OLEH:
DISUSUN OLEH
ARIEF MIRANTI MIFTAHUR RODHIYAH
JNX0190019
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid
reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas
menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke
dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti
obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab
dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
C. MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan,
membagi dispepsia menjadi tiga tipe :
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.
E. PATHWAY
DISPEPSIA
Perubahan pada
Muntah Nyeri
status kesehatan
G. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996,
ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan
dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi
dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal
beberapa golongan obat, yaitu:
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir
sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3,
Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya
hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam
waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik,
namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa
MgCl2.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
5. Sitoprotektif
6. Golongan prokinetik
Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang
muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi
(Sawaludin, 2005). Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah
sebagai berikut:
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu: Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus
yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati,
mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut
kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-
rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain,
perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa
penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nausea b.d. iritasi lambung
2. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis
3. Hipovolemia b.d. kehilangan cairan aktif
4. Defisit Nutrisi b.d. ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi nutrien
5. Defisit Pengetahuan b.d. ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan kurang
terpapar informasi
6. Ansietas b.d. krisis situasional
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
- Analgesic administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemeberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Berikan analgesic tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
e. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan
gejala.
Hipovolemia b.d. NOC : NIC :
kehilangan cairan
- Fluid balance - Fluid management
aktif
- Hydration a. Pertahankan catatan intake dan output yang
- Nutritional status: Food and Fluid Intake akurat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan b. Monitor status hidrasi (kelembaban
selama…kekurangan cairan dapat teratasi dengan membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
kriteria hasil: darah ortostatik), jika diperlukan.
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia c. Monitor vital sign
dan BB, BJ urine normal, HT normal d. Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas intake kalori harian
normal e. Kolaborasikan pemberian cairan IV
c. Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit f. Monitor status nutrisi
baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa g. Dorong masukan oral
haus yang berlebihan h. Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
i. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
j. Atur kemungkinan transfuse
k. Persiapan transfuse
- Hypovolemia management
a. Monitor status cairan termasuk intake dan
output cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
d. Monitor tanda vital
e. Dorong pasien untuk menambah intake oral
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.1999. Kapita
Suryono Slamet, et al.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2. Jakarta: FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan