Anda di halaman 1dari 33

PANDUAN TRANSFER EKSTERNAL

(INTER HOSPITAL TRANSFER)


DI RSUD NGIMBANG LAMONGAN

Disusun Oleh :
Tim Akreditasi RSUD Ngimbang Lamongan

Alamat :Jl. Raya Babat Jombang No. 227 Sendangrejo, Kec. Ngimbang
LAMONGAN
RSUD NGIMBANG LAMONGAN
VISI, MISI, MOTTO DAN TUJUAN

VISI
Terwujudnya RSUD Ngimbang menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Lamongan
melalui peningkatan derajat kesehatan yang lebih baik dan berkeadilan.

MISI
a. Mewujudkan RSUD Ngimbang sebagai Rumah Sakit Type C Plus dan sebagai BLUD
Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam kurun waktu 2 Tahun,
b. Meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan melalui pengelolaan Sumber Daya
Manusia (SDM), Sarana dan Prasarana yang memadai,
c. Meningkatkan peran RSUD Ngimbang dalam memberikan pelayanan, khususnya kepada
masyarakat tidak mampu,
d. Mengembangkan sistem Pembiayaan pelayanan kesehatan untuk masing-masing jenis
pelayanan

MOTTO
Senyum mu Bagian dari Obat dan Kesembuhanku

TUJUAN
a. Terlaksananya pengelolaan derajat kesehatan masyarakat melalui pembiayaan oleh
Pemerintah Kabupaten Lamongan,
b. Terlaksananya pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan dasar,
c. Terlaksananya pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat yang tidak mampu,
d. Terlaksananya pelayanan yang bermutu oleh RSUD Ngimbang di peruntukkan oleh
masyarakat Kabupaten Lamongan,
e. Terlaksannya pelayanan rujukan yang tepat guna dan berjalan dengan lancar sesuai
dengan tuntutan masyarakat di kabupaten Lamongan.
f. Salah satu upaya untuk mendorong Pemerintah Daerah memberikan pelayanan agar
kebutuhan dasar masyarakat di bidang kesehatan umumnya dan pelayanan kesehatan
rujukan atau Rumah Sakit tidak terabaikan, sedang pendanaan diatur melalui Dana
Alokasi Umum atau dari sumber lainnya yang sah.
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................
Visi Misi Moto dan Tujuan....................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................... . ........
SK DIREKTUR Tentang Panduan Transfer Eksternal (Inter Hospital Transfer) di RSUD
Ngimbang Lamongan............................................... .
Kata Pengantar.......................................................................................................... ........ .
BAB I DEFINISI ...................................................................................................................
a. Definisi........ ..........................................................................................................
b. Tujuan..... ..............................................................................................................
BAB II RUANG LINGKUP...................................................................................................
A. Indikasi Transfer Eksternal.....
B. Transfer Eksternal (Inter Hospital Transfer) Meliputi
C. Kriteria Transfer Pasien
BAB III TATA LAKSANA.....................................................................................................
A. Keputusan untuk Dilakuan Transfer
B. Menyampaikan Komunikasi , Informasi dan Edukas dengan pasien dan/atau
keluarga pasien tentang transfer pasien
C. Menghubungi Rumah Sakit yang akan dituju
D. Petugas Transfer Pasien
E. Persiapan Obat-obatan dan Peralatan
F. Stabilisasi Sebelum Transfer
G. Alat Transportasi
H. Monitoring Selama Transfer
I. Serah Terima Pasien dengan Rumah sakit Yang dituju
J. Audit dan Jaminan Mutu .
BAB IV DOKUMENTASI ......................................................................................................
KEPUSTAKAAN. ...................................................................................................................
Lampiran
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGIMBANG
Jl. Raya Babat Jombang No. 227 Sendangrejo, Kec. Ngimbang Lamongan
Telp. (0322) 453636 e-mail. ngimbangrsud@yahoo.com
Website : www.lamongankab.go.id Kode Pos 62273

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGIMBANG LAMONGAN
Nomor :........................../KEP/DIR/II/2016

Tentang
PANDUAN TRANSFER PASIEN EKSTERNAL
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGIMBANG LAMONGAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGIMBANG LAMONGAN :

Menimbang : 1. Bahwa transfer pasien adalah proses memindahkan pasien dari satu
lokasi atau ruangan ke lokasi atau ruangan yang lain, terdiri dari transfer
pasien internal (intro hospital transfer) dan transfer pasien eksternal (inter
hospital transfer).
2. Bahwa agar proses transfer pasien eksternal berlangsung dengan aman
dan lancar serta pelaksanaannya memperhatikan keselamatan pasien serta
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan maka diperlukan panduan
transfer pasien eksternal di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang
Lamongan.
3. Bahwa agar panduan transfer pasien eksternal mempunyai
kekuatan hukum, perlu ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang Lamongan.

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;


2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
5. .
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PANDUAN TRANSFER PASIEN EKSTERNAL DI RSUD
NGIMBANG LAMONGAN
KESATU : Memerintahkan kepada semua unsur dan bagian terkait di RSUD
Ngimbang Lamongan untuk melaksanakan panduan transfer pasien
eskternal sebagaimana terlampir.
KEDUA : Mengamanatkan kepada bidang pelayanan medik RS untuk melakukan
pemantauan, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan panduan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku tahun sejak tanggal ditetapkannya
KEEMPAT : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini,
maka akan diadakan perbaikan dan perubahan seperlunya.

Ditetapkan di :Lamongan
Pada tanggal :

DIREKTUR
RSUD NGIMBANG LAMONGAN

dr. MOH. CHAIDIR ANNAS, M.MKes


Pembina TK.I
NIP. 19661113 199703 1 002
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum wr.wb.
Transfer pasien adalah proses memindahkan pasien dari satu lokasi atau ruangan ke
lokasi atau ruangan yang lain.
Transfer dilakukan jika pasien membutuhkan penanganan dan perawatan yang tidak
tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang Lamongan. Kriteria Transfer ada 4
yaitu :
1 Level 0 : pasien yang membutuhkan perawatan diruang rawat inap biasa.
2 Level 1 : pasien dengan kondisi beresiko memburuk
3 Level 2 : pasien yang membutuhkan observasi ketat.

: Pasien yang mengalami kegagalan multi organ sehingga


4 Level 3
membutuhkan bantuan/penunjang kegagalan multi Organ.

Panduan transfer disusun untuk menyamakan persepsi terkait transfer pasien. Semoga degan
adanya panduan transfer maka diharapkan transfer pasien di RSUD Ngimbang Lamongan
dapat berjalan sesuai panduan.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut serta membantu dalam penyelesaian
panduan transfer. Kritik dan saran kami harapkan untuk menyempurnakan penyusunan di
panduan transfer kedepannya. Demikian panduan ini kami susun, atas segala kekurangan kami
sampaikan mohon maaf, dan terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb

1
Lampiran
SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang Lamongan
Nomor :
Tentang : Panduan Transfer Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang Lamongan

BAB 1
DEFINISI

A. Definisi
Transfer pasien adalah proses memindahkan pasien dari satu lokasi atau ruangan ke
lokasi atau ruangan yang lain.
Transfer pasien terdiri dari :
1. Transfer pasien internal (intra hospital transfer).
Proses memindahkan pasien dari satu bagian/unit/ruangan
bagian/unit/ruangan yang lain di dalam rumah sakit.
2. Transfer pasien eksternal (inter hospital transfer).
Proses memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain atau
satu lokasi ke lokasi yang lain di luar rumah sakit.

B. Tujuan
1. Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi
tinggi.
2. Agar proses transfer pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta
pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Indikasi Transfer Eksternal


1. Pasien membutuhkan penanganan dan perawatan yang tidak torsedia di RSUD
Ngimbang Lamongan.
2. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non medis. Misalnya : karena ruangan rawat
Map penuh termasuk ruang perawatan intensif, pasien/keluarga pasien meminta
pindah ke rumah sakit yang lain.
3. Pasien dari luar RSUD Ngimbang Lamongan yang ditransfer dengan. ambulans RSUD
Ngimbang Lamongan karena membutuhkan penanganan dan perawatan di RSUD
Ngimbang Lamongan, misalnya dari lokasi kecelakaan, lokasi bencana, rumah
pasien, dan lain-lain.
4. Repatriasi, yaitu transfer pasien kembali ke rumah sakit atau pelayanan
kesehatan yang merujuk. Repatriasi ini hanya boleh dilakukan jika pasien telah stabil
dan kondisinya dinilai cukup balk untuk dilakukan transfer dan dirawat di rumah sakit
atau pelayanan kesehatan yang merujuk. Keputusan ini diambil oleh Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yang merawat pasien tersebut.

B. Transfer Internal (inter hospital transfer) meliputi :


1. Transfer pasien (dari RSUD Ngimbang Lamongan ke lokasi diluar RSUD
Ngimbang Lamongan. Misalnya : ke rumah sakit yang lain, puskesmas, rumah pasien).
2. Transfer pasien dari luar RSUD Ngimbang Lamongan ke RSUD Ngimbang
Lamongan. Misalnya dari rumah sakit yang lain, puskesmas, balai pengobatan, klinik,
lokasi kejadian kecelakaan, lokasi bencana, rumah pasien.

3
C. Transfer pasien di RSUD Ngimbang Lamongan berdasarkan kriteria pasien berikut
ini :
Level Pasien Kriteria
0 Pasien yang membutuhkan perawatan di ruang rawat inap biasa.
1 - Pasien dengan kondisi berisiko memburuk.
- Pasien yang butt dipindahkan dari ruang perawatan intensif (HCU
atau ICU).
- Pasien yang akan dirawat di ruang rawat inap biasa dengan
-pengawasan
Pasien yangdari
memerlukan observasi
tim "critical care". ketat atau intervensi/ tindakan khusus.
- Pasien yang rnengalami kegagalan satu sistem organ.
- Pasien yang membutuhkan perawatan pasca operasi.
Pasien yang mengalami kegagalan multi organ, sehingga

3 membutuhkan bantuan/ penunjang kegagalan multi organ dalam jangka


waktu lama dan alat bantu pernafasan.

4
BAB HI
TATALAKSANA

A. Keputusan untuk dilakukan transfer eksternal.


1. Keputusan untuk dilakukan transfer eksternal berdasarkan indikasi transfer
eksternal dan kebutuhan pelayanan pasien tersebut.
2. Pengambil keputusan untuk melakukan transfer eksternal dilakukan oleh DPJP atau
jika oleh dokter jaga maka harus sepengetahuan dan persetujuan DPJP.

B. Menyampaikan komunikasi, informasi, dan edukasi dengan pasien dan/ atau


keluarga pasien tentang transfer pasien.
1. Menyampaikan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga pasien
mengenai perlunya dilakukan transfer eksternal.
2. Jika pasien dan/atau keluarga pasien menyetujui dilakukan transfer eksternal maka
dokumentasikan dalam persetujuan tindakan transfer eksternal. Jika menolak
maka dokumentasikan dalam penolakan tindakan transfer eksternal.

C. Menghubungi rumah sakit yang akan dituju.


1. Saat keputusan transfer telah diambil, maka DPJP atau dokter jaga harus
menghubungi rumah sakit yang dituju dengan memberikan informasi :
a. Identitas pasien.
b. Hasil asesmen/ pengkajian yang telah dilakukan terhadap pasien.
c. Informasi penting tentang kondisi pasien terkini.
d. Indikasi merujuk pasien tersebut.
e. Pastikan bahwa rumah sakit rujukan tersebut mempunyai sarana dan prasarana
sesuai kebutuhan pelayanan pasien yang akan dirujuk.
f. Tanyakan apakah setuju untuk menerima pasien rujukan.
2. Keputusan final untuk melakukan transfer ke rumah sakit rujukan dipegang oleh rumah
sakit rujukan tersebut.
3. Rumah sakit rujukan yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan
segeralresusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi
khusus, namun tanggung jawab tetap pada rumah sakit yang merujuk.

5
D. Petugas transfer pasien.
1. Petugas transfer eksternal segera disiapkan sesuai dengan kriteria/ level pasien yang
akan ditransfer.
2. Petugas transfer eksternal melakukan koordinasi dengan DPW atau dokter jaga yang
mengambil keputusan dilakukan transfer eksternal.
3. Petugas transfer eksternal harus mempunyai kompetensi tertentu, kompetensi ini
didasarkan pada kriteria/ level pasien yang akan ditransfer.
4. Adapun petugas transfer dan kompetensinya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Level Petugas Transfer Kompetensi
Pasien
0 Petugas ambulan a. Pelatihan transfer pasien.
b. BLS (Basic Life Support)
1 Petugas ambulan a. Kompetensi petugas ambulan sesuai
dan dengan level O.
perawat b. Kompetensi perawat :
Pelatihan transfer pasien.
BLS (Basic Life Support)
Pelatihan tabung oksigen (dapat
memasang/ mengganti tabung
oksigen yang habis).
- Prosedur pemberian cairan
intravena (infus pump,
syringe
pump).
- Prosedur pemberian obat-obatan.
- Prosedur monitoring pasien (misal
dengan pulse oximetry).
- Prosedur perawatan
trakeostomi dan alat hisap (suction).
- Prosedur perawatan drain thoraks
chest drain).

6
2 Dokter, a. Kompetensi petugas ambulan sesuai
Perawat dengan level 0
dan. Petugas ambulan b. Perawat clengan kompeterist level I,
ditarnbah dengan
Pengetahuan tentang obat-obatan
spesifik, misalnya : sedative/muscle
rehaantslinotropik dan vasopresor.
Menggunakan airway adjuncts (bag and
maskIBMV , CPAP, Jaksoon reese).
Perawatan monitoring invasive (kateter
vena sentral, kateter TR). Keterampilan
mengoperasionalkan Electrocardiography
monitor,Blood pressure monitor.

Kompetensi dokter harus sesuai standar


minimal atau diatas standar minimal
AILS dan ACLS.
Keterampilan advanced airway
management invasif (intubasi, L M A ,
e r i c o t i r o i d e k t o m i , trakeostomi).
Menggunakan defibtilator.
- Perawatan monitoring invasive
(kateter vena sentral, kateter TIK).
Ketera.mpilan mengoperasionalkan
E'lectrocardiography monitor,
Blood pressure monitor. Defibrilator.
Pelatihan transfer pasien

7
3 Dokter, a. Kompetensi petugas ambulan sesuai
Perawat dengan level 0
dan. Petugas ambulan b. Kompetensi perawat sesuai dengan level
2, ditambah dengan
Mempunyai pengalaman minimal 2
tahun bekerja di bidang "critical
care".
Pelatihan transfer pasien dengan sakit
berat/ kritis
Pengetahuan tentang monitor ICU
portable, ventilator
c. Kompetensi dokter sesuai dengan level
2, ditambah dengan
Mernpunyai pengalarnan. minimal 6 bulan di
bidang "critical care" dan bekerja di
"intensive care unit".
- Pelatihan transfer pasien dengan
sakit berat/kritis.
Keterampilan mengoperasionalkan
monitor ICU portable, ventilator.

5. Petugas ambulan yang bertugas sebagai petugas transfer eksternal adalah petugas
ambulan atau petugas Emergency Ambulance Service (EAS) yang jaga saat itu.
6. Dokter yang bertugas sebagai petugas transfer eksternal adalah dokter jaga
Instalasi Perawatan Intensif (WI).
7. Perawat yang bertugas sebagai petugas transfer eksternal adalah perawat jaga
Instalasi Gawat Darurat (IGD).

E. Persiapan obat-obatan, dan peralatan.


1. Peralatan yang dibutuhkan saat transfer eksternal didasarkan pada kriteria/level
pasien yang akan ditransfer adalah sebagai berikut :
Level Perlengkapan dan Peralatan yang dibawa
Pasien
Surat rujukan; form transfer pasien rangkap dua, hasil pemeriksaan
pentmjang yang sudah dilakukan (misal : . hasil pemeriksaan
laborateium, basil perneriksaan radiologi); tempat tidur (brankart).
Peralatan level 0 ditambah dengan : oksigen transport, suction (jika
1
pasien dengan trakeostomi), portable i.v. stand, battery operated
infusors (injits jump, gringcfpt,totp);pulse oximetry.

8
2 Peralatan leVel 1, ditambah dengan : Electrocardiography monitor,
Blood pressure monitor, defibrilator (sesuai kebutuhan pasien).
Peralatan level 2 ditambah dengan : monitor ICU portable yang
3
lengkap, ventilator dan peralatan transfer yang memenuhi standar
minimal.

2. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.

F. Stabilisasi sebelum transfer.


1. Transfer eksternal dilakukan dalam kondisi pasien sudah stabil.
2. Pasien harus dilakukan resusitasi dalam usaha membuat pasien se-stabil
mungkin. Tindakan yang dilakukan sebelum transfer eksternal, sebagai berikut
1) A = Airway adalah mempertahankan jalan napas dengan teknik manual atau
menggunakan alat bantu. Tindakan ini mungkin akan banyak memanipulasi leher
sehingga hams diperhatikan untuk menjaga stabilitas tulang leher (cervical spine
control).
2) B = Breathing adalah menjaga pernafasan/ventilasi dapat berlangsung dengan
baik.
3) C Circulation adalah mempertahankan sirkulasi bersama dengan tindakan
untuk menghentikan perdarahan (hemorrhage control).
4) D = Disability adalah pemeriksaan untuk mendapatkan kernungkinan adanya
gangguan neurologis.
5) E = Exposureenvironmenial control adalah pemeriksaan pada seluruh tubuh
penderita untuk melihat jejas atau tanda-tanda kegawatan yang mungkin tidak
terlihat dengan menjaga supaya tidak terjadi hipotermi.
3. Keadaan yang mengancam nyawa harus dikenali, dan resusitasinva dilakukan pada
saat itu juga.
4. Dokumentasikan dalam rekam medis dan lembar observasi pasien tentang kondisi
pasien, tindakan stabilisasi, pemberian cairan, pemberian obat-obatan, dan observasi
pasien.
5. Setelah pasien dalam kondisi se-stabil mungkin, maka dapat dilakukan transfer pasien
sesuai dengan kriteria/ level pasien.

9
G. Alat Transportasi
1. Pemilihan alat transportasi dengan mempertimbangkan : Derajat urgensi untuk
melakukan transfer, kondisi pasien, faktor geografik, kondisi cuaca, lalu lintas,
ketersediaan/ availaibilitas, area untuk mendarat di tempat tujuan, dan jarak tempuh.
2. Alat transportasi yang dibutuhkan saat transfer eksternal didasarkan pada level pasien
yang akan di transfer adalah sebagai berikut :
Level Mat Transportasi
Pasien
0 Kendaraan 1figh Dependency Service (1-
1DS)latnbulan:
1 Kendaraan High Djpendency Service
(HDS)/ambulan.
3 Emergency Ambulance Service (EAS).
Einergency Ambulance Service (EAS).

3. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan untuk
melakukan transfer telah dibuat, meskipun waktu pastinya belum diputuskan.
Hal ini memungkinkan layanan ambulan untuk mempersiapkan petugas ambulan,
ambulan dan perlengkapannya
4. Kendaraan harus dicek ulang oleh petugas ambulan.
5. Jika pasien dan/ atau keluarga pasien menginginkan dilakukan transfer ke rumah
sakit dengan jarak tempuh jauh, dimana akses melalui jalan darat sulit dicapai atau jika
membutuhkan waktu transfer yang lebih singkat, maka dapat dipertimbangkan
transportasi udara (ambulan udara/helicopter, fixed wing). Karena RSUD
Ngimbang Lamongan belum mempunyai layanan transfer dengan transportasi
udara, maka RSUD Ngimbang Lamongan membantu menghubungi layanan transfer
pasien dengan transportasi udara (pusat ambulan udara/ambulan SOS/Angkasa Pura).
6. Kondisi apapun yang mungkin dapat dipengaruhi oleh perubahan tekanan
barometric hams disampaikan ke petugas transportasi udara tersebut, sehingga
ketinggian terbang dapat dibatasi sesuai dengan kondisi pasien. Kontraindikasi
relative untuk transfer menggunakan transportasi udara adalah pneumoperitoneum
dan adanya udara intrakranial.
7. Petugas transfer dapat member saran mengenai kecepatan ambulan dengan
mempertimbangkan kondisi klinis pasien.

10
8. Keputusan untuk menggunakan sirine diserahkan kepada supir ambulan.
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancer dan segera dengan
akselerasi dan deselerasi yang minimal.

H. Monitoring selama transfer


Monitoring yang dilakukan selama transfer adalah sebagai berikut :
1. Keluhan pasien.
2. Keadaan umum pasien.
3. Tanda-tanda vital pasien : nadi, tekanan darah, pernapasan, saturasi oksigen,
kesadaran, skala nyeri.
4. Input dan output.
5. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas dan pernapasan/ventilasi.
6. Pemberian cairan dan obat-obatan sesuai instruksi dokter atau sesuai prosedur yang
berlaku.
7. Melakukan dokumentasi dalam formulir transfer tentang kondisi pasien,
observasi pasien, dan tindakan yang dilakukan selama proses transfer, termasuk
cairan dan obat-obatan yang diberikan selama transfer.

Serah terima pasien dengan rumah sakit yang dituju.


1. Petugas transfer melakukan serah terima dengan petugas rumah sakit yang dituju.
2. Petugas transfer menyerahkan surat rujukan, formulir transfer, pemeriksaan
lanjutan yang sudah dilakukan dan memberikan infomiasi :
a. Identitas pasien.
b. Riwayat penyakit dan diagnosa medis.
c. Keadaan umum, kesadaran dan hasil observasi tanda-tanda vital pasien.
d. Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan (laboratorium, radiologi, dan lain-
lain) serta untuk follow-up hasil pemeriksaan yang belum selesai.Tindakan
yang telah dilakukan.
e. Terapi yang telah diberikan (cairan infus, transfusi, obat-obatan).
f. Alergi obat.
g. Surat rujukan.
h. Formulir transfer pasien.

11
i. Daftar barang pasien (bila pasien tidak ada keluarga).
j. Informasi lain yang dianggap perlu.

I. Audit dan jaminan mutu.


1. Audit dilakukan untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa panduan berjalan dengan
lancar dan diterapkan oleh staf rumah sakit.
2. Dokumentasi transfer eksternal harus jelas dan lengkap sehingga dapat
digunakan sebagai acuan data dasar dan sarana audit.
3. Jika terjadi insiden keselamatan pasien selama proses transfer eksternal maka
harus dilaporkan ke Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit sesuai panduan yang
berlaku.

12
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Proses transfer didokumentasikan di lembar transfer pasien dalam rekam medis.


2. Dokumentasi yang dilakukan meliputi :
a. Tujuan transfer, dengan pilihan sebagai berikut :
Ruang
Rujukan pemeriksaan
Rumah Sakit
b. Atas permintaan, dengan pilihan sebagai berikut :
Dokter
Pasien/keluarga
Lainnya
c. Kategori pasien transfer, dengan pilihan sebagai berikut :
Level 0
Level 1
Level 2
Level 3
d. Indikasi transfer.
e. Ringkasan temuan yang penting (signifikan).
f. Diagnosa saat transfer.
g. Tindakan.
h. P e n g o b a t a n .
i. Kondisi pasien saat transfer.
j. Temuan penting saat transfer/perubahan kondisi saat transfer.
k. Konfirmasi melalui telepon, meliputi :
Kebutuhan medis.
Kebutuhan keperawatan.
Kebutuhan lainnya.
l. Nama petugas yang dihubungi melalui telepon.
m. Ceklis transfer pasien, meliputi :
Dokumen rekam medis.
Formulir permintaan pemeriksaan/ tindakan.

13
Lainnya.
n. Nama dan tanda tangan dokter yang merawat.
o. Tanggal dan jam berangkat transfer pasien.
p. Tanggal dan jam tiba di tempat tujuan transfer.
q. Nama dan tanda tangan petugas saat serah terima transfer yaitu petugas
transfer dan petugas penerima.

14
KEPUSTAKAAN

Advanced Healthcare for Advanced Healthcare Professionals. Internal Patient


Transport. http://www.eadvancedhealthcare.eom healthcare-resources/internal-
patient-Iran.sport
American College of Critical Care Medicine. (2004). Guidelines for the Inter- and
Intrahospital Transport of Critically Ill Patients.
http:','aitt.deoec.hu'Uploaddeoecaneszidoczanenthurahospital
franvortpdfAmerican College of Emergency Physicians. (2009). Appropriate
Interhospital Patient Transfer. hup:: www. acep. org content. aspx? id -29114
American College of Surgeons Committee on Trauma. (2008). Advanced Trauma
Life Support for Doctors. Student Course Manual. Diterjemahkan & dicetak oleh
komisi trauma "IKABI". Eighth Edition.
Association of Critical Care Transport. The Critical Care Transport Standards
Project.
http://www. nasem so. org/P roj ects/GovernmentA ffairs/doc uments/A ACTMee AC S
ept20 I 2. Pdf
Intensive Care Foundation. Patient Transfers. hitp:'14' 14' W. iCS. ac, uk
icfpatientsand-relativesiinfivination.about-critical-carepatient-framfers
Intensive Care Foundation. Transfer to the ward. 'gip:, 141414%. ics. ac.
icfpatients.- and-relafives'infOrmationlransier-to-the-ward
National Highway Traffic Safety Administration. (2006). Guide for Intetfacility
Patient Transfer.
http://www.nhtsa. go v/peopl eiini urriems/interfacility/imagesiinterfacilitv.pdf.
NHS choices. (2013). How do I Organise Transport to and from
Hospital
WWW. nhs. Pages/1079.aspx?CategoryID 68c Sub(:ategory11)-- 154
Ambulance Service of New South Wales. Patient Transport Servic e.
littp:/'1VW14'. ambulance.nsw.gov.auaboui-usPai lent-lranspori-Service.himl
Tim Materi GELS Brigade Siaga Bencana Unit Diklat IGD. (2013). Materi
Pelatihan General Emergency Life Support. Kemenkes RI - Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan RSUP dr. Sardjito Yogyakarta.
The Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland. (2009).

15
Interhospital Transfer. www. augh org Sites/default/files Ent erhospita109.pclf
The Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland (2006).
Recommendations for the Safe Transfer of Patient with Brain Injury.
http:/:.Www.aa bi.or sites-de iles;hrainin ur
The Intensive Care Society. (2009). Levels of Critical Care for Adult Patients.
Standards & Guidelines. file
http://www.ren.org.uk/ data/assets/pdf file/0005/4355871CS Levels of Critical
Care for Adult Patients 2009.pdf
Welsh Assembly Government. (2009). Designed for Life : Welsh Guidelines for
The Transfer of The Critically Ill Adult. http: i41141w . wales.
nhs. ukSiles uments. 753., guidel ines%20far%20the%20transf'
er.%2001%20the%20criticallyN20i11%20aduli.pdf

16
FORM BELUM (LIHAT PANDUAN OK)

17
STOK OBAT EAS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGIMBANG LAMONGAN

STOK OBAT TETAP STOK OBAT TIDAK TETAP


NO NAMA BARANG STANDAR NO NAMA BARANG
INJEKSI OBAT & ALKES
1 ASERING 10 A
2 D 40 % 5 B
3 DIPHENHIDRAMIN 2 1 HANDSCHOEN NS M
4 DOMINIC 2 2 HYDROPHIL GAUZE
5 KALMETASON 2 3 JELLY KY
6 LASIX/SILAX 5 4 POLIFIX
7 MG SO4 20% 3 5 POVIDON IODIN
8 MG SO4 40% 5 C
9 MILOZ 5 MG INJ/10 3 1 MASKER DISPOSIBEL
10 ANTRAIN 4
11 PZ 100 ML 1
12 PZ 500 ML 2
13 RAIVASK 2
14 REMOPAIN 4
15 TRAMAL 2
16 VALDIME X 2
17 VENTOLIN NEB 3
18 WIDAHES 130 2
ORAL
1 CARDIOASPIRIN 100 MG 6
2 NTFEDIP1N 10 MG
3 ISDN 5 MG 5
4 PLATOGRIX 75 MG 6
NO NAMA BARANG STANDAR
ALKES LAMPIR NO NAMA BARANG STANDAR
1 ABBOCATH 14 1 AN ALKES
2 ADSYTE 18 2 31 NEBULISER DEWASA
3 ADSYTE 22 2 32 NEBULISER ANAK
4 ABBOCATH 26 2 33 RESERVOIR ANAK 1
5 ALKOHOL SWAB 10 34 RESERVOIR DWS 2
6 ARM SLING M 2 35 SPUIT 3 CC 5
7 ARM SLING L 1 36 SPUIT 5 CC 5
8 CERVICAL COLAR 1 37 SPUIT 10 CC 5
ALLSTZE 38 SPUIT 20 CC 2
9 ELECTRODA 6
10 ET 75 CM 1 39 TE-15 2
11 ETT NO 2.5 2 40 '1E-40 3
12 ETT NO 3.5 1 41 TE-60 2
13 ETT NO 4 1 42 '1E-90 2
14 ETT NO 4.5 2 43 TE-110 2
15 ETT NO 5 KENDALL 2 44 STOMACH TUBE 12 1
13 ETT NO 7 KENDALL 1 45 STOMACH TUBE 16 1
14 ETT NO 7.5 KENDALL 1 46 SUCTION CATH 6 2
15 FEEDINGS 1 47 SUCTION CATH 12 1
16 FM CREPE 4' 1 48 TRANSFUSI SET 2
49 THREE WAY STOP 1
17 FM CREPE 6' 1 COCK PJG
18 FOLEY CATH 16 1 50 UROBAG
19 GLUCO M STRIP 1
20 INTRAFIX 2
21 INFUS SET PAED
22 IV 3000 DEWASA 5
23 KASA STERIL HUSADA 3
24 MASKER 0 2 DEWASA 1
25 MASKER 02 ANAK 1
26 MAYO NO 3 2
27 MAYO NO 5 1
28 NASAL ANAK 1
29 NASAL 02 DWS 1
30 NASAL 02 INFANT 1
DAFTAR OBAT EMERGENCY
DAFTAR OBAT EMERGENSI
NO. NAMA OBAT JUMLAH

1 EPINEPHRINE 10

2 ATROPIN 10

3 CORDARON 2

4 EPHEDRIN 5

5 LIDOCAIN 10
TINDAKAN STABILISASI PASIEN SEBELUM TRANSFER

1. Airway, menjaga airway dengan kontrol servikal (cervical spine control)


Step 1 : Penilaian
a. Mengenal patensi airway.
Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas.
b. Penilaian cepat akan adanya obstruksi
Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda
asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau trakea.

Step 2 : Pengelolaan - mengusahakan airway


a. Melakukan chin lift atau jaw thrust
b. Membersihkan airway dari benda asing
c. Memasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
d. Memasang airway definitif
1) Intubasi oro- atau naso-trakeal
2) Krikotiroidotomi dengan pembedahan
e. Melakukan jet insufflation dari airway dan mengetahui bahwa tindakan ini bersifat
sementara.

Step 3 : Menjaga leher dalam posisi netral, bila perlu secara manual, bila melakukan tindakan
untuk membebaskan airway.

Step 4 : Fiksasi leher dengan berbagai cara, setelah memasang airway.


Ingat : Anggaplah ada fraktur servikal pada setiap pasien multi-trauma, terlebih bila ada
gangguan kesadaran atau perlukaan di atas klavikula.
Harus dilakukan segala usaha untuk menjaga jalan nafas dan memasang airway definitif
bila diperlukan. Tidak kalah pentingnya adalah mengenali kemungkinan gangguan airway
yang dapat terjadi kemudian, dan ini hanya dapat dikenali dengan reevaluasi berulang
terhadap airway
2. Breathing dan Ventilasi
Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang balk. Pertukaran gas yang terjadi pada saat
bernafas, mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, Binding dada dan diafragma. Setiap
komponen ini harus di evaluasi secara cepat.
Step I : Penilaian :
a. Buka leher dan dada sambil menjaga imobilisasi leher dan kepala.
b. Tentukan laju dan dalamnya pemakaian.
c. Inspeksi dan palpasi leher dan toraks untuk adanya deviasi trakea, ekspansi toraks
simetris atau tidak simetris, pemakaian otot tambahan, dan tandatanda cedera lainnya.
d. Perkusi toraks untuk menentukan redup atau hipersonor.
e. Auskultasi toraks bilateral.

Perlukaan yang mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat adalah tension


pneumothorax, flail chest dengan kontusio paru, dan open pneumothorax. Keadaan-
keadaan ini harus dikenali pada saat dilakukan primary survey.

Hematothorax, simple pneumothorax, patahnya tulang iga dan kontusio paru mengganggu
ventilasi dalam derajat yang lebih ringan dan harus dikenali pada saat melakukan secondary
survey.

Step 2 : Pengelolaan
a. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi.
b. Ventilasi dengan alat Bag-Valve-Mask.
c. Menghilangkan tension pneumo-thorax.
d. Menutup open pneumo-thorax.
e. Memasang sensor CO2 dari kapnogaf pada ETT.
f. Memasang pulse oximeter.
3. Circulation dengan control perdarahan
Yang dibicarakan adalah volume darah dan cardiac output, serta perdarahan.
Step 1 : Penilaian
a. Dapat mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal.
b. Mengetahui sumber perdarahan internal.
c. Nadi : Kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoxus.
Periksalah pada nadi yang besar seperti a.femoralis atau a.karotis (kiri-kanan), untuk
kekuatan nadi, kecepatan dan irama. Nadi yang tidak cepat, kuat dan teratur biasanya
merupakan tanda normovolemia (bila pasien tidak minum obat beta-blocker). Nadi yang
cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia, walaupun dapat disebabkan keadaan yang
lain. Kecepatan nadi yang normal bukan jaminan bahwa normovolemia. Nadi yang tidak
teratur biasanya merupakan tanda ga.ngguan jantung. Tidak ditemukannya pulsasi dari
arteri besar merupakan pertanda diperlukannya resusitasi segera untuk memperbaiki
volume dan cardiac output.
d. Warna kulit.
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolemia. Pasien trauma yang kulitnya
kemerahan, terutama pada wajah dan ekstremitas, jarang yang dalam keadaan
hipovolemia. Sebaliknya wajah pucat keabu-abuan dan kulit ekstremitas yang pucat,
merupakan tanda hipovolemia.
e. Tekanan darah (bila ada waktu).
Penilaian tekanan darah merupakan indicator yang kurang baik guna menilai perfusi
jaringan.

Step 2 : Pengelolaan
a. Tekanan langsung pada tempat perdarahan eksternal.
Perdarahan ekstemal dihentikan dengan penekanan pada luka. Spalk udara (pneumatic
splinting device) juga dapat digunakan untuk mengontrol perdarahan. Spalk jenis ini
hams tembus cahaya untuk dapat dilakukan pengawasan perdarahan. Tourniquet
sebaiknya jangan dipakai karena merusak jaringan dan menyebabkan iskemia distal,
sehingga tourniquet hanya dipakai bila ada amputasi traumatik. Pemakaian hemostat dan
dapat merusak jaringan seperti syaraf dan pembuluh darah.
LAMPIRAN

b. Mengenal adanya perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah, serta konsultasi
bedah.
Sumber perdarahan internal (tidak terlihat) adalah perdarahan dalam rongga toraks,
abdomen sekitar fraktur dan tulang panjang, retro-peritoneal, atau fraktur pelvis.
c. Memasang 2 kateter IV ukuran besar.
d. Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin, analisis kimia, tes kehamilan,
golongan darah dan cross-match, dan Analisis Gas Darah.
e. Memberikan cairan dengan cairan Ringer Laktat yang dihangatkan dan pemberian darah.
f. Cegah hipotermi.

4. Disability (Neurologic Evaluation)


Menjelang akhir primary survey dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara
cepat.
Step 1 : Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS
GCS (Glasgow Coma Scale) adalah sistem scoring yang sederhana dan dapat meramal
kesudahan (outcome) pasien terutama motorik terbaiknya. Bila pemeriksaan GCS belum
dilakukan pada survey primer, harus dilakukan pada secondary survey pada saat pemeriksaan
neurologis.
Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigenasi atau/dan penurunan perfusi ke
otak, atau disebabkan trauma langsung pada otak. Penurunan kesadaran menuntut
dilakukannya reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan perfusi.
Alkohol dan obat-obatan dapat mengganggu tingkat kesadaran pasien. Walaupun
demikian, bila sudah disingkirkan kemungkinan hipoksia atau hipovolemia sebagai sebab
penurunan kesadaran, maka trauma kapitis dianggap sebagai penyebab penurunan kesadaran
dan bukan alkoholisme, sampai terbukti sebaliknya.

Step 2 : Nilai pupil untuk besarnya isokor dan reaksi

5. Exposure/ Kontrol Lingkungan


Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, sering dengan cara menggunting,
guna memeriksa dan evaluasi pasien. Setelah pakaian dibuka, penting bahwa pasien
diselimuti agar pasien tidak hipotermia. Harus dipakaikan selimut hangat, ruangan cukup
hangat dan diberikan cairan intra-vena yang sudah dihangatkan. Yang penting adalah suhu
tubuh pasien, bukan rasa nyaman petugas kesehatan.
LAMPIRAN

RESUSITASI
Resusitasi yang agresif dan pengelolaan cepat pada yang m.engancam nyawa merupakan hal yang
mutlak bila ingin pasien tetap bidup.
Meliputi : Airway, Breathing/ Ventilasi/ Oksigenasi, Circulation (dengan control perdarahan).
.

iii

Anda mungkin juga menyukai