Anda di halaman 1dari 11

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MIRIAM

Nomor : ………..

TENTANG

PANDUAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN (DPJP)


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MIRIAM

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MIRIAM KUDUS


Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
RSIA MIRIAM Kudus maka di pertukan sumber daya insani
termasuk dokter yang professional sesuai misi RSIA Miriam,
mempunyai komitmen dan tanggung jawab dalam melaksankan
tugasnya;
b. Bahwa untuk memenuhi poin a diatas dan unluk penyelenggaraan
asuhan medis di RSIA Miriam Kudus perlu di susun panduan
pentapan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP);
c. Bahwa sehubungan hal-hal tersebut diatas perlu diatur dan
ditetapkan dalam Peraturan Direktur RSIA Miriam Kudus.
Mengingat : 1. Undang - Undang Republik lndonesia Nomor : 29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran;
2. Undang - Undang Republik lndonesia Nomor : 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor :
290/Menkes/Pedlll/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
4. Peraturan Menten Kesehatan Republik lndonesia 1438/2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 755/2011
tentang Penyelenggaraan Komite Medik di RS;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 12 Tahun
2020 tentang Akreditasi RS;
7. Keputusan Menteri Kesehalan Republik lndonesia Nomor
129/Menkes/Sl(ll/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal di RS;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 11/Menkes/Per/2017 tentang
Keselamatan Pasien;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Rl Nomor 1128 Tahun 2022 tentang
Standar Akreditasi RS;
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
MIRIAM TENTANG PANDUAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN (DPJP) DI RUMAH SAKIT ISLAM IBU DAN ANAK
MIRIAM

Pasal 1

Memberlakukan Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Miriam


tentang Panduan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Miriam

Pasal 2

1. Setiap dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi yang praktek


kedokteran di Rumah Sakit Ibu dan Anak Miriam termasuk termasuk
pelayanan interpretatif harus memiliki SK dari Direktur berupa Surat
Penugasan Klinis ( SPK ) dan lampiran Rincian Kewenangan Klinis
(RKK)
2. Penerbitan SPK dan RKK harus melalui proses Kredensial dan
Rekredensial melalui Sub Komite Kredensial Komite Medis Rumah
Sakit Ibu dan Anak Miriam, serta dilakukan review file kredensial
staf medis secara berkala sekurang kurangnya tiga tahun sekali.

Pasal 3
1. Setiap pasien yang berobat / di rawat baik rawat jalan maupun rawat
inap harus memiliki DPJP
2. Pasien yang dirawat baik rawat jalan maupun rawat inap akan
mendapatkan asuhan yang di rencanakan oleh DPJP dan Profesional
Pemberi Asuhan ( PPA ) lainnya.
3. Apabila mendapat asuhan medis lebih dari satu ( 1 ) DPJP, maka
harus di tunjuk DPJP utama. DPJP utarna berasal dad DPJP paslen
yang terkait. Semua DPJP bekerja secara tim dalam tugas mandiri
maupun kolaboratif, berinteraksi dan berkoordinasi .
4. DPJP utama di tetapkan saat pasien kontak pertama dengan dokter
pemberi asuhan
5. DPJP yang di tunjuk oleh pasien / keluarga tercatat dalam dokumen
rekam medis pasien
6. DPJP utama bisa melakukan konsultasi, rawat bersama maupun alih
rawat kepada DPJP yang di tunjuk lebih kompeten (sesuai dengan
penyakit penyerta pasien)

Pasal 4

Asuhan pasien (patient center care) di berikan dengan pola pelayanan


berfokus pada pasien dan DPJP merupakan ketua (team leader) dari tim
yang terdiri dari professional pemberi asuhan pasien / staf klinis dengan
kompetensi dan kewenangan yang memadai antara lain dokter, perawat,
bidan, ahli gizi, apoteker, fisiotherapis dan sebagainya
Pasal 5

1. Untuk pasien rawat jalan Dokumentasi pemeriksaan DPJP pada form


asesmen rawat jalan dan asemen ulang rawat jalan
2. Untuk pasien rawat inap DPJP visite pertama dengan
mendokumentasikan hasil pemeriksaan pertama pada form asesmen
awal medis rawat inap dan selanjutnya mendokumentasikan hasil
evaluasi pada form catatan perkembangan pasien teringrasi (CPPT)
3. DPJP visrte minimal satu ( 1 ) hari sekali, hari minggu / tanggal
merah dan apabila ada kegawat daruratan / keadaan akut pasien pada
saat di luar jam visite pasien tersebut di periksa oleh dokter jaga
selanjutnya di konsulkan kepada DPJP.

Pasal 6

1. Dokumen pedoman yang tercantum dalam Lampiran Peraturan


Direktur ini drjadikan acuan dalam melakukan tugas dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraluran Direktur ini;
2. Peraturan Direktur Rumah Sakit ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di : Kudus
Pada Tanggal : 12 Mei 2023
Direktur,

dr. Billie Sancho Thea


LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MIRIAM
KUDUS NOMOR …… TENTANG
PANDUAN DOKTER
PENANGGUNGJAWAB PASIEN (DPJP)
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MIRIAM

PANDUAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PASIEN (DPJP)


BAB I
DEFINISI
1. Dokter Penaggung Jawab pasien ( DPJP ) adalah seorang dokter, sesuai dengan
kewenangan klinis terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap kepada
satu pasien dengan satu penyakit, dari awal sampai dengan akhir perawatan di rumah
sakit ( RS), baik pada pelayanan rawat jalan maupun rawat inap. Asuhan medis artinya
melakukan asesmen medis sampai dengan implementasi, rencana serla tindak lanjutnya
sesuai kebutuhan pasien.
2. Pasien dengan lebih satu penyakit di Kelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai kewengan
klinis dalam pola asuhan secara tim alau terintegrasi.
3. DPJP Utama : bila pasien di Kelola ( rawat ) lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis
tersebut di lakukan secara terintegrasi dan secara tim di ketuai oleh seorang DPJP utama.
Peran DPJP utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi
pasien yang bersangkutan. Dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis
komprehensif - terpadu - efektif, demi keselamatan pasien melalui komunikasi yang
efektif dengan membangun sinergi serta mendorong penyesuaian pendapat antar DPJP,
mengarahkan agar Tindakan masing - masing DPJP bercifat kontributif (bukan
intervensi)
4. Dokter yang memberikan pelayanan interpretative, misalkan memberikan uraian / data
tentang hasil laboratorium atau radiologi, tidak di pakai istilag DPJP karena tidak
memberikan asuhan medis yang lengkap,
5. Professional pemberi asuhan ( PPA ) adalah tenaga Kesehatan yang secara langsung
memberika asuhan kepada pasien antara lain dokter, perawat, bidan, ahli gizi, apoter,
fisoterapis, analis, radiographer, dan seterunya sesuai dengan kompetensinya masing -
masing menjalankan tugas mandiri, kolaboratif dan delegatif
6. Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan berfokus pada pasien adalah istilah yang saling
terkait, yang mengandung aspek pasien merupakan pusat pelayanan, PPA memberikan
asuhan sebagai tim interdisiplin / klinis dengan DPJP sebagai ketua tim klinis, PPA
dengan kompetensi dan kewenangan yang memadai, yang anlara lain terdiri dari dokter,
perawat, bidan, ahli gizi, apoteker, terapis dan lain sebagainya.
BAB II
RUANG LINGKUP

Semua pasien yang rawat jalan maupun rawat inap wajib memiliki DPJP minimal l DPJP
BAB III
TATA LAKSANA

1. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di RSIA Miriam baik rawat jalan maupun
rawat inap harus memiliki DPJP
2. Dli lnstalasi gawat darurat ( IGD ) dokter jaga yang bersertiflkat kegawat daruratan
(ATLS, ACLS< PPGD) yang di perbolehkan menjadai DPJP pada saat asuhan awal
medis ( penanganan kegawat daruratan ). Setelah konsultasi lisan kepada dokter spesialis
dan dokter tersebut memberikan asuhan medis (termasuk instruksi lisan ), maka dokter
spesialis tersebut menjadai DPJP pasien tersebut,
3. DPJP sebagai clinical leader
a. Dalam asuhan / pelayanan berfokus pada pasien para PPA memberikan asuhan
sebagai tim interdisiplin, masing - masing PPA melakukan tugas mandiri, tugas
delegative, dan tugas kolaboratif. DPJP mendokumentasikan hasil evaluasi dalam
CPPT dan dengan pola SOAP (subyek, Obyektif Asesmen (penilaian), plan
(perencanaan).
b. Asuhan pasien terintegrasi di DPJP berkewajiban mereviw dan melakukan verifikasi
setiap hari sekdi (24 jam sekali )dalam dokumen rekan medis pasen
c. Proses review di lakukan oleh DPJP dengan membaca rencana para PPA dan
memberikan catatan (notasi pada CPPT)
4. Apabila pasien mendapat lebih dari satu DPJP, maka harus di tunjuk DPJP utama yang
berasal dari para DPJP pasien terkait. DPJP tecebut bekerja secara tim dalam tugas
mandiri maupun kolaboratif
5. peran DPJP utama sebagai coordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien
yang bersangkutan, dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis yang
komprehensif - terpadu - efektif, demi kesalamalan pasien melalui komunikasi efektif
dan membangun sinergidengan mendorong penyesuaian pendapat antar anggota,
mengarahkan agar lindakan DPJP bersifat kontribusif
6. Di bawah koordinasi DPJP utama sekurang kurangnya ada rapat tim /koordinasi yang
melibatkan semua DPJP sesuai kebutuhan pasien.
7. Setiap penunjukan DPJP harus di beritahukan kepada pasien / keluarga dapat menyetuji
ataupun sebaliknya (pasien dan keluarga berhak menentukan DPJP yang akan merawat
pasien)
8. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP di lakukan secara lisan maupun tertu s
sesuai kebutuhan bila ada pergantian DPJP utama / DPJP, pencatatan di rekam medis
harus jelas tentang alih tanggung lawab dengan menggunakan formulir daftar DPJP dan
ada form alih rawat DPJP
9. Setiap DPJP di RSIA Miriam bertanggung lawab mengupayakan proses asuhan pasien
(baik asuhan medis maupun asuhan keperawatan atau asuhan lain dari PPA yang
merawaU memberi asuhan). DPJP harus patuh pada Clinical Pathway / Panduan Praktek
Klinis (PPK) yang telah di tetapkan oleh Direktur RSIA Miriam. Tingkat kepatuhan pada
PPK / Clinical Pathway ini akan menjadi objek audit klinis maupun medis
10. Apabila DPJP tidak memenuhi PPK / Clinical pathway / alur perjalanan klinis, maka
harus memberi penjelasan tertulis dan di catat dalam dokumen rekam medis pasien.
11. DPJP harus aktif dan intens dalam memberikan edukasi / informasi kepada pasien /
keluarga tentang kondisi , diagnosis pasti dan rencana asuhan.
12. Pada kasus tertentu DPJP sebagai tim dari PPA bekerja samengan Manajer Pelayanan
Pasien (MPP) agar terjaga kontinuilas pelayanan baik waktu di rawat inap, rencana
pemulangan, tindak lanjut asuhan mandiri di rumah sampai saat konkol kembali.
13. Penunjukan seorang DPJP di RSIA Miriam dapat berdasarkan antara lain jadwal jaga
dokter konsulen/ rujukan langsung / permintaan pasien / keluarga. Di RSIA Miriam
tetap menghumati hak pasien untuk memilih DPJP sepanjang DPJP yang di tunjuk sesuai
kompetensinya dan terdaftar sebagai DPJP di RSIA Miriam
14. Kriteria penunjukan DPJP utama adalah sebagai berikut:
a. DPJP utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien pada awal
perawatan.
b. DPJP utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dalam kondisi (relative)
terparah / menonjol.
c. DPJP utama di tentukan melalui kesepakatan atar DPJP
d. DPJP utama merupakan pilihan pasien / keluarga
15. Sesuai dengan kebijakan Direktur RSIA Miriam di ruang HCU menggunakan system
Semi Tertutup. Kriteria penunjukan DPJP utama untuk pasien di HCU adalah DPJP yang
pertama kali mengelola pasien di awal perawatan dan dokter spesialis anestesi adalah
DPJP tambahan dalam memberikan asuhan medis di ruang HCU
16. Di kamar operasi, DPJP (operator adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada saat di
kamar operasi tersebut.
17. Pengelompokan DPJP di RSIA Miriam di tetapkan oleh Direktur berdasarkan
pengelompokan sesuai disiplin ilmu, yang di sebut Kelompok Staf Medis ( KSM )
misalkan KSM bedah, anak dan sebagainya.

A. KEWENANGAN KLINIK DAN EVALUASI KINERJA


1. Setiap dokter yang bekerja di RSIA Miriam yang melakukan asuhan medis, termasuk
pelayanan interpretative haris memiliki SIP di RSIA dan di lanjutkan SK dari direktur
berupa SPK dan lampiran Rincian Kewenagna Klinis (RKK). Penerbitan SPK dan
RKK tersebut harus melalui proses kredensial dan rekredensial.
2. Evaluasi kineda professional DPJP di RSI di tetapkan oleh Direktur dengan mengacu
pada Permenkes 755/2011tentang penyelenggaraan Komite Medik di RS

B. SUPERVISI
1. Supervisi Moderat
a) Untuk dokter internsip (dokter ruangan, dokter jaga IGD, dan dokter Poli umum)
Proses asesmen pasien menggunakan SOAP (Subjek, Objek, asesmen dan
perencanaan / plan) dan implemenlasinya di lakukan dengan komunikasi segera
dengan DPJP (konsulen)
b) Dokumentasi di rekam medis pasien di tanda tangani / validasi oleh DPJP.
2. Supervisi Rendah
a) Untuk dokter umum organic (dokter ruangan , pelimpahan visite) Proses asesmen
pasien menggunakan SOAP (Subjek, Objek, asesmen dan perencanaan / plan)
dan implementasinya di lakukan dengan komunikasi segera dengan DPJP
(konsulen )
b) Dokumentasi di rekam medis pasien di tanda tangani / validasi oleh DPJP
BAB IV
DOKUMENTASI

Pendokumentasian yang di lakukan oleh DPJP di rekam medis haruzs mencantumkan


tanggal, bulan tahun dan jam dan di sertakan tanda tangan dan nama terang.
Pendokumentasia DPJP antara lain pada:
1. Asesmen awal medis di IGD apabila DPJP visite pertama pada IGD/ asesmen di awal
medis rawat inap karena visite pertama di rawat inap
2. Pada Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi dengan system SOAP
3. Form Edukasi Temtegrasi pemberian edukasi / informasi tentang Diagnosa, hasil
pemeriksaan , Tindakan medis, perkiraan di rawat, komplikasi yang mungkin terladi,
hasil asuhan /pengobatan yang di harapkan , hasil asuhan asuhan / pengobatan yang tidak
di harapkan, asuhan medis yang belum lengkap, dan lain latn
4. Pada lembar konsul dokter, pada lembarini ada pilihan /opsi :
a) Konsul
b) Rawat bersama
c) Alih rawat
Pada form ini terganlung DPJP mengingankanyang opsi yang mana.
5. Pada Ringkasan pasien pulang
Demikian panduan DPJP di buat , semoga bisa bermanfaat.
Ditetapkan di : Kudus
Pada Tanggal : 12 Mei 2023
Direktur,

dr. Billie Sancho Thea

Anda mungkin juga menyukai