Anda di halaman 1dari 12

Lampiran : Keputusan Direktur RSUD Waled Kabupaten Cirebon

Nomor :
Tanggal : 5 Januari 2022
Tentang : PANDUAN PENETAPAN DOKTER PENANGGUNG
JAWAB PELAYANAN (DPJP) RSUD WALED KABUPATEN
CIREBON

BAB I
DEFINISI
A. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) adalah dokter yang
bertanggung jawab sepenuhnya atas pengelolaan asuhan medis
seorang pasien di RSUD Waled Kabupaten Cirebon (apabila pasien
hanya perlu asuhan medis dari 1 orang dokter).
B. DPJP adalah dokter yang bertugas mengelola asuhan medis pada
pasien di RSUD Waled Kabupaten Cirebon, memiliki STR dan SIP
yang masih berlaku. DPJP utama adalah koordinator yang memimpin
proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien yang harus dirawat oleh
lebih dari 1 dokter. DPJP tambahan adalah dokter yang ikut
memberikan asuhan medis pada seorang pasien yang oleh karena
kompleksitas penyakitnya
C. DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) adalah seorang dokter,
sesuai dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien,
memberikan asuhan medis lengkap (paket) kepada satu pasien
dengan satu patologi/penyakit, dari awal sampai dengan akhir
perawatan di rumah sakit, baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat
inap. Asuhan medis lengkap artinya melakukan asesmen medis
sampai dengan implementasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai
kebutuhan pasien.
D. Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu
DPJP sesuai kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim
1
atau terintegrasi. Contoh: pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak
dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu DPJP: Dokter Spesialis
Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan Dokter Spesialis Saraf.
E. DPJP Utama: bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka
asuhan medis tsb dilakukan secara terintegrasi atau secara tim
diketuai oleh seorang DPJP Utama. Peran DPJP Utama adalah
sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien ybs
(“Kapten Tim“), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis
komprehensif-terpadu-efektif, keselamatan pasien, komunikasi efektif,
membangun sinergisme, mencegah duplikasi.
F. Pengaturan penetapan DPJP dapat berdasarkan :
1. Jadwal konsulen jaga di IGD atau Ruangan Konsulen jaga hari itu
menjadi DPJP dari semua pasien masuk pada hari tersebut, kecuali
kasus pasien anak dan obstetri ginekologi di jam kerja ( 08.00 –
16.00 WIB ) serta kasus dengan surat rujukan
2. Surat rujukan langsung kepada konsulen, maka dokter spesialis
yang dituju otomatis menjadi DPJP pasien tersebut, kecuali dokter
yang dituju berhalangan, maka beralih ke konsulen jaga hari itu
3. Atas permintaan keluarga dan pasien berhak meminta salah
seorang dokter spesialis untuk menjadi DPJP nya sepanjang sesuai
dengan disiplinnya. Apabila penyakit yang diderita pasien tidak
sesuai dengan disiplin dokter dimaksud, maka diberi penjelasan
kepada pasien atau keluarga, dan bila pasien atau keluarga tetap
pada pendirinnya maka dokter spesialis yang dituju yang akan
mengkonsulkan kepada disiplin yang sesuai.
4. Hasil rapat Komite medis pada kasus tertentu ; pada kasus yang
sangat kompleks atau sangat spesifik maka penentuan DPJP
berdasarkan rapat komite medis

2
G. DPJP Tambahan adalah dokter yang ikut memberikan asuhan medis
pada seorang pasien, yang oleh karena kompleksitas penyakitnya
memerlukan perawatan bersama oleh lebih dari satu dokter.
H. Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya
memberikan uraian / data tentang hasil laboratorium atau radiologi,
tidak dipakai istilah DPJP, karena tidak memberikan asuhan medis
yang lengkap.
I. Asuhan pasien (patient care) diberikan dengan pola Pasien Berfokus
pada Pasien (Patient Centered Care), dan DPJP merupakan Ketua
(Team Leader) dari tim yang terdiri dari para professional pemberi
asuhan pasien / staf klinis dengan kompetensi dan kewenangan yang
memadai, yang antara lain terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi,
apoteker, fisioterapis dsb.
J. DPJP Utama di OK adalah dokter operator yang melakukan opearasi
dan bertanggungjawab atas seluruh kegiatan pembedahan, sedangkan
dokter anesthesia sebagai DPJP tambahan. Dalam melaksanakan
tugas mengikuti SPO masing-masing, akan tetapi semua harus
mengikuti prosedur save surgery check list (sign in, time out, dan sign
out) serta dicatat dalam rekam medis
K. Manajer Pelayanan Pasien: adalah professional di rumah sakit yang
melaksanakan manajemen pelayanan pasien, yaitu proses kolaboratif
mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan,
evaluasi dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan
kebutuhan pasien dan keluarganya yang komprehensif, melalui
komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga memberi hasil
(outcome) yang bermutu dengan biaya-efektif.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang lingkup
Panduan ini berlaku pada semua lini pelayanan rumah sakit yang
meliputi: emergensi, rawat jalan, rawat inap, ruang tindakan, ruang
perawatan khusus (ICU, HCU, Hemodialisis).
B. Asuhan Medis
Asuhan pasien dalam konteks Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient
Centered Care), dilakukan oleh semua professional pemberi asuhan,
a.ntara lain dokter, perawat, ahli gizi, apoteker dsb, disebut sebagai
Tim interdisiplin.
Asuhan pasien yang dilakukan oleh masing-masing pemberi asuhan,
terdiri dari 2 blok kegiatan: Asesmen pasien dan Implementasi
rencana
1. Asesmen pasien terdiri dari 3 langkah:
a. Pengumpulan informasi, a.l. anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dsb
b. Analisis informasi menghasilkan diagnosis, masalah atau
kondisi, untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien
c. Menyusun rencana (care plan) pelayanan dan pengobatan,
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pasien
2. Implementasi rencana dan monitor
Asuhan medis di rumah sakit diberikan oleh dokter spesialis, disebut
sebagai DPJP.
Di unit / instalasi gawat darurat dokter jaga yang telah menjalani
pelatihan-bersertifikat kegawat-daruratan, antara lain ATLS, ACLS,
PPGD, menjadi DPJP pada saat asuhan awal pasien gawat-darurat.
Saat pasien dikonsul / rujuk ke dokter spesialis dan memberikan

4
asuhan medis, maka dokter spesialis tsb menjadi DPJP pasien tsb
menggantikan DPJP tsb sebelumnya.
Pemberian asuhan medis di rumah sakit agar mengacu kepada Buku
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia (Kep KKI
no 18/KKI/KEP/IX/2006). Penerapan panduan ini selain menjaga mutu
asuhan dan keselamatan pasien, juga dapat menghindari pelanggaran
disiplin.
Asas, Dasar, Kaidah dan Tujuan Praktik Kedokteran di Indonesia
intinya adalah sebagai berikut:
a. Asas : nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan,
serta perlindungan dan keselamatan pasien
b. Kaidah dasar moral :
1) Menghormati martabat manusia (respect for person)
2) Berbuat baik (beneficence)
3) Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence)
4) Keadilan (justice).
c. Tujuan :
1) Memberikan perlindungan kepada pasien
2) Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medic
3) Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dan
dokter gigi.
C. Kewenangan Klinis Dan Evaluasi Kinerja
Setiap dokter yang bekerja di rumah sakit yang melakukan asuhan
medis, termasuk pelayanan interpretatif (a.l. DrSp PK, DrSp PA, DrSp
Rad dsb), harus memiliki SK dari Direktur / Kepala Rumah Sakit berupa
Surat Penugasan Klinis / SPK (Clinical appointment), dengan lampiran
Rincian Kewenangan Klinis / RKK (Clinical Privilege). Penerbitan SPK
dan RKK tsb harus melalui proses kredensial dan rekredensial yang
mengacu kepada Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit.

5
Regulasi tentang evaluasi kinerjaprofesionalDPJP ditetapkan Direktur
dengan mengacu ke Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit dan Standar Akreditasi Rumah Sakit
versi 2012, khususnya Bab KPS (Kualifikasi dan Pendidikan Staf).
D. Penunjukan DPJP Dan Pengelompokan DPJP
1. Regulasi tentang penunjukan seorang DPJP untuk mengelola
seorang pasien, pergantian DPJP, selesainya DPJP karena asuhan
medisnya telah tuntas, ditetapkan Direktur / Kepala Rumah Sakit.
Penunjukan seorang DPJP dapat berdasarkan permintaan pasien,
jadwal praktek, jadwal jaga, konsul/rujukan langsung. Pergantian
DPJP perlu pengaturan rinci tentang alih tanggung jawabnya. Tidak
dibenarkan pergantian DPJP yang rutin, contoh: pasien A ditangani
setiap minggu, dengan pola hari Senin DrSp PD X, hari Rabu DrSp
PD Y, hari Sabtu DrSp PD Y.
2. Regulasi tentang pelaksanaan asuhan medis oleh lebih dari satu
DPJP dan penunjukan DPJP Utama, tugas dan kewenangannya
ditetapkan Direktur / Kepala Rumah Sakit.
3. Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien dapat
digunakan butir-butir sebagai berikut
a. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali
mengelola pasien pada awal perawatan
b. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien
dengan penyakit dalam kondisi (relatif) terparah
c. DPJP Utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar para
DPJP terkait
d. DPJP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien
e. Pengaturan tentang pengelompokan DPJP ditetapkan oleh
Direktur sesuai kebutuhan. Pengelompokan dapat dilakukan per
disiplin (Kelompok Staf Medis Bedah, Mata dsb), kategori

6
penyakit (Pokja/Tim Kanker Payudara, Kanker Cerviks, dsb),
kategori organ (Pokja/Tim Cerebrovasculer, Hati, dsb).

E. Hak dan Kewajiban DPJP


1. Hak DPJP
a. Mengelola asuhan medis seorang pasien secara mandiri dan
otonom, yang mengacu pada standar pelayanan medis rumah
sakit, secara komprehensif mulai dari diagnosa, terapi, tindak
lanjut sampai rehabilitasi.
b. Melakukan konsultasi dengan disiplin lain yang dianggap perlu
untuk meminta pendapat atau perawatan bersama, demi
kesembuhan pasien.
2. Kewajiban DPJP
a. Membuat rencana pelayanan pasien dalam berkas rekam medis
yang memuat segala aspek asuhan medis yang akan dilakukan,
termasuk konsultasi, rehabilitasi dll.
b. Memberikan penjelasan secara rinci kepada pasien dan
keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan baik tentang
pengobatan, prosedur maupun kemungkinan hasil yang tidak
diharapkan.
c. Memberikan pendidikan/edukasi kepada pasien tentang
kewajibannya terhadap dokter dan rumah sakit, yang dicatat
dalam berkas rekam medis.
d. DPJP berkewajiban memberikan kesempatan kepada pasien
atau keluarganya untuk bertanya atas hal-hal yang tidak/belum
dimengerti.
F. Hak dan Kewajiban DPJP Utama
1. Hak DPJP Utama
a. Melakukan koordinasi proses asuhan medis oasien oleh DPJP
yang terlibat
7
b. Menyeleksi dan mengefisienkan pemeriksaan yang akan
dilakukan terhadap pasien
c. Menyeleksi dan mengefisienkan pengobatan yang akan
diberikan kepada pasien
d. Menghentikan keterlibatan DPJP lain dalam perawatan bersama
apabila dianggap perannya tidak dibutuhkan lagi
2. Kewajiban DPJP Utama
a. Memberikan penjelasan medis kepada keluarga atas kemajuan
atau kondisi pasien
b. Mengisi ringkasan pulang pasien
c. Menjawab pertanyaan pihak ke tiga atas kondisi pasien

G. Pola Operasional DPJP


Kebijakan :
a. Setiap pasien yang berobat di RSUD Waled harus memiliki DPJP
b. Apabila pasien berobat di unit rawat jalan maka DPJP n ya adalah
dokter klinik terkait
c. Apabila pasien berobat di IGD dan tidak dirawatr inap, maka DPJP
nya adalah dokter jaga IGD
d. Apabila pasien dirawat inap, maka DPJP nya adalah dokter
spesialis disiplin yang sesuai
e. Apabila pasien dirawat bersama oleh lebih dari 1 orang dokter
spesialis, maka harus ditunjuk seorang sebagai DPJP utama dan
yang lain sebagai DPJP tambahan

H. Rawat Bersama
1. Seorang DPJP hanya memberikan pelayanan sesuai bidang atau
disiplin atau kompetensinya saja. Bila ditemukan penyakit yang
memerlukan penanganan multi disiplin, maka perlu dilakukan rawat
bersama.
8
2. DPJP awal akan melakukan konsultasi kepada dokter pada disiplin
lain sesuai kebutuhan
3. Segera ditentukan siapa yang menjadi DPJP utama dengan
beberapa cara antara lain :
a. Penyakit yang terberat, atau
b. Penyakit yang memerlukan tindakan segera, atau
c. Dokter yang pertama mengelola pasien
Dalam hal rawat bersama harus ada pertemuan bersama antara
DPJP yang emngelola pasien dan keputusan rapat dicatat dalam
rekam medis

9
BAB III
TATA LAKSANA

1. Dokter akan menjelaskan kondisi medis dan diagnosa pasien


berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk menentukan diagnosa awal pasien.
2. Penetapan DPJP oleh dokter pemeriksa awal berdasarkan diagnosa
klinis pasien dan di catat pada formulir Surat Pernyataan DPJP
3. DPJP menandatangani formulir Surat Pernyataan DPJP
4. Formulir Surat Pernyataan DPJP di masukan pada dokumen Rekam
Medis Pasien
5. Pasien yang ada di ruang perawatan akan mendapatkan penjelasan
kondisi medis dan diagnosa pasti pasien dari dokter DPJP
berdasarkan perkembangan kondisi pasien setiap harinya.
6. Apabila ditemukan diagnosa penyakit selain keahlian DPJP tersebut,
maka DPJP bisa melakukan konsul atau mengalihkan rawat pasien
kepada dokter spesialis yang sesuai.
7. DPJP yang berhalangan hadir dapat melimpahkan wewenangnya
kepada dokter spesialis dengan keahlian sama.
8. Apabila dokter spesialis pengganti juga berhalangan hadir maka bisa
mendelegasikan kepada dokter jaga / dokter umum untuk kewenangan
tertentu.

10
BAB IV
DOKUMENTASI

Rekam medis yang diisi oleh DPJP untuk rawat inap adalah
1. Surat Masuk RSUD Waled Kabupaten Cirebon
2. Pengkajian Dokter
3. Konsultasi
4. Catatan Pasien Pindah/Transfer Ruang Rawat
5. Formulir Edukasi Pasien Dan Keluarga Terintegrasi
6. Formulir DPJP
7. Catatan Terintergasi Rm
8. Ringkasan Pulang (Resume)
9. Lembar Permintaan Pemeriksaan Penunjang

Ditetapkan di: Waled


Padatanggal: 5 Januari 2022

DIREKTUR RSUD WALED


KABUPATEN CIREBON

dr. M. LUTHFI, Sp. PD-KHOM., FINASIM., MMRS


Pembina Tk. I
NIP. 19710215 200212 1 002

11
12

Anda mungkin juga menyukai