Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN

PELAKSANAAN DAN PENERAPAN


DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN
(DPJP)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M. NATSIR


SOLOK
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT


karena berkat Rahmad dan Ridho-Nya alhamdulillah, Panduan pelaksanaan dan
penerapan Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) di Rumah Sakit Umum
Daerah Mohammad Natsir telah selesai dibuat dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Mohammad Natsir. Pedoman
skrining ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman bagi petugas
di Rumah Sakit Umum Daerah Mohammad Natsir dalam melakukan standar
pelayanan.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan banyak terima kasih, kepada
pokja ARK (Akses Ke Rumah Sakit Dan Kontinuitas Pelayanan) yang
merupakan bagian dari kelompok kerja akreditasi Rumah Sakit yang telah selesai
melaksanakan tugasnya untuk pembuatan standar berupa Panduan pelaksanaan
dan penerapan Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP). Saya sangat yakin,
petugas kesehatan RSUD Mohammad Natsir akan mempergunakan dan
memanfaatkan standar ini, semua kita terlibat berdasarkan kemauan, kemampuan,
dan motivasi yang tinggi.

Akhir kata, saya harapkan semoga Allah SWT memberikan perlindungan


dan kasih sayang-Nya kepada kita semua di Rumah Sakit Umum Daerah
Mohammad Natsir yang kita cintai ini. Aamiin, Aamiin...

Pada tanggal 3 Januari 2019

Drg. ERNOVIANA, Mkes


BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum
a. Pelayanan kesehatan di rumah sakit bertujuan untuk menyelamatkan /
menyembuhkan pasien dari penyakitnya dengan menekan berbagai risiko
klinis maupun non klinis yang mungkin terjadi selama proses tersebut.
b. Keselamatan pasien merupakan faktor yang sangat penting dan menjadi
prioritas utama. Dalam rangka melaksanakan pelayanan yang aman, efektif
dan efisien diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi dari para
personel rumah sakit, sesuai dengan wewenang dan kompetensinya.
Kerjasama tim dan komunikasi yang baik merupakan kunci utama untuk
mencapai keberhasilan.

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud. Buku Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan petunjuk dan
penjelasan tentang tata cara penentuan dan pelaksanaan Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan (DPJP) di setiap lini pelayanan di Rumah Sakit Umum
Daerah Mohammad Natsir demi tercapainya kwalitas pelayanan yang
tinggi, meningkatnya kepuasan pasien dan mencegah serta mengurangi
angka kejadian yang tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera dan
sentinel.
b. Tujuan.
1) Agar dapat dijadikan sebagai pedoman bagi para dokter dan petugas
kesehatan lainnya dalam menentukan Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) di setiap lini pelayanan di Rumah Sakit Umum
Daerah Mohammad Natsir sehingga diperoleh kesamaan pengertian,
keseragaman dalam pelaksanaan, dan pencatatan dan pelaporan.
2) Agar pengelolaan asuhan medis pasien oleh DPJP terlaksana dengan
baik sesuai dengan standar pelayanan dan standar keselamatan pasien.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut
a. Ruang Lingkup. Buku Pedoman ini menjelaskan tentang pengertian DPJP,
tata cara penerapan DPJP di berbagai lini pelayanan seperti: IGD,
Poliklinik, Ruangan perawatan, ICU / Intermediate care, dan kamar
operasi, serta menjelaskan tentang tata cara penentuan DPJP dalam
perawatan bersama.
b. Tata Urut. Buku pedoman ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :
1) Bab I Pendahuluan
2) Bab II Ketentuan Umum Pelaksanaan
3) Bab III Penutup

4. Landasan :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Pengertian :
a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah dokter yang
bertanggung jawab atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien.
b. DPJP Utama adalah :
1) Dokter koordinator pada kasus perawatan bersama antar berbagai
disiplin ilmu terhadap seorang pasien.
2) Dokter yang menangani penyakit yang dinilai terberat dan
mengancam nyawa serta pengelolaan paling kompleks.
3) Pada kondisi tertentu setelah ada kesepakatan bersama antar DPJP
dan atau atas keinginan pasien, DPJP utama dapat dipegang oleh
dokter yang pertama kali memeriksa / menerima atau DPJP lain yang
diminta pasien.
4) Pada kasus sulit atau kasus luar biasa, DPJP utama dapat ditentukan
oleh Kepala Rumah Sakit / Ketua Komite Medik setelah melalui
Rapat Komite Medik.
c. DPJP tambahan adalah dokter konsultan yang ikut merawat pasien pada
kasus perawatan bersama setelah dikonsulkan oleh DPJP sebelumnya.
DPJP tambahan ditulis langsung sesuai bidang yang didalaminya
misalnya DPJP Bedah Plastik, DPJP Urology, DPJP Bedah Saraf, DPJP
THT, DPJP Gastroenterology IPD, DPJP endokrinology IPD, DPJP
Tumbuh Kembang anak, dll.
B. Tugas DPJP
a. Mengelola asuhan medis seorang pasien sesuai dengan standar pelayanan
medis yang meliputi: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, perencanaan pemberian terapi, tindak lanjut / follow up
(evaluasi asuhan medis) sampai rehabilitasi.
b. Melakukan konsultasi dengan disiplin terkait lain untuk meminta pendapat
atau perawatan bersama.
c. Membuat rencana pelayanan dalam berkas rekam medis yang memuat
segala aspek asuhan medis yang akan dilakukan termasuk pemeriksaan
konsultasi, rehabilitasi pasien dan sebagainya.
d. Memberikan penjelasan secara rinci kepada pasien dan keluarga tentang
rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
termasuk kejadian yang tidak diharapkan.
e. Memberikan pendidikan / edukasi kepada pasien tentang kewajibannya
terhadap rumah sakit dan bila diperlukan dibantu oleh staf
dokter/perawat/staf administrasi.
f. Pemberian pendidikan/edukasi harus dicatat dalam rekam medis, bahwa
DPJP telah memberikan penjelasan.
g. DPJP harus memberikan penjelasan mengenai kewajiban pasien yaitu:
1) Pasien dan keluarganya wajib memberi informasi yang jelas, benar, dan
jujur tentang penyakit dan kondisi lain.
2) Pasien dan keluarganya wajib mengetahui kewajiban dan tanggung
jawabnya.
3) Pasien dan keluarganya wajib mengajukan pertanyaan untuk hal-hal
yang tidak dimengerti.
4) Pasien dan keluarganya wajib memahami dan menerima konsekuensi
pelayanan.
5) Pasien dan keluarganya wajib mengikuti instruksi dan menghormati
peraturan rumah sakit.
6) Pasien dan keluarganya wajib memperlihatkan sikap menghormati dan
tenggang rasa.
7) Pasien dan keluarganya wajib memenuhi kewajiban finansial yang
disepakati.
BAB III
PENATALAKSANAAN

Setiap pasien yang dirawat harus memiliki seorang DPJP yaitu Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan yang merawat pasien tersebut dan memberikan
asuhan medis sesuai Standar Operasional Prosedur DPJP. Penentuan DPJP harus
dilakukan sejak pertama pasien masuk rumah sakit baik dari IGD maupun
Poliklinik. Bila pasien dirawat bersama oleh beberapa dokter dari berbagai
disiplin ilmu harus segera ditunjuk seorang DPJP utama dan satu atau lebih DPJP
tambahan sesuai dengan bidang penyakit yang terkait menangani pasien tersebut.

1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah seorang dokter,


sesuai dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan
asuhan medis lengkap (paket) kepada satu pasien dengan satu patologi /
penyakit, dari awal sampai dengan akhir perawatan di rumah sakit, baik
pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Asuhan medis lengkap artinya
melakukan asesmen medis sampai dengan implementasi rencana serta
tindak lanjutnya sesuai kebutuhan pasien.

2. Penentuan DPJP pasien di Poliklinik / Rawat Jalan.


Kebijakan penentuan dan pengaturan DPJP di poliklinik / rawat jalan
berdasarkan jadwal konsulen yang memberikan pelayanan poliklinik pada
hari itu.

3. Penentuan DPJP pasien baru di Rawat Inap masing-masing SMF.


Kebijakan penentuan dan pengaturan DPJP di masing-masing SMF
berdasarkan :
1. Jadwal konsulen jaga. Konsulen jaga hari itu menjadi DPJP pasien
baru, kecuali kasus rujukan yang ditujukan langsung kepada salah
seorang konsulen, konsulen yang akan menjadi DPJP melengkapi
dengan advis untuk terapi pasien tersebut.
2. Surat rujukan langsung kepada salah satu dokter spesialis terkait.
Dokter spesialis yang dituju otomatis menjadi DPJP pasien yang
dimaksud, kecuali bila dokter tersebut berhalangan karena sesuatu hal,
maka pelimpahan DPJP beralih kepada konsulen jaga pada hari itu.

3. Atas permintaan pasien/keluarga. Pasien dan keluarga berhak meminta


salah seorang dokter sebagai DPJP apabila ada relefansinya dengan
bidang spesialisasi dokter yang bersangkutan. Bila tidak ada
relevansinya, hendaknya diberikan penjelasan dan diberikan alternatif
DPJP lain sesuai SOP yang berlaku. Penjelasan sebaiknya dilakukan
di IGD oleh dokter jaga.

4. Pengalihan DPJP di IGD. Dalam pelayanan di IGD, demi


keselamatan pasien, apabila dokter DPJP / konsulen Jaga tidak dapat
dihubungi secara mendesak dan atau 3 kali panggilan tidak
menjawab, dapat dilakukan pengalihan konsultasi kepada konsulen
lain sesuai dengan SOP di IGD dan masing-masing SMF.

5. Klarifikasi DPJP di ruang perawatan. Apabila dari IGD pasien belum


dikonsulkan ke dokter spesialis, maka petugas ruangan diwajibkan
segera melakukan klarifikasi tentang siapa DPJP pasien tersebut,
termasuk melakukan klarifikasi DPJP utama dan DPJP tambahan bila
pasien sejak awal telah dirawat bersama oleh beberapa dokter sesuai
dengan bidang terkait yang menangani pasien tersebut.

6. DPJP Utama adalah : Dokter koordinator pada kasus perawatan


bersama antar berbagai disiplin ilmu terhadap seorang pasien,
ditetapkan berdasarkan
a. Dokter yang menangani penyakit yang dinilai terberat dan
mengancam nyawa serta pengelolaan paling kompleks.
b. Pada kondisi tertentu setelah ada kesepakatan bersama antar
DPJP dan atau atas keinginan pasien, DPJP utama dapat
dipegang oleh dokter yang pertama kali memeriksa / menerima
atau DPJP lain yang diminta pasien.

7. DPJP tambahan adalah dokter konsultan yang ikut merawat pasien


pada kasus perawatan bersama setelah dikonsulkan oleh DPJP
sebelumnya. DPJP tambahan ditulis langsung sesuai bidang yang
didalaminya misalnya DPJP Bedah Orthopedi, DPJP Bedah, DPJP
THT, DPJP Geriatri IPD, DPJP Tumbuh Kembang anak, dll.

8. Pola Operasional DPJP Rawat Bersama. Seorang DPJP hanya


memberikan pelayanan dibidang kompetensi dan keahliannya saja.
Bila ditemukan penyakit yang memerlukan penanganan disiplin
profesi lain harus dikonsulkan dan ditunjuk DPJP tambahan sesuai
kebutuhan, bila diperlukan perawatan bersama maka dipergunakan
kode ”RAWAT BERSAMA” dan akan ditentukan siapa DPJP utama
sebagai koordinator dan DPJP tambahannya. Dalam hal Rawat
Bersama lebih dari dua DPJP harus ada pertemuan bersama para
DPJP minimal satu kali dan dicatat dalam rekam medis pasien.

9. Perubahan DPJP Utama. Untuk efektifitas dan efisiensi pelayanan,


bila diperlukan dapat terjadi perubahan DPJP utama dalam Rawat
Bersama. Kriteria penentuan DPJP utama berdasarkan:
a. Penyakit terberat pada penderita tersebut.
b. Atas keinginan keluarga/penderita.
c. Berdasarkan rapat Komite Medik pada kasus tertentu.
Perubahan DPJP utama harus mencantumkan tanggal mulai berlaku
dan alasannya.

10. DPJP di ICU. Bila pasien dirawat di ICU maka harus ditentukan
DPJP pasien tersebut sesuai dengan jadwal konsulen ICU yang
berlaku saat itu, atau ditunjuk seorang konsulen ICU lain atas
permintaan penderita / keluarga maupun berdasarkan rapat Komite
Medik pada kasus tertentu. DPJP ICU berwenang memberikan
berbagai tindakan medis yang diperlukan dan selalu berkoordinasi
dengan DPJP pasien atau DPJP utama pasien pada kasus Rawat
Bersama.

11. DPJP Utama di kamar operasi Adalah dokter operator yang


melakukan operasi, dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
operasi serta permasalahan yang berkaitan dengan tindakan operasi.
Dokter Anestesi yang melakukan tindakan pembiusan merupakan
DPJP Anestesi pasien tersebut dan bertanggung jawab terhadap
permasalahan yang berkaitan dengan tindakan anestesi bahkan
sampai pasien kembali ke ruangan atau ICU / Ruang Intermediate.
Sebelum operasi dilaksanakan, dokter operator dan dokter anestesi
harus ikut melakukan prosedur time out dan menandatangani formulir
panduan time out (terlampir), sesuai dengan SOP time out di kamar
operasi.

12. Wewenang Residen / peserta pendidikan dokter spesialis (PPDS).


Seorang Peserta Pendidikan Dokter Spesialis / Residen yang ditunjuk
dapat melaksanakan kewenangan melakukan tindakan medis tertentu
atas nama Konsulen DPJP yang bersangkutan atau sepengetahuan /
izin Konsulen tersebut melalui jalur pelaporan yang berlaku di
masing-masing SMF.
BAB IV
KEBIJAKAN

Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum DaerahM.Natsir Nomor :


189 / / RSMN/ 2019 Tentang penetapan dokter penanngung jawab pelayanan
BAB V
DOKUMENTASI

Semua kegiatan terkait penetapan dokter penanngung jawab pelayanan


didokumentasikan di dalam fomulir penetapan dokter penanngung jawab
pelayanan

Anda mungkin juga menyukai