E
DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR AKIBAT HIPERTENSI
DI RW 13 KELURAHAN BAROS CIMAHI TENGAH
Disusun Oleh:
NPM : 4120288
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal.
Menurut Nurarif A.H. & Kusuma H. (2016), hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik sekitar 140 mmHg atau tekanan diastolik sekitar 90
mmHg. Hipertensi merupakan masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak
ada tanda gejala khusus pada penyakit hipertensi dan beberapa orang masih
merasa sehat untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang membuat
hipertensi sebagai silent killer (Kemenkes, 2018) Hipertensi juga disebut
penyakit tidak menular, hipertensi tidak ditularkan dari orang ke orang.
Penyakit tidak menular adalah penyakit kronis yang tidak dapat ditularkan ke
orang lain. Penyakit tidak menular masih menjadi salah satu masalah
kesehatan yang menjadi perhatian di Indonesia saat ini. Hal ini dikarenakan
munculnya PTM secara umum disebabkan oleh pola hidup masyarakat yang
kurang memperhatikan kesehatan.(Riskesdas 2018).
Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013 menjadi provisi peringkat ke-3
dengan angka kejadian hipertensi tertinggi yakni 29,4%, yang sebelumnya
diraih oleh Provinsi Bangka Belitung (30,9%) dan Provinsi Kalimantan Timur
i
(29,6%) (Riskesdas, 2013). Pada tahun 2014 data yang didapat dari profil
kesehatan Kabupatan/Kota Bandung lebih dari 1 juta orang mengalami
hipertensi atau sebesar 4%. Di Kota Bandung sendiri data yang didapat dari
Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2017 angka kejadian penderita
hipertensi pada kasus baru lebih dari 52.439 orang atau 2,1% dari jumlah
penduduk seluruhnya yakni lebih dari 2,4 juta penduduk (Dinas Kesehatan
Kota Bandung, 2017).
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
gerontik pada Ny. E dengan hipertensi
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan tahap pengkajian asuhan keperawatan pada Ny.
E dengan hipertensi
2. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny. E dengan
hipertensi
3. Mampu merancang intervensi keperawatan pada Ny. E dengan
hipertensi
4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny. E dengan
hipertensi
5. Mampu mengevaluasi pada Ny.E dengan hipertensi
ii
C. Manfaat
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Menjadi bahan masukan dalam kegiatan proses belajar tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan hipertensi
2. Pelayanan Keperawatan
Memberi informasi dan membantu meningkatkan dalam upaya
pelaksanaan pada hipertensi
3. Klien
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk mengetahui cara
memenuhi kebutuhan klien khususnya pada hipertensi
iii
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung
(Triyanto,2014). Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A.
Price, 2015). Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan
hipertensi ini merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam
arteri atau tekanan systole > 140 mmhg dan tekanan diastole sedikitnya 90
mmHg. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal
b. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi menjadi
2, yaitu :
4
ditemukan penyakit renovakuler, aldosteronism, pheochro-mocytoma,
gagal ginjal, dan penyakit lainnya. Genetik dan rasmerupakan bagian
yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain
yang diantaranya adalah faktor stress, intake alkohol moderat, merokok,
lingkungan, demografi dan gaya hidup.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar
tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).
Golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial,
maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita
hipertensi esensial.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kekmampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
c. Klasifikasi
Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Normal : sistolik 120 sampai mmHg, diastolik kurang dari 80
mmHg.
Prahipertensi : sistolik 120-139 mmHg, diastolik 80-89 mmHg.
Stadium 1 : sistolik 140-159 mmHg, diastolik 90-99 mmHg.
Stadium 2 : sistolik ≥160 mmHg, diastolik ≥100mmHg.
5
d. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-
ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan
gerontologi perubahan struktural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
6
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
( volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2008).
e. Manifestasi Klinis
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak
memiliki tanda/ gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati
seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas,
wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga
berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah,
mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah di hidung) (Fauzi, 2014;
Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017). Selain itu, hipertensi memiliki
tanda klinis yang dapat terjadi, diantaranya adalah (Smeltzer, 2013):
a. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas
lain selain tekanan darah tinggi.
b. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat,
penyempitan arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots)
(infarksio kecil), dan papiledema bisa terlihat pada penderita
hipertensi berat.
c. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling
berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah
yang terganggu.
d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan
angina atau infark miokardium.
e. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal
jantung.
7
f. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan
BUN, serta kadar kreatinin).
g. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik
transien [TIA] [yaitu perubahan yang terjadi pada penglihatan atau
kemampuan bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau
hemiplegia transien atau permanen])
f. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi
diantaranya: penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan
otak, transient ischemic attack (TIA). Penyakit jantung seperti gagal
jantung, agina pectoris, infark miokard acut (IMA). Penyakit ginjal seperti
gagal ginjal. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina dan
oedema pupil.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90
mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi
sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
nonfarmakologis pada penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index
dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus
membagi berat badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan
dalam satuan meter. Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan
melakukan diet rendah kolesterol kaya protein dan serat. Penurunan
berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat menurunkan tekanan darah
diastolik sebesar 5 mmHg (Dalimartha, 2008).
8
2) Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah
garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau
2,4 gr garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai
dengan 2300 mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya.
Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan darah
diastolik sebesar 2,5 mmHg dapat dilakukan dengan cara mengurangi
asupan garam menjadi ½ sendok teh/hari (Dalimartha, 2008).
3) Batasi konsumsi alcohol
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih
dari 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah,
sehingga membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat
membantu dalam penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan jumlah
natrium yang terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi buah-buahan
setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan
potassium menjadi cukup. Cara mempertahankan asupan diet potasium
(>90 mmol setara 3500 mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi
buah dan sayur.
5) Menghindari merokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi
seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah
tembakau, didalam tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung
bekerja lebih keras karena mempersempit pembuluh darah dan
meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan
darah(Dalimartha, 2008).
6) Penurunan stress
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah
sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat
dilakukan dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot progresif, yoga
9
atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf sehingga
menurunkan tekanan darah yang tinggi (Hartono, 2007).
7) Terapi relaksasi progresif
Di Indonesia Indonesia, penelitian relaksasi progresif sudah cukup
banyak dilakukan. Terapi relakasi progresif terbukti efektif dalam
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Erviana, 2009).
Teknik relaksasi menghasilkan respon fisiologis yang terintegrasi dan
juga menganggu bagian dari kesadaran yang dikenal sebagai “respon
relaksasi Benson”. Respon relaksasi diperkirakan menghambat sistem
saraf otonom dan sistem saraf pusat serta meningkatkan aktivitas
parasimpatis yang dikarekteristikan dengan menurunnya otot rangka,
tonus otot jantung dan mengganggu fungsi neuroendokrin. Agar
memperoleh manfaat dari respons relaksasi, ketika melakukan teknik
ini diperlukan lingkungan yang tenang, posisi yang nyaman.
2. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Golongan Diuretik
Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal membuang garam dan
air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah.
2) Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik, merupakan sekelompok obat yang terdiri
dari alfa- blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol,
yang menghambat sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis
adalah istem saraf yang dengan segera akan memberikan respon
terhadap stress, dengan cara meningkatkan tekanan darah.
3) ACE-inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan
arteri.
10
4) Angiotensin-II-bloker
Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah
dengan suatu mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
5) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah
dengan mekanisme yang berbeda.
6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan
obat yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan
segera. Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan
cepat dan sebagian besar diberikan secara intravena : diazoxide,
nitroprusside, nitroglycerin, labetalol.
11
B. Konsep Lanjut Usia
a. Pengertian Lansia
Azizah (2011) mengatakan bahwa lanjut usia adalah bagian dari
proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi
berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal
ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu. Menurut Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab I pasal 1
ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun (Maryam, dkk, 2011).
b. Klasifikasi Lansia
Secara individu, seseorang disebut sebagai lanjut usia jika telah
berumur 60 tahun ke atas di negara berkembang atau 65 tahun ke atas di
negara maju. Diantara usia lanjut yang berumur ke atas di kelompokkan
lagi menjadi young old (60-69 tahun), old (70-79 tahun) dan very old (80
tahun ke atas) (Pinem, 2009). WHO (1999) menggolongkan lanjut usia
berdasarkan usia kronologis/ biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia
pertengahan (middle age) antara usia 45 - 59 tahun, lanjut usia (elderly)
berusia antara 60 - 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun, dan
usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Azizah, 2011).
12
c. Tipe Lansia
Ratnawati (2017) mengelompokkan tipe lansia berdasarkan kondisi
fisik, karakter lingkungan, pengalaman hidup, mental sosial dan
ekonominya, dan dikelompokkan dalam beberapa tipe:
1. Tipe Optimis
Tipe ini diartikan bahwa lansia memiliki sifat santai dan periang serta
cukup baik dalam penyesuaian. Bagi mereka masa lansia merupakan
masa dimana lansia bebas dari tanggung jawabnya dan dipandang
sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan positifnya. Konflik lahir
batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak
menuntut.
2. Tipe Konstruktif
Tipe ini merupakan masa dimana mereka bisa menghadapi proses
penuaan dan masa akhir dengan tenang serta mempunyai integritas
baik. Mereka dapat menikmati hidup dengan humoristik, toleransi yang
tinggi, tahu diri dan fleksibel.
3. Tipe Ketergantungan
Lansia tipe ini, biasanya kerap mengambil tindakan yang tidak praktis,
bersifat pasif, tidak punya ambisi dan inisiatif. Biasanya lansia ini tidak
suka bekerja, senang berlibur, senang pensiun, banyak makan dan
minum. Namun, mereka masih dapat diterima oleh masyarakat dan
masih tahu diri.
4. Tipe Defensif
Lansia tipe ini memiliki emosi yang tidak terkendali, tegu dengan
kebiasaan, mempunyai riwayat pekerjaan / jabatan yang tidak stabil di
masa muda dan mereka selalu menolak bantuan. Namun pada tipe ini
lansia takut menghadapi masa tua dan menyenangi masa pensiun.
5. Tipe Militan dan Serius
13
Tipe ini umumnya bisa menjadi panutan, mereka tidak mudah
menyerah, memiliki motivasi besar dalam bertahan hidup, serius dan
senang berjuang.
6. Tipe Pemarah Frustasi
Tipe ini lansia memiliki kebiasaan menyalahkan orang lain, cenderung
negatif, tidak sabar, mudah tersinggung dengan hal-hal yang kecil dan
merupakan orang-orang pemarah.
7. Tipe Bermusuhan
Lansia tipe ini dapat menyebabkan kegagalan pada dirinya sendiri dan
lebih negatif dari poin sebelumnya. Mereka selalu menganggap bahwa
orang lainlah yang membuatnya merasa selalu tersaingi dan selalu gagal
dalam hal apapun, mereka selalu mengeluh, merasa curiga dan bersifat
agresif serta kerap dalam hati mereka merasa iri pada yang lebih muda.
8. Tipe Putus Asa, Membenci, dan Menyalahkan Diri Sendiri
Lansia tipe ini kerap memandang bahwa lansia sebagai manusia yang
lemah, tidak berguna dan tidak menarik, selalu menyalahkan diri
sendiri, sehingga yang muncul hanya kemarahan dan depresi.
14
5) Pengaruh obat-obatan yang dipakai, misal antidepresi,
diazepam, antihipertensi.
6) Nikotin dan sejenisnya , seperti dalam rokok kandungan
bahan tersebut dapat mengacaukan pola tidur seseorang
yang membuat penggunanya selalu waspada dan terjaga.
b. Faktor ekstrinsik (lingkungan) :
1) Cahaya ruangan yang kurang terang.
2) Lantai yang licin, alas kurang pas
3) Tersandung benda-benda.
4) Kursi roda yang tidak terkunci.
5) Turun tangga
2. Mudah lelah, disebabkan oleh :
a. Perasaan depresi, perasaan bosan dan kelelahan.
b. Gangguan organis, misal gangguan pencernaan, kekurangan
vitamin, kelainan metabolisme, perubahan pada tulang.
c. Pengaruh obat-obatan.
3. Nyeri dada, disebabkan oleh :
a. Iskemia jantung yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner
karena berkurangnya aliran darah ke jantung.
b. Peradangan pada selaput jantung.
c. Gangguan sistem alat pernapasan.
d. Gangguan sistem pencernaan bagian atas.
4. Sesak napas, disebabkan oleh :
a. Kelemahan jantung.
b. Gangguan sistem pernapasan.
c. Peningkatan berat badan.
d. Terjadi anemia.
5. Nyeri pinggang atau punggung, disebabkan oleh :
a. Terjadi gangguan pada persendian.
b. Kelainan ginjal / batu ginjal.
c. Gangguan pada prostat serta pada rahim.
15
d. Gangguan pada otot badan.
6. Sukar menahan buang air kecil, disebabkan oleh :
a. Obat-obatan yang mengakibatkan sering berkemih.
b. Radang kandung kemih.
c. Radang saluran kemih.
d. Kelainan kontrol pada kandung kemih.
e. Kelainan persyarafan pada kandung kemih.
7. Sukar menahan buang air besar, disebabkan oleh :
a. Keadaan diare.
b. Obat-obatan.
c. Kelainan pada usus rektum.
8. Gangguan pada ketajaman penglihatan, disebabkan oleh :
a. Kelainan pada lensa mata dan lensa mata menjadi keruh.
b. Tekanan dalam mata yang meninggi.
c. Terjadi peradang pada saraf mata.
9. Gangguan pada pendengaran, disebabkan oleh :
a. Kelainan degeneratif.
b. Ketulian pada lanjut usia.
10. Keluhan kesemutan pada anggota gerak badan serta perasaan
dingin.
a. Gangguan sirkulasi darah lokal.
b. Gangguan persyarafan pada bagian lokal misal, anggota gerak.
11. Gangguan tidur
a. Faktor ekstrinsik : lingkungan yang bising dan kurang tenang.
b. Faktor intrinsik : gatal-gatal, nyeri, depresi, iritabilitas,
kecemasan, dan penyakit tertentu
16
Pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data
dasar klien (Carpenito, 2009). Menurut (Aspiani, 2015), data dasar
pengkajian pada klien hipertensi.
a. Data biografi
Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit ,
nama penanggung jawab dan catatan kedatangan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama klien datang ke rumah sakit atau ke fasilitas
Kesehatan
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien yang dirasakan saat dilakukan pengkajian
3) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan terdahulu biasanya penyakit hipertensi
adalah penyakit yang sudah lama dialami oleh klien dan
biasanya dilakukan pengkajian tentang riwayat minum obat
klien.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga adalah mengkaji riwayat
keluarga apakah ada yang menderita penyakit yang sama.
c. Data dasar pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup
monoton, gangguan tidur
b) Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
2) Sirkulasi
a) Gejala: riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyakit
jantung coroner/katup dan penyakit serebrovaskuler dan
episode palpitasi
17
b) Tanda: peningkatan tekanan darah, nadi denyutan jelas
dari karotis, jugularis, radialis, takikardia, murmur
stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) dan
pengisisan kapiler mungkin lambat/tertunda.
3) Integritas ego
a) Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor
stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan
dengan pekerjaan).
b) Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan
perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang,
menghela napas, peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau
riwayat penyakit ginjal pada masa lalu.
5) Makanan/cairan
a) Gejala: makanan yang disukai dan mencakup makanan
tinggi garam, serta lemak kolesterol, mual, muntah dan
perubahan berat badan saat ini (meningkat/turun)
b) Tanda: berat badan normal/obesitas, adanya edema,
glikosuria
6) Neurosensory
a) Gejala: Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,
suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam) dan gangguan
penglihatan (diplopia, penglihatan kabur, epistaksis)
b) Tanda: status mental, perubahan keterjagaan, orientasi,
pola/isi bicara, efek, proses piker dan penurunan
kekuatan genggaman tangan
7) Nyeri/ketidaknyamanan Gejala: angina (penyakit arteri
coroner/keterlibatan jantung), sakit kepala
18
8) Pernapasan
a) Gejala: dispnea yang berkaiatan dari aktivitas/kerja,
takipnea, ortopnea, dyspnea , batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum dan riwayat merokok
b) Tanda: distress pernapasan/penggunaan otot aksesori
pernapasan, bunyi napas tambahan (crakles/mengi) dan
sianosis
9) Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi
postural
10) Pembelajaran/penyuluhan
Gejala: faktor resiko keluarga: hipertensi, arterosklerosis,
penyakit jantung, diabetes mellitus dan faktor lain, seperti
orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara, penggunaan pil KB
atau hormone lain, penggunaan alkohol/obat.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis:
peningkatan tekanan vaskuler serebral
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
3) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4) Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload
3. Intervensi Keperawatan
19
peningkatan 1. Mengenal faktor nyeri ketidaknyamanan
tekanan vascular 2. Tindakan pertolongan non- 3. Gunakan komunikasi terapeutik agar
serebral farmakologi klien dapat mengekspresikan nyeri
3. Mengenal tanda pencetus 4. Ajarkan penggunaan teknik non
nyeri untuk mencari farmakologi : teknik relaksasi
pertolongan progresif
4. Melaporkan nyeri berkurang 5. Berikan analgetik sesuai anjuran
dengan menggunakan 6. Tentukan lokasi, karakteristik,
manajemen nyeri kualitas dan derajat nyeri sebelum
5. Menyatakan rasa nyaman pemberian obat
setelah nyeri berkurang 7. Cek instruksi dokter tentang jenis,
obat, dosis dan frekuensi
2 Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Ciptakan suasana lingkungan yang
tidur berhubungan keperawatan …x 24 jam tidak tenang dan nyaman
dengan kurangnya terjadi gangguan pola tidur 2. Beri kesempatan klien untuk
kontrol tidur dengan kriteria : istirahat/tidur
1. Jumlah jam tidur dalam 3. Evaluasi tingkat stress
batas normal 6-8 jam/hari 4. Monitor keluhan nyeri kepala
2. Tidak menunjukkan perilaku 5. Lengkapi jadwal tidur secara teratur
gelisah
3. Wajah tidak pucat dan
konjungtiva tidak anemis
3 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy
aktivitas b.d keperawatan …x 24 jam tidak 1. Tentukan keterbatasan klien terhadap
ketidakseimbangan terjadi intoleransi aktifitas aktifitas
antara suplai dan dengan kriteria : 2. Tentukan penyebab lain kelelahan
kebutuhan oksigen 1. Meningkatkan energy untuk 3. Observasi asupan nutrisi sebagai
melakukan aktifitas sehari- sumber energy yang adekuat
hari 4. Observasi respons jantung terhadap
2. Menunjukkan penurunan aktivitas (mis. Takikardia, disritmia,
gejala-gejala dyspnea, diaphoresis, pucat, tekanan
hemodinamik dan frekuensi
pernafasan)
5. Dorong klien melakukan aktifitas
sebagai sumber energy
4 Resiko penurunan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV
curah jantung d.d keperawatan…x 24 jam tidak 2. Berikan lingkungan tenang, nyaman,
20
perubahan terjadi penurunan curah jantung kurangi aktivitas, batasi jumlah
afterload dengan kriteria: pengunjung
1. TTV dalam batas normal 3. Pertahankan pembatasan aktivitas
TD : seperti istirahat ditempat tidur/kursi
S : 120-140 mmHg 4. Bantu melakukan aktivitas perawatan
D : 80-90 mmHg diri sesuai kebutuhan
N : 60-100x/mnt
RR : 12-24 x/mnt
T : 36.5-37.5
2. Berpartisipasi dalam
aktivitas yang menurunkan
TD
3. Mempertahankan TD dalam
rentang yang dapat diterima
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif
dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan dan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat
sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian
rencana yang telah ditentukan tercapai.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan
dari setiap tahapan poses mulai dari pengkajian, diagnose,
perencanaan, tindakan dan evaluasi itu sendiri.
21
BAB III
5. Tinjauan Sistem
a. keadaan umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital
TD : 168/98 mmHg
22
N : 96 x/menit
R : 22 x/menit
Kepala : Tidak ada lesi pada kulit kepala, Keadaan rambut bersih,
warna rambut memutih, penyebaran rambut merata.
Mata : Penglihatan buram karena adanya gangguan penglihatan yaitu
hipermetropi. Konjungtiva anemis, sclera ikterik, Letak mata kanan
dan kiri tampak simetris. Tampak sayu dan terdapat kehitaman di area
mata
Telinga : Pendengaran masih jelas
Mulut dan tenggorok : Bibir tampak kering, tidak ada nyeri tekan pada
tenggorokan, lidah bersih, tidak ada stomatitis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid
Payudara : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
b. Sistem hemopoietik : Tidak ada kelainan darah.
h. Sistem Muskulskeletal: tidak ada edema pada ekstemitas atas kanan dan
kiri, kekuatan otot pada ekstremitas atas kiri, kanan dan ekstremitas bawah
kanan dan kiri baik.
23
j. Sistem saraf pusat: lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap
dingin rendah, tidak ada gangguan dalam kognitif
k. Sistem endokrin: kesadaran composmentis GCS 15, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan tidak ada nyeri tekan
l. Sistem integumen: warna kulit tidak merata, kulit sudah keriput, elastisitas
berkurang, adanya gatal-gatal dikulit.
6. Terapi Obat
No Nama Obat Dosis Kegunaan
1 Amlodipine besilate 1x5 mg antihipertensi
PERTANYAAN TAHAP 1
PERTANYAAN TAHAP 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ? Ya
24
b. Ada masalah atau banyak pikiran ? Ya, jika sedang sulit tidur banyak terlintas
di pikiran masalah-masalah
c. Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain ? Tidak
d. Menggunakan obat tidur/ penenang atas anjuran dokter ? Tidak
e. Cenderung mengurung diri ? Tidak
Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “Ya”
25
10. Pengkajian Fungsional KATZ Indeks
1 MANDI √
Mandiri :
Tergantung:
2 BERPAKAIAN √
Mandiri :
Tergantung :
3 KE KAMAR KECIL √
Mandiri :
Tergantung :
26
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil
dan menggunakan pispot
4 BERPINDAH √
Mandiri:
Bergantung:
5 KONTINEN √
Mandiri :
Tergantung :
6 MAKAN √
Mandiri:
Bergantung:
27
Keterangan:
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, dan satu fungsi Tambahan
28
11. Pengkajian Tingkat Kemandirian Barthel Indek
Jumlah: sedang
Jenis: nasi
Jumlah: banyak
6. Mandi 5 15 Frekuensi : 2
kali
29
9 Mengenakan pakaian 5 10
Konsistensi :
padat
Warna : kuning
Jenis : jalan
jalan kecil
JUMLAH 130
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungansebagian
c. 60 : Ketergantungantotal
12. Pengkajian Status Mental
Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
30
Ajukan pertanyaan 1 –10 pada daftar ini dan catat semua jawaban dengan
memberikan tanda V (chek)
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.
=9 =1
Interpretasi hasil :
31
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
13. Pengkajian Kognitif Fungsi Mental: Mini Mental Status Exam (MMSE)
Teknik pengkajian aspek kognitif pada fungsi mental menggunakan
MMSE (Mini Mental Status Exam):
Orientasi Kalkulasi
Perhatian Bahasa
Tahun √
Musim √
Tanggal √
Hari √
Bulan √
Negara Indonesia √
Propinsi Jawa Barat √
Kota …………… √
RT………….…√
RW …………….√
32
pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing obyek. Kemudian
tanyakan kepada klien ketiga obyek
tadi. (Untuk disebutkan )
Obyek pulpen
Obyek kertas
93
86
79
72
65
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk menyebutkan
kembali ketiga obyek no 2
(registrasi). Bila benar satu point
untuk masing-masing obyek.
…..(mis; cincin ) √
…..( mis;pulpen ) √
33
berikut: “ tak ada jika, dan, atau,
tetapi.” ( dapat diganti dengan bahasa
daerah klien ), bila benar nilai satu
point
lipat dua √
“ tutup mata “√
salin gambar √
30
Total nilai
Interpretasi hasil:
34
14. Pengkajian Keseimbangan
Pengkajian keseimbangan (Tinneti, M.E., dan Ginter, S.F., 1998 )
Keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam bergerak ialah;
1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Beri nilai 0, bila klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini, beri
nilai 1 bila menunjukan salah kondisi
Gunakan kursi yang keras dan tanpa lengan
Bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong
badan ke atas dengan tangan atau bergeser bagian depan kursi
terlebih dahulu dan atau tidak stabil pada saat pertama berdiri
(0)
Duduk dengan menjatuhkan diri kekursi atau tidak duduk
ditengah kursi (0)
Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum
perlahan-lahan sebanyak 3 kali)
Klien menggerakkan kaki, memegang obyek untuk dukungan
atau kaki tidak menyentuh sisi-sisinya (0)
Mata tertutup
Sama seperti di atas (periksa kepercayaan klien dalam input
penglihatan untuk keseimbangannya). (1)
Perputaran leher ( mata terbuka )
Menggerakkan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan,
kaki tidak menyentuh sisi-sisinya, keluhan vertigo, pusing,
atau sempoyongan.(1)
Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu menggapai sesuatu dengan bahu fleksi penuh
sambil berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil,
memegang sesuatu untuk dukungan (0)
Membungkuk
35
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil obyek kecil
(misalnya pensil) dari lantai, memegang obyek ,atau
memerlukan berbagai usaha pada saat akan kembali berdiri. (0)
2. Komponen gaya atau gerakan berjalan
Beri nilai 0 bila klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini dan beri
nilai 1 jika menunjukkan salah satu kondisi;
Minta klien berjalan ke tempat yang telah ditentukan
Ragu-ragu, tersandung, memegang obyek untuk dukungan (0)
Ketinggian langkah kaki
Kaki tidak terangkat dari lantai secara konsisten ( menggeser
atau menyeret kaki ), atau mengangkat kaki terlalu tinggi ( > 5
cm ) (0)
Kontinuitas langkah kaki ( observasi dari samping klien )
Setelah langkah awal, langkah tidak konsisten, mulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh
lantai (0)
Kesemitrisan langkah ( observasi dari samping klien )
tidak berjalan dalam garis lurus, bergoyang dari satu sisi kesisi
lain
berbalik (0)
berhenti sebelum
mulaiberbalik,sempoyongan,bergoyang,memegang obyek
untuk dukungan (0)
Interpretasi Hasil; Jumlahkan nilai perolehan klien, kemudian interpretasikan
sbb:
36
15. Pengkajian Apgar Keluarga
Nilai
1 A : Adaptasi √
2 P : Partnership √
3 G : Growth √
4 A : Afek √
37
berespon terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih atau mencintai.
5 R : Resolve √
JUMLAH
Penilaian :
B. ANALISIS DATA
38
- Skala nyeri 5
dari 10
Kerusakan
vaskuler
Data Obyektif : pembuluh
darah
- KU : baik
- TD : 168/98
mmHg
Perubahan
N : 96x/menit
struktur
R : 22x/menit
- Klien tampak
memegang Penyumbatan
kepala pembuluh
- Klien tampak darah
meringis
kesakitan
Vasokontriksi
Gangguan
sirkulasi
Otak
Resistensi
pembuluh
darah
meningkat
39
Nyeri kepala
Gangguan pola
Data Objektif :
tidur
- Tampak hitam
pada sekitar
kelopak mata
dan terdapat
kantung mata
- Klien terlihat
lelah
3. Rabu, 9 Data Subjektif : Perubahan Defisiensi
Maret 2022 status pengetahuan
- Klien
kesehatan
mengatakan
kurang
pengetahuan
Kurang
tentang
informasi
penyakit yang
mengenai
dideritanya
penyakit
40
Data Objektif : Koping tidak
adekuat
- Saat ditanya
tentang
penyakit
Kurang
hipertensi
pengetahuan
klien terlihat
bingung
No Diagnosa
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
41
nyeri, dan mampu tanda vital
menggunakan 3. Ajarkan tentang
teknik non teknik non
farmakologi untuk farmakologi :
mengurangi nyeri) kompres
- Mampu mengenali hangat/dingin
nyeri (skala nyeri, 4. Tingkatkan
frekuensi dan tanda istirahat
nyeri) 5. Berikan
- TTV dalam batas informasi
normal. tentang penyakit
klien
6. Ajarkan teknik
relaksasi otot
progesif
42
mengidentifikasi
hal-hal yang
meningkatkan tidur
09-03-2022 3. Setelah dilakukan 1. Kaji
tindakan keperawatan pengetahuan
selama 3x24 jam klien klien tentang
menunjukan penyakitnya
pengetahuan tentang 2. Berikan
penyakitnya. Dengan informasi
kriteria hasil : tentang penyakit
klien
- Mengetahui proses
penyakit secara
spesifik
- Mengetahui
penyebab serta
faktor yang
mempengaruhi
terjadinya penyakit
- Mengetahui efek
dari penyakit yang
dialami
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
43
dan faktor pencetus 2. Klien memahami
2. Mengajarkan tentang teknik cara
nonfarmakologi : kompres mengkompres
hangat (merujuk pada jurnal hangat dan
Pemberian Kompres Hangat mampu
Untuk Mengatasi Nyeri melakukan secara
Leher Pada Penderita mandiri
Hipertensi Esensial Di 3. Klien memahami
Wilayah Kerja Puskesmas informasi yang
Tanjungrejo) Batin Rihana diberikan
Pujingawiyah, Satriya 4. TD : 160/90
Pranata, 2018, unimus.ac.id. mmHg
3. Memberikan informasi N : 92x/menit
tentang penyakit klien dan R : 20x/menit
pentingnya istirahat tidur 5. Melakukan teknik
4. Memonitor tanda-tanda vital relaksasi otot
5. Mengajarkan Teknik progresif
relaksasi otot progresif
(merujuk pada jurnal
Pengaruh Relaksasi Otot
Progresif dengan Musik
terhadap Kualitas Tidur
Lansia di Posyandu Lansia
“Anjasmoro” Kelurahan
Sukorame Kediri) Setyoadi,
Retno Lestari, Nirmala
Kusuma: majalah kesehatan
FKUB, Maret 2016.
11-03- 1,2,3 1. Menanyakan keluhan pasien 1. Klien mengatakan Lutfia
2022 2. Mengobservasi TTV bahwa sudah
3. Menanyakan apakah sudah berkurang sakitnya
44
melakukan relaksasi otot 2. TD: 158/89 MmHg,
progresif secara mandiri N:86 x/m, R:20 x/m,
4. Menanyakan apakah obat S :36,4º C, SPO2
sudah diminum 97% room air
5. Menanyakan apakah klien 3. Klien setiap pagi
sudah melakukan kembali dan malam
kompres air hangat melakukan relaksasi
6. Menanyakan bagaimana otot progresif seperti
kualitas tidurnya yang sudah
7. Menganjurkan klien dipelajari
mencoba melakukan 4. Klien mengatakan
relaksasi otot progresif obat sudah diminum
diiringi musik yang disukai sesuai jadwal
(music relaksasi) 5. klien mengatakan
sudah melakukan
kompres air hangat
di tengkuknya, dan
klien mengatakan
nyeri berkurang.
6. Klien mengatakan
tidurnya masih
kurang tapi sudah
bisa memulai tidur
cepat
7. Klien akan mencoba
menggunakan
lantunan sholawat
12-03- 1,2,3 1. Menanyakan keluhan pasien 1. Klien mengatakan Lutfia
2022 2. Mengobservasi TTV sakit tengkuknya
3. Menanyakan kembali berangsur berkurang
apakah sudah melakukan dan badan terasa enak
45
relaksasi otot progresif 2. TD: 138/84 MmHg,
secara mandiri, apakah N:83 x/m, R:20 x/m, S
sudah dicoba menggunakan :36,3º C, SPO2 99%
lantunan sholawat? room air
4. Menanyakan apakah obat 3. Klien sudah
sudah diminum mencoba
5. Menanyakan apakah klien menggunakan
sudah melakukan kembali lantunan sholawat dan
kompres air hangat dan mengaku lebih baik
bagaimana rasanya? menggunakan musik.
6. Menanyakan bagaimana 4. Klien mengatakan
kualitas tidurnya dibanding obat selalu diminum
hari kemarin? setiap malam 1x
5. Klien mengatakan
jika nyeri tengkuk nya
kambuh melakukan
kompres hangat, nyeri
lebih banyak berkurang
6. Dibanding hari
kemarin, durasi tidurnya
bertambah dan klien
merasa lebih segar di
pagi hari untuk
melakukan aktivitas.
46
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl/Wkt No Dx Evaluasi Keperawatan Ttd
47
A : Masalah teratasi sebagian
48
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. E dengan diagnosa
hipertensi, dan kemudian dilakukan analisa data klien untuk mengetahui
masalah kesehatan yang dialami klien serta menegakkan diagnose
keperawatan. Diagnosa yang diperoleh dari hasil analisa data adalah sebagai
berikut:
a. Nyeri akut b.d proses penyakit Ny. E mengatakan masih merasa sakit
kepala dan sedikit pusing
b. Gangguan Pola Tidur b.d frekuensi tidur Ny. E mengatakan sudah bisa
tidur dengan nyenyak walaupun masih sering terbangun
c. Deficit pengetahuan b.d kurangnya informasi Ny. E mengatakan sudah
memahami tentang penyakitnya
B. Saran
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Pendidikan keperawatan sebaiknya lebih meningkatkan kualitas
pendidikan mahasiswa, khususnya sebelum melakukan praktik baik di
rumah sakit maupun di komunitas demi meningkatkan kenyamanan
bagi klien. Terutama masalah keperawatan tentang hipertensi yang
sering dialami klien, baik di rumah sakit maupun di komunitas, karena
masalah mobilisasi merupakan kebutuhan dasar yang sangat mutlak
49
dan harus dipenuhi, sehingga mahasiswa perlu dibekali sebelum
melakukan praktik keperawatan.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan untuk lebih memperhatikan status perkembangan
kesehatan klien dan selalu mengevaluasi setiap tindakan yang telah
berikan. Baik di rumah sakit maupun di komunitas, membina
hubungan yang baik kepada masyarakat, dan memperhatikan mereka
sebagai individu yang unik dan holistic. Karena ketika seorang pelayan
keperawatan lalai dan tidak kritis dalam hal memberikan asuhan
keperawatan dapat berdampak buruk bagi status kesehatan pasien
50
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani Yuli Reny. (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : EGC
Black, M.J & Hawks, H. J. (2009). “Keperawatan Medikal Bedah, ed 8 buku 3”.
Singapore: Elsevier
51
LAMPIRAN - LAMPIRAN
DOKUMENTASI
52
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Sasaran : Ny. E
Waktu : 20 menit
53
Setelah diberikan penyuluhan, klien mampu memahami tentang penyakit
Insomnia.
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan
4. Menjelaskan tujuan
54
5. Apersepsi
C. Kegiatan inti
D. Penutup
1. Evaluasi
2. Penyuluh dan sasaran menyimpulkan materi
3. Memberi salam
Media : Leaflet
Sumber :
Laniwaty. Insomnia, Gangguan Sulit Tidur. Edisi I, 7 – 9. Bandung:
Sinar Baru Algesindo. 2001
VI. Evaluasi
55
3. Sebutkan akibat insomnia
4. Sebutkan cara mengatasi insomnia
LAMPIRAN MATERI
Tidur adalah kondisi tidak sadar dan bekerjanya otot yang terjadi secara periodic,
dengan kata lain adanya hubungan dengan lingkungan dalam kondisi tidur,
kecuali oleh suatu rangsangan.
Insomnia adalah suatu keadaan dimana seseorang sulit tidur atau mengantuk.
56
Gaya hidup : pemakaian obat perangsang seperti nikotin (rokok), obat
penurun berat badan, asthma, pemakaian alkohol, jam tidur tidak teratur,
malas bekerja/beraktifitas.
Lingkungan : bising, cahaya yang terlalu terang.
Sakit fisik (sesak nafas, nyeri dan lain-lain)
3. Akibat dari gangguan tidur / insomnia
Menurunnya kemampuan bekerja
Daya ingat dan konsentrasi menurun
Tidak ada tenaga / malas
Kesulitan dalam berbicara yang baik dengan orang lain
Badan lemah / kelelahan / sakit kepala
4. Cara mengatasi insomnia
Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman untuk tidur : kurangi
bising dan cahaya ruangan yang tidak diinginkan, ruangan tidak terlalu
panas atau dingin.
Olah raga kurang lebih 6 jam sebelum tidur.
Mandi dengan air hangat, sebaiknya dilakukan 1 atau 2 jam sebelum
tidur.
Hindari stress dengan cara berdzikir, membaca dan lain-lain.
Hindari meminum minuman yang mengandung kafein (seperti kopi),
dan alkohol di malam hari.
Hindari penggunaan obat tidur jangka Panjang
Gunakan teknik relaksasi
57
58
59
SOP TERAPI MODALITAS
1. TOPIK
Terapi Modalitas Relaksasi Otot Progresif
2. TUJUAN
- Membantu pasien menurunkan stres tanpa farmakologi
- Memberikan dan meningkatkan pengalaman subjektif bahwa
ketegangan fisiologis bisa direlaksasikan sehingga relaksasi akan
menjadi kebiasaan berespon pada keadaan-kaadaan tertentu ketika
otot tegang
- Menurunkan stress pada individu, relaksasi dalam dapat mencegah
manifestasi psikologis maupun fisiologis yang diakibatkan stress.
3. SUMBER/REFERENSI
Putra, I Putu Juniartha. (2012). Teknik Relaksasi Progresif.
http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/03/24/relaksasi-progresif/ .
Diakses pada tanggal 22 Maret 2015.
4. PROSEDUR
a. Persiapan
Identifikasi tingkat cemas klien, daerah nyeri, tingkat nyeri dan
kekakuan otot dsb. Kaji kesiapan pasien, perasaan pasien.
b. Alat, bahan, lingkungan
- Ruang yang sejuk, tidak gaduh dan alami
- Tempat tidur atau kursi dengan sandaran rileks ada
penopang untuk kaki dan baku
c. Tahap Pelaksanaan
- Jelaskan kembali tujuan terapi dan prosedur yang akan
dilakukan
60
- Pasien berbaring atau duduk bersandar (ada sandaran untuk
kaki dan bahu)
- Lakukan latihan nafas dalam dengan menarik nafas melalui
hidung dan dihembuskan melalui mulut
- Bersama pasien mengidentifikasi (pasien dianjurkan dan
dibimbing untuk mengidentifikasi) daerah - daerah otot
yang sering tegang misalnya dahi, tengkuk, leher, bahu,
pinggang, lengan, betis.
- Bimbing pasien untuk mengencangkan otot tersebut selama
5 sampai 7 detik, kemudian bimbing pasien untuk
merelaksasikan otot 20 sampai 30 detik.
- Kepala : kerutkan dahi, kedip-kedipkan mata, dan bibir
dimonyongkan atau tarik ke belakang. Rasakan ketegangan
pada bagian tersebut, tahan selama 5 detik, hembuskan
napas perlahan dan kendurkan secara perlahan, katakan
dalam hati “relaks dan pergi”.
- Leher : tekan kepala ke belakang, anggukan kepala ke arah
dada, putar kepala ke bahu kanan, putar kepala ke bahu kiri.
Rasakan ketegangan pada bagian tersebut, tahan selama 5
detik, hembuskan napas perlahan dan kendurkan secara
perlahan, katakan dalam hati “relaks dan pergi”.
- Bahu : angkat bahu kanan seolah-olah ingin menyentuh
telinga, angkat bahu kiri seolah-olah ingin menyentuh
telinga, angkat kedua bahu seolah-olah menyentuh telinga.
- Bahu dan lengan : tahan lengan dan mengepal, kemudian
kepalkan tangan bengkokkan lengan, pada siku,
kencangkan lengan sambil tetap mengepalkan tangan, tahan
5 detik, hembuskan napas perlahan sambil mengendurkan
dan katakn dalam hati “relaks dan pergi”.
61
- Dada : tarik napas dalam dan kencangkan otot-otot dada
dan tahan 5 detik, hembuskan napas secara perlahan sambil
katakan dalam hati “relaks dan pergi”.
- Punggung : lengkungkan punggung ke belakang sambil
menari napas dalam dan tekan lambung keluar, tahan 5
detik, hembuskan napas secara perlahan sambil katakan
dalam hati “relaks dan pergi”.
- Perut : kencangakan perut, tekean keluar dan tarik ke
dalam, tahan 5 detik, hembuskan napas secara perlahan
sambil katakan dalam hati “relaks dan pergi”.
- Paha dan kaki : kencangkan paha, tekan tumit ke lantai,
kencangkan otot kaki di bawah lutut, tekuk jari kaki ke
bawah seolah-olah menyentuh telapak kaki, angkat jari kaki
ke atas seolah-olah menyentuh lutut, tahan 5 detik,
hembuskan napas secara perlahan sambil katakan dalam
hati “relaks dan pergi”.
5. EVALUASI
Klien mendemonstrasikan latihan relaksasi progresif secara mandiri.
62