OLEH:
BAB I
B. ETIOLOGI
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat organik
(struktual) dan fungsional. Penyakityang bersifat organik antara lain karena terjadinya
gangguan disaluran cerna atau disekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung
empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang bersifat fungsionaldapatdipicukarena
faktor psikologis dan factor intoleran terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu
(Purnamasari, 2017).
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin, alkohol serta adanya kondisi yang stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding lambung, kondisi
demikian akan mengakibatkan peningkatan produksi HCl yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun
cairan (Rudi Haryono, 2019)
Menimbulkan rasa cepat kenyang dan mengalami penurunan berat badan, karena
pada keadaan normal makanan yang masuk lambung akan terjadi relaksasi
fundus dan korpus gaster tanpa meningkatkan tekanan dalam lambung.
e. Hipersensitivitas lambung
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya
kelainan organik, pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa
bagian yaitu: Pemeriksaan laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel
darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urin. Jika
ditemukan leukosit dosis berarti tanda-tanda infeksi. Jika tampak cair
berlendir atau banyak mengandung lemak pada pemeriksaan tinja
kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita
dyspepsia ulkus sebaiknya diperiksa derajat keasaman lambung. Jika
diduga suatu keganasan, dapat diperiksa tumormarker (dugaan karsinoma
kolon), dan (dugaan karsinoma pankreas).
Barium enema untuk memeriksa saluran cerna pada orang yang
mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau
mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan.
Endoskopi biasa digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari
lapisan lambung melalui tindakan biopsi. Pemeriksaan nantinya di bahwa
mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi Helicobacter
pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan bakuemas, selain sebagai
diagnostik sekaligus terapeutik.
Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen,
serologi H. pylori, urea breath test, dan lain-lain dilakukan atas dasar
indikasi (Ida, 2016).
F. PENATALAKSANAAN
Non farmakologi, tindakan keperawatan dalam perawatan pasien dengan
nyeri abdomen yaitu mengatur posisi pasien, hipnoterapi, terapi relaksasi,
manajemen nyeri dan terapi perilaku.
G. KOMPLIKASI
1) Data sistemik
2) Sistem persepsi sensori pendengaran, penglihatan, pengecap atau
penghidup, peraba, dan lain-lain.
3) Sistem penglihatan : nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata,
alis, kelopak mata, kongjungtiva, skelera, kornea, reflek, pupil, respon
cahaya,dan lain-lain.
4) Sistem pernapasan : frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan
napas dan lain-lain.
5) Sistem kardiovaskuler : tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung,
kekuatan, pengisian kapiler, edema dan lain-lain.
6) Sistem saraf pusat : kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu, orientasi
tempat, orientasi orang lain, dan lain-lain.
7) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet,porsi makan, keluhan, bibir,
mual dan tenggorakan, kemampuan mengunyah, kemampuan menelan,
perut, kolon, dan rektum, rectal toucher, dan lain-lain
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan dispepsia yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
2. Risiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
3. Diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
Nyeri Akut Selama masa perawatan dalam 1x24 SIKI 1.08238 Manajemen Nyeri
berhubungan jam diharapkan nyeri yang dirasakan
OBSERVASI
dengan agen berkurang
pencedera biologis Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekunsi, kualitas, intensitas
SLKI L.068066
nyeri
Tingkat Nyeri Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri menurun (5) Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
Meringis menurun (5)
nyeri
Sikap protektif mrenurun (5) Monitor efek samping penggunaan
Gelisah menurun (5) analgetik
Mual menurun (5) TERAPEUTIK
Frekuensi nadi membaik (5)
Berikan teknik non farmakologis
Pola napas membaik (5)
untuk mengurangi rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
EDUKASI
Diare berhubungan Selama masa perawatan dalam waktu SIKI I. 03101 Manajemen Diare
dengan iritasi 1x24 jam diharapkan pasien tidak
OBSERVASI :
gastrointestinal diare lagi Identifikasi penyebab diare (mi
SLKI L.04033 Inflamasi / iritasi gastrointestional)
Eliminasi Fekal Identifikasi riwayat pemberia
control pengeluaran feses makanan
menurun (1) Monitor warna, volume, frekuen
distensi abdomen menurun (5) dan konsistensi tinja
nyeri abdomen menurun (5) Monitor tanda dan geja
kram abdomen menurun (5) hypovolemia
Monitor jumlah pengeluaran diare
TERAPEUTIK :
, berikan asupan cairan oral
Pasang jalur intravena
Ambil sampel feses kultur, jika perl
EDUKASI :
Anjurkan makanan porsi kecil da
sering secara bertahap
Anjurkan menghindari makana
pembentuk gas, pedas da
mengandung laktosa
KOLABORASI :
Kolaborasi pemberian ob
antimotilitas
Kolaborasi pemberian obat pengera
feses
Risiko Deficit Selama masa perawatan dalam waktu SIKI I.03119 Manajemen Nutrisi
Nutrisi 1x24 jam diharapkan pasien
OBSERVASI :
berhubungan terhindar dari risiko deficit Identifikasi status nutrisi
dengan nutrisi Identifikasi alergi dan intoleran
ketidakmampuan SLKI L.03030 makanan
mencerna Status Nutrisi Identifikasi makanan yang disukai
makanan Porsi makanan yang Monitor asupan makan
dihabiskan meningkat
Monitor berat badan
Frekuensi makan membaik
Monitor hasil pemeriksaa
Nafsu makan membaik laboratorium
TERAPEUTIK :
Berikan makanan tinggi serat untu
mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori da
tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jik
perlu
EDUKASI :
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
KOLABORASI :
Kolaborasi pemberian medika
sebelum makan (mis, Pereda nyer
antimietik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untu
menentukan jumlah kalori dan jen
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah
kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan
mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian,
dibanyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara
langsung setelah pengkajian. (Potter & Perry, 2005)
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassesment) secara umum
evaluasi ditunjukan untuk :
1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
3. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
(Asmadi, 2008).
Evaluasi formatif : dilakukan setiap kali selesai melakukan tindakan,
mengevaluasi proses keperawatan yang telah dilakukan, dan biasanya
berupa
catatan perkembangan. Evaluasi sumatif : menggunakan rekapan terakhir
secara paripurna, menggunakan catatan naratif, dan pada saat pasien
pulang atau pindah.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. ( 2005 ). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta : EGC
(Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)