Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tujuan utama pelayanan RSUP Dr M Djamil Padang adalah memberikan pelayanan yang
bermutu, ber-etika, professional, dan diterima masyarakat. Salah satu upaya mencapai pelayanan
kesehatan bermutu dan professional rumah sakit adalah dengan memenuhi kaidah – kaidah yang
tercantum dalam Kode Etik Rumah Sakit. Kode etik rumah sakit mencakup kode etik klinis dan
non klinis.
RSUP Dr M Djamil telah menetapkan Kebijakan Etik Karyawan/wati RSUP Dr M Djamil
dengan nomor Surat Keputusan .......................................ini membuktikan bahwa RSUP Dr M
Djamil Fokus pada keselamatan dan perlindungan pasien.
1. Dalam Pelayanan Etik RSUP Dr m Djamil Padang terdiri dari :
2. Etika Organisasi Rumah Sakit
3. Etika Profesi Kedokteran, Etika Keperawatan dan Etika pelayanan kesehatan
penunjang.
4. Etika penelitian
5. Dilema etika Klinis dan Non Klinis
Dalam panduan ini yang dibahas adalah “Sistem pelaporan yang terkait dilema etik klinis
dan non klinis”, Dilema etik klinis dan klinis dapat menjadi sarana efektif dalam mengusahakan
saling pengertian antara berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit seperti
manajemen rumah sakit, dokter, pasien, keluarga pasien dan masyarakat tentang berbagai masalah
etika rumah sakit, di rumah sakit. Seluruh permasalahan yang berkaitan dengan etika klinis dan
klinis dirumah sakit ditangani oleh Unit/Instalasi terkait, Instalasi Humas dan pengaduan dan
komite etik dan hukum rumah sakit.
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di RSUP Dr M Djamil Padang sangat
dimungkinkan adanya pergesekan atau kesalah-pahaman yang menyebabkan kekeliruan antara
profesi satu dengan profesi lainnya, antar profesi dengan pasien dan keluarga, antar karyawan
dengan karyawan, antara karyawan dan manajemen dan lain sebagainya yang kemungkinan saja
melanggar kode etik karyawan RSUP DR M Djamil Padang, oleh sebab itu perlu dibuat sebuah
sistem pelaporan manajemen etik klinis dan non klinis di RSUP Dr M Djamil Padang.
Salah satu tugas penting komite adalah sebagai advokasi perlindungan petugas rumah sakit
dan pasien dan keluarga (lih. Kebijakan Hak pasien dan keluarga RSUP Dr M Djamil
Nomor ...........................
Advokasi adalah suatu tindakan yang digunakan untuk mengubah kebijakan , posisi, atau

program dari berbagai macam insitusi atau lembaga mengajukan definisi bahwa advokasi adalah

bekerja dengan orang lain untuk membuat perubahan atau perbedaan (Advokasi konsep, tekhnik

dan aplikasi di bidang kesehatan di Indonesia, Prof Hadi Pratomo, 2015).

Advokasi adalah keikutsertaan orang orang dalam pembuatan keputusan yang dapat

mempengaruhi hidup mereka (Advokasi konsep, tekhnik dan aplikasi di bidang kesehatan di

Indonesia, Prof Hadi Pratomo, 2015).

Fungsi utama Komite Etik dan Hukum adalah RSUP DR M Djamil Padang adalah
memberikan rekomendasi, pertimbangan, perlindungan (advokasi etik dan hukum secara
profesional dan bertanggung jawab yang memberikan kepuasan pada pelanggan internal dan
eksternal, sedangkan fungsi lainnya adalah memberikan pertimbangan rekomendasi tentang dilema
etik klinis dan etik non klinis, yang sesuai dengan ketentuang yang berlaku.

B. Defenisi

Berasal Dari Bahasa Yunani Etos Ataupun Etika Dan Ta Etika Yang Berarti, Kebiasaan

(castum), adat ; etos lebih berarti kesusilaan, perasaan bathin atau kecendrungan hati dengan

mana seseorang melakukan perbuatan (ethika filsafat moral drs.agus makmurtono dkk, 1989).

Dalam konsep Islam etika mungkin dapat disamakan dengan Aklah berasl dari bahas Arab

Jama` dari “khuluqun” yang menrut logat diartikan “Budi” atau “Pekerti”, perangai, tingkah

laku (Etika Islam, DR.Hamzah Ya`qub 1982), sesuai dengan pendapat tersebut secara filsafat

Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik, mana yang buruk, dengan memperhatikan

amal perbuatan manusia sejauh yang di dapat diketahui oleh akal pikiran.

Salah satu aturan yang mengatur hubungan antara perawat-pasien adalah etika. Istilah etika

dan moral sering digunakan secara bergantian. Secara falsafah etika dan moral ini tidak

memiliki perbedaan (Ladd, 1978, lih, pada megan 1989). Perbedaan antar etika dan moral hanya

terletak pada dasar linguistiknya saja. Etika berasal dari bahasa yunani yaitu “ethikos” yang
berarti adat-istiadat atau kebiasaan-, sedangkan moralitas berasal dari dari bahasa latin yang juga

berarti adat-istiadat atau kebiasaan. Sumber lain menyatakan bahwa moral mempunyai arti

tuntutan prilaku dan keharusan masyarakat, sedangkan etika mempunyai arti prinsip-prinsip

dibelakang keharusantersebut. (Thompson dan Thompson, 1981; lih Doheny, Cook, Stoper,

1982).

Dalam oxford advance learner’s dictionary of current English, AS Hornby mengartikan etika

sebagai system dari prinsip-pronsip moral atau aturan-aturan prilaku. Sedanghkan moral berarti

prinsip-prinsip yang berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk.

Definisi yang lebih jelas dikemukakan oleh Curtin, yaitu etika merupakansuatu disiplin yang

diawali dengan mengidentifikasi, mengorganisasi, menganalisis dan memutuskan prilaku manusia

dengan menerapkan prinsip-prinsip untuk mendeterminasi prilaku yang baik terahdap terhadap

situasi yang dihadapi (MacPahil, 1988).

Berkaitan dengan etika dan moral, terdapat pula istilah etiket yang merupakan cara atau aturan

yang sopan dalam hubungan social. Sedangkan etiket professional berarti prilaku yang diharapkan

bagi setiap anggota profesi untuk bertindak dengan kapasitas profesionalnya (Tabbner 1981).

Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan menjadi prinsip-prinsip yang
menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk menlindungi hak-hak manusia.
Etika diperlukan oleh semua profesi-termasuk keperawatan-, yang mendasari prinsip-prinsip
suatuprofesi dan tercermin dalam standar praktik profesi (Doheny, Cook, Stoper, 1982).

BAB II RUANG LINGKUP


Laporan Dilema etik dan Etik Non Klinis dihubungkan dengan pelayanan yang fokus
pada budaua keselamatan pasien, pemeliharaan kesehatan yang bertujuan agar pasien
mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan dan bantuan dari tenaga kesehatan yang
memenuhi standar pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan UU No 44 tahun 2009
tentang Rumah sakit
Komite Etik dan Hukum ditetapkan dengan SK Direktur Utamam RSUP Dr M Djamil
Padang, Kewajiban pasien tertuang dalam persetujuan umum atau disebut juga general consent
adalah persetujuan yang bersifat umum yang diberikan pasien pada saat masuk ruang rawat inap
atau didaftar pertama kali sebagai pasien rawat jalan yang wajib mendapatkan perlindungan.

BAB III KEBIJAKAN


1. Komite Etik dan Hukum RSUP Dr M Djamil Nomor .........................
1) Kebijakan Keselamatan Pasien RSUP Dr M Djamil Padang
2) Kebijakan Etik Karyawan/Karyawati RSUP Dr M Djamil Padang e
3) Panduan Etik RSUP Dr M Djamil Padang
4) Panduan Dilema Etik Klinis dan Klinis RSUP Dr M Djamil Padang
5) SPO ........

BAB IV TATA LAKSANA


1. Pada saat kasus dilema etik Klinis

a) Pada saat kasu dilema etik klinis unit terkait membuat laporan yang ditujukan kepa
a:
b) 1.Direktur RSUP Dr M Djamil Padang
c) Direktur Utama RSUP Dr M Djamil Padang membuat intruksi yang dtujukan
kepada Ketua Komite Etik dan Hukum RSUP Dr M Djamil
d) Ketua Komite Etik dan Hukum Mengundang anggota Komite Etik dan Hukum
untuk rapat dan melakukan telaah dan pembahasan kasus dilema etik

O rpendaftaran, baik di rawat jalan maupun rawat inap, petugas admision akan
memberi penjelasan kepada pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti mengenai 18 butir
hak pasien berdasarkan Undang – Undang no 44 tentang Rumah Sakit selama pasien dirawat di
RSU BKM . Pasien diberi pemahaman bahwa pasien sesungguhnya adalah Penentu keputusan
tindakan medis bagi dirinya sendiri. Seperti yang tertera pada Undang-Undang No. 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dimana Undang –Undang ini bertujuan untuk
memberikan perlindungan kepada pasien , mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
medis, dan memberikan kepastian hukum bagi pasien maupun dokter. Adanya hak pasien
membantu meningkatkan kepercayaan pasien dengan memastikan bahwa sistem pelayanan
di RSU BKM bersifat cukup adil dan responsif terhadap kebutuhan mereka, memberitahukan
kepada pasien mekanisme untuk memenuhi keinginan mereka, dan mendorong pasienuntuk
mengambil peran aktif serta kritis dalam meningkatkan kesehatan mereka. Selain itu, hak
dan kewajiban juga dibuat untuk menegaskan pola hubungan yang kuat antara pasien dengan
dokter.
2. Pada Saat Pengobatan.

Pada saat pasien berkunjung ke poliklinik atau sedang dirawat di ruang perawatan,
akan berlangsung tanya jawab antara pasien dan dokter(anamnesis), pasien harus bertanya
(berusaha mendapatkan hak pasien sebagai konsumen). Bila berhadapan dengan dokter yang
tidak mau membantu mendapatkan hak pasien, itu saatnya pasien mencari dokter lain atau
mencari second opinion ditempat lain. Pasien menjadilkan dirinya sebagai partner diskusi yang
sejajar bagi dokter. Ketika pasien memperoleh penjelasan tentang apapun, dari pihak
manapun, sedikit banyak harus mengetahui, apakah penjelasan tersebut benar atau tidak.
Semua profesi memiliki prosedur masing-masing, dan semua kebenaran tindakan dapat diukur
dari kesesuaian tindakantersebut dengan standar prosedur yang seharusnya. Begitu juga
dengan dunia kedokteran.
Ada yang disebut dengan guideline atau PanduanPraktek Klinis (PPK) dalam menangani
penyakit.Lalu, dalam posisi sebagai pasien, setelah kita mengetahui peran pentingkita
dalam tindakan medis, apa yang dapat dilakukan Karena, tindakan medis apapun, harusnya
disetujui oleh pasien (informed consent) sebelum dilakukan setelah dokter memberikan
informasi yang cukup. Bila pasien tidak menghendaki, maka tindakan medis seharusnya tidak
dapat dilakukan. Pihak dokter atau RS seharusnya memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menyatakan persetujuan atau sebaliknya menyatakan penolakan. Persetujuan itu dapat dinyatakan
secara tulisan.Selanjutnya, UU no.29/2004 pada pasal 46 menyatakan dokter wajib Mengisi rekam
medis untuk mencatat tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien secara clear, correct dan
complete. Dalam pasal 47,dinyatakan rekam medis merupakan milik rumah sakityang wajib
dijaga kerahasiannya merupakan milik pasien. Artinya, pasien berhak mendapatkan salinan rekam
medis dan pasien berhalatas kerahasiaan dari isi rekam medis miliknya tersebut, sehingga rumah
sakittidak bisa memberi informasi terkaitdata – data medis pasien kepada orang
pribadi/perusahaan asuransi atau ke media cetak / elektronik tanpa seizindari pasiennya.
3. Pada Saat Perawatan.
Selama dalam perawatan, pasien berhak mendapatkan privasi baik saat wawancara klinis,
saat dilakukan tindakan ataupun menentukan siapayang boleh mengunjunginya. Begitu pula
untuk pelayanan rohani, paseinberhak mendapatkan pelayanan rohani baik secara rutin
maupun secara insidensial manakala dibutuhkan

BAB V DOKUMENTASI
Dokumentasi Perlindungan Hak Pasien dan keluarga adalah:
1. Formulir hak pasien dan keluarga
2. Formulir general consent
3. Formulir pemberian informasi bila terjadi penundaan pelayanan
4. Formulir penundaan pelayanan
5. Formulir permintaan rohaniawan
6. Formulir permintaan menyimpan harta benda
7. Formulir pemberian informasi tindakan kedokteran
8. Formulir persetujuan / menolak tindakan kedokteran
9. Formulir DNR

Anda mungkin juga menyukai