Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

Disusun Oleh :
MUIHAMMAD WAGHFIRLANA ULLY ALBAB,.S.Kep.Ns
LAPORAN PENDAHULUAN
DISPEPSIA

A. Konsep dasar penyakit


I. Pendahuluan
Dispepsia (uninvestigated dyspepsia) didefinisikan sebagai “one or more of the
following bothersome postprandial fullness or early satiation, or epigastric pain and/or
epigastric burning” (salah satu atau lebih dari rasa penuh yang menyusahkan setelah
makan, atau cepat merasa kenyang, atau nyeri epigastrium dan atau rasa terbakar di
epigastrium) (Brunner & Suddart., 2010).
II. Definisi
  Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, Dys berarti sulit dan Pepse berarti
pencernaan (N.Talley, et al., 2010). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala
klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan.
Dispepsia adalah suatu penyakit saluran cerna yang disertai dengan nyeri ulu hati
(epigastrium), mual, muntah, kembung, rasa penuh atau rasa cepat kenyang dan
sendawa. Dispepsia sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, keluhan ini sangat
bervariasi, baik dalam jenis gejala yang ada maupun intensitas gejala tersebut dari
waktu-kewaktu (Kapita Selekta Kedokteran,2010).
III. Klasifikasi Dispepsia
Dispepsia terbagi atas dua yaitu:
1.) Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (ulkus
peptikum), gastritis, stomach cancer, Gastro-Esophageal reflux disease,
hiperacidity.
2.) Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU),
bila tidak jelas penyebabnya. tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong
saluran pencernaan) (Mansjoer, 2010).
IV. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan dispepsia adalah :
1.) Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal dari saluran pencernaan bagian
atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas).
2.) Menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan salah
(mengunyah dengan mulut terbuka atau berbicara).
3.) Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu dapat membuat lambung terasa
penuh atau bersendawa terus.
4.) Mengkonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya dispepsia, seperti
minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi. Minuman jenis ini dapat
mengiritasi dan mengikis permukaan lambung.
5.) Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID)
misalnya aspirin, Ibuprofen dan Naproven
6.) Pola makan Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak sehingga bila
tidak sarapan, lambung akan lebih banyak memproduksi asam. Tuntutan pekerjaan
yang tinggi, padatnya lalu lintas, jarak tempuh rumah dan kantor yang jauh dan
persaingan yang tinggi sering menjadi alasan para profesional untuk menunda
makan
7.) Faktor stres erat kaitannya dengan reaksi tubuh yang merugikan kesehatan. Pada
waktu stres akan menyebabkan otak mengaktifkan sistem hormon untuk memicu
sekresinya. Proses ini memicu terjadinya penyakit psychosomatik dengan gejala
dispepsia seperti mual, muntah, diare, pusing, nyeri otot dan . (Rani, 2007).
V. Tanda dan gejala
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan atau gejala yang dominan, membagi
dispepsia menjadi 3 tipe :
a) Dispepsia dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala :
1. Nyeri epigastrium terlokalisasi.
2. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.
3. Nyeri saat lapar.
4. Nyeri episodik.
b) Dispepsia dengan GFI seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia), dengan
gejala :
1. Mudah kenyang
2. Perut cepat terasa penuh saat makan
3. Mual
4. Muntah
5. Upper abdominal bloating
6. Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
c) Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)

VI. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan
VII. Pathway
VIII. Komplikasi
 Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia antara lain:
a) Perdarahan
b) Kangker lambung
c) Muntah darah
d) Ulkus peptikum
IX. Pemeriksaan penunjang

Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya
pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan
penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan
penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani,
juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
a.    Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets
mellitus, dan lainnya.
b.    Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan.
Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan
bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya
normal atau sangat tidak spesifik.

B. Konsep keperawatan
I. Pengkajian
a) Kaji A,B,C,D,E pada pasien
b) Kaji tanda dan gejala dispepsia
1) Apakah klien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual atau
muntah.
2) Kapan gejala tersebut terjadi, apakah terjadi sebelum/ sesudah makan, setelah
mencerna makanan pedas/ pengiritasi/ setelah mencerna obat tertentu/
alkohol.
3) Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stres, alergi, makan/ minum
terlalu banyak.
c) Kaji terhadap riwayat penyakit lambung sebelumnya/ pembedahan lambung.
d) Kaji nutrisi klien.
e) Kaji tanda yang diketahui pada saat pemeriksaan fisik meliputi nyeri tekan
abdomen dehidrasi (perubahan turgor kulit, membran mukosa).
f) Kaji terhadap tindakan klien untuk mengatasi gejala dan efek-efeknya.
II. Diagnosa keperawatan
a) Defisit volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrisi yang tidak adekuat.
c) Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
III. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Defisit volume cairan NOC: NIC:Fluid
berhubungan dengan  Fluid balance management
 Hydration  Pertahankan
masukan cairan tidak  Nutritional Status : catatan intake
cukup dan kehilangan Food and Fluid Intake dan output yang
cairan berlebihan karena Setelah dilakukan tindakan akurat
muntah. keperawatan selama…..  Monitor
defisit volume cairan status hidrasi
teratasi dengan kriteria ( kelembaban
hasil: membran
 Mempertahankan urine mukosa, nadi
output sesuai dengan usia adekuat, tekanan
dan BB, BJ urine normal, darah ortostatik ),
 Tekanan darah, nadi, jika diperlukan
suhu tubuh dalam batas  Monitor
normal hasil lab yang
 Tidak ada tanda tanda sesuai dengan
dehidrasi, Elastisitas turgor retensi cairan
kulit baik, membran mukosa (BUN , Hmt ,
lembab, tidak ada rasa haus osmolalitas urin,
yang berlebihan albumin, total
protein )
 Monitor
vital sign
Kolaborasi
pemberian cairan
IV
 Monitor
status nutrisi
 Berikan
cairan oral
 Dorong
keluarga untuk
membantu pasien
makan
 Kolaborasi
dokter jika tanda
cairan berlebih
muncul meburuk
 Atur
kemungkinan
tranfusi
 Persiapan
untuk tranfusi
 Pasang
kateter jika perlu

2. Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari Nutritional Status : food and Nutrition
Fluid Intake Management
kebutuhan tubuh Kriteria Hasil :  Kaji adanya
berhubungan dengan  Berat badan ideal sesuai alergi makanan
masukan nutrisi yang dengan tinggi badan  Anjurkan pasien
tidak adekuat.  Mampu mengidentifikasi untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan
 Tidak ada tanda tanda intake Fe
malnutrisi  Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
 Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
3. Nyeri akut berhubungan NOC : NIC : pain
dengan mukosa lambung  Pain Level, management
 pain control,  Lakukan
teriritasi. pengkajian nyeri
 comfort level
Setelah dilakukan tinfakan secara
keperawatan selama …. komprehensif
Pasien tidak mengalami nyeri, termasuk lokasi,
dengan kriteria hasil: karakteristik,
 Mampu mengontrol durasi,
nyeri (tahu penyebab nyeri, frekuensi,
mampu menggunakan kualitas dan
tehnik nonfarmakologi faktor presipitasi
untuk mengurangi nyeri,  Observasi
mencari bantuan) reaksi nonverbal
 Melaporkan bahwa dari
nyeri berkurang dengan ketidaknyamana
menggunakan manajemen n
nyeri  Bantu
 Mampu mengenali pasien dan
nyeri (skala, intensitas, keluarga untuk
frekuensi dan tanda nyeri) mencari dan
 Tanda vital dalam menemukan
rentang normal dukungan
 Kurangi
faktor presipitasi
nyeri
 Kaji tipe
dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
 Ajarkan
tentang teknik
non
farmakologi:
napas dalam,
relaksasi,
distraksi,
kompres hangat/
dingin
 Berikan
analgetik untuk
mengurangi
nyeri
 Tingkatkan
istirahat
 Monitor
vital sign
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali.

IV. Evaluasi
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… x… diharapkan volume cairan
teratasi.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrisi yang tidak adekuat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… x… diharapkan kebutuhan
nutrisi teratasi.
3) Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… x… diharapkan nyeri
berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC


Carpenito.2009. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.(Edisi 2).Jakarta:EGC
Gibson,John.2010.Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta:EGC
Manjoer, A, et al, 2010. Kapita Selekta Kedokteran. edisi 3, Jakarta: Medika aeusculapeus
Price, S. A dan Wilson, L. M.2005.Patofisiologi.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai