OLEH
213111002
FAKULTAS KESEHATAN
KUPANG
2022
A. KONSEP DASAR HIPERTENSI
1. Pengertian Tekanan Darah
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka
bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa (Spygmomanometer)
ataupun alat digital lainnya (Herlambang, 2018).
2. Epidemiologi Hipertensi
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan
masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang.
Hipertensi menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap
tahunnya. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang
paling umum dan paling banyak disandang masyarakat. Data World
Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar
orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat
setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang
yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang
meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017
menyatakan tentang faktor risiko penyebab kematian prematur dan
disabilitas di dunia berdasarkan angka Disability Adjusted Life Years
(DAILYs) untuk semua kelompok umur. Berdasarkan DAILYs tersebut,
tiga faktor risiko tertinggi pada laki-laki yaitu merokok, peningkatan
tekanan darah sistolik, dan peningkatan kadar gula. Sedangkan faktor
risiko pada wanita yaitu peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan
kadar gula darah dan IMT tinggi. Menurut data Sample Registration
System (SRS) Indonesia tahun 2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%)
merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima) pada semua umur.
Sedangkan berdasarkan data International Health Metrics Monitoring and
Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia, penyebab kematian pada
peringkat pertama disebabkan oleh Stroke, diikuti dengan Penyakit
Jantung Iskemik, Diabetes, Tuberkulosa, Sirosis , diare, PPOK,
Alzheimer, Infeksi saluran napas bawah dan Gangguan neonatal serta
kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di
Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar
(22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%),
umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi
hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis
hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat
serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi
sehingga tidak mendapatkan pengobatan.
Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena
penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke
fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi
lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%),
terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di
Fasyankes (2%). Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering
tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang
hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ
target akibat komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya
peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati.
3. Etiologi Hipertensi
Secara umum hipertensi disebabkan oleh :
a. Asupan garam yang tinggi
b. Strees psikologis
c. Faktor genetik (keturunan)
d. Kurang olahraga
e. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol
f. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
g. Peningkatan usia
h. Kegemukan
HIPERTENSI
Nikotin
Merangsang pusat vasomotor
dalam bentuk impuls
Merangsang hypotalamus
Melalui saraf simpatik menuju
gangguan simpatis
Katekolamin
Melepaskan asetil kolin
2. Angiostensi II
Darah masuk ke Meningkatkan
ventrikel kiri berkurang sensitivitas reseptor
nyeri Vasokontriksi perifer
Risiko cedera
Penurunan curah
jantung Nyeri Akut Meningkatkan sekresi
aldosteron
Fatigue Hipervolemia
Edema Retensi natrium dan air
Intoleransi aktivitas
6. Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata – rata 2
kali pengukuran pada masing -masing kunjungan. Perbandingan klasifikasi
tekanan darah menurut JNC VII dan JNC VIII dapat dilihat di tabel
berikut:
Kategori Kategori Tekanan
Tekanan Darah
Tekanan Darah Tekanan Darah Darah Sistolik
Sistolik (mmHg) Dan/atau
(JNC VII) ( JNC VII) (mmHg)
Normal Optimal < 120mmHg Dan < 80 mmHg
Pre Hipertensi _ 120 – 139 mmHg Atau 80 – 89 mmHg
_ Normal < 130 mmHg Dan < 85mmHg
_ Normal Tinggi 130 – 139 mmHg Atau 85 – 89 mmHg
Hipertensi Hipertensi
Derajat I Derajat 1 140 – 159 mmHg Atau 90 – 99 mmHg
Derajat II _ >160 mmHg Atau > 100 mmHg
100 – 109
_ Derajat 2 160 – 179 mmHg Atau
mmHg
_ Derajat 3 >180 mmHg Atau > 110 mmHg
Selain dua faktor risiko di atas terdapat pula beberapa faktor risiko lain
yang dapat dimodifikasi, antara lain:
a. Merokok
Sampai sekarang merokok merupakan satu-satunya faktor risiko
paling penting yang dapat menyebabkan hipertensi pada lansia.
Kandungan-kandungan berbahaya yang terdapat dalam rokok dapat
menyebabkan banyak sekali kerugian pada tubuh, diantaranya,
menurunkan kadar HDL, meningkatkan adhesivtas trombosit dan
kadar fibrinogen, mengganti oksigen dengan karbon dioksida pada
molekul hemoglobin, serta meningkatkan konsumsi oksigen di
miokardium. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memberikan
penjelasan kepada lansia tentang keuntungan yang dapat diperoleh
dengan berhenti merokok serta kerugian-kerugian yang akan di dapat
apabila tetap mengkonsumsi rokok tersebut.
b. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol pada lansia akan secara alami meningkat seiring
dengan bertambahnya usia. Selain itu hiperlipidemia juga berkaitan
dengan konsumsi lemak jenuh yang erat kaitannya dengan peningatan
berat badan dan nantinya akan menjadi faktor risiko terjadinya
hipertensi. Peningkatan LDL dan penurunan HDL adalah tanda yang
penting untuk penyakit arteri koroner atau aterosklerosis berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah baik pada pria maupun wanita.
c. Diabetes Melitus dan Obestitas
Diabetes merupakan penyakit kronik yang menjadi faktor risiko
independen untuk hipertensi. Ketika viskositas darah meningkat maka
tekanan darahpun akan ikut meningkat. Lansia yang mengalami
diabetes biasanya diikuti dengan obesitas. Penurunan berat badan pada
lansia akan sangat bukan hanya untuk diabetes namun untuk hipertensi
dan hiperlipidemia yang menyertainya.
d. Gaya Hidup
Aktivitas fisik yang menurun pada lansia dapat pula menjadi faktor
risiko terjadinya hipertensi. Dengan penurunan aktivitas fisik ini maka
tonus otot akan mengalami kehilangan masa otot tak berlemak yang
akan digantikan dengan jaringan lemak yang akan mengakibatkan
penigkatan risiko penyakit kardiovaskular. Aktivitas fisik yang cukup
juga akan menjaga berat badan yang ideal. Selain itu stress dapat pula
berpengaruh pada hipertensi maka gaya hidup sehat sangat dianjurkan
untuk mengurangi risiko hipertensi
e. Diet Tinggi Garam
Berdasarkan penelitian Radecki Thomas E J.D. Orang yang
memiliki kebiasaan konsumsi tinggi garam akan memiliki risiko
hipertensi sebesar 4.35. Garam yang memiliki sifat menarik air, akan
menyebabkan peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Lansia
dan ras Afrika Amerika mungkin memiliki sensitivitas tinggi terhadap
intak sodium terhadap perkembangan hipertensi (Vollmer et a., 2015
dalam Miller).
Selain dengan tanaman obat tradisional, cara tradisional lain yang juga
dapat menurunkan tekanan darah, sekaligus pencegahan hipertensi,
misalnya terapi bekam dan akupresure. Bekam merupakan cara tradisional
yang sudah sangat terkenal, dan bermanfaat untuk pencegahan berbagai
macam penyakit. Akupresure juga bermanfaat untuk mengurangi nyeri
pada penderita hipertensi dengan menekan titik-titik tekannya.
12. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Penatalaksanaan non-farmakologis
Menurut (Kemenkes, 2019) Hidup sehat bebas penyakit jantung,
pembuluh darah (kardiovaskuler), dan penyakit lainnya bisa Anda
dapatkan bila Anda menerapkan gaya hidup sehat ala CERDIK. Apa Itu
CERDIK?
6. Kelola Stres
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian
antihipertensi. Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah
komplikasi hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin. Obat
yang ideal adalah obat yang tidak mengganggu gaya hidup atau
menyebabkan simptomatologi yang bermakna tetapi dapat
mempertahankan tekanan arteri terkendali. Penurunan tekanan arteri
jelas mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas akibat stroke, gagal
jantung, meskipun terapi terhadap hipertensi ringan dengan obat belum
memperlihatkan banyak harapan dalam mengurangi risiko penyakit
koroner. Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan adalah
sebagai berikut :
1) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing,
mempertinggi pengeluaran garam (NaCl). Obat yang sering
digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga dapat
digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretika yang hemat kalium.
Obat yang banyak beredar adalah Spironolactone, HCT,
Chlortalidone dan Indopanide.
2) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa
yang menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnnya tekanan
darah. Karena efek hipotensinya ringan sedangkan efek
sampingnya agak kuat (hipotensi ortostatik dan takikardi) maka
jarang digunakan. Obat yang termasuk dalam Alfa-blocker adalah
Prazosin dan Terazosin.
3) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan
pasti. Diduga kerjanya berdasarkan beta blokade pada jantung
sehingga mengurangi daya dan frekuensi kontraksi jantung.
Dengan demikian, tekanan darah akan menurun dan daya
hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari jenis Beta-blocker
adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol dan sebagainya.
i. Rasa nyaman
Pada saat pengkajian, biasanya pasien mengatakan sakit pada bagian
kepala, nyeri pada dada, merasa sesak, serta kesemutan pada
ekstremitas.
j. Rasa aman
Pada saat pengkajian pasien biasanya gelisah atau cemas dengan raut
wajah pasien tampak tidak tenang.
k. Sosial
Pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan komunikasi atau
hubungan social dengan lingkungan sekitarnya.
l. Pengetahuan belajar
Meliputi kemampuan pasien dalam menerima informasi tentang
penyakitnya, serta nasihat – nasihat yang diberikan oleh perawat atau
dokter, berhubungan dengan penyakitnya.
m. Rekreasi
Pada umumnya pasien lebih banyak beristirahat di rumah atau
fasilitas kesehatan, dengan memanfaatkan fasilitas TV sebagai hiburan
atau berkumpul bersama keluarga. Pada pasien hipertensi ringan
biasanya dianjurkan untuk melakukan latihan fisik seperti lari, jogging,
jalan santai atau bersepeda dan bersenang-senang. Pasien juga
dianjurkan untuk melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi
ketegangan dan kecemasan.
n. Spiritual
Pada umumnya, pasien tidak memiliki masalah dalam spiritual.
o. Status Kesehatan
Pada umumnya pasien hipertensi mengeluh nyeri kepala dan
kelelahan.
p. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien memiliki riwayat hipertensi dengan pengobatan yang tidak
terkontrol dan tidak berkesinambungan .Adanya riwayat penyakit
ginjal dan adrenal.
q. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
TTV, BB, GCS
2) Keadaan Umum : lemah
Kesadaran (E:M:V)
TTV, BB/TB
3) Integumen
Kulit lansia keriput (kerena proses penuaan yang terjadi),
kelenturan dan kelembaban kurang.
4) Kepala
Normal cephali, distribusi rambut merata, beruban, kulit kepala
dalam keadaan bersih, tidak terdapat ketombe ataupun kutu
rambut, wajah simetris, nyeri tekan negatif.
5) Mata
Pasien umumnya mengeluh pandangan kabur.
6) Telinga
Pasien umumnya tidak mengeluhkan gangguan pendengaran yang
berkaitan dengan hipertensi.
7) Hidung dan sinus
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
8) Mulut dan tenggorokan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
9) Leher
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
10) Dada
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
11) Pernafasan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
12) Kardiovaskular
TD= 160/100 mmHg, Nadi = 88x/menit (nadi teraba cukup kuat).
Lansia biasanya mengeluh dadanya berdebar – debar. Terkadang
terasa nyeri dada.
13) Gastrointestinal
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
14) Perkemihan
Pada umumnya pasien mengalami proteinuria.
15) Genitourinaria
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
16) Muskuloskeletal
Lansia biasanya merasakan kesemutan dan keram pada lutut saat
cuaca dingin sehingga sulit berdiri. Tonus otot berkurang, tulang
dada, pipi, klavikula tampak menonjol, terjadi sarkopenia,
ekstremitas atas bawah hangat.
17) Sistem saraf pusat
Lansia biasanya mengalami sedikit penurunan daya ingat, tidak ada
disorientasi, emisi tenang, siklus tidur memendek.
18) Sistem endokrin
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
r. Pengkajian Fungsional
ADL (Activity Daily Living)
Pengkajian fungsional berdasarkan INDEKS KATZ
Pengkajian ini meliputi obsservasi kemampuan klien untuk melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari/Activity Daily Living (ADL)
1) INDEKS KATZ
Termasuk/katagori manakah klien?
Skore Kriteria:
Katagori Keterangan
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK), berpindah, ke
kamar kecil, mandi dan berpakaian
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
tambahan
E Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain-Lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
sebagai C, D, E atau F
Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif
dari orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu
fungsi dianggap tidak melakukan fungsi meskipun klien dianggap
mampu.
s. Pengkajian Kognitif
1) Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental
Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi : Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua
jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan
berdasarkan 10 pertanyaan.
Keterangan
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya
kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
t. Pengkajian Status Emosional
Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
1) Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
2) Apakah klien sering merasa gelisah?
3) Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?
4) Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Pertanyaan tahap 2
1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu
bulan?
2) Ada atau banyak pikiran?
3) Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain?
4) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
5) Cenderung mengurung diri?
Keterangan :
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya”Masalah Emosional
Positif (+)
u. Pengkajian Psikososial
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang,sikap
klien pada orang lain, harapan-harapan klien dalam melakukan
sosialisasi.
v. Pengkajian Spiritual
Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyainan klien tentang
kematian, harapan-harapan klien, dan lain-lain.
w. Pengkajian Depresi
Menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS)
NO ITEM PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah Bapak/ Ibu sekarang ini merasa puas dengan
kehidupannya?
2 Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau
kesenangan akhir-akhir ini?
3 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa hampa/ kosong di dalam hidup
ini?
4 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa bosan?
Catatan:
1. Pengkajian awal risiko jatuh dilakukan pada saat pasien masuk
rumah sakit, dituliskan pada kolom IA (Initial Assessment)
2. Pengkajian ulang untuk pasien risiko jatuh ditulis pada kolom
keterangan dengan kode:
(1) Setelah pasien jatuh (Post Falls) dengan kode: PF
(2) Perubahan kondisi (Change of Condition) dengan kode: CC
(3) Menerima pasien pindahan dari ruangan lain (On Ward
Transfer) dengan kode: WT
(4) Setiap minggu (Weekly) dengan kode: WK
(5) Saat pasien pulang (Discharge) dengan kode: DC
(6) Kode ini dituliskan pada kolom keterangan
2) Pengkajian dengan instrumen “THE TIMED UP AND GO” (TUG)
N LANGKAH
O
1 Posisi pasien duduk di kursi
2 Minta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), kembali
ke kursi, ukur waktu dalam detik
Keterangan:
Skor:
>12 detik : risiko jatuh tinggi
≤ 12 detik : risiko jatuh tinggi
y. APGAR keluarga
N ITEMS PENILAIAN SELALU KADANG - TIDAK
O (2) KADANG PERNAH
(1) (0)
1 A: Adaptasi
Saya puas bisa kembali pada
keluarga (teman- teman) saya
untuk membantu apabila saya
mengalami kesulitan (adaptasi)
2 P: Partnership
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dan
mengungapkan masalah dengan
saya (hubungan)
3 G: Growth
Saya puas bahwa keluarga(teman-
teman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas
(pertumbuhan)
4 A: Afek
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi saya,
seperti marah, sedih atau
mencintai
5 R: Resolve
Saya puas dengan cara teman atau
keluarga saya dan saya
menyediakan waktu bersama-
sama mengekspresikan afek dan
berespon
JUMLAH
Penilaian:
Total nilai <3 : disfungsi keluarga yang sangat tinggi
Total nilai 4-6 : disfungsi keluarga sedang
Total nilai 7-10: tidak ada disfungsi keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hipertensi yaitu:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
ditandai dengan dyspnea, tekanan darah meningkat/menurun, nadi
perifer teraba lemah, capillary refill time >3 detik, oliguria, warna kulit
pucat dana tau sianosis.
b. Resiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hipertensi.
c. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
ditandai dengan ortopnea, dipsnea, edema perufer, berat badan
meningkat dalam waktu singkat, JVP meningkat, reflek hepatojugular
positif, distensi vena jugularis, terdengar suara nafas tambahan,
hepatomegaly, kadar Hb/Ht turun, oliguria, kongesti oaru, intake lebih
banyak dari output.
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
(vasokontriksi pembuluh darah otak) ditandai dengan mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah,
proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,
diaforesis.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, frekuensi
jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, despnea saat/
setelahmelakukan aktivitas, merasa lelah, tekanan darah berubah >20%
dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukkan iskemia, sianosis.
f. Resiko cedera berhubungan dengan perubahan sensasi.
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil INTERVENSI
1 Penurunan curah jantung Tujuan: setelah dilakukan Perawatan Jantung (1.02075)
berhubungan dengan tindakan keperawatan selama Observasi
peningkatan afterload …. X 24 jam diharapkan curah - Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
ditandai dengan dyspnea, jantung (L.02008) klien dapat jantung
tekanan darah meninkat. - Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
meningkat/menurun, nadi Kriteria hasil: curah jantung
perifer teraba lemah, 1) Kekuatan nadi meningkat - Monitor tekanan darah, intake dan output cairan,
capillary refill time >3 2) Tekanan darah membaik saturasi oksigen, dan EKG 12 sadapan
detik, oliguria, warna TD (100/60 – 130/99 Terapeutik
kulit pucat dana tau mmHg) - Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan
sianosis. Nadi (60 -100 x/menit) kaki kebawah atau posisi nyaman.
RR (12-24 x/menit) - Berikan diet jantung yang sesuai