Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KECIPIR
Jalan Raya Losari Tanjung KM.4 Losari Brebes Telp ( 0283 ) 8800370
Email : pusk.kecipir@gmail.com

PERATURAN KEPUTUSAN PUSKESMAS KECIPIR


NOMOR : / / / 2022

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN PUSKESMAS KECIPIR MAMPU
PERAWATAN JIWA DAN NAPZA KABUPATEN BREBES
PROVINSI JAWA TENGAH
KEPALA PUSKESMAS KECIPIR KABUPATEN BREBES
PROVINSI JAWA TENGAH

Menimbang : a. Bahwa Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah
bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok yang menjadi
dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan;
b. Bahwa Pedoman Pelayanan merupakan kumpulan ketentuan dasar di Unit
Pelayanan yang meliputi Ruang Lingkup Pelayanan, Standar Ketenagaan,
Standar Fasilitas, Tata Laksana Pelayanan, Logistik, Keselamatan Kerja
dan Pengendalian Mutu;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b dan guna penyesuaian dari aspek regulasi sektoral maupun internal
maka Peraturan Kepala Puskesmas kecipir Nomor : / / / 2022
tanggal bulan 2022, tentang pedoman pelayanan puskesmas mampu
perawatan jiwa dan napza.

Mengingat : 1. Undang-undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;


2. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-undang RI Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 406/Menkes/SK/VII/2009 tentang
Pedoman Pelayanan Jiwa Komunitas;
5. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 4 Tahun 2019 Tentang pelayanan dasar
pada Standar pelayanan minimal bidang kesehatan;
6. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2017
Tentang Penanggulangan pemasungan pada orang dengan Gangguan Jiwa;
7. Keputusan Bupati Brebes Nomor : 440 / 218 Tahun 2021 Tentang
Pembentukan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat Di Kabupaten
Brebes.

-1-
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :KESATU : Keputusan Kepala Puskesmas tentang Puskesmas Mampu


Perawatan Jiwa dan NAPZA
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Puskesmas Kecipir
sebagimana tersebut dalam lampiran surat keputusan ini
KETIGA : Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan dengan
Ketentuan bila ada kekeliruan akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Brebes
Pada tanggal Juni 2022
KEPALA PUSKESMAS KECIPIR,

dr.Liliana
NIP. 19710309 200212 2003

-2-
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Puskesmas ini yang dimaksud dengan:
1. Kepala Puskesmas adalah Kepala puskesmas kecipir
2. Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus
dilakukan dan merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk menentukan dan
melaksanakan kegiatan;
3. Pedoman Pelayanan adalah kumpulan ketentuan dasar di unit pelayanan yang meliputi :
Ruang Lingkup pelayanan, Standar ketenagaan, Standar fasilitas, Tatalaksana Pelayanan,
Logistik, Keselamatan Kerja dan Pengendalian Mutu.
4. Rawat inap Jiwa dan NAPZA adalah pelayanan kesehatan perorangan, yang meliputi
observasi, diagnosis, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi, dan lain- lain, yang ditujukan
pada pasien yang berada di ruang rawat inap jiwa dan NAPZA sedikitnya delapan jam atas
instruksi dari pemberi pelayanan di puskesmas itu sendiri atau rujukan dari pelayanan
kesehatan lain
5. Instalasi Rawat Inap jiwa dan NAPZA adalah unit pelayanan non struktural yang
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat inap Jiwa dan
NAPZA
6. Pelayanan Rawat Inap jiwa dan NAPZA adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang
terdapat di puskesmas kecipir yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan.
7. Pasien Rawat Inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena
penyakitnya.
8. Ruang lingkup instalasi rawat inap adalah Ruang perawatan intensif (akut), Ruang perawatan
Sub akut.

-3-
BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2
Ruang Lingkup Peraturan Pelayanan puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza, meliputi:
a. Standar Ketenagaan;
b. Standar Fasilitas;
c. Tatalaksana Pelayanan;
d. Logistik;
e. Keselamatan Pasien;
f. Keselamatan Kerja; dan
g. Peningkatan Mutu.
BAB III
STANDAR KETENAGAAN
Pasal 3
Standar Ketenagaan pada Pelayanan puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza, meliputi :
a. Kualifikasi Sumber Daya Manusia;
b. Tugas dan Wewenang; dan
c. Pengaturan Jaga.

Bagian Kesatu
KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 4
1. Ketenagaan di Pelayanan puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza meliputi dokter dan
perawat.
2. Dokter spesialis bertindak sebagai Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
3. Dokter spesialis dapat dibantu oleh residen sesuai kompetensi yang telah ditentukan kolegium di
bawah supervisi dokter spesialis. Kualifikasi pendidikan tenaga perawat minimal diploma 3.
4. Rasio ideal tenaga perawat dan pasien adalah 1 banding 5 tempat tidur.
5. Kepala Instalasi Rawat Inap jiwa dan NAPZA adalah seorang dokter Umum, dengan satu orang
perawat kepala ruang sebagai koordinator. Staf rawat inap adalah semua perawat. Susunan staf
instalasi rawat inap jiwa dan NAPZA ditetapkan dengan surat keputusan puskesmas.
6. Kepala instalasi berada di bawah bidang Tata Usaha Adapun semua staf perawat, termasuk kepala
ruang berada di bawah bidang upaya kesehatan perorangan (UKP). Semua yang berkaitan dengan
teknis profesi perawat adalah wewenang bidang keperawatan.

-4-
Bagian Kedua

TUGAS DAN WEWENANG


Pasal 5

Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) mempunyai tugas sebagai berikut:


1. DPJP bertugas membuat dan mengelola rangkaian asuhan medis (paket) seorang pasien
sesuai dengan standar pelayanan medis/profesi antara lain anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang medis, pemeriksan lain untuk menunjang diagnosis, perncanaan
dan pemberian terapi, pelaksanan tindak lanjut/follow up/evaluasi asuhan medis sampai
rehabilitasi. Selain itu melakukan konsultasi sesuai kebutuhan/indikasi, baik untuk
pendapat maupun rawat bersama.
2. DPJP harus membuat rencana pelayanan, dimuat dalam berkas rekam medis, rencana
pelayanan lengkap memuat segala aspek asuhan medis, yang akan diberikan termasuk,
pemeriksaan konsultasi, rehabilitasi pasien, dan lain-lain.
3. DPJP wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarga
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien ternasuk
kejadian yang diharapkan dan tidak diharapkan.
4. DPJP wajib memberikan pendidikan/edukasi kepada pasien tentang kewajibannya
terhadap puskesmas mampu perwatan jiwa dan NAPZa dan bila diperlukan dapat dibantu
oleh staf dokter/perawat/pettugas administrasi.
Pasal 6
DPJP bertanggung jawab terhadap asuhan pasien sejak hari pertama dirawat hingga pasien pulang.

Pasal 7
Uraian tugas perawat di Pelayanan puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza adalah :
1. Menjaga kelancaran tugas di ruangan bersama kepala ruang dan perawat primer.
2. Melaksanakan operan.
3. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan
4. Mendiskusikan hasil tindakan keperawatan dengan perawat primer.
5. Melaksanakan implementasi yang telah dilaksanakan secara berkesinambungan.
6. Melaksanakan pendidikan kesehatan terhadap klien dan keluarga.
7. Mendokumentasikan dan mengevalauasi hasil tindakan.
8. Membuat laporan.
9. Melakukan konsultasi dan diskusi tentang masalah pasien kepada dokter dan sesama
perawat di ruang tersebut.
10. Menyusun rencana harian.
11. Melaksanakan tugas jaga shift pagi, siang, dan malam.

-5-
Bagian Ketiga

PENGATURAN JAGA
Pasal 8

(1). Puskesmas mampu Rawat jiwa dan NAPZA memberikan pelayanan yang berkelanjutan dan
terintegrasi setiap hari selama 24 jam, dengan pembagian 3 shift, yakni :
1. Shift pagi : 07.00-14.00

2. Shift siang : 14.00-21.00

3. Shift malam : 21.00-07.00

(2). Pembagian shif merupakan tanggung jawab kepala ruang. Jam kerja kepala ruang adalah jam
kerja regular dan tidak mengikuti jam shift.

BAB IV
STANDAR FASILITAS
Pasal 9

(1). Standar Fasilitas Pelayanan puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
(2). Tabel Standar Fasilitas Pelayanan puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan kepala
Puskemas ini.
(3). Di Puskesmas mampu perawatan jiwa dan NAPZA ada nurse station di mana ada lemari
untuk menyimpan rekam medis dan dokumen lain, wastafel untuk tempat cuci tangan, dan
computer billing.
(4). Ruang perawatan pasien didesain agar tidak memiliki akses untuk melarikan diri, antara lain
atap/langit-langit ruang perawatan, kamar mandi, pagar, teralis, jendela, dan pintu keluar
masuk.
(5). Ruang perawatan pasien didesain agar mudah untuk pengawasan (tembus pandang, tanpa
halangan untuk pengawasan dari ruang perawat).
(6). Peralatan yang ada didesain untuk tidak membuka peluang untuk percobaan bunuh diri
(seperti teralis jendela, daun pintu yang membuka keluar), pengawasan alat-alat yang bisa
digunakan untuk bunuh diri, misalnya mitela, sprei, baju, dan lain-lain.

-6-
(7). Desain ruang rawat inap disesuaikan dengan kebutuhan pasien seperti harga diri,
penghargaan terhdap individu, dan privasi. Selain itu juga mempertimbangkan kewajiban
untuk melakukan observasi ketat, keamanan, dan kenyamanan pasien. Pasien biasanya rentan
terhadap kebisingan, kondisi kurangnya privasi, masalah pencahayaan, dan ventilasi.

BAB V
TATALAKSANA
PELAYANAN

Pasal 10
Ruang Lingkup Tatalaksana Pelayanan Pelayanan puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza meliputi:
a. Alur Pelayanan Rawat Inap;
b. Admisi;
c. Perawatan Di Ruang Akut;
d. Perawatan Di Ruang Sub Akut;
e. Pasien Keluar puskesmas;
f. Pengunjung;
g. Penunggu Pasien;
h. Etikomedikolegal.

Bagian Kesatu

ALUR PELAYANAN PUSKESMAS MAMPU PERAWATAN JIWA DAN NAPZA


Pasal 11
(1). Alur Pelayanan puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala
Puskesmas ini.
(2). Dengan persetujuan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), pasien dapat dipindah
ke ruang perawatan fisi k(Ruang Rawat inap Umum ), apabila ditemukan kondsi fisik
yang memerlukan observasi khusus dan masih mampu ditangani oleh fasilias dan sumber
daya yang ada di Pelayanan puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza.

Bagian Kedua
ADMISI
Pasal 12

(1). Pelayanan puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza menerima pasien rawat inap baru

maupun ulang dari Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Jalan.
(2). Keputusan admisi ditentukan oleh dokter, dengan mempertimbangkan faslitas dan sumber
daya manusia yang ada di Puskesmas.

-7-
(3). Indikasi medis adalah jika pasien membahayakan keluarga dan lingkungan, mempunyai

keinginan bunuh diri yang kuat, dan skor Positive and Negative Symptoms Scale
(PANSS) ≥ 120.
(4). Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dievaluasi oleh dokter pemeriksa.
(5). Calon pasien rawat inap yang diperkirakan akan mampu ditangani oleh fasilitas dan
sumber daya manusia di Pelayanan puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza, adalah
mereka dengan :
1. Nyeri fisiologis: cepat hilang dengan analgetik ringan atau tanpa obat.
2. Nyeri inflamasi: hilang bila proses inflamasi penyebab nyeri sembuh
3. Nyeri psikogenik : tidak ditemukan kelainan somatic objektif sebagai penyebab
4. Memiliki skor Visual Analog Scale (VAS) < 4 (nyeri ringan)

(6). Petugas di bagian admisi memberi informasi kepada keluarga pasien mengenai ruangan

dan fasilitas yang ada di puskesmas. Keluarga tidak diperkenankan memilih kelas
perawatan yang dikehendaki.
(7). Setelah diasesmen, pasien dengan resiko tinggi ditempatkan di ruang khusus. Pasien
beresiko tinggi adalah pasien lansia, anak remaja, dan yang menderita komorbiditas
penyakit fisik. Pasien dengan keadaan gaduh gelisah atau skor gejala positif PANNS yang
tinggi dimasukkan ke ruang akut, sedangkan pasien dengan skor gejala negative PANNS
yang tinggi dapat langsung dirawat di ruang sub akut.
(8). Saat diterima pertama kali oleh perawat ruangan, keluarga pasien diberi penjelasan
mengenai hak pasien dan keluarga, rencana pengobatan, aturan yang berlaku di rumah
sakit, dan harapan agar keluarga berpartisipasi aktif dalam mengupayakan kesembuhan
pasien.
(9). Pasien yang tidak ditunggui keluarga, barang berharga pasien diserahkan pada keluarga,
dan barang-barang yang sekiranya akan diperlukan oleh pasien dapat dititipkan pada
petugas. Keluarga juga diberi informasi mengenai bagaimana cara menyampaikan
keluhan.

-8-
BAGIAN KETIGA

PERAWATAN DI RUANG AKUT


Pasal 13

(1). Standar pelayanan minimum menyatakan bahwa rata-rata hari perawatan di ruang akut
untuk pasien akut (baru) adalah maksimum dua hari, dan rata-rata hari perawatan di
ruang akut untuk pasien sub akut (eksaserbasi akut) adalah maksimum Tiga hari.
(2). Setiap pasien memiliki Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yang akan merawat
pasien hingga pasien pulang.
(3). Apabila ada alasan tertentu DPJP dapat mengalihkan asuhan pasien ke DPJP lain/dokter
umum, dan ditulis dalam formulir alih rawat.
(4). DPJP menggunakan instrument Positive and Negative Symtomps Scale Excited
Component (PANNS-EC) untuk menilai keadaan pasien di ruang akut. Pasien dapat
dipindah dari ruang akut ke sub akut jika memiliki skor sebesar atau kurang dari 15
(Skor PANNS-EC ≤ 15).
(5). Selama dirawat di ruang akut, pasien menjalani pemeriksaan laboratorium. Apabila
diperlukan dan memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lain. Tanda-
tanda vital pasien diobservasi dan dicatat di lembar rekam medis.

BAGIAN KEEMPAT
PERAWATAN DI RUANG SUB AKUT
Pasal 14
(1). Perpindahan pasien dari ruang sub akut ke ruang akut didampingi oleh petugas yang
membawa rekam medis pasien serta dilakukan serah terima antara petugas pengantar
dengan petugas ruangan.
(2). Selama di ruang sub akut pasien mendapatkan pelayanan skrining gizi, pelayanan rohani,
dan utamanya pelayanan rehabilitasi. Pelayanan yang diberikan di ruang rawat inap
sesuai dengan standar pelayanan medis dan standar pelayanan.

BAGIAN KELIMA
PASIEN KELUAR DARI PUSKESMAS MAMPU PERAWATAN JIWA DAN NAPZA
Pasal 15
Ada beberapa cara pasien keluar dari puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza yaitu :
a. Pulang dengan persetujuan DPJP.
b. Pulang Paksa;
c. Rujuk
d. Droping
e. Melarikan Diri;
f. Meninggal.

-9-
PARAGRAF 1
PULANG DENGAN PERSETUJUAN DPJP
Pasal 16
(1). Pasien Pulang dengan persetujuan DPJP ditentukan dengan kriteria:
Untuk pasien kronis Global Assessment of Functioning (GAF) minimal sama dengan
nilai GAF tertinggi pada tahun sebelumnya.
a. Untuk pasien akut sudah ada peningkatan GAF.
b. Tidak ada kecenderungan menyakiti diri sendiri.
c. Tidak ada kecenderungan melakukan tindak kekerasan.

Setelah mendapat persetujuan pulang dari DPJP, petugas ruangan menghubungi


keluarganya/penanggung jawabnya sebanyak tiga kali. Maksimal 1 hari setelah pasien
diperbolehkan pulang oleh DPJP. keluarga/penanggungjawabnya tidak menjemput,
pasien dapat dipulangkan dengan cara dropping (dipulangkan dengan fasilitas
puskesmas).
(2). Keluarga yang membawa pulang pasien memenuhi kelengkapan administrasi puskesmas.
Keluarga diberi pendidikan kesehatan oleh petugas ruangan dengan tindak lanjut kontrol
rawat jalan setelah obat yang dibawa pulang habis.

PARAGRAF 2
PASIEN PULANG PAKSA
Pasal 17

(1). Pasien Pulang Paksa dilakukan apabila keluarga pasien memutuskan kontrak terapeutik
secara sepihak atau dengan kata lain meminta pulang tanpa persetujuan DPJP.
(2). Petugas wajib memberikan edukasi ketika keluarga pasien mengutarakan niatnya untuk
pulang paksa. Namun keputusan tetap di tangan keluarga pasien.
(3). Pasien yang pulang paksa tidak membawa obat.

-10-
PARAGRAF
3 RUJUK
Pasal 18

(1). Merujuk adalah memindahkan pasien yang kebutuhan asuhannya tidak dapat dipenuhi
oleh fasilitas dan sumber daya di Puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza, ke rumah
sakit lain yang memiliki fasilitas atau kemampuan yang lebih baik yang diperluan oleh
pasien tersebut.
(2). DPJP wajib merujuk pasien ke rumah sakit lain yang memiliki fasilitas atau kemampuan
yang lebih baik apabila tidak mampu melakukan pemeriksaan atau pengobatan.
(3). DPJP yang merujuk harus memastikan bahwa rumah sakit tersebut dapat menyediakan
pelayanan yang dibutuhkan pasien dan mempunyai kapasitas untuk menampung pasien
tersebut.
(4). Rumah sakit rujukan menerima surat rujukan dan atau resume medis yang menyebutkan
kondisi terakhir pasien dan tindakan/pengobatan yang telah diberikan.
(5). Pasien rawat inap dirujuk menggunakan ambulans , didampingi keluarga (kecuali psaien
dari dinas sosial) dan staf yang berkompeten untuk memonitor kondisi pasien hingga
lokasi tujuan.
(6). Proses rujukan didokumentasikan dalam rekam medis pasien.

PARAGRAF 4
MELARIKAN DIRI
PASAL 19
(1). Jika pasien diketahui melarikan diri, petugas puskesmas menghubungi keluarga pasien dan
melakukan pencarian di sekita puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza.
(2). Dalam waktu 3 x 24 jam sejak pasien melarikan diri, ia tidak kembali ke puskesmas
mampu perawatan jiwa dan napza, DPJP harus membuat resume medis, dan rekam medis
pasien dikembalikan ke puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza.

PARAGRAF 5
MENINGGAL
Pasal 20

(1). Bila pasien meninggal maka petugas memberitahu penanggung jawab pasien yang
meninggal karena bunuh diri atau sebab lain dan diminta mengambil jenazah pasien.
(2). Selama menunggu diambil keluarga.

-11-
BAGIAN KEENAM

PENGUNJUNG
Pasal 21

(1). Pasien berhak mendapat maupun menolak kunjungan.


(2). Untuk pasien yang berkaitan dengan proses hukum, misanya visum, DPJP dapat
menetapkan aturan bahwa ia tidak boleh dikunjungi.
(3). Pasien yang kondisinya telah tenang diperkenankan menerima kunjungan di luar
ruangan, dengan seizin petugas.
(4). Pasien yang kondisinya masih labil, menerima kunjungan di dalam ruangan.
(5). Petugas harus melindungi pengunjung dari kekerasan fisik yang mungkin dapat
dilakukan oleh pasien lain.
(6). Pengunjung wajib mematuhi waktu berkunjung dan aturan
berkunjung yang diberlakukan di masing-masing ruangan

BAGIAN KETUJUH

PENUNGGU PASIEN
Pasal 22

(1). Pasien dengan kondisi fisik yang berpeluang untuk dirujuk sewaktu- waktu, harus
ditunggui keluarganya (apabila memiliki keluarga).
(2). Penunggu pasien maksimal 2 orang dan harus mematuhi aturan menunggu yang
diberlakukan di ruangan pasien dirawat

BAGIAN KEDELAPAN

ETIKOMEDIKOLEGAL
Pasal 23

(1). Pasien yang menjalani perawatan di ruang rawat inap mengalami gejala klinis yang
nyata, sehingga diasumsikan tidak kompeten membuat keputusan bagi dirinya. Semua
pernyataan persetujuan umum maupun persetujuan tindakan khusus dibuat oleh
keluarga yang merupakan penanggung jawab pasien.
(2). Ruang rawat inap menerima tersangka/terdakwa yang dikirim oleh penegak hukum
untuk menjalani visum dan bila diperlukan tersangka/terdakwa dapat ditempatkan di
ruang seklusi.?
(3). Semua surat visum dan surat keterangan yang berhubungan dengan pasien rawat inap
dibuat oleh psikiater yang menjadi DPJPnya.

-12-
(4). Hal-hal yang berkaitan dengan hukum pada pasien rawat inap dibicarakan di tingkat
Komite Medik dan Komite Etik dan Hukum Puskesmas ?

BAB VI
LOGISTIK
Pasal 24

(1). Logistik yang tersedia di ruang rawat inap memberikan peran penting terhadap mutu
pelayanan.
(2). Ketersediaan logistic akan memperlancar pelayanan yang diberikan. (3). Ketersediaan
logistik di ruang rawat inap adalah tanggung jawab
(3). Kepala ruang dan pengadaannya sesuai dengan prosedur pengadaan barang yang telah
ditetapkan dengan surat keputusan Kepala Puskesmas.
(4). Logistik yang tersedia di ruang rawat inap dikelompokkan menjadi :

a. Ketersediaan farmasi;

b. Ketersediaan makanan untuk pasien;

c. Ketersediaan logistik umum seperti alat administrasi ruangan, alat kebersihan


pasien, alat kebersihan ruangan
d. Ketersediaan logistic teknis,

e. Ketersediaan bahan tenun, misalnya sprei, seragam pasien, taplak, dan lain-lain.

BAB VII KESELAMATAN


PASIEN
Pasal 25
(1). Keselamatan pasien di Puskesmas mampu perawatan jiwa dan napza.dilakukan
dengan beberapa upaya oleh staf Instalasi Rawat Inap dengan Panduan praktis
pelaksanaan program keselamatan pasien.
(2). Panduan praktis pelaksanaan program keselamatan pasien sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi:
1. Mengidentifikasi pasien secara benar

- Identifikasi diberikan sejak pasien masuk, memperoleh pelayanan, sampai pasien


pulang.
- Identifikasi pasien meliputi nama lengkap pasien, tanggal lahir pasien, dan nomor
rekam medis.
2. Meningkatkan komunikasi efektif

3. Meningkatkan pengawasan penggunaan obat-obat yang perlu kewaspadaan


tinggi.

-13-
4. Menjamin prosedur yang tepat.

5. Menurunkan resiko infeksi nosokomial dengan Hand Higiene dan Penggunaan


Alat Pelindung Diri.

6. Menurunkan resiko cidera karena jatuh dengan daftar tilik penilaian resiko jatuh.
(3). Pemberian pelayanan di Instalasi Rawat Inap perlu mempertimbangkan hal spesifik
untuk mengatasi kasus-kasus terkait keselamatan pasien seperti kasus melarikan diri,
percobaan bunuh diri, kekerasan terhadap diri sendiri, kekerasan terhadap pasien lain
atau petugas, menolak makan/minum obat, pasien jatuh, dan lain- lain.
(4). Ruang perawatan pasien perlu didesain agar tidak memiliki akses melarikan diri dan
tidak memiliki peralatan yang memberikan peluang percobaan bunuh diri.

BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
Pasal 26
(1). Upaya penyelenggaraan kesehatan dan keselamatan kerja di Instalasi Rawat Inap
bernaung di bawah program tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja Puskesmas kecipir
(2). Program kerja K3 yang berhubungan dengan puskesmas mampu perawatan jiwa dan
napza.adalah:
1. Melakukan pemantauan atas fungsi alat-alat pemadam kebakaran dan alat-alat
lain yang berhubungan dengan keselamatan kerja, dan memberikan laporan
periodic tentang kelayakan alat tersebut.
2. Menyediakan dan memantau fasilitas telekomunikasi dan tempat penyimpanan
bahan berbahaya.
3. Mengikutsertakan staf Instalasi Rawat Inap dalam pelatihan K3 secara periodic.
4. Menyediakan alat pelindung diri di setiap ruangan.

5. Mengusahakan agar konstruksi bangunan, pencahayaan, dan kebisingan sesuai


dengan standar yang diperkenankan.
6. Penyediaan air bersih di setiap ruangan menggunakan perpipaan bertekanan
positif.
7. Menyediakan tempat pembuangan sampah atau limbah padat.

BAB IX
PENINGKATAN MUTU
Pasal 27
(1). Pengendalian Mutu merupakan suatu kegiatan yang mengusahakan agar pekerjaan
terlaksana sesuai dengan standar, pedoman, rencana, instruksi dan ketentuan peraturan
perundang-undangan agar mencapai target dan yang telah ditetapkan;

-14-
(2). Indikator yang digunakan untuk menilai mutu pelayanan pada Puskesmas
mampu perawatan jiwa dan napza.adalah
1. Pemberi pelayanan rawat inap.
2. Dokter penanggung jawab pasien rawat inap.
3. Pelayanan rawat inap memberikan pelayan kesehatan jiwa anak dan
remaja, gangguan psikotik, gangguan neurotik, dan gangguan mental
organic.
4. Visite dokter speialis antara jam 08.00 – 14.00
5. Pasien rawat inap yang terkena infeksi nosokomial dalam waktu satu
bulan.
6. Kematian pasien karena bunuh diri.
7. Kematian pasien > 48 jam.
8. Kejadian pulang paksa.
9. Kejadian re-admisi pasien gangguan jiwa dalam waktu ≤ 1 bulan.
10. Lama hari perawatan pasien gangguan jiwa
11. Kepuasan pelanggan rawat inap.
12. Rata-rata penanganan pasien akut.
13. Pemberi pelayanan unit intensif psikiatri?

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28
Pada saat Peraturan Kepala Puskesmas berlaku:
Peraturan Kepala Puskesmas Kecipir mampu perawatan jiwa dan napza. Nomor:
/ / /2022 tanggal Bulan 2022 tentang Pedoman puskesmas mampu
perawatan jiwa dan napza dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 29

Peraturan Kepala Puskesmas Kecipir ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan Di : Kecipir
Pada Tanggal :

KEPALA PUSKESMAS KECIPIR

dr.Liliana
NIP. 19710309 200212 2003

-15-
TABEL STANDAR LAMPIRAN I
FASILITAS INSTALASI PERATURAN KEPALA
RAWAT INAP PUSKESMAS
NOMOR : / / / 2022
TANGGAL : Januari 2022

NO RUANG/ KELAS FASILITAS

1. VIP Utama - Satu kamar tidur untuk satu orang


- Kulkas besar 1 pintu
- TV, AC, lemari pakaian
- Kamar mandi dalam, shower, closet duduk, dan
wastafel
- Kasur spring bed
- Meja, kursi, dan sofa
- Tempat tidur dapat diatur posisinya.
2. VIP Biasa - Satu kamar tidur untuk satu orang
- Lemari pakaian sedang
- TV, AC
- Meja kursi dan sofa
- Kamar mandi dalam, shower, closet jongkok, dan
wastafel
3. Kelas I - Satu kamar untuk satu orang
- TV, kipas angin
- Lemari pakaian
- Kamar mandi dalam
4. Kelas II - Satu kamar tidur untuk 2-20 orang
- Kamar mandi dalam
- Meja bersama
- Kipas angin bersama
- TV bersama
5. Kelas II akut - Satu kamar 17 tempat tidur
- Kipas angin bersama
- Kamar mandi dalam
- Meja bersama
- TV untuk bersama
6. Kelas III - Satu kamar 25 tempat tidur
- Kamar mandi dalam
- Kipas angin bersama
- Meja bersama
- TV bersama
BAGAN ALUR LAMPIRAN II
PELAYANAN PERATURAN KEPALA
INSTALASI RAWAT PUSKESMAS
INAP NOMOR : 188 / 033.9 / 01 / 2018
TANGGAL : 03 Januari 2018

POLIKLINIK IGD

Assessmen Awal Rujuk/rawat jalan

Ruang Rawat Inap

VIP Ruang rawat Ruang sub akut KOMORBIDITAS PENYAKIT


Dan Kelas I INTENSIF Kelas II, III FISIK/Ruang rawat fisik

Pulang Pulang Paksa Rujuk

-17-

Anda mungkin juga menyukai