Anda di halaman 1dari 19

BAB I

DEFINISI

Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padangbertujuan


untukmenyembuhkan/menyelamatkan pasien dari penyakit dengan menekan berbagai risiko
klinis maupun non klinis yang mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan.
Keselamatan pasien merupakan faktor yang sangat penting dan menjadi prioritas utama dalam
melaksanakan pelayanan yang aman, efektif dan efisien. Untuk itu diperlukan komitmen dan
tanggung jawab yang tinggi dari para staf medis dalam memberikan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang, sesuai dengan wewenang dan kompetensinya yang
dituangkan dalam bentuk pedoman/ panduan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
Kerjasama dalam tim dan komunikasi yang baik merupakan kunci utama untuk mencapai
keberhasilan pelayanan terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang.
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah dokter yang bertanggung jawab
atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien antara lain pemerikasaan medis untuk
penegakan diagnosis, merencanakan dan memberi terapi, melakukan tindak-lanjut/follow up
sampai dengan rehabilitasi medis. Melakukan konsultasi sesuai dengan kebutuhan pasien, baik
hanya untuk minta pendapat sampai dengan rawat bersama diRumah Sakit Islam Siti Rahmah
Padang. DPJP terdiri atas DPJP utama dan DPJP tambahan.
Yang dimaksud dengan DPJP Utamaadalah :
1. Dokter yang berperan sebagai dokter koordinator, manjaga terlaksananya asuhan
medis komprehensif, terpadu, efektif komunikasi, keselamatan pasien, membangun
sinergisme, mendorong penyesuaian pendapat (adjustment) antar anggota,
mengarahkan agar tindakan masing – masing DPJP bersifatkontributif (bukan
intervensi) dan mencegah duplikasi.
2. Dokter koordinator pada kasus perawatan bersama antar berbagai disiplin ilmu
terhadap seorang pasien.
3. Dokter yang menangani penyakit yang dinilai terberat dan mengancam nyawa serta
pengelolaan paling kompleks.
4. Pada kondisi tertentu setelah ada kesepakatan bersama antar DPJP dan atau atas
keinginan pasien, DPJP utama dapat dipegang oleh dokter yang pertama kali
memeriksa/menerima pasien atau DPJP lain yang diminta pasien.

Standar ARK 3.2 EP 1 1


5. Pada kasus sulit atau kasus luar biasa, DPJP utama dapat ditentukan oleh Direktur
Utama Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang/ Ketua Komite Medik setelah
melalui Rapat Komite Medik.
Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien sebagai berikut :
1. DPJP Utama berasal dari pada DPJP terkait
2. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien pada awal
perawatan
3. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan penyakit dalam
kondisi terparah
4. DPJP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien.

DPJP tambahan adalah dokter konsultan yang ikut merawat pasien pada kasus
perawatan bersama setelah dikonsulkan oleh DPJP sebelumnya. DPJP tambahan ditulis
langsung sesuai bidang yang didalaminya misalnya DPJP Bedah Plastik, DPJP Urology, DPJP
Bedah Saraf, DPJP THT, DPJPPenyakit Dalam, DPJP Paru, DPJP Anakdll.

Standar ARK 3.2 EP 1 2


BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini menjelaskan tentang pengertian DPJP, tata cara penerapan DPJP di
berbagai lini pelayanan seperti: IGD, Poliklinik, Ruangan perawatan, ICU, kamar operasi
serta menjelaskan tentang tata cara penentuan DPJP dalam perawatan bersama.

Standar ARK 3.2 EP 1 3


BAB III
TATALAKSANA

1. Tugas DPJP
a. DPJP sebagai pimpinan klinis /ketua Tim PPA (clinical leader) yang melakukan
koordinasi asuhan inter PPA dan bertugas dalam seluruh fase asuhan rawat inap pasien
serta teridentifikasi dalam rekam medis pasien.
b. Mengelola asuhan medis seorang pasien sesuai dengan standar pelayanan medis yang
meliputi: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, perencanaan
pemberian terapi, tindak lanjut/ follow up (evaluasi asuhan medis) sampai rehabilitasi.
c. Melakukan konsultasi dengan disiplin lain yang terkait untuk meminta pendapat atau
perawatan bersama.
d. Membuat rencana pelayanan dalam berkas rekam medis yang memuat segala aspek
asuhan medis yang akan dilakukan termasuk pemeriksaan konsultasi, rehabilitasi
pasien dan sebagainya paling lambat 24 jam sesudah pasien masuk rawat inap dengan
memperhatikan kendali biaya dan kendali mutu.
e. Wajib memberikan informasi/penjelasan secara jelas, rinci dan benar kepada pasien
dan keluarga dalam bahasa Indonesia/ bahasa yang dipahami pasien tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien, termasuk kejadian yang
tidak diharapkan serta biayanya. Dan dimasukkan kedalam berkas rekam medis pasien
bersamaan dengan informed consent tindakan/ penolakan tindakan pasien sesuai
dengan ketentun yang berlaku di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang.
f. Memberikan pendidikan/ edukasi kepada pasien tentang kewajiban pasien terhadap
rumah sakit yang meliputi:
- Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala aturan dan tata
tertib rumah sakit.
- Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya.
- Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya
tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.
- Pasien dan atau penanggung jawab berkewajiban untuk melunasi semua biaya
atas jasa pelayanan rumah sakit/ dokter.

Standar ARK 3.2 EP 1 4


- Pasien dan atau penanggung jawabnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang
telah disepakati/ perjanjian yang telah dibuatnya.
- Edukasi ini diberikan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, pemberian
obat, diagnosis dan perubahan diagnosisnya, discharge planning.
g. Pemberian pendidikan/edukasi harus dicatat dalam rekam medis, bahwa DPJP telah
memberikan penjelasan(format pemberian pendidikan/ edukasi terintegrasi)
h. Harus membuat diagnosis akhir, resume rawatan pada rekam medis dan atau kontrol
ketika pasien pulang hidup, jika pasien pulang meninggal tidak perlu kontrol, tapi
resume dan diagnosis tetap harus dibuat.
i. Untuk menegakkan kaidah pasien safety maka setiap instruksi yang diberikan harus
dicatat dengan jelas pada rekam medis pasien.
j. DPJP setiap melakukan visite pasien harus mengisi daftar hadir (format absensi
DPJP)
k. Harus segera melaporkan jika ada temuan Kejadian Potensi Cedera (KPC), Kejadian
Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) kepada tim
keselamatan pasien/pasien safety setelah berkoordinasi dengan kepala ruangan
melalui Ketua Kelompok Staf Medis(KSM) dan diteruskan ke Kepala Instalasi.
l. Tanggung jawab koordinasi asuhan pasien dari satu DPJP dapat berpindah ke DPJP
lain sesuai kebutuhan kondisi pasien, termasuk DPJP Utama.

2. Pelaksanaan tata kelola klinis oleh DPJP


Untuk tata kelola klinis, DPJP harus mengikuti Panduan Praktek klinis (PPK) dan dapat
dilengkapi dengan alur klinis (clinical pathways), algoritme, protokol, prosedur atau
standing order serta sesuai dengan etika profesi, dan etika yang berlaku di Rumah Sakit
Islam Siti Rahmah Padang.Dalam penerapan tata kelola klinis yang dilaksanakan oleh
DPJP akan dilakukan pengawasan oleh KSM terkait dan juga oleh Komite Medik dalam
rangka monitoring dan evaluasi mutu pelayanan di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah
Padang.

3. Sistem rujukan pelayanan oleh DPJP

Standar ARK 3.2 EP 1 5


a. Merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas
dan tanggung jawab kesehatan oleh DPJP secara timbal balik, baik secara vertikal
(pelayanan dalam tingkatan yang berbeda) maupun secara horizontal (pelayanan
dalam tingkatan yang sama)
b. Rujukan merupakan pengalihan pasien karena DPJP pertama menganggap dokter
yang dirujuk lebih mempunyai kompetensi atas keadaan klinis yang dialami pasien
atau karena keterbatasan sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit Islam Siti
Rahmah Padang
c. DPJP yang memberikan pelayanan kesehatan berkewajiban merujuk pasien bila
keadaan penyakit atau permasalahan kesehatan memerlukannya, kecuali dengan
alasan yang sah dan mendapat persetujuan dari pasien/keluarga.
d. Pelayanan kesehatan oleh DPJP :
1) Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis,
dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama
2) Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan
pelayanan dari tingkat pertama dan begitu selanjutnya terhadap pelayanan
tingkat ketiga dari pelayanan tingkat kedua
3) Sistem rujukan vertikal dari tingkatan yang lebih tinggi ketingkatan yang lebih
rendah dilakukan apabila :
- Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkat pelayanan
pasien yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya
- Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkat
pelayanan yang lebih rendah atau dan untuk alasan kemudahan, efisiensi
dan pelayanan jangka panjang
- Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan sarana/prasarana dan tenaga yang ada di Rumah Sakit
Islam Siti Rahmah Padang
4) Pasien yang memerlukan asuhan medis secara terus menerus dan harus dirujuk
ketempat lain, harus dirujuk dengan ambulan atau sarana lainnya, didampingi
oleh tenaga kesehatan yang kompeten
5) Setiap pasien yang dirujuk oleh rumah sakit lain ke Rumah Sakit Islam Siti
Rahmah Padang, setelah selesai perawatan dan pengobatannya dirujuk kembali

Standar ARK 3.2 EP 1 6


ke rumah sakit yang merujuk dengan mengirimkan surat rujukan balik ( jika
pasien tersebut bisa dilayani oleh rumah sakit yang merujuk )
6) Pasien harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum dipindahkan/dirujuk
7) Proses rujukan didokumentasikan didalam rekam medis pasien
8) Rujukan kerumah sakit sebaiknya ditujukan kepada individu secara spesifik
4. Ketentuan pelayanan pasien.
Setiap pasien yang dirawat harus memiliki seorang DPJP yaitu Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan yang merawat pasien tersebut dan memberikan asuhan medis. Bila
pasien dirawat bersama oleh beberapa dokter dari berbagai disiplin ilmu harus segera
ditunjuk seorang DPJP utama dan DPJP tambahan sesuai dengan bidang penyakit yang
terkait menangani pasien tersebut, termasuk perpindahan/ pergantian DPJP sesuai
dengan kondisi pasien.
5. Penentuan DPJP.
DPJP adalah dokter yang diberi kewenangan oleh Direktur Rumah Sakit Islam Siti
Rahmah Padang untuk mengelola rangkaian asuhan medis pasien, sesuai dengan kriteria
pelayanan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang. Penentuan DPJP harus dilakukan
sejak pertama pasien masuk rumah sakit baik dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun
Poliklinik dengan mempergunakan cap stempel pada halaman tersendiri dalam catatan
medis yaitu:
a. Cap Stempel ”DPJP” bila pasien hanya dirawat oleh seorang dokter.
b. Cap Stempel ”RAWAT BERSAMA” bila sejak awal sudah diketahui bahwa pasien
dirawat bersama oleh beberapa dokter. Dan cap stempel peralihan DPJP serta cap
stempel ICU

6. Syarat DPJP
a. Staf Medis yang langsung memberikan pelayanan medis kepada pasien di Rumah
Sakit Islam Siti Rahmah Padang.
b. Staf medis yang telah melalui proses kredensial, mendapat clinical previlege/ rincian
kewenangan klinis (RKK) dari Komite Medik dan adanya clinical appointment/
Surat Penugasan Klinis (SPK) dari DirekturRumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang.
c. Memiliki Surat Izin Praktek (SIP) Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang
d. Memenuhi prosedur pengusulan DPJP yang berlaku pada SMF terkait

Standar ARK 3.2 EP 1 7


e. Serta persyaratan lain yang telah ditetapkan oleh Komite Medik/ Rumah Sakit Islam
Siti Rahmah Padang

7. Penentuan DPJP pasien baru di masing-masing KSM.


Kebijakan penentuan dan pengaturan DPJP di masing-masing KSM berdasarkan antara
lain:
a. Jadwal konsulen jaga.
Konsulen jaga hari itu menjadi DPJP pasien baru, kecuali kasus rujukan yang
ditujukan langsung kepada salah seorang konsulen.
b. Surat Rujukan langsung kepada salah satu dokter spesialis terkait.
Dokter spesialis yang dituju otomatis menjadi DPJP pasien yang dimaksud, kecuali
bila dokter tersebut berhalangan karena sesuatu hal, maka pelimpahan DPJP beralih
kepada konsulen jaga pada hari itu dengan kompetensi yang setara.
c. Atas permintaan pasien/keluarga.
Pasien dan keluarga berhak meminta salah seorang dokter sebagai DPJP apabila ada
relevansinya dengan bidang spesialisasi dokter yang bersangkutan. Bila tidak ada
relevansinya, hendaknya diberikan penjelasan dan diberikan alternatif DPJP lain
sesuai SPO yang berlaku. Penjelasan sebaiknya dilakukan oleh dokter tersebut dan
dilimpahkan kepada dokter lain yang lebih berkompeten dalam bidangnya.
d. Hasil rapat Komite Medik pada kasus tertentu.
Pada kasus yang sangat kompleks atau jarangataupun kondisi pasien memerlukan
penanganan lebih lanjut diluar kompetensi dari seorang DPJP maka penentuan DPJP
/DPJP utama dapat ditentukan berdasarkan rapat di SMF atau Komite Medik.
8. DPJP di ICU.
Bila pasien dirawat di ICU maka harus ditentukan DPJP ICU pasien tersebut sesuai
dengan jadwal konsulen ICU yang berlaku saat itu, atau ditunjuk seorang konsulen ICU
lain atas permintaan penderita/keluarga maupun berdasarkan kesepakatan KSM/ Komite
Medik pada kasus tertentu.DPJP ICU berwenang memberikan berbagai tindakan medis
yang diperlukan dan selalu berkoordinasi dengan pasien/keluarga atau DPJP utama
pasien pada kasus Rawat Bersama.

9. DPJP di kamar operasi.

Standar ARK 3.2 EP 1 8


Adalah dokter operator yang melakukan operasi, dan bertanggung jawab terhadap
seluruh kegiatan operasi serta permasalahan yang berkaitan dengan tindakan operasi.
Dokter Anestesi yang melakukan tindakan pembiusan merupakan DPJP Anestesi pasien
tersebut dan bertanggung jawab terhadap permasalahan yang berkaitan dengan tindakan
anastesi, duapuluh empat (24) jam paska operasi Post Anastesi Care Unit (PACU) bahkan
sampai pasien kembali ke ruangan rawatan atau Intensive Care Unit (ICU). Untuk pasien
post operasi yang di ICU, DPJP sesuai aturan yang ditetapkan oleh ICU.
Sebelum operasi dilaksanakan dokter operator dan dokter anestesi harus melaksanakan
pre visit pasien diruangan rawatan. Dalam proses penandaan / pemberian tanda
digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan
melibatkan pasien.
Dokter bedah dan anastesi harus ikut melakukan prosedur Sign in,time out, Sign Out
sesuai kaidah pasien safety dan menandatangani formulir panduan time out sesuai dengan
SPOtime out di kamar operasi.
a. Sign in : pembacaan dan pengisian formulir sign in yang dilakukan sebelum pasien
dianastesi di holding area
b. Time Out, dilakukan di ruang operasi/ tindakan invasive sesaat sebelum incisi pasien
operasi/sebelum tindakan invasive
c. Sign Out, setelah operasi/ tindakan invasive dilakukan pengecekan kembali
d. Proses Sign In, Time Out, Sign Out dipandu oleh perawat sirkuler dan diikuti oleh
operator, dokter anastesi, perawat. Dokumentasi prosedur ini disimpan dalam format
checklist keselamatan pasien operasi/tindakan invasive.

10. DPJP Rawat Jalan


Ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padangberdasarkan usulan
Ketua KSM. DPJP yang bertanggung jawab adalah dokter spesialis/ sub spesialis yang
dinas jaga yang bekerja on sitedi Rawat Jalan. DPJP sudah harus on site jam : 8:00 WIB
(pagi) pada pelayanan terkait (SPM Rawat Jalan). Apabila ada joint conference
dibagian/KSM maka DPJP terkait tidak dianjurkan untuk mengikuti, jika ingin mengikuti
juga maka DPJP terkait harus mencari pengganti yang setara kompetensinya karena
kegiatantersebut sudah terjadwal dan pelayanan tidak boleh ditinggalkan.

11. DPJP Rawat Inap


Standar ARK 3.2 EP 1 9
Direktur menetapkan DPJP Rawat Inap berdasarkan usulan ketua KSM. DPJP yang
bertanggung jawab waktu pasien masuk adalah dokter konsulen yang dinas jaga pada
hari itu berdasarkan keluhan utama pasien. Asesmen medis dilaksanakan selambat-
lambatnya dan harus selesai dalam waktu 24 jam sejak pasien rawat inap atau lebih
dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
12. Dokter Jaga IGD
Dokter Jaga IGD adalah dokter Jaga yang telah mengikuti pelatihan /ATLS/ACLS
/CODE BLUE.
13. Pola Operasional DPJP Rawat Bersama.
Seorang DPJP hanya memberikan pelayanan dibidang kompetensi dan keahliannya saja.
Bila ditemukan penyakit yangmemerlukan penanganan disiplin profesi lain harus
dikonsulkan dan ditunjuk DPJP tambahan sesuai kebutuhan, bila diperlukan perawatan
bersama maka dipergunakan cap stempel ”RAWAT BERSAMA” dan akan ditentukan
siapa DPJP utama sebagai koordinator dan DPJP tambahannya. Dalam hal Rawat
Bersama lebih dari dua DPJP, maka harus ada pertemuan bersama para DPJP minimal 2
(dua) kali untuk perawatan seorang pasien dan dicatat dalam rekam medis pasien. Dalam
rawat bersama, DPJP yang bukan DPJP Utama memberikan saran/terapi maupun saran
konsultasi ke bagian lain terhadap perawatan pasien sesuai dengan bidang ilmunya
namun keputusan ada di tangan DPJP utama apakah akan menetapkan usul tersebut atau
tidak.
14. Perubahan DPJP Utama.
Untuk efektifitas dan efisiensi pelayanan, bila diperlukan dapat terjadi perubahan DPJP
utama dalam Rawat Bersama. Kriteria penentuan DPJP utama berdasarkan:
a. Penyakit terberat pada penderita tersebut.
b. Atas keinginan keluarga/penderita.
c. Berdasarkan rapat KSM/Komite Medik pada kasus tertentu.
Perubahan DPJP utama harus mencantumkan tanggal mulai berlaku dan
alasannyadidalam status/ rekam medis pasien.

15. Pengalihan DPJP.


Pasien dan keluarga berhak untuk meminta pengganti DPJP pada DPJP yang dikehendaki
sesuai dengan ketentuan. Seorang dokter berhak menolak untuk menjadi DPJP pasien
tertentu atau meminta untuk mengalihkan DPJP ke DPJP lain. DPJP tidak boleh

Standar ARK 3.2 EP 1 10


menghentikan hubungan dokter pasien apabila tidak ada DPJP yang dapat
menggantikannya.Pengalihan DPJP harus dilakukan melaui pembicaraan dengan DPJP
pertama dan harus ada kesinambungan pelayanan antara DPJP pertama dan DPJP kedua.
Pengalihan DPJP baru terjadi apabila DPJP yang baru telah melihat langsung pasien yang
dialihkan dan menerima pengalihan DPJP yang dimaksud.
16. DPJP yang berhalangan
DPJP yang berhalangan 1 X 24 jam hari kerja dapat menitipkan pasien kepada DPJP lain
dengan kompetensi yang setara. Untuk DPJP yang berhalangan lebih dari 1 X24 jam
karena cuti atau tugas luar, jika Ketua KSM tidak dapat mencari penggantinya maka
Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padangmelalui Direktur RSI Siti Rahmah dapat
menugaskan DPJP pengganti yang menjadi wewenangnya.
17. Perselisihan antar DPJP
Perselisihan antar DPJP/ antar KSM diselesaikan melalui diskusi kasus yang
diselenggarakan oleh Komite Medik.Perselisihan antar DPJP pada masing-masing
Kelompok Staf Medis (KSM) diselesaikan melalui diskusi kasus yang diselenggarakan
oleh KSM terkait, dan keputusan penyelesaian perselisihan bermuara pada kepentingan
pasien. Apabila terjadi lebih dari satu rencana pelayanan, pasien berhak memilih rencana
pelayanan yang dikehendaki, setelah pasien mendapat penjelasan lengkap mengenai
seluruh rencana pelayanan yang akan diberikan.
18. Koordinasi dan transfer Informasi antar DPJP
a. Koordinasi antara DPJP tentang rencana dan pengelolaan pasien harus dilaksanakan
secara komprehensif, terpadu dan efektif dengan berpedoman kepada Standar
Pelayanan Medis/Panduan Praktek Klinik, Standar Prosedur Operacional (SPO),
Standar Keselamatan Pasien serta standar lainnya yang berlaku di Rumah Sakit
Islam Siti Rahmah Padang.
b. Koordinasi dan transfer informasi (komunikasi dan konsultasi) antar DPJP harus
dilaksanakan secara tertulis dengan menyampaikan beberapa aspek antara lain
diagnosis, hasil pemeriksaaan, permasalahan dan keperluan konsultasi yang
diperlukan.
c. Bila secara tertulis baik dengan formulir maupun dalam berkas rekam medis belum
optimal maka harus dilakukan koordinasi langsung baik dalam komunikasi pribadi
(langsung atau telepon) maupun pertemuan formal dalam penatalaksanaan kasus
tersebut.
Standar ARK 3.2 EP 1 11
d. Koordinasi dan transfer informasi DPJP didalam lingkup satu Bagian /KSM yang
sama bisa dibuat tertulis dalam status rekam medis penderita, sedang antar Bagian/
KSM harus dalam formulir konsultasi khususatau sesuai ketentuan yang berlaku di
Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang
e. Konsultasi yang dituju bisa secara khusus kepada disiplin ilmu (subdisiplin/KSM)
ataupun kepada konsultan secara perorangan.
f. Konsultasi bisa bersifat biasa maupun segera atau emergency (cito).
g. Penyampaian adanya konsultasi bisa dengan menyampaikan formulir konsultasi
pasien dengan atau tanpa pasien (pada kasus tertentu) atau per telepon untuk kasus
emergency seperti di Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau kasus di atas meja operasi.
h. Proses konsultasi di IGD dan Kamar Operasi sesuai Standar Prosedur Operasional
(SPO) yang berlaku di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Kamar Operasi di RSI Siti
Rahmah Padang
i. Dalam hal konsultan pribadi yang dituju sedang berhalangan/tidak di tempat, maka
DPJP dapat dialihkan kepada konsultan jaga harian dengan disiplin ilmu/kompetensi
yang sama dengan melaporkan terlebih dahulu kepada DPJP yang mengkonsulkan.
j. Konsultasi di IGD kepada konsultan jaga dilakukan oleh dokter umum jaga/triase
IGD bisa dilakukan dengan lisan dalam melakukan pengobatan emergency kepada
pasien di bidang disiplin ilmu terkait. Jawaban konsulen harus ditulis di dalam
berkas rekam medis pasien setelah dilakukan klarifikasi ulang sesuai kaidah pasien
safety/keselamatan pasien.
19. Konsultasi DPJP
Seorang DPJP atas pertimbangannya sendiri atau atas permintaan pasien dapat
melakukan konsultasi ke dokter lain untuk mendapat opini atas keadaan klinis pasien.
Konsultasi dilakukan apabila dokter atau pasien membutuhkan opini kedua/second
opinion atau apabila keadaan klinis yang dikonsultasikan merupakan kompetensi dokter
yang dikonsultasikan. Atas persetujuan pasien, DPJP berwenang dapat untuk menerima
atau tidak menerima saran yang didapatkan dari konsultasi tersebut.

20. Komunikasi oleh DPJP

Komunikasi efektif dapat dilakukan dengan menerapkan :

Standar ARK 3.2 EP 1 12


a. Teknik SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation) yang
dilakukan pada saat menyampaikan kondisi pasien terutama pasien kritis/sangat
bermasalah, pada saat pergantian shift jaga atau menitipkan pasien.
b. Teknik CaBaK (baca “cabak”, Catat, Baca, Konfirmasi) digunakan saat
dokter/parawat mendapat instruksi verbal secara langsung ataupun via telepon,
dimana DPJP pemberi instruksi menuliskan instruksi di catatan terintegrasi (rekam
medis pasien). Setiap pemberian instruksi verbal dengan nama obat yang sulit
dipahami/ obat baru, nama obat harus di eja perhuruf satu persatu atau menggunakan
ejaan alphabet (alpha, beta, charlie dst). Instruksi verbal tidak boleh dilakukan untuk
obat high alert kecuali dalam keadaan emergensi.Instruksi dengan cara
meninggalkan pasien tidak dapat diperkenankan dengan cara meninggalkan pesan di
kotak suara/voice mail. Pemberian instruksi verbal per telepon tidak diperkenankan
pada :
 Pemberian obat-obatan epidural
 Pemberian produk darah kecuali pada kondisi emergensi di OK atau IGD
 Pemberian obat kemoterapi
 Pemberian obat pada gagal ginjal berat
 Pemberian obat pada anak/ bayi
21. Identifikasi oleh DPJP

Cara identifikasi pasien yang benar diawali dengan memperkenalkan diri kemudian
mengajukan pertanyaan terbuka dengan menanyakan nama lengkap dan tanggal lahir
pasien sambil mencocokan dengan gelang identitas pasien. Untuk pasien yang tidak
dapat dipasang gelang identitas (pasien luka bakar luas, pasien psikiatri yang tidak
kooperatif/ psikosis, pasien dengan multitrauma amputasi) identifikasi dilakukan dengan
mengambil foto pasien dan diletakkan dalam status pasien.

Warna gelang identitas pasien :

 Biru muda : pasien dengan jeis kelamin laki-laki


 Merah muda : pasien dengan jenis kelamin perempuan
Warna gelang resiko :
 Merah : pasien dengan resiko alergi
 Kuning : pasien dengan resiko jatuh
 Ungu : Pasien DNR (Do Not Resuscitate)

Standar ARK 3.2 EP 1 13


Identifikasi terhadap pasien diberikan sebelum pemberian obat, sebelum pemberian
tranfusi darah/ produk darah, sebelum pengambilan sampel darah atau specimen lain,
sebelum melakukan tindakan dan sebelum transfer pasien.

22. Pemulangan Pasien


a. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien, harus menentukan kesiapan
pasien untuk dipulangkan serta mengisi resume pulang pada rekam medis pasien
minimal 1 x 24 jam sebelum pasien pulang.
b. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang terbaik atau
sesuai kebutuhan pasien.

23. Lain-lain
a. Jika pasien merupakan pasien dari luar dengan membawa surat rujukan (rawatan)
maka sebelum 24 jam DPJP akan melakukan pengkajian awal medis/ inisial
assessmen sebelum memulai tatalaksana apapun.
b. Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan langkah kebersihan
tangan pada 5 moment yang telah ditentukan.

BAB IV
DOKUMENTASI

Standar ARK 3.2 EP 1 14


1. Panduan DPJP
2. Formulir Rekam Medis

Standar ARK 3.2 EP 1 15


PANDUAN DPJP (DOKTER
PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN)
REVISI I

RSI SITI RAHMAH PADANG


TAHUN 2019

Standar ARK 3.2 EP 1 16


PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ISLAM SITI RAHMAH
NOMOR: 20C/PER-DIR/RSI-SR/I/2019
TENTANG
PANDUAN DPJP (DOKTER PENANGGUNGJAWAB PELAYANAN)
PADA RUMAH SAKIT ISLAM SITI RAHMAH

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SITI RAHMAH

Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi;
b. Bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah dapat terlaksana dengan baik dan
bermutu, perlu adanya Peraturan Direktur tentang Panduan DPJP di Rumah Sakit Islam Siti
Rahmah sebagai landasan upaya peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan
Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Siti Rahmah.

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Nomor 8/YRSI-
SR/VIII/2019 tanggal 1 Agustus 2019 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam Siti
Rahmah.
3. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Nomor 03A/YRS-
SR/III/2017 tanggal 01 Maret 2017 tentang Penunjukan Direktur Rumah Sakit Islam Siti Rahmah.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERTAMA : Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Siti Rahmah tentang Panduan DPJP (Dokter
Penanggung Jawab
Pelayanan) pada Rumah Sakit Islam Siti Rahmah
KEDUA : Perlunya ditetapkan Panduan DPJP pada Rumah Sakit Islam Siti Rahmah
KETIGA : Panduan DPJP di RSI Siti Rahmah sebagaimana dimaksud dalam Diktum Pertama
sebagaimana
tercantum dalam lampiran peraturan ini
KEEMPAT : Panduan DPJP di RSI Siti Rahmah sebagaimana dimaksud dalam Diktum Ketiga
harus dijadikan acuan
dalam pengelolaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan dalam upaya peningkatan
mutu dan
keselamatan pasien di Rumah Sakit slam Siti Rahmah
KELIMA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari terdapat
kekeliruan dalam
penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan Di : Padang
Pada Tanggal : 7 Januari
2019
Rumah Sakit Islam Siti Rahmah

dr. Az Rifki, SpAn, KIC, KMN


DIREKTUR

Standar ARK 3.2 EP 1 17


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah
Nya sehingga Panduan DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan)Rumah Sakit Islam Siti
Rahmah telah selesai disusun.

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan maka diperlukan komitmen dan tanggung
jawab yang tinggi dari staf medis dalam memberikan pelayaan kesehatan dan juga
memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien RSI Siti Rahmah Padang.

Sesuai dengan UU RI no. 44 tentang Rumah Sakit, pada pasal 32 perihal hak pasien
dan dalam standar keselamatan pasien di RS bahwa pasien dan keluargannya mempunyai hak
untuk mendapatkan infrmasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya kejadian tidak diharapkan (KTD), dan ini semua akan terlaksana jika ada dokter
penangungjawab pelayanan pasien (DPJP) di RSI Siti Rahmah

Agar peran dan fungsi dari DPJP dapat berjalan dengan baik tentu perlu adanya
panduan dalam penerapan fungsi DPJP tersebut sehingga visi dan misi rumah sakit yang
diharapkan dapat dicapai sesuai dengan harapan kita semua

Untuk lebih sempurnanya Panduan DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) ini,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna lebih baiknya Panduan DPJP
(Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) Rumah Sakit Islam Siti Rahmah pada masa yang akan
datang.

Padang , Januari 2019

Penyusun

Standar ARK 3.2 EP 1 18


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI……………………………………………………………………1

BAB II RUANG LINGKUP…………………………………………… ...………...3

BAB III TATA LAKSANA…………………………………………………………..4

BAB IV DOKUMENTASI…………………………………………………………..15

Standar ARK 3.2 EP 1 19

Anda mungkin juga menyukai