Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPERTENSI

DI PUSKESMAS OESAPA KOTA KUPANG

OLEH

ALAN JOSUA LETELAY

213111002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2022
A. KONSEP DASAR HIPERTENSI
1. Pengertian Tekanan Darah
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka
bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa (Spygmomanometer)
ataupun alat digital lainnya (Herlambang, 2018).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah di atas batas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka morbiditas dan angka kematian (mortalitas).
Tekanan yang abnormal tinggi pada pembuluh darah menyebabkan
meningkatnya risiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung,
dan kerusakan ginjal (Rusdi, et al, 2019).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana


tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90
mmHg. Hipertensi Sering disebut The Silent Killer karena sering tanpa
keluhan (Kemenkes, 2019)

2. Epidemiologi Hipertensi
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan
masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang.
Hipertensi menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap
tahunnya. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang
paling umum dan paling banyak disandang masyarakat. Data World
Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar
orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat
setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang
yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang
meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017
menyatakan tentang faktor risiko penyebab kematian prematur dan
disabilitas di dunia berdasarkan angka Disability Adjusted Life Years
(DAILYs) untuk semua kelompok umur. Berdasarkan DAILYs tersebut,
tiga faktor risiko tertinggi pada laki-laki yaitu merokok, peningkatan
tekanan darah sistolik, dan peningkatan kadar gula. Sedangkan faktor
risiko pada wanita yaitu peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan
kadar gula darah dan IMT tinggi. Menurut data Sample Registration
System (SRS) Indonesia tahun 2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%)
merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima) pada semua umur.
Sedangkan berdasarkan data International Health Metrics Monitoring and
Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia, penyebab kematian pada
peringkat pertama disebabkan oleh Stroke, diikuti dengan Penyakit
Jantung Iskemik, Diabetes, Tuberkulosa, Sirosis , diare, PPOK,
Alzheimer, Infeksi saluran napas bawah dan Gangguan neonatal serta
kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di
Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar
(22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%),
umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi
hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis
hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat
serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi
sehingga tidak mendapatkan pengobatan.
Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena
penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke
fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi
lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%),
terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di
Fasyankes (2%). Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering
tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang
hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ
target akibat komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya
peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati.
3. Etiologi Hipertensi
Secara umum hipertensi disebabkan oleh :
a. Asupan garam yang tinggi
b. Strees psikologis
c. Faktor genetik (keturunan)
d. Kurang olahraga
e. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol
f. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
g. Peningkatan usia
h. Kegemukan

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:


a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetic,
lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem rennin. Anglotensin
dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:


a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan / atau tekanan diastolic sama dengan atau lebih besar dari
90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
e. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi.
f. Meningkatnya resisten pembuluh darah perifer.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Padila, 2019).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi
oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 2020). Menurunnya tonus
vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis. Dari
sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan
pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan
dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen
II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan
darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. (Suyono, Slamet.2017).
5. WOC Hipertensi

HIPERTENSI

Merokok Genetik, lingkungan,


merokok, alkohol, penyakit

Nikotin
Merangsang pusat vasomotor
dalam bentuk impuls
Merangsang hypotalamus
Melalui saraf simpatik menuju
gangguan simpatis
Katekolamin
Melepaskan asetil kolin

Merangsang serabut saraf


ganglion
Vasokontriksi pada pembuluh darah

Merangsang kelenjar adrenal


Gangguan sirkulasi
Melepaskan epinefrin

Pembuluh darah Otak Vasokontriksi


Retina

Mendesak thalamus Spasme Penurunan darah


Vasokontriksi
arteriol ke ginjal
Suplai O2 ↓
Kortek serebrasi
Afterload ↑ Pelepasan renin
Menaikkan transmisi Risiko perfusi
histamin bradikimin perifer tidak efektif
Pembentukan
Penurunan kontraktilitas asetil kolin dan angiostensi 1
pada otot jantung prostalglandin

2. Angiostensi II
Darah masuk ke Meningkatkan
ventrikel kiri berkurang sensitivitas reseptor
nyeri Vasokontriksi perifer
Risiko cedera
Penurunan curah
jantung Nyeri Akut Meningkatkan sekresi
aldosteron

Fatigue Hipervolemia
Edema Retensi natrium dan air

Intoleransi aktivitas
6. Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata – rata 2
kali pengukuran pada masing -masing kunjungan. Perbandingan klasifikasi
tekanan darah menurut JNC VII dan JNC VIII dapat dilihat di tabel
berikut:
Kategori Kategori Tekanan
Tekanan Darah
Tekanan Darah Tekanan Darah Darah Sistolik
Sistolik (mmHg) Dan/atau
(JNC VII) ( JNC VII) (mmHg)
Normal Optimal < 120mmHg Dan < 80 mmHg
Pre Hipertensi _ 120 – 139 mmHg Atau 80 – 89 mmHg
_ Normal < 130 mmHg Dan < 85mmHg
_ Normal Tinggi 130 – 139 mmHg Atau 85 – 89 mmHg
Hipertensi Hipertensi
Derajat I Derajat 1 140 – 159 mmHg Atau 90 – 99 mmHg
Derajat II _ >160 mmHg Atau > 100 mmHg
100 – 109
_ Derajat 2 160 – 179 mmHg Atau
mmHg
_ Derajat 3 >180 mmHg Atau > 110 mmHg

7. Tanda dan Gejala dari Hipertensi


a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hali ini berari hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur
b. Gejala yang lazim
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Kesadaran menurun
8) Mimisan
8. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi adalah:
1) Retiniopati: edema murid, penebalan retina, dan terjadi perdarahan
retina.
2) Penyakit jantung: gagal jantung dan miokard infark
3) Nefrosklerosis, gagal ginjal. (Aspiani, 2017)
9. Faktor Risiko Hipertensi pada Lansia
a. Hipertensi
Merupakan salah satu gangguan pada sistem kardiovaskular yang
sering sekali terjadi pada lansia. Dengan bertambahnya usia, jantung
serta pembuluh darah akan mengalami beberapa perubahan struktur
dan fungsi. Salah satu perubahan fungsional terkait dengan pembuluh
darah adalah meningkatnya tekanan sistolik yang akan terjadi secara
progresif. Menurut American Heart Association nilai sistolik 160
mmHg merupakan batas normal tertinggi untuk lansia. Sedangkan
menurut International Society of Hypertension (ISH) tekanan sistolik
diatas 140 mmHg sudah dapat dikatakan sebagai hipertensi derajat I.
Faktor risiko hipertensi secara umum terbagi menjadi dua, yakni
faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Faktor
yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur serta genetik, sedangkan
faktor yang dapat dimodifikasi adalah pola makan, aktivitas dan
sebagainya. Berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi:
1) Umur
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli
menunjukkan bahwa semakin tua seseorang maka risiko
mengalami hipertensi akan semakin tinggi. Hal tersebut
diakibatkan oleh penurunan elastisitas pembuluh darah arteri
seiring dengan pertambahan umur. Hipertensi bisa dijumpai pada
semua usia, namun paling sering ditemukan pada usia 35 tahun
atau lebih dan meningkat ketika menginjak usia 50 dan 60 tahun.
Selain itu pada wanita menopause akan lebih berisiko mengalami
hipertensi. Walaupun belum dapat dibuktikan dalam penelitian,
namun hormon estrogen diperkirakan dapat meningkatkan
konsentrasi HDL dan menurunkan LDL yang dapat menurunkan
risiko terjadi hipertensi.
2) Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor resiko hipertensi
yang tidak dapat dimodifikasi dan telah terbukti dari banyak
penelitian-penelitian oleh beberapa ahli. Hipertensi cenderung
merupakan penyakit keturunan. Jika salah satu dari orang tua kita
mempunyai hipertensi, sepanjang hidup kita mempunyai 25%
kemungkinan terkena pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai
hipertensi, kemungkinan terkena penyakit tersebut 60% (Sheps,
2005). Selain itu peran faktor genetik juga dapat dibuktikan dengan
ditemukannya kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada
kembar monozigot daripada heterezigot.

Selain dua faktor risiko di atas terdapat pula beberapa faktor risiko lain
yang dapat dimodifikasi, antara lain:
a. Merokok
Sampai sekarang merokok merupakan satu-satunya faktor risiko
paling penting yang dapat menyebabkan hipertensi pada lansia.
Kandungan-kandungan berbahaya yang terdapat dalam rokok dapat
menyebabkan banyak sekali kerugian pada tubuh, diantaranya,
menurunkan kadar HDL, meningkatkan adhesivtas trombosit dan
kadar fibrinogen, mengganti oksigen dengan karbon dioksida pada
molekul hemoglobin, serta meningkatkan konsumsi oksigen di
miokardium. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memberikan
penjelasan kepada lansia tentang keuntungan yang dapat diperoleh
dengan berhenti merokok serta kerugian-kerugian yang akan di dapat
apabila tetap mengkonsumsi rokok tersebut.

b. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol pada lansia akan secara alami meningkat seiring
dengan bertambahnya usia. Selain itu hiperlipidemia juga berkaitan
dengan konsumsi lemak jenuh yang erat kaitannya dengan peningatan
berat badan dan nantinya akan menjadi faktor risiko terjadinya
hipertensi. Peningkatan LDL dan penurunan HDL adalah tanda yang
penting untuk penyakit arteri koroner atau aterosklerosis berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah baik pada pria maupun wanita.
c. Diabetes Melitus dan Obestitas
Diabetes merupakan penyakit kronik yang menjadi faktor risiko
independen untuk hipertensi. Ketika viskositas darah meningkat maka
tekanan darahpun akan ikut meningkat. Lansia yang mengalami
diabetes biasanya diikuti dengan obesitas. Penurunan berat badan pada
lansia akan sangat bukan hanya untuk diabetes namun untuk hipertensi
dan hiperlipidemia yang menyertainya.
d. Gaya Hidup
Aktivitas fisik yang menurun pada lansia dapat pula menjadi faktor
risiko terjadinya hipertensi. Dengan penurunan aktivitas fisik ini maka
tonus otot akan mengalami kehilangan masa otot tak berlemak yang
akan digantikan dengan jaringan lemak yang akan mengakibatkan
penigkatan risiko penyakit kardiovaskular. Aktivitas fisik yang cukup
juga akan menjaga berat badan yang ideal. Selain itu stress dapat pula
berpengaruh pada hipertensi maka gaya hidup sehat sangat dianjurkan
untuk mengurangi risiko hipertensi
e. Diet Tinggi Garam
Berdasarkan penelitian Radecki Thomas E J.D. Orang yang
memiliki kebiasaan konsumsi tinggi garam akan memiliki risiko
hipertensi sebesar 4.35. Garam yang memiliki sifat menarik air, akan
menyebabkan peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Lansia
dan ras Afrika Amerika mungkin memiliki sensitivitas tinggi terhadap
intak sodium terhadap perkembangan hipertensi (Vollmer et a., 2015
dalam Miller).

Selain faktor-faktor diatas terdapat pula peningkatan konsumsi kafein


yang dapat menjadi faktor risisko terjadinya hipertensi. Meskipun tidak
signifikan kafein dan alcohol akan meningkatkan aktivitas saraf simpatis
yang dapat merangsang sekresi corticotrophin realizing hormone (CRH)
yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Hipertensi pada lansia dapat mengakibatkan timbulnya asma dan
kencing manis serta pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi
kelumpuhan, kesulitan berbicara sampai kematian.
10. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1) Darah : rutin, BUN, creatirine, elektrolik, KGD
2) Urine : Urinelisa dan kultur urine.
3) EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
4) Foto dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana).
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama):
1) Kemungkinan kelainan renal : IVP, Renald angiography (kasus
tertentu), biopsi renald (kasus tertentu).
2) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab,
CT Scan.
3) Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk
Katekholamine, metamefrin, venumandelic Acid (VMA). (Brooker,
2001).
11. Pencegahan Hipertensi
Ada tiga cara untuk mencegah hipertensi, yaitu:
a. Pencegahan dengan pola hidup sehat
Menerapkan pola hidup yang sehat dalam keseharian kita sangat
penting dalam pencegahan hipertensi. Sebaliknya pola hidup yang
tidak sehat beresiko tinggi terkena penyakit hipertensi. Termasuk
dalam pola hidup yang tidak sehat misalnya merokok, minum alkohol,
suka makan enak alias banyak mengandung kolesterol, makanan yang
gurih dengan kadar garam berlebih, minuman berkafein, dll.
Sementara pada saat yang sama kurang berolahraga atau kurang
beraktifitas, sering stress, minim air putih, serta kurang makan buah
dan sayuran.
b. Pencegahan dengan medical check up
Mengunjungi seorang dokter atau tenaga para medis, jangan selalu
diartikan mau berobat. Bisa juga dalam rangka pencegahan satu
penyakit, misalnya pencegahan hipertensi. Itulah yang disebut
pencegahan/ pemeriksaan secara medis (medical check up). Orang
yang rentan terhadap hipertensi, baik karena faktor keturunan atau pun
gaya hidup, sebaiknya rajin memeriksakan diri tekanan darahnya ke
dokter atau tenaga medis lain. Sebab, darah tinggi atau hipertensi bila
tidak segera diatasi adalah pra kondisi bagi penyakit lain yang lebih
serius. Dengan demikian, mencegah darah tinggi berarti pula
mencegah diri kita dari penyakit lain. Jika dalam pemeriksaan
ditemukan tanda atau gejala hipertensi, seorang dokter akan
memberikan advise penanganannya. Sebaliknya jika tidak berarti
ditemukan gejala apapun.
c. Pencegahan dengan cara tradisional
Indonesia adalah negara yang kaya dengan tanaman obat
tradisional. Beberapa diantara tanaman tradisional (serta hasilnya)
yang bisa menurunkan tekanan darah, misalnya bayam, biji bungan
matahari, kacang-kacangan, dark coklat, pisang, kedelai, kentang,
alpukat, mentimun, bawang putih, daun seledri, belimbing, pace atau
mengkudu, pepaya, selada air, cincau hijau dan lain-lain. Beberapa
tanaman diantaranya sudah diteliti dan diuji secara medis, seperti:
1) Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak
hanya melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi juga dapat
mengurangi tekanan darah. Selain itu, kandungan folat dalam
bayam dapat melindungi tubuh dari homosistein yang membuat
bahan kimia berbahaya. Penelitian telah menunjukkan bahwa
tingkat tinggi asam amino (homosistein) dapat menyebabkan
serangan jantung dan stroke.
2) Biji bunga matahari.
Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga
matahari mengandung pitosterol, yang dapat mengurangi kadar
kolesterol dalam tubuh. Kolesterol tinggi merupakan pemicu
tekanan darah tinggi, karena dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah. Tapi, pastikan mengonsumsi kuaci segar yang
tidak diberi garam.
3) Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah
mengandung magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup
efektif menurunkan tekanan darah tinggi.
4) Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga
membuat tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium
dan serat tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit jantung.
Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup
untuk membantu mencegah tekanan darah tinggi.
5) Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi
kesehatan. Salah satunya adalah menurunkan kolesterol jahat dan
tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat
bermanfaat bagi kesehatan.
6) Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya
yang tidak sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan potasium
pada kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan
tekanan darah.
7) Cokelat pekat (dark chocolate)
Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu
menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat
oksida. Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh
darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan aliran darah
meningkat.
8) Avokad
Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi
kolesterol. Selain itu, kandungan kalium dan asam folat, sangat
penting untuk kesehatan jantung.

Selain dengan tanaman obat tradisional, cara tradisional lain yang juga
dapat menurunkan tekanan darah, sekaligus pencegahan hipertensi,
misalnya terapi bekam dan akupresure. Bekam merupakan cara tradisional
yang sudah sangat terkenal, dan bermanfaat untuk pencegahan berbagai
macam penyakit. Akupresure juga bermanfaat untuk mengurangi nyeri
pada penderita hipertensi dengan menekan titik-titik tekannya.
12. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Penatalaksanaan non-farmakologis
Menurut (Kemenkes, 2019) Hidup sehat bebas penyakit jantung,
pembuluh darah (kardiovaskuler), dan penyakit lainnya bisa Anda
dapatkan bila Anda menerapkan gaya hidup sehat ala CERDIK. Apa Itu
CERDIK?

CERDIK merupakan perilaku hidup sehat yang mampu


menjauhkan Anda dari berbagai penyakit tidak menular (PTM) seperti
penyakit pembuluh darah, jantung, hingga masalah ginjal. Apa saja
perilaku yang termasuk CERDIK?

1. Cek Kesehatan Secara Berkala

Banyak masyarakat Indonesia yang masih mengabaikan cek


kesehatan secara berkala. Padahal langkah ini bisa membantu
masyarakat mendeteksi penyakit-penyakit dalam sejak dini. Mulailah
memonitor tekanan darah, menimbang berat badan, mengukur tinggi
badan, mengukur lingkar perut, dan perhatikan denyut nadi Anda.
Jangan lupa pula mengecek kadar kolesterol dan gula darah secara
teratur.
2. Enyahkan Asap Rokok

Tentu Anda sudah tahu kalau merokok bisa berdampak buruk


bagi kesehatan bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga orang-orang di
sekitar Anda. Dampak rokok juga bukan hanya pada sektor kesehatan,
tapi juga keuangan. Tak ada salahnya bila mulai saat ini Anda berhenti
merokok demi kehidupan yang lebih baik.

3. Rajin Aktivitas Fisik/Olahraga


Guna menjaga kesehatan dan mencegah penyakit
kardiovaskuler, berolahragalah secara rutin setidaknya minimal selama
30 menit per hari sebanyak 3-5 kali per minggu.

4. Diet Sehat dan Seimbang

Imbangi aktivitas olahraga dengan melakukan diet sehat dan


seimbang yakni mengkonsumsi buah dan sayur 5 porsi per hari. Batasi
konsumsi gula tak lebih dari 4 sendok makan per hari per orang dan
garam tak lebih dari 1 sendok teh per orang per hari. Batasi pula
konsumsi lemak (GGL) atau minyak tak lebih dari 5 sendok makan per
hari per orang.

Bagi Anda yang menyukai makanan manis, sebaiknya mulai


mengurangi makanan dengan kandungan gula tinggi seperti soft drink,
permen, kue basah, kue kering dan es krim. Kurangi pula konsumsi
gula putih atau gula merah, sirup serta madu. Gantikan makanan manis
tersebut dengan buah segar maupun minuman jus buah segar kesukaan
Anda.

Untuk menjaga kesehatan, mau tak mau Anda harus rajin


membaca label kemasan makanan sebelum membeli. Kurangi
makanan dan minuman yang mengandung gula tersembunyi seperti
maltosa, glukosa, sukrosa, laktosa, dekstrosa, fruktosa dan sirup.
Batasi konsumsi makanan dengan kandungan garam tinggi seperti
keju, buah kering, makanan kemasan, kacang asin dan keripik
kentang.

Tak ketinggalan kurangi pula konsumsi lemak dengan memilih


makanan sumber protein seperti daging tanpa lemak,kacang kering,
unggas, ikan, dan kacang polong. Kurangi konsumsi daging merah dan
buang lemak di daging sebelum dimasak. Bila ingin minum susu, pilih
susu rendah lemak dan hindari jeroan serta kurangi makan telur.
5. Istirahat Cukup

Bagi orang dewasa, istirahatlah yang cukup dengan tidur


selama 7-8 jam sehari.

6. Kelola Stres

Terakhir, kurangi potensi penyakit kardiovaskuler dengan


mengelola stres. Sering-seringlah rekreasi, relaksasi, berpikiran
positif dan bercengkrama dengan orang lain. Terapkan pola hidup
teratur dan rencanakan masa depan Anda sebaik-baiknya.

b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian
antihipertensi. Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah
komplikasi hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin. Obat
yang ideal adalah obat yang tidak mengganggu gaya hidup atau
menyebabkan simptomatologi yang bermakna tetapi dapat
mempertahankan tekanan arteri terkendali. Penurunan tekanan arteri
jelas mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas akibat stroke, gagal
jantung, meskipun terapi terhadap hipertensi ringan dengan obat belum
memperlihatkan banyak harapan dalam mengurangi risiko penyakit
koroner. Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan adalah
sebagai berikut :
1) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing,
mempertinggi pengeluaran garam (NaCl). Obat yang sering
digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga dapat
digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretika yang hemat kalium.
Obat yang banyak beredar adalah Spironolactone, HCT,
Chlortalidone dan Indopanide.
2) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa
yang menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnnya tekanan
darah. Karena efek hipotensinya ringan sedangkan efek
sampingnya agak kuat (hipotensi ortostatik dan takikardi) maka
jarang digunakan. Obat yang termasuk dalam Alfa-blocker adalah
Prazosin dan Terazosin.
3) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan
pasti. Diduga kerjanya berdasarkan beta blokade pada jantung
sehingga mengurangi daya dan frekuensi kontraksi jantung.
Dengan demikian, tekanan darah akan menurun dan daya
hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari jenis Beta-blocker
adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol dan sebagainya.

4) Obat yang bekerja sentral


Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non
adrenalin sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergik perifir
dan turunnya tekanan darah. Penggunaan obat ini perlu
memperhatikan efek hipotensi ortostatik. Obat yang termasuk
dalam jenis ini adalah Clonidine, Guanfacine dan Metildopa.
5) Vasodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding
arteriole sehingga daya tahan perifir berkurang dan tekanan darah
menurun. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah Hidralazine
dan Ecarazine.
6) Antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan
ion kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh darah dengan efek
vasodilatasi dan turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis
kalsium yang terkenal adalah Nifedipine dan Verapamil.
7) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan
cara menghambat Angiotensin converting enzim yang berdaya
vasokontriksi kuat. Obat jenis penghambat ACE yang popular
adalah Captopril (Capoten) dan Enalapril.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Riwayat kesehatan saat ini
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat Pekerjaan & Status EkonomI
e. Aktivitas Rekreasi
f. Riwayat Keluarga

Biasanya pada penderita hipertensi kebanyakan menurun dari orang


tuanya yang menderita hipertensi.
a. Bernafas
Pada saat pengkajian, pada umumnya pasien mengeluh sulit bernafas.
b. Makan
Pada saat pengkajian pola makan biasanya pasien mengeluh mual.
c. Minum
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengeluhkan gangguan.
d. Eliminasi BAB & BAK
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengeluhkan gangguan.
e. Gerak aktivitas
1) Kemampuan ADL :
a) Kemampuan untuk makan
b) Kemampuan untuk mandi
c) Kemampuan untuk toileting
d) Kemampuan untuk berpakaian
e) Kemampuan untuk instrumentalia
2) Kemampuan mobilisasi:
Pada saat pengkajian, pasien biasanya mampu mengubah posisi
ditempat tidur, mampu duduk di tempat tidur, namun ketika pasien
berdiri dan berpindah pasien merasakan pusing.
f. Istirahat tidur
Pasien biasanya mengalami gangguan tidur akibat nyeri dada, sesak,
dan pusing yang dirasakannya.
g. Pengaturan suhu tubuh
Pada saat pengkajian suhu tubuh pasien biasanya berada dalam rentang
normal yaitu 36o C - 37° C.
h. Kebersihan diri
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengalami masalah/
keluhan kebersihan diri.

i. Rasa nyaman
Pada saat pengkajian, biasanya pasien mengatakan sakit pada bagian
kepala, nyeri pada dada, merasa sesak, serta kesemutan pada
ekstremitas.
j. Rasa aman
Pada saat pengkajian pasien biasanya gelisah atau cemas dengan raut
wajah pasien tampak tidak tenang.
k. Sosial
Pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan komunikasi atau
hubungan social dengan lingkungan sekitarnya.
l. Pengetahuan belajar
Meliputi kemampuan pasien dalam menerima informasi tentang
penyakitnya, serta nasihat – nasihat yang diberikan oleh perawat atau
dokter, berhubungan dengan penyakitnya.
m. Rekreasi
Pada umumnya pasien lebih banyak beristirahat di rumah atau
fasilitas kesehatan, dengan memanfaatkan fasilitas TV sebagai hiburan
atau berkumpul bersama keluarga. Pada pasien hipertensi ringan
biasanya dianjurkan untuk melakukan latihan fisik seperti lari, jogging,
jalan santai atau bersepeda dan bersenang-senang. Pasien juga
dianjurkan untuk melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi
ketegangan dan kecemasan.
n. Spiritual
Pada umumnya, pasien tidak memiliki masalah dalam spiritual.
o. Status Kesehatan
Pada umumnya pasien hipertensi mengeluh nyeri kepala dan
kelelahan.
p. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien memiliki riwayat hipertensi dengan pengobatan yang tidak
terkontrol dan tidak berkesinambungan .Adanya riwayat penyakit
ginjal dan adrenal.

q. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
TTV, BB, GCS
2) Keadaan Umum : lemah
Kesadaran (E:M:V)
TTV, BB/TB
3) Integumen
Kulit lansia keriput (kerena proses penuaan yang terjadi),
kelenturan dan kelembaban kurang.
4) Kepala
Normal cephali, distribusi rambut merata, beruban, kulit kepala
dalam keadaan bersih, tidak terdapat ketombe ataupun kutu
rambut, wajah simetris, nyeri tekan negatif.
5) Mata
Pasien umumnya mengeluh pandangan kabur.
6) Telinga
Pasien umumnya tidak mengeluhkan gangguan pendengaran yang
berkaitan dengan hipertensi.
7) Hidung dan sinus
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
8) Mulut dan tenggorokan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
9) Leher
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
10) Dada
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
11) Pernafasan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
12) Kardiovaskular
TD= 160/100 mmHg, Nadi = 88x/menit (nadi teraba cukup kuat).
Lansia biasanya mengeluh dadanya berdebar – debar. Terkadang
terasa nyeri dada.
13) Gastrointestinal
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
14) Perkemihan
Pada umumnya pasien mengalami proteinuria.
15) Genitourinaria
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
16) Muskuloskeletal
Lansia biasanya merasakan kesemutan dan keram pada lutut saat
cuaca dingin sehingga sulit berdiri. Tonus otot berkurang, tulang
dada, pipi, klavikula tampak menonjol, terjadi sarkopenia,
ekstremitas atas bawah hangat.
17) Sistem saraf pusat
Lansia biasanya mengalami sedikit penurunan daya ingat, tidak ada
disorientasi, emisi tenang, siklus tidur memendek.
18) Sistem endokrin
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
r. Pengkajian Fungsional
ADL (Activity Daily Living)
Pengkajian fungsional berdasarkan INDEKS KATZ
Pengkajian ini meliputi obsservasi kemampuan klien untuk melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari/Activity Daily Living (ADL)
1) INDEKS KATZ
Termasuk/katagori manakah klien?
Skore Kriteria:
Katagori Keterangan
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK), berpindah, ke
kamar kecil, mandi dan berpakaian
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
tambahan
E Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain-Lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
sebagai C, D, E atau F
Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif
dari orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu
fungsi dianggap tidak melakukan fungsi meskipun klien dianggap
mampu.
s. Pengkajian Kognitif
1) Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental
Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi : Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua
jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan
berdasarkan 10 pertanyaan.

Skore No Pertanyaan Jawaban


+ -
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telepon Anda?
Dimana alamat Anda?
(tanyakan bila tidak memiliki
telepon)
5 Berapa umur Anda?
6 Kapan Anda lahir?
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa Presiden sebelumnya?
9 Siapa nama Ibu Anda?
10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu
seterusnya sampai bilangan terkecil)
TOTAL SKOR
Keterangan :
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10: Kerusakan intelektual berat

2) Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan mnggunakan


Mini Mental Status Exam (MMSE)
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien
Orientasi
5 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan apa
sekarang?)
5 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah) (kota)
(rumah sakit) (lantai)?
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien
Registrasi
3 Sebutkan nama 3 objek: 1 detik untuk
mengtakan masing-masing. Beri 1 poin untuk
setiap jawaban yang benar
Perhatian dan kalkulasi
5 Seri 7’s 1 poin untuk setiap kebenaran.
Berhenti setelah 5 jawaban. Berganti eja
“kata” ke belakang
Mengingat
3 Meminta untuk mengulang ketiga objek di
atas. Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran
Bahasa
9 Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : tidak ada jika, dan
atau tetapi (1 poin)
TOTAL SKOR

Keterangan
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya
kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
t. Pengkajian Status Emosional
Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
1) Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
2) Apakah klien sering merasa gelisah?
3) Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?
4) Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Pertanyaan tahap 2
1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu
bulan?
2) Ada atau banyak pikiran?
3) Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain?
4) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
5) Cenderung mengurung diri?
Keterangan :
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya”Masalah Emosional
Positif (+)
u. Pengkajian Psikososial
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang,sikap
klien pada orang lain, harapan-harapan klien dalam melakukan
sosialisasi.
v. Pengkajian Spiritual
Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyainan klien tentang
kematian, harapan-harapan klien, dan lain-lain.
w. Pengkajian Depresi
Menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS)
NO ITEM PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah Bapak/ Ibu sekarang ini merasa puas dengan
kehidupannya?
2 Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau
kesenangan akhir-akhir ini?
3 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa hampa/ kosong di dalam hidup
ini?
4 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa bosan?

5 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai harapan yang baik di masa


depan?
6 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai pikiran jelek yang
mengganggu terus menerus?
7 Apakah Bapak/ Ibu memiliki semangat yang baik setiap saat?
8 Apakah Bapak/ Ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi
pada Anda?
9 Apakah Bapak/ Ibu merasa bahagia sebagian besar waktu?
10 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa tidak mampu berbuat apa- apa?
11 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa resah dan gelisah?
12 Apakah Bapak/ Ibu lebih senang tinggal dirumah daripada keluar
dan mengerjakan sesuatu?
13 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir tentang masa depan?
14 Apakah Bapak/ Ibu akhir – akhir ini sering pelupa?
15 Apakah Bapak/ Ibu pikir bahwa hidup Bapak/ Ibu sekarang ini
menyenangkan?
16 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa sedih dan putus asa?
17 Apakah Bapak/ Ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini?
18 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir tentang masa lalu?
19 Apakah Bapak/ Ibu merasa hidup ini mengembirakan?
20 Apakah sulit bagi Bapak/ Ibu untuk memulai kegiatan yang baru?
21 Apakah Bapak/ Ibu merasa penuh semangat?
22 Apakah Bapak/ Ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada harapan?
23 Apakah Bapak/ Ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik keadaanya
daripada Bapak/ Ibu?
24 Apakah Bapak/ Ibu sering marah karena hal- hal yang sepele?
25 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa ingin menangis?
26 Apakah Bapak/ Ibu sulit berkonsentrasi?
27 Apakah Bapak/ Ibu merasa senang waktu bangun tidur di pagi hari?
28 Apakah Bapak/ Ibu tidak suka berkumpul di pertemuan sosial?
29 Apakah mudah bagi Bapak/ Ibu membuat suatu keputusan?
30 Apakah pikiran Bapak/ Ibu masih tetap mudah dalam memikirkan
sesuatu seperti dulu?
TOTAL SKOR

Keterangan : Setiap jawaban yang “ SESUAI” diberi skor 1


Skor 0-10 : Menunjukkan tidak depresi
Skor 11-20: Menunjukkan depresi ringan
Skor 21-30: Menunjukkan depresi sedang/ berat
x. Pengkajian Risiko Jatuh
1) Pengakjian dengan menggunakan MORSE Scale
Tgl
No Item Penilaian Jam
Skor IA 1 2 3 4
1 Usia
a. Kurang dari 60 0
b. Lebih dari 60 1
c. Lebih dari 80 2
2 Defisit Sensoris
a. Kacamata bukan bifokal 0
b. Kacamata bifokal 1
c. Gangguan pendengaran 1
d. Kacamata multifokal 2
e. Katarak/ glaukoma 2
f. Hamper tidak melihat/ buta 3
3 Aktivitas
a. Mandiri 0
b. ADL dibantu sebagian 2
c. ADL dibantu penuh 3
4 Riwayat Jatuh
a. Tidak pernah 0
b. Jatuh< 1 tahun 1
c. Jatuh < 1bulan 2
d. Jatuh pada saat dirawat sekarang 3
5 Kognisi
a. Orientasi baik 0
b. Kesulitan mengerti perintah 2
c. Gangguan memori 2
d. Kebingungan 3
e. Disorientasi 3
6 Pengobatan dan Penggunaan Alat Kesehatan
a. >4 jenis pengobatan 1
b. Antihipertensi/ hipoglikemik/ antidepresan 2
c. Sedative/ psikotropika/narkotika 2
d. Infuse/ epidural/ spinal/ dower catheter/ traksi 2
7 Mobilitas
a. Mandiri 0
b. Menggunakan alat bantu berpindah 1
c. Kordinasi/ keseimbangan memburuk 2
d. Dibantu sebagian 3
e. Dibantu penuh/bedrest/nirse assist 4
f. Lingkungan dengan banyak furniture 4
8 Pola BAB/BAK
a. Teratur 0
b. Inkotinensia urine/feses 1
c. Nokturia 2
d. Urgensi/frekuensi 3
9 Komorbiditas
a. Diabetes/ penyakit jantung/ stroke/ ISK 2
b. Gangguan saraf pusat/ Parkinson 2
c. Pasca bedah 0-24 jam 3
Total skor
Keterangan
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13
Risiko Sangat Tinggi ≥ 14
Nama/ paraf

Catatan:
1. Pengkajian awal risiko jatuh dilakukan pada saat pasien masuk
rumah sakit, dituliskan pada kolom IA (Initial Assessment)
2. Pengkajian ulang untuk pasien risiko jatuh ditulis pada kolom
keterangan dengan kode:
(1) Setelah pasien jatuh (Post Falls) dengan kode: PF
(2) Perubahan kondisi (Change of Condition) dengan kode: CC
(3) Menerima pasien pindahan dari ruangan lain (On Ward
Transfer) dengan kode: WT
(4) Setiap minggu (Weekly) dengan kode: WK
(5) Saat pasien pulang (Discharge) dengan kode: DC
(6) Kode ini dituliskan pada kolom keterangan
2) Pengkajian dengan instrumen “THE TIMED UP AND GO” (TUG)
N LANGKAH
O
1 Posisi pasien duduk di kursi
2 Minta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), kembali
ke kursi, ukur waktu dalam detik
Keterangan:
Skor:
>12 detik : risiko jatuh tinggi
≤ 12 detik : risiko jatuh tinggi
y. APGAR keluarga
N ITEMS PENILAIAN SELALU KADANG - TIDAK
O (2) KADANG PERNAH
(1) (0)
1 A: Adaptasi
Saya puas bisa kembali pada
keluarga (teman- teman) saya
untuk membantu apabila saya
mengalami kesulitan (adaptasi)
2 P: Partnership
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dan
mengungapkan masalah dengan
saya (hubungan)
3 G: Growth
Saya puas bahwa keluarga(teman-
teman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas
(pertumbuhan)
4 A: Afek
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi saya,
seperti marah, sedih atau
mencintai
5 R: Resolve
Saya puas dengan cara teman atau
keluarga saya dan saya
menyediakan waktu bersama-
sama mengekspresikan afek dan
berespon
JUMLAH
Penilaian:
Total nilai <3 : disfungsi keluarga yang sangat tinggi
Total nilai 4-6 : disfungsi keluarga sedang
Total nilai 7-10: tidak ada disfungsi keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hipertensi yaitu:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
ditandai dengan dyspnea, tekanan darah meningkat/menurun, nadi
perifer teraba lemah, capillary refill time >3 detik, oliguria, warna kulit
pucat dana tau sianosis.
b. Resiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hipertensi.
c. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
ditandai dengan ortopnea, dipsnea, edema perufer, berat badan
meningkat dalam waktu singkat, JVP meningkat, reflek hepatojugular
positif, distensi vena jugularis, terdengar suara nafas tambahan,
hepatomegaly, kadar Hb/Ht turun, oliguria, kongesti oaru, intake lebih
banyak dari output.
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
(vasokontriksi pembuluh darah otak) ditandai dengan mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah,
proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,
diaforesis.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, frekuensi
jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, despnea saat/
setelahmelakukan aktivitas, merasa lelah, tekanan darah berubah >20%
dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukkan iskemia, sianosis.
f. Resiko cedera berhubungan dengan perubahan sensasi.
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil INTERVENSI
1 Penurunan curah jantung Tujuan: setelah dilakukan Perawatan Jantung (1.02075)
berhubungan dengan tindakan keperawatan selama Observasi
peningkatan afterload …. X 24 jam diharapkan curah - Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
ditandai dengan dyspnea, jantung (L.02008) klien dapat jantung
tekanan darah meninkat. - Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
meningkat/menurun, nadi Kriteria hasil: curah jantung
perifer teraba lemah, 1) Kekuatan nadi meningkat - Monitor tekanan darah, intake dan output cairan,
capillary refill time >3 2) Tekanan darah membaik saturasi oksigen, dan EKG 12 sadapan
detik, oliguria, warna  TD (100/60 – 130/99 Terapeutik
kulit pucat dana tau mmHg) - Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan
sianosis.  Nadi (60 -100 x/menit) kaki kebawah atau posisi nyaman.
 RR (12-24 x/menit) - Berikan diet jantung yang sesuai

 Suhu (36,5-37,5 0C) - Berikan dukungan emosional dan spritual

3) Tidak ada edema paru, - Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi

perifer, dan tidak ada sites oksigen >94%


Edukasi
- Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi dan
secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat
badan, intake dan output cairan harian
Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2 Resiko perfusi perifer setelah dilakukan tindakan Pencegahan syok (1.02068)
tidak efektif berhubungan keperawatan selama … x 24 Observasi
dengan hipertensi. jam perfusi perifer (L.02011) - Monitor status kardiopulmonal, oksigenasi,
klien dapat meningkat. cairan, tingkat kesadaran dan respon pupil
Kriteria hasil: - Periksa riwayat alergi
1) Denyut nadi perifer Terapeutik
meningkat. - Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
2) Warna kulit pucat oksigen >94%
menurun. - Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika
3) Pengisian kapiler, akral, perlu
dan turgor kulit membaik - Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Edukasi
- Jelaskan penyebab/faktor resiko syok
- Jelaskan tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
3 Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia (1.03114)
berhubungan dengan keperawatan … x 24 jam Observasi
gangguan mekanisme Termoregulasi (L.14134) dapat - Periksa tanda dan gejala hipervolemia
regulasi ditandai dengan membaik. - Identifikasi penyebab hipervolemia
ortopnea, dipsnea, edema Kriteria Hasil - Monitor status hemodinamik dan
perufer, berat badan 1) Tidak menggigil/menurun hemokonsentrasi
meningkat dalam waktu 2) Suhu tubuh dan kulit - Monitor intake dan output cairan
singkat, JVP meningkat, membaik Terapeutik
reflek hepatojugular - Timbang BB setiap hari pada waktu yang sama
positif, distensi vena - Batasi asupan cairan dan garam
jugularis, terdengar suara - Tinggikan kepala tempat tidur 30-40o
nafas tambahan, Edukasi
hepatomegaly, kadar - Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan
Hb/Ht turun, oliguria, haluaran cairan
kongesti oaru, intake - Ajarkan cara membatasi cairan
lebih banyak dari output. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik
- Kolaborasi penggantian kehilangan kalium
akibat diuretik
- Kolaborasi pemberian Continuous Renal
Replacement (CRRT), jika perlu.
4 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1.08238)
dengan agen pencedera keperawatan … x 24 jam Observasi
fisiologi (vasokontriksi Tingkat nyeri (L.08066) dapat - Identifikasi lokasi,
pembuluh darah otak) menurun. karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
ditandai dengan Kriteria hasil: nyeri.
mengeluh nyeri, tampak 1. Keluhan nyeri menurun. - Identifikasi skala nyeri
meringis, bersikap 2. Frekuensi nadi membaik - Identifikasi respon nyeri non verbal
protektif, gelisah, - Identifikasi faktor yang memperberat dan
frekuensi nadi meningkat, memperingan nyeri
tekanan darah meningkat, - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
pola nafas berubah, nafsu sudah di berikan
makan berubah, proses - Monitor efek samping penggunaan analgetik
berpikir terganggu, Terapeutik
menarik diri, berfokus - Berikan teknik non farmakologis untuk
pada diri sendiri, mengurangi rasa nyeri
diaphoresis. - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (1.05178)
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24 Observasi
ketidakseimbangan suplai jam Toleransi aktivitas - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dan kebutuhan oksigen (L05047) pasien dapat mengakibatkan kelelahan
ditandai dengan meningkat. - Monitor kelelahan fisik dan emosional
mengeluh lelah, frekuensi Kriteria hasil: - Monitor pola dan jam tidur
jantung meningkat >20% 1. Frekuensi nadi meningkat - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
dari kondisi istirahat, 2. Keluhan lelah menurun. melakukan aktifitas.
despnea saat/ 3. TTV membaik Terapeutik
setelahmelakukan - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
aktivitas, merasa lelah, stimulus
tekanan darah berubah - Lakukan latihan rentang gerak pasi dan/aktif
>20% dari kondisi - Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
istirahat, gambaran EKG - Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak
menunjukkan aritmia dapat berpindah atau berjalan
saat/setelah aktivitas, Edukasi
gambaran EKG - Anjurkan tirah baring
menunjukkan iskemia, - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
sianosis. - Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
6 Resiko Cedera setelah dilakukan tindakan Pencegahan Cedera (1.14537)
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24 Observasi
perubahan sensasi. jam Tingkat cedera (L.14136) - Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
menurun. menyebabkan cedera
Kriteria hasil: - Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan
1) Toleransi aktifitas cedera
meningkat. - Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking
2) Kejadian cedera,luka/lecet elastis pada ektermitas bawah
menurun. Terapeutik
3) TTV membaik - Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan
lingkungan ruang rawat
- Gunakan alas lantai jika beresiko menglami
cedera serius
- Pastikan barang-barang pribadi mudah di
jangkau
- Pertahankan posisi tempat tidur di posisi
terendah saat digunakan
- Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan
- Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik
yang di perlukan
- Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang
sesuai
- Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan
pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan
duduk selama beberapa menit sebelum berdiri.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian
dan penentuan diagnosa keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.
Implementasi umum yang biasa dilakukan pada pasien hipertensi:
a. Monitor tanda-tanda vital.
b. Monitor adanya perubahan tekanan darah.
c. Catat adanya fluktuasi tekanan darah.
d. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
e. Memantau asupan nutrisi.
f. Memantau intake dan output cairan.
g. Membantu meningkatkan koping .
h. Memberikan HE agar menghindari penyebab timbulnya hipertensi.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah melakukan intervesi yang telah dibuat
untuk mengetahui respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan .
Berdasarkan diagnosa keperawatan di atas, evaluasi yang diharapkan
adalah sebagai berikut :
a. Penurunan curah jantung klien teratasi
b. Resiko perfusi perifer tidak efektif tidak terjadi
c. Hipervolemia dapat terkontrol
d. Nyeri akut klien dapat terkontrol
e. Intoleransi klien dapat teratasi
f. Resiko cedara klien tidak terjadi
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini et el. 2009. Faktor – factor yang Berhubungan dengan Kejdian


Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkiang Periode Januari Sampai Juni 2008. Riau.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Corwin, E.J. 2009. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa: Pendit, BU.
Jakarta: EGC.
Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 5. Jakarta: PT Pustaka
Bunda.
Doengoes, M.E. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Hayens, B, dkk. 2003. Buku pintar melakukan Hipertensi. Jakarta.
Palmer, dkk. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga.
Rokhaeni, H. (2003). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler edisi pertama.
Jakarta: Bidang Diklat Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
Nasional Harapan Kita.
Sheps, S. G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta.
Smeltzer. C.S & Bare.B (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Jakarta: EGC.
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi 4. Jakarta:
Internal Publishing.
Suyono, S et al. (2003). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Tambayong. J. 2007. Patofisiologi Keperawatan editor Monica Ester, S.Kep.
Jakarta: EGC.
Tim Pogja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pogja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pogja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
WHO, 2001. Guidelines for the management of hypertension. Guidelines
subcommittee. J Hypertens17. Hlm. 151-83.

Anda mungkin juga menyukai