II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Terapi Okupasi
Terapi adalah penyembuhan atau pengobatan, sedangkan Okupasi (occupation
al) adalah pekerjaan, aktivitas, kesibukan, jabatan.
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini
berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan
Okupasi Terapi adalah profesi kesehatan yang menangani pasien / klien deng
an gangguan fisik dan atau mental baik yang bersifat sementara atau menetap dengan
menggunakan aktifitas terapeutik yang disesuaikan untuk membantu mempertahanka
n atau meningkatkan komponen kinerja okupasional (sensomotorik, persepsi, kognitif
,social dan spiritual ) dan area kinerja okupasional ( aktifitas sehari - hari /Activity Da
illy Living /ADL, produktifitas /Productivity ,dan pemanfaatan waktu luang /Leisure
Activity) sehinngga pasien / klien mampu meningkatkan kemandirian fungsional, me
ningkatkan derajat kesehatan dan partisipasi di masyarakat sesuai perannya. ( SkMen
kes RI No 571/MENKES/SK/VI/2008, 2008).
A. Pengertian Terapi Okupasi secara umum
Terapi okupasi adalah suatu upaya penyembuhan atau pengobatan terhadap suatu
gangguan dengan cara pemberian tugas, kesibukan atau pekerjaan tertentu agar anak
dapat mengembangkan diri dan mengembangkan potensinya semaksimal mungkin
B. Pengertian Terapi Okupasi Dari Segi Medis
Terapi okupasi adalah suatu pertolongan yang bertujuan untuk memperbaiki oto
t-otot dengan jalan bekerja yang harus menggerakkan otot-otot sendi.
C. Pengertian Melalui Aspek Edukatif
Terapi okupasi merupakan suatu bidang kegiatan yang bersifat pengembangan
dari bidang studi keterampilan, prakarya dan pekerjaan tangan/SBK.
3.2.Karakteristik Aktivitas Terapi Okupasi
Aktivitas dalam okupasi terapi adalah segala macam aktivitas yang dapat m
enyibukan seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar dan ber
kembang, sekaligus sebagai sumber kepuasaan emosional maupun fisik. Oleh karena
itu setiap aktivitas yang digunakan dalam okupasi terapi harus mempunyai karakterist
ik sebagai berikut :
1. Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas. Jadi bukan ha
nya sekedar menyibukan lansia.
2. Mempunyai arti tertentu bagi lansia, artinya dikenal oleh atau ada hubungannya de
ngan lansia.
3. Lansia harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan apa kegunaannya
terhadap upaya penyembuhan penyakitnya.
4. Harus dapat melibatkan lansia secara aktif walaupun minimal.
2.3. Tujuan Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas
dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalny
a : membuat kipas, membuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dar
i bahan yang mudah di dapat (pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dll), m
enjahit dari kain, merajut dari benang, kerja bakti (merapikan kamar, lemari, member
sihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, dll).
Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009), adalah:
A. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental.
1. Menciptakan kondisi tertentu sehingga lansia dapat mengembangkan kemampuann
ya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.
2. Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.
3. Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.
4. Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnosa dan terapi.
B. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak, sendi, otot
dan koordinasi gerakan.
C. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, Buang air
kecil, Buang air besar dan sebagainya.
D. Membantu lansia menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah dan memberi sar
an penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
E. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan yang di
miliki.
F. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba lansia untuk mengetahui kema
mpuan mental dan fisik, kebiasaan, kemampuan bersosialisasi, bakat, minat dan poten
si dan lain-lainnya dari si pasien dalam mengarahkannya kepekerjaan yang tepat dala
m latihan kerja.
G. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah lansia kembali di ling
kungan masyarakat.
H. Membantu penderita untuk menerima kenyatan dan menggunakan waktu selama
masa rawat dengan berguna.
3.4. Jenis Terapi Okupasi
Menurut Creek (2002) okupasi terapi bergerak pada tiga area, atau yang bias
a disebut dengan occupational performance yaitu, activity of daily living (perawatan
diri), productivity (kerja), dan leisure (pemanfaatan waktu luang). Bagaimanapun seti
ap individu yang hidup memerlukan ketiga komponen tersebut. Individu-individu ters
ebut perlu melakukan perawatan diri seperti aktivitas makan, mandi, berpakaian, berh
ias, dan sebagainya tanpa memerlukan bantuan dari orang lain.
Individu juga perlu bekerja untuk bisa mempertahankan hidup dan mendapat
kepuasan atau makna dalam hidupnya. Selain itu, penting juga dalam kegiatan refresi
ng, penyaluran hobi, dan pemanfaatan waktu luang untuk melakukan aktivitas yang b
ermanfaat disela-sela kepenatan bekerja. Semua itu terangkum dalam terapi okupasi y
ang bertujuan mengembalikan fungsi individu agar menemukan kembali makna atau
arti hidup. Jenis terapi okupasi menurut Rogers & Holm (2004) dan Creek (2002) yait
u:
1. Aktivitas Sehari-hari (Activity of Daily Living) .
Aktivitas yang dituju untuk merawat diri yang juga disebut Basic Activities of
Daily Living atau Personal Activities of Daily Living terdiri dari: kebutuhan dasar fisi
k (makan, cara makan, kemampuan berpindah, merawat benda pribadi, tidur, buang ai
r besar, mandi, dan menjaga kebersihan pribadi) dan fungsi kelangsungan hidup (me
masak, berpakaian, berbelanja, dan menjaga lingkungan hidup seseorang agar tetap se
hat).
2. Pekerjaan
Kerja adalah kegiatan produktif, baik dibayar atau tidak dibayar. Pekerjaan di m
ana seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya biasanya menjadi bagian penti
ng dari identitas pribadi dan peran sosial, memberinya posisinya dalam masyarakat, d
an rasa nilai sendiri sebagai anggota yang ikut berperan. Pekerjaan yang berbeda dibe
ri nilai-nilai sosial yang berbeda pada masyarakat.
Termasuk aktivitas yang diperlukan untuk dilibatkan pada pekerjaan yang meng
untungkan atau menghasilkan atau aktivitas sukarela seperti minat pekerjaan, mencari
pekerjaan dan kemahiran, tampilan pekerjaan, persiapan pengunduran dan penyesuaia
n, partisipasi sukarela, relawan sukarela. Pekerjaan secara individu memiliki banyak f
ungsi yaitu pekerjaan memberikan orang peran utama dalam masyarakat dan posisi so
sial, pekerjaan sebagai sarana dari mata pencaharian, memberikan struktur untuk pem
bagian waktu untuk kegiatan lain yang dapat direncanakan, dapat memberikan rasa tu
juan hidup dan nilai hidup, dapat menjadi bagian penting dari identitas pribadi seseor
ang dan sumber harga diri, dapat menjadi forum untuk bertemu orang-orang dan mem
bangun hubungan, dan dapat menjadi suatu kepentingan dan sumber kepuasan.
3. Waktu Luang
Aktivitas mengisi waktu luang adalah aktivitas yang dilakukan pada waktu luan
g yang bermotivasi dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta mengalihkan perhati
an lansia. Aktivitas tidak wajib yang pada hakekatnya kebebasan beraktivitas.
Adapun jenis-jenis aktivitas waktu luang seperti menjelajah waktu luang (men
gidentifikasi minat, keterampilan, kesempatan, dan aktivitas waktu luang yang sesuai)
dan partisipasi waktu luang (merencanakan dan berpatisipasi dalam aktivitas waktu lu
ang yang sesuai, mengatur keseimbangan waktu luang dengan kegiatan yang lainnya,
dan memperoleh, memakai, dan mengatur peralatan dan barang yang sesuai).
III.5 Aktivitas Terapi Okupasi
Mengungkapkan aktivitas yang digunakan dalam terapi okupasi, sangat dipe
ngaruhi oleh konteks terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang tersedia, da
n juga oleh kemampuan si terapi sendiri (pengetahuan, keterampilan, minat dan kreati
vitasnya). (Muhaj, 2009).
A. Jenis
Jenis kegiatan yang dapat dilakukan meliputi: latihan gerak badan, olahraga,
permainan tangan, kesehatan, kebersihan, dan kerapian pribadi, pekerjaan sehari-hari
(aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti dengan mengajarkan merapikan tempat tidur,
menyapu dan mengepel), praktik pre-vokasional, seni (tari, musik, lukis, drama, dan l
ain-lain), rekreasi (tamasya, nonton bioskop atau drama), diskusi dengan topik tertent
u (berita surat kabar, majalah, televisi, radio atau keadaan lingkungan) (Muhaj, 2009).
B. Aktivitas
Aktivitas adalah segala macam aktivitas yang dapat menyibukan seseorang secara pro
duktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar dan berkembang, sekaligus sebagai su
mber kepuasan emosional maupun fisik
Salah satu kegiatan yang dilakukan lanjut usia pada waktu senggang antara lain :
Membuat Kerajinan Keranjang
1. Alat dan bahan yang digunakan :
a. Koran bekas
b. Gunting
c. Sedotan
d. Kertas karton
e. Lem
1. Cara pembuatan keranjang serbaguna dari Koran bekas adalah :
a. Potong 10 batang linting koran 0,5 dan 9 batang sedotan masing-masing dengan ukuran p
anjang kurang lebih 16cm.
a. Jajar linting Koran dengan sedotan secara berseling.
b. Potong 18 batang linting koran 0,5 dan 17 batang sedotan dengan panjang 9cm. Tempel
kan secara melintang pada jajaran linting Koran dan sedotan sebelumnya dengan men
goleskan lem kayu pada seluruh permukaan linting koran.
c. Setelah lem terasa cukup kering lepaskan seluruh sedotan dari rangkaian.
d. Rapikan rangkaian linting Koran sehingga menjadi bentuk persegi panjang. Buatlah rang
kaian sebanyak 4buah.
e. Potong 4 batang linting koran 1 dengan panjang berisi persis dengan panjang rangkaian
linting koran. Kemudian tempelkan 4 batang linting koran 1 tersebut pada 2 rangkaia
n persegi panjang. masing-masing dikedua sisi panjangnya.
f. Tempelkan rangkaian persegi panjang hingga membentuk sebuah kotak persegi panjang.
g. Potong kertas karton dengan ukuran selebar lubang kotak, lalu tempelkan pada dasar ker
anjang.
h. Potong 8 batang linting koran 1 sepanjang lebar karton ditambah 1cm, kemudian potong
serong tiap ujungnya kira-kira 45 derajat.
i. Rangkai kedelapan batang linting koran 1 tersebut menjadi 2 buah bingkai bujur sangkar.
j. Tempelkan kedua bingkai pada dasar dan tepi atas keranjang.
k. Tempelkan kepang Koran pada tepi, agar keranjang tampak semakin menarik. Dan jadila
h keranjang serbagun adari Koran bekas.
III.6. Indikasi Terapi Okupasi
Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa indikasi dari terapi okupasi
sebagai berikut:
a. Lansia dengan kelainan tingkah laku, seperti lansia harga diri rendah yang disertai dengan k
esulitan berkomunikasi.
b. Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi terhadap rangsang tidak
wajar.
c. Lansia yang mengalami kemunduran.
d. Lansia dengan cacat tubuh disertai gangguan kepribadian.
e. Lansia yang mudah mengekspresikan perasaan melalui aktivitas.
f. Lansia yang mudah belajar sesuatu dengan praktik langsung daripada membayangkan.
III.7. Tahapan Terapi Okupasi
Menurut Tirta & Putra (2008) dan Untari (2006). Adapun tahapan terapi oku
pasi, antara lain:
1. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi sangat menentukan bagi tahap-tahap berikutnya. Pada tahap
awal ini mulai dibentuk hubungan kerjasama antara terapis dan pasien/lansia, yang ke
mudian akan dilanjutkan selama tahap terapi okupasi. Tahap ini juga disebut tahapan
kognitif yang memfokuskan kemampuan pekerjaan yang berorientasi pada keterampil
an kognitif. Tahap evaluasi dibagi menjadi 2 langkah yaitu :
a. Langkah pertama adalah profil pekerjaan (occupational profile) dimana terapis mengump
ulkan informasi mengenai riwayat dan pengalaman pekerjaan pasien, pola hidup seha
ri-hari, minat, dan kebutuhannya. Dengan pendekatan “client-centered”, informasi ter
sebut dikumpulkan untuk dapat memahami apa yang penting dan sangat bermakna ba
gi pasien saat ini, apa yang ingin dan perlu dilakukannya, serta mengidentifikasi peng
alaman dan minat sebelumnya yang mungkin akan membantu memahami persoalan d
an masalah yang ada saat ini.
b. Langkah kedua adalah analisa tampilan pekerjaan (analysis of occupational performance)
. Tampilan pekerjaan yang dimaksud adalah kemampuan untuk melaksanakan aktivit
as dalam kehidupan keseharian, yang meliputi aktivitas dasar hidup sehari-hari, pendi
dikan, bekerja, bermain, mengisi waktu luang, dan partisipasi sosial. Hal yang juga di
perhatikan pada tahap awal atau kognitif ini adalah membangkitkan ide saat waktu lu
ang pasien, mempelajari berapa banyak kemungkinan atau waktu yang dihabiskan, m
embandingkan beberapa kegiatan yang menyenangkan dibanding bekerja, mengatur
waktu untuk hal yang menyenangkan (kebutuhan, pilihan, hambatan, dan minat), dan
mengatur waktu diri sendiri. Keterampilan dasar yang diharapkan mendapatkan keter
ampilan, memproses keterampilan, menyalurkan keterampilan, dan ketegasan pasien.
2. Tahap Intervensi
Tahap intervensi yang terbagi dalam 3 langkah, yaitu rencana intervensi, imp
lementasi intervensi, dan peninjauan (review) intervensi. Rencana intervensi adalah s
ebuah rencana yang dibangun berdasar pada hasil tahap evaluasi dan menggambarkan
pendekatan terapi okupasi serta jenis intervensi yang terpilih, guna mencapai target h
asil akhir yang ditentukan oleh pasien.
Rencana intervensi ini dibangun secara bersama-sama dengan pasien (termas
uk pada beberapa kasus bisa bersama keluarga atau orang lain yang berpengaruh), da
n berdasarkan tujuan serta prioritas pasien. Rencana intervensi yang telah tersusun ke
mudian dilaksanakan sebagai implementasi intervensi yang mana diartikan sebagai ta
hap keterampilan dalam mempengaruhi perubahan tampilan pekerjaan pasien, membi
mbing mengerjakan pekerjaan atau aktivitas untuk mendukung partisipasi. Langkah i
ni adalah tahap bersama antara pasien, ahli, dan asisten terapi okupasi.
Implementasi intervensi terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual maupu
n berkelompok, tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi, dan lain-lain.
Metode individual bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan
sekaligus untuk evaluasi pasien, pada pasien yang belum dapat atau mampu untuk ber
interaksi dengan cukup baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengg
anggu kelancaran suatu kelompok, dan pasien yang sedang menjalani latihan kerja de
ngan tujuan agar terapis dapat mengevaluasi pasien lebih efektif. Sedangkan metode
kelompok dilakukan untuk pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hampi
r bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi beberap
a pasien sekaligus.
Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok
maka terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang menyangk
ut pelaksanaan kegiatan tersebut. Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memper
kenalkan kegiatan dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia
atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suat
u kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan dilakukan dan kemampuan
terapis mengawasi.
Sedangkan peninjauan intervensi diartikan sebagai suatu tahap berkelanjutan
untuk mengevaluasi dan meninjau kembali rencana intervensi sebelumnya, efektivitas
pelaksanaannya, sejauh mana perkembangan yang telah dicapai untuk menuju target
hasil akhir. Bilamana dibutuhkan, pada langkah ini dapat dilakukan perubahan terhad
ap rencana intervensi.
3. Tahap Hasil Akhir
Tahap terakhir pada terapi okupasi adalah hasil akhir (outcome). Hasil akhir
disini diartikan sebagai dimensi penting dari kesehatan yang berhubungan dengan int
ervensi, termasuk kemampuan untuk berfungsi, persepsi kesehatan, dan kepuasaan de
ngan penuh perhatian. Pada tahap ini ditentukan apakah sudah berhasil mencapai targ
et hasil akhir yang diinginkan atau tidak. Jadi hasil akhir dalam bentuk tampilan okup
asi, kepuasaan pasien, kompetensi aturan, adaptasi, pencegahan, dan kualitas hidup.
III.8. Analisa Aktivitas Terapi Okupasi
Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa analisa dari kegiatan terapi
okupasi, meliputi: jenis kegiatan yang dilakukan seperti latihan gerak badan atau peke
rjaan sehari-hari, maksud dan tujuan dari kegiatan dilakukan dan manfaatnya bagi kli
en, sarana atau alat atau aktivitas dilakukan disesuaikan dengan jenis kegiatan yang di
lakukan, persiapan terhadap sarana pendukung dan klien maupun perawat, pelaksanaa
n dari kegiatan yang telah direncanakan, kontra indikasi dan disukai klien atau tidak d
isukai yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh lansia.