Disusun oleh:
Jacklyn G. Pungus, S.Kep
22049018
Clininal Instructure:
Ns. Winda Ombuh, S.Kep
Clinical Teacher:
Ns. Kartini Tungka, S.Kep., M.Kep
II. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Jika
anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus
(saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini
menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat
menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab
dispepsia secara rinci adalah:
• Menelan udara (aerofagi)
• Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
• Iritasi lambung (gastritis)
• Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
• Kanker lambung
• Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
• Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
• Kelainan gerakan usus
• Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
• Infeksi Helicobacter pylory
Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya
(misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan lainnya).
b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus (DNU), bila
tidak jelas penyebabnya.
IV. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada
lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam
pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
V. PATHWAY
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium: lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya
seperti antara lain pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil laboratorium
dalam batas normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter pylori.
3. Endoskopi
a. CLO (Rapid urea test)
b. Patologi anatomi
c. Kultur mikroorganisme jaringan
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)
VII. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996,
ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan
tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan
penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal beberapa
golongan obat, yaitu:
1. Antasida 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir sekresi
asam lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan
Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk
mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat
sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan
menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu
pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama
lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2 antara
lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses
sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol,
lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain
bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat
berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki
mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat
mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan
protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid.
Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis
dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance)
(Mansjoer et al, 2007).
7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti - depresi dan cemas)
Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul
berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2005).
Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah sebagai berikut:
• Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
• Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang
belebihan, nikotin rokok, dan stress.
• Atur pola makan.
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
a. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat.
b. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan
dengan pasien, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Alasan utama datanh ke rumah sakit
b. Keluhan utama (saat pengkajian)
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat pengobatan dan alergi
3. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene, dll.
b. Data sistemik
1) Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba, dll.
2) Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata, alis, kelopak
mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon cahaya, dll.
3) Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan napas, dll.
4) Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung, kekuatan
pengisian kapiler, edema, dll.
5) Sistem saraf pusat: kesadaran, biacara, pupil, orientasi waktu, orientasi tempat,
orientasi orang, dll.
6) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan, bibir, mual dan
tenggorokan, kemampuan mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon dan
rektum, rekctal toucher, dll.
7) Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan cara jalan, kemampuan
mencukupi aktivitas sehari-hari, genggaman tangan, otot kaki, akral, patah tulang, dll.
8) Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan, dll.
9) Sistem reproduksi: infertil, kasus menstruasi, skrotum, testis, prostat, payudara, dll.
10) Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah), BAK, vesika urinaria.
4. Data Penunjang
5. Terapi yang diberikan
6. Pengkajian kasus psiko-sosial-budaya dan spiritual
II. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Nausea berhubungan dengan iritasi lambung
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
III. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan (Standar Luaran (Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia) Keperawatan Indonesia)
Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
agen pencedera fisik keperawatan diharapkan nyeri akut 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
teratasi dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, dan
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
2. Meringis, sikap protektif, dan 2. Identifikasi skala nyeri
gelisah menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
3. Kesulitan tidur menurun verbal
4. Anoreksia menurun 4. Identifikasi faktor yang
5. Mual muntah menurun memperberat dan memperingan
6. Frekuensi nadi dan tekanan nyeri
darah membaik 5. Identifikasi pengetahuan dan
7. Nafsu makan dan pola tidur keyakinan tentang nyeri
membaik 6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi perngaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupuntur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
5. Ajarkan teknik farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Nausea (D.0076) Tingkat Nausea (L. 08065) Manajamen Mual (I. 03117)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
iritasi lambung keperawatan diharapkan Ansietas 1. Identifikasi pengalaman mual
teratasi dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi isyarat nonverbal
1. Nafsu makan meningkat ketidaknyamanan (mis. Bayi,
2. Keluhan mual menurun anak-anak, dan mereka yang
3. Perasaan ingin muntah menurun tidak dapat berkomunikasi
4. Perasaan asam di mulut secara efektif)
menurun 3. Identifikasi dampak mual
5. Sensasi panas menurun terhadap kualitas hidup (mis.
6. Diaforesis menurun Nafsu makan, aktivitas, kinerja,
7. Jumlah saliva menurun tanggung jawab peran, dan
8. Pucat, takikardia, dan dilatasi tidur)
pupil membaik 4. Identifikasi faktor penyebab
mual (mis. Pengobatan dan
prosedur)
5. Identifikasi antiemetik untuk
mencegah mual (kecuali mual
pada kehamilan)
6. Monitor mual (mis. Frekuensi,
durasi, dan tingkat keparahan)
7. Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
1. Kendalikan faktor lingkungan
penyebab mual (mis. Bau tak
sedap, suara, dan rangsangan
visual yang tidak
menyenangkan)
2. Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab mual (mis.
Kecemasan, ketakutan,
kelelahan)
3. Berikan makan dalam jumlah
kecil dan menarik
4. Berikan makanan dingin, cairan
bening, tidak berbau dan tidak
berwarna, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
2. Anjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang
mual
3. Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak
4. Anjurkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual (mis.
Biofeedback, hipnosis,
relaksasi, terapi musik,
akupuntur)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiemetik,
jika perlu
Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan (L. 12111) Edukasi Kesehatan (I. 12383)
(D.0111) berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan kurang keperawatan diharapkan Ansietas 1. Identifikasi kesiapan dan
terpapar informasi teratasi dengan kriteria hasil: kemampuan menerima
1. Perilaku sesuai anjuran informasi
meningkat 2. identifikasi faktor-faktor yang
2. Verbalisasi minat dalam belajar dapat meningkatkan dan
meningkat menurunkan motivasi perilaku
3. Kemampuan menjelaskan hidup bersih dan sehat
pengetahuan tentang suatu Terapeutik
topik meningkat 1. Sediakan materi dan media
4. Kemampuan menggambarkan pendidikan kesehatan
pengalaman sebelumnya yang 2. Jadwalkan pendidikan
sesuai dengan topik meningkat kesehatan sesuai kesepakatan
5. Perilaku sesuai dengan topik 3. Berikan kesempatan untuk
meningkat bertanya
6. Pertanyaan tentang masalah Edukasi
yang dihadapi menurun 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
7. Persepsi yang keliru terhadap mempengaruhi kesehatan
masalah menurun 2. Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa yang mengkaji : Jacklyn G. Pungus, S.Kep
NIM : 22049018
Keterangan: Kesimpulan:
: Laki-laki - Klien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara
- Ibu klien sudah meninggal dunia
: Perempuan
- Klien tinggal bersama ayah dan kakaknya
: Klien - Dalam keluarga klien memiliki riwayat penyakit
jantung dan asam lambung dari ibunya
: Meninggal dunia
: Tinggal serumah
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN (BIOLOGIS)
A. Rasa Aman dan Nyaman
Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan sebelumnya tidak merasa nyeri, dapat
beraktivitas mandiri
Keadaan sejak sakit : klien mengatakan nyeri dibagian ulu hati, kadang merasa mual
dan ingin muntah. Nyeri dirasakan hilang timbul dengan skala 4-6
B. Aktivitas Istirahat – Tidur
Aktivitas
Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan beraktivitas makan, minum dan pekerjaan
rumah seperti menyapu, mencuci piring dan memasak.
Keadaan sejak sakit : klien mengatakan ADL masih bisa mandiri tapi kadang dibantu
oleh keluarganya
Istirahat
Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan jika dirumah beristirahat ±1-2 jam perhari,
mengisi waktu luang dengan beraktivitas bersama teman-teman
Keadaan sejak sakit : klien mengatakan kegiatan harian lebih banyak
beristirahat/berbaring di tempat tidur, sesekali menonton lewat handphone
Tidur
Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan tidur nyenyak ±6-8 jam perhari, tidak
menggunakan obat penenang, tidak ada gangguan tidur
Keadaan sejak sakit : klien mengatakan tidur selama 8 jam, klien terjaga apabila ingin
BAK, klien merasa tertidur nyenyak
C. Cairan
Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan minum 6-8 gelas perhari (air mineral)
Keadaan sejak sakit : klien mengatakan minum 5-6 gelas perhari (air mineral), tidak ada
program pembatasan cairan
D. Nutrisi
Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan makan 3x (1 porsi) sehari, mengonsumsi nasi,
ikan, sayur, makanan dihabiskan, tidak ada riwayat alergi makanan
Keadaan sejak sakit : klien mengatakan tidak bernafsu makan, makan 2x (1 porsi)
sehari, mengonsumsi bubur, ikan, sayur dari rumah sakit, makanan tidak dihabiskan karena
merasa mual
E. Eliminasi Urine dan Feses
Eliminasi Urine
Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan BAK 3-5x perhari, biasanya dimulai pada pagi
hari, warna cairan kuning jernih, tidak ada nyeri saat BAK
Keadaan sejak sakit : klien mengatakan BAK 2-3x perhari
Eliminasi Feses
Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1-2x perhari, konseistensi lunak, warna
coklat tua, tidak ada nyeri saat BAB
Keadaan sejak sakit : klien mengatakan belum BAB sejak dirawat
F. Kebutuhan Oksigenasi dan Karbondioksida
Pernapasan
Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan tidak merasa sesak, tidak ada alergi debu,
bernapas spontan
Keadaan sejak sakit : klien mengatakan tidak merasa sesak, tidak ada alergi debu,
bernapas spontan
Kardiovaskular
Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada nyeri dada
Keadaan sejak sakit : klien mengatakan tidak ada nyeri dada
G. Personal Hygiene
Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan mandi 2x sehari secara mandiri
Keadaan sejak sakit : klien mengatakan membersihkan badan sekali sehari
H. Reproduksi – Seksualitas
Keadaan sebelum sakit : klien belum menikah
Keadaan sejak sakit : klien belum menikah
I. Psikososial dan Spiritual
Psikologi
Keadaan sebelum sakit : klien merasa tenang, tidak memikirkan penyakit yang diderita
Keadaan sejak sakit : klien kooperatif
- Gambaran diri : menggambarkan diri sedang sakit sekarang
- Harga diri : klien mengatakan kurang memahami tentang penyebab
penyakitnya
- Peran diri : klien menyadara bahwa saat ini sebagai seorang pasien
- Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh dan beraktivitas seperti
biasanya
- Identitas diri : klien seorang anak dalam keluarganya
Hubungan Sosial
Keadaan sebelum sakit : klien memiliki banyak teman dekat, orang yang dipercaya adalah
keluarga, klien aktif mengikuti kegiatan gereja
Keadaan sejak sakit : klien mengatakan saat ini berinteraksi dengan keluarga yang
menjaga
Spiritual
Keadaan sebelum sakit : klien menganut agama Kristen Protestan, sering mengikuti
kegiatan ibadah di gereja dan pemuda
Keadaan sejak sakit : klien menerima kunjungan pelayanan orang sakit dari gereja
V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kepala
Bentuk Kepala : bulat, simetris
Keadaan Kulit : tidak ikterus
Pertumbuhan Rambut : baik, rambut berwarna hitam
B. Mata
Kebersihan Mata : baik, bersih
Penglihatan : baik, tidak menggunakan kacamata, pandangan tidak kabur
Pupil : isokor (besarnya sama)
Reflek : bereaksi terhadap cahaya (mengecil)
Sclera : berwarna putih, tidak ikterus
Konjungtiva : normal, tidak anemis
C. Leher
Bentuk : simetris
Gerakan : tidak ada rasa nyeri saat digerakkan
Pembesaran Thyroid : tidak ada
Kelenjar Getah Bening : tidak ada pembekakan
Tonsil : tidak ada pembekakan
JVP :
Nyeri Telan : tidak ada nyeri saat menelan
D. Dada
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada penampakan luka/lesi
Auskultasi : frekuensi jantung 80x/menit
Perkusi :
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
E. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada tanda luka/lesi
Auskultasi :
Perkusi : tidak ada pembengkakan, asites (-)
Palpasi : tidak ada kembung, nyeri saat ditekan dibagian ulu hati
F. Genatalia, Anus dan Rektum
Inpeksi : tidak ada perlukaan, bersih
Palpasi subperitoneal : tidak pembengkakan/tanda penumpukan cairan di vesikaurinaria
G. Ekstremitas
Atas : uji kekuatan otot tangan kiri 5, tangan kanan 5, terpasang IVFD
NaCl 0,9% ditangan kiri
Bawah : uji kekuatan otot kaki kiri 5, kaki kanan 5
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Ket
Hematologi
Rutin
Leukosit 11.6 4000-10.000 ribu/UL T
Eritrosit 5.00 4.7-6.3 juta/UL
Hb 14.4 12-16 g/dL
Hematokrit 45.0 37-47 %
MCV 89.9 80-100 H
MCH 28.8 27-35 Pg
MCHC 32.0 30-40 g/dL
Trombosit 277 150.000-400.000 ribu/UL
PATOFLOW/PENYIMPANGAN KDM
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Data subjektif: Stres Nyeri Akut
- Klien mengatakan nyeri ↓
dibagian ulu hati, seperti Merangsang saraf simpati
ditusuk-tusuk, nyeri hilang N. Ke-V (Nervus Vagus)
timbul ↓
Data objektif: ↑ Produksi HCL di Lambung
- Klien tampak gelisah saat ↓
nyeri HCL kontak dengan mukosa
lemah Nyeri
↓
Nyeri Akut
Data subjektif: Stres Nausea
- Klien mengatakan kadang ↓
merasa mual dan ingin Merangsang saraf simpati
muntah N. Ke-V (Nervus Vagus)
- Klien mengatakan tidak ↓
bernafsu makan ↑ Produksi HCL di Lambung
Data objektif: ↓
Mual
↓
Muntah
↓
Nausea
Data subjektif: Stres Defisit Pengetahuan
- Klien mengatakan kurang ↓
memahami tentang Merangsang saraf simpati
penyebab penyakitnya N. Ke-V (Nervus Vagus)
Data objektif: ↓
- Klien sering bertanya ↑ Produksi HCL di Lambung
tentang penyebab ↓
penyakitnya HCL kontak dengan mukosa
gaster
↓
Nyeri
↓
Perubahan pada status
kesehatan
↓
Defisit Pengetahuan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama/Umur : Nn. FS/19 tahun
Rumah Sakit : RS Bhayangkara Tk. III Manado
Ruang/Kamar : Edelweis Atas
No. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, ditandai dengan:
Data subjektif:
- Klien mengatakan nyeri dibagian ulu hati, seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang timbul
Data objektif:
- Klien tampak gelisah saat nyeri
- Skala nyeri 4
- Klien tampak berbaring lemah
2. Nausea berhubungan dengan iritasi lambung, ditandai dengan:
Data subjektif:
- Klien mengatakan kadang merasa mual dan ingin muntah
- Klien mengatakan tidak bernafsu makan
Data objektif:
Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan (L. 12111) Edukasi Kesehatan (I. 12383)
(D.0111) berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan kurang keperawatan diharapkan Ansietas 1. Identifikasi kesiapan dan
terpapar informasi teratasi dengan kriteria hasil: kemampuan menerima
1. Perilaku sesuai anjuran informasi
meningkat 2. identifikasi faktor-faktor yang
dapat meningkatkan dan
2. Verbalisasi minat dalam belajar menurunkan motivasi perilaku
meningkat hidup bersih dan sehat
3. Kemampuan menjelaskan Terapeutik
pengetahuan tentang suatu 1. Sediakan materi dan media
topik meningkat pendidikan kesehatan
4. Kemampuan menggambarkan 2. Jadwalkan pendidikan
pengalaman sebelumnya yang kesehatan sesuai kesepakatan
sesuai dengan topik meningkat 3. Berikan kesempatan untuk
5. Perilaku sesuai dengan topik bertanya
meningkat Edukasi
6. Pertanyaan tentang masalah 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
yang dihadapi menurun mempengaruhi kesehatan
7. Persepsi yang keliru terhadap 2. Ajarkan perilaku hidup bersih
masalah menurun dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/ No Tanggal/
Implementasi Evaluasi TTD
Jam Ndx Jam
1/9/2023 1 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1/9/2023 S:
13.50 frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri 14.40 Klien mengatakan nyeri berkurang, merasa posisi
2. Mengidentifikasi skala nyeri lebih nyaman
3. Memonitor keberhasilan terapi komplementer O:
yang sudah diberikan - Klien tampak tenang berbaring ditempat tidur
4. Memonitor efek samping penggunaan analgetik - Skala nyeri 2
5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk - Pemeriksaan TTV:
mengurangi rasa nyeri (kompres hangat) TD: 110/80 mmHg
6. Memfasilitasi istirahat dan tidur SB: 36,7 C
7. Menjelaskan strategi meredakan nyeri N: 86 x/menit
8. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri R: 22 x/menit
9. Mengajarkan teknik farmakologis untuk A:
mengurangi nyeri Masalah nyeri akut belum teratasi
P:
Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9 dilanjutkan