darah (Aspiani, 2014)

b. Pengaturan diet

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien

hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi

sistem renin- angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai anti hipertensi.

Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6

gram garam per hari.

2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum

jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang

dipercaya dimediasi oleh oksidanitat pada dinding vaskular.

3) Diet kaya buah sayur.

4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

c. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan

mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan

voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan

kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal

yangs angat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1

10
kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan

perlu menjadi perhatian khusus karenan umumnya obat penurunan penurunan berat badan

yang terjual bebas mengandung simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan

tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi

aritmia.

d. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung.. olahraga isotonik dapat

juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan mengurangi katekolamin

plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat

dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang

dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

e. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok dan tidak

mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka oanjang hipertensi

karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat

meningkatkan kerja jantung.

f. Penatalaksanaan Farmakologis

1) Terapi oksigen

2) Pemantauan hemodinamik

3) Pemantauan jantung

4) Obat-obatan :

a) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic

bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung


11
dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai

diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR.

b) Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor ACE berfungsi

untuk menurunkan angiostenin II dengan menghambat enzim yang

diperlukan untuk mengubah angiostenin I menjadi angiostenin II. Kondisi

ini menurunkan darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara

tidak langsung dengan menurunakan sekresi aldosterne, yang akhirnya

meningkatkan pengeluaran natrium

12
DAFTAR PUSTAKA

Aris, S. 2007. Mayo Clinic. Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. PT Intisari

Mediatama : Jakarta.

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. EGC : Jakarta

Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.

https://doi.org/10.1177/109019817400200403

Mahayuni.(2019).Hipertensi.http://repository.poltekkes-denpasar .ac.id/7102/10/BAB I

Pendahuluan.pdf

Nurarif, & Kusuma. (2018). Pengaruh Hipertensi terhadap perilaku hidup pada lansia.

Poltekkes Jogja, 2011, 8–25.

13

Anda mungkin juga menyukai