DILEMA ETIS
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan
karunia-Nya, yang telah diberikan kepada penyusun sehingga Pedoman tentang
Dilema Etis dapat selesai disusun.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB V PENUTUP................................................................................................ 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dilema Etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih
landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini
merupakan suatu kondisi dimana setiap alternative memiliki landasan moral
atau prinsip.
Pada dilema etik ini sukar untuk menetukan mana yang benar atau
salah serta dapat menimbulkan stress pada dokter, Gizi, farmasi, perawat, dan
Tenaga kesehatan lainnya. karena perawat tahu apa yang harus dilakukan
tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat
nila-nilai perawat, pasien atau lingkungan tidak lagi menjadi kondusif
sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Pada saat
berhadapan dengan dilema etik terdapat juga dampak emosional seperti rasa
marah, frustasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional yang
harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi yang
baik dari seorang dokter, Gizi, farmasi, perawat, dan Tenaga kesehatan
lainnya.
Dalam dilema etik tidak ada yang benar ataupun yang salah, untuk
membuat keputusan etik seorang dokter, Gizi, farmasi, perawat, dan Tenaga
kesehatan lainnya. tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan
emosional.
B. TUJUAN
1. Dasar dalam mengatur hubungan antar dokter, Gizi, farmasi, perawat, dan
Tenaga kesehatan lainnya, pasien, masyarakat, dan unsur profesi, baik
dalam profesi medis ataupun profesi non medis.
2. Standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi medis yang
tidak mengindahkan etik medik dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi medik yang dalam menjalankan
tugasnya diperlukan secara tidak adil oleh instansi ataupun masyarakat.
4. Dasar dalam pemberian pemahaman kepada masyarakat pengguna tenaga
kesehatan akan pentingnya sikap professional dalam melaksanakan tugas
praktek kesehatan.
iv
BAB II
RUANG LINGKUP
v
tergantung kepada putusan dokter. Dengan keunikan pelayanan
keperawatan, perawat bedah diposisi (3) untuk bisa mengatakan
kepada pasien bisa pulang atau kapan pasien harus tetap tinggal.
4. Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan keputusan yang etis, seorang perawat tergantung
pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Terkadang saat
berhadapan dengan dilema etik terdapat juga dampak emosional seperti
rasa malas, frustasi dan takut saat proses pengambilan keputusan yang
harus dihadapi, dalam hal ini dibutuhkan kemampuan interaksi dan
komukasi yang baik dari seorang perawat.
Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema
etika tersebut. Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang
menghadapi dilema tersebut, yaitu:
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan.
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta.
3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang
dipengaruhi dilema.
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema.
5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternatif.
6. Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan 6 (enam) pendekatan tersebut maka dapat
meminimalisasi atau menghindari rasionalisasi perilaku etis yang
meliputi:
1) semua orang melakukannya;
2) jika legal maka disana terdapat keetisan; dan
3) kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya.
vi
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah informasi pasien dijaga
privasinya yang terdapat dokumen catatan kesehatan pasien, hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tak seorangpun dapat
memperoleh informasi kecuali jika diijinkan oleh pasien / keluarganya
dengan bukti persetujuannya.
Diskusi dengan pasien di luar area pelayanan, menyampaikan pada teman
atau keluarga tentang pasien dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.
vii
BAB III
TATA LAKSANA
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada
dasarnya menggunakan kerangka proses pemecahan masalah secara ilmiah, antara
lain:
1) Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik,
yaitu :
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
2) Kerangka pemecahan dilema etik (Kozier & Erb, 2004)
a. Mengembangkan data dasar
Untuk melakukannya, perawat memerukan pengumpulan informasi
sebanyak mungkin meliputi :
1. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana
keterlibatannya
2. Apa tindakan yang diusulkan
3. Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4. Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan
yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambil keputusan yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
3) Model Murphy dan Murphy
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawatan pasoen
viii
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
4) Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilemma
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
5) Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang
diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
ix
a. Untuk memutuskan apakah tindakan dilakukan pada pasien, perawat
dihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi pasien.
b. Apabila tindakan tidak dilakukan perawat dihadapkan pada konflik
seperti tidak melaksanakan sumpah profesi, tidak melaksanakan kode
etik profesi dan prinsip moral serta tidak melaksanakan perannya
sebagai pemberi asuhan keperawatan.
3. Tindakan alternative terhadap tindakan yang diusulkan
a. Mengusulkan dalam tim yang terlibat dalam masalah yang dihadapi
pasien untuk dilakukannya tindakan atau tidak.
b. Mengingat dilema etik kepada komisi etik keperawatan yang lebih
tinggi untuk mempertimbangkan apakah dilakukan atau tidaknya suatu
tindakan.
4. Menetapkan siapa pembuat keputusan
Pihak-pihak yang terlibat dalam pembuat keputusan antara lain tim
kesehatan itu sendiri, pasien, dan juga keluarga pasien.
5. Mengidentifikasi kewajiban perawat
a. Menghindarkan pasien dari ancaman kematian
b. Melaksanakan prinsip-prinsip kode etik keperawatan
c. Menghargai otonomi pasien
6. Membuat keputusan
Keputusan yang diambil sesuai dengan hak otonomi pasien dan juga dari
pertimbangan tim kesehatan lainnya.
x
BAB IV
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH
Permasalahan dalam dilema etik, meliputi :
1) Kepesertaan
Telat membayar rawat inap denda : diberi batas waktu 3x24 jam untuk lunas
dicetak jaminan resmi
2) Bayi baru lahir PBI (Penerima Bantuan Iuran Pemerintah) harus mendapatkan
surat rekomendasi dari Dinas setempat untuk dapat diterbitkan kartu BPJS
langsung aktif, batasan 3x24 jam atau sebelum pulang.
3) Peserta yang tidak aktif karena premi minimal 2 bulan kartu tidak bisa aktif.
4) Kecelakaan kerja bila tidak memiliki BPJS Ketenagakerjaan tidak dijamin BPJS
Kesehatan.
Solusi yang menjamin perusahaan tempat dia bekerja.
5) Kecelakaan lalu lintas harus dari laporan ke polisi, apabila tidak dilaporkan
maka tidak ada penjamin, walaupun memiliki BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan.
Berlaku juga untuk pasien umum tidak dijamin Jasa Raharja.
6) Obat dari luar formularium nasional tidak dijamin BPJS.
Solusinya dengan menggunakan obat formularium RS.Surya Asih atau obat
yang setara (BPJS dapat membayar).
xi
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang
melibatkan interaksi antara klien dan dokter, Gizi, farmasi, perawat, dan
Tenaga kesehatan lainnya. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara
mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian,
upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan
menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam
mengatasi permasalah pasien.
Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat
dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri
perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien.
Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan
sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat
dipertahankan.
B. SARAN
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama
bidang dokter, Gizi, farmasi, perawat, dan Tenaga kesehatan lainnya. harus
ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa
lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau
bertindak sesuai kode etiknya.
xii