Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DISPEPSIA

DIRUANG PERAWATAN NURI RS.SARI MULIA


BANJAMASIN

DISUSUN OLEH :
RAIHANA (17IK539)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : DISPEPSIA


TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : DI RUANG NURI RS.SARI MULIA
NAMA : RAIHANA

Banjarmasin, 21 Febuari 2019

Menyetujui,

RS. Sari Mulia Banjarmasin Program Studi Sarjana Keperawatan


Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Merry Sinta Uli, S.Kep., Ns Malisa Ariani, Ns., M.Kep


NIK. 311.11.04.01 NIK. 1166022015081
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : DISPEPSIA


TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : DI RUANG NURI RS.SARI MULIA
NAMA : RAIHANA

Banjarmasin, 21 Febuari 2019

Menyetujui,

RS. Sari Mulia Banjarmasin Program Studi Sarjana Keperawatan


Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Merry Sinta Uli, S.Kep., Ns Malisa Ariani, Ns., M.Kep


NIK. 311.11.04.01 NIK. 1166022015081
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari
kelainan saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas,
perih, mual, yang kadang¬kadang disertai rasa panas di dada dan perut,
lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas
asam dari mulut (Kamus Kedokteran, 2017).
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiridari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan (Arif, 2012).
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari
nyeri ulu hati, mual,kembung, muntah, rasa penuh,atau cepat kenyang,
sendawa (Dharmika, 2010). Sedangkan menurut Aziz (2010), sindrom
dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang sudah dikenal sejak lama,
terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-mual.

B. Etiologi
Seringnya dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid
reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux (GERD), asam lambung
terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang
membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di
dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat
menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat
ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidak mampuan mencerna susu dan produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Perubahan pola makan tidak teratur
10. Kurang asupan makan
11. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
12. Infeksi Helicobacter pylory
13. Alkohol dan kopi
14. Usia lanjut
Penyebab dyspepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis,
kolesistitisdan lainnya).
2. Dyspepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia
nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
(Kamus Kedokteran, 2017).

C. Manifestasi Klinis

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang


dominan,membagi dispepsia menjadi tiga tipe :
1. Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :
a. Nyeri epigastrum terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar d.Nyeri episodic
2. Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala seperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Peningkatan HCL
d. Mual
e. Muntah
f. Upper abdominal boating
g. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
h. Hipertermi
3. Dyspepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)
Karena tidak diketahui tanda gejala yang jelas , maka untuk mengetahui
penyebab dan tanda gejala pada dyspepsia non spesifik biasanya
dilakukan pemriksaan klinis terlebih dahulu dan pemeriksaan penunjang,
seperti tes lab darah , endoskopi, serta radiologi .
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat,
sertadapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya.
Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkindisertai
dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi).
Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada
penderitayang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi
nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi
(perutkembung).Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa
minggu, atautidak memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai
penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita
harusmenjalani pemeriksaan (Kamus Kedokteran, 2017).
D. Patofisiologi Proses Perjalanan Penyakit

Dispepsia dapat disebabkan dari beberapa faktor seperti usia lanjut


karena adanya penurunan fungsi organ dan kelainan organik atau adanya
gangguan pencernaan seperti gastritis, Acid reflux (Gerd), ulkus lambung
sehingga terjadi perubahan pola makan yang akan memicu kelainan mukosa
lambung berkurang serta tingkat strees tinggi . Perubahan pola makan yang
tidak teratur juga berpengaruh terhadap pemasukan makanan yang
berkurang, lalu lambung menjadi kosong sehingga terjadi peninngkatan
produksi HCL yang akan mengikis dinding lambung.

Dispepsia di bagi menjadi dua berdasarkan penyebabnya yaitu


dispepsia organik dan fungsional, dimana dispepsia organik akan memicu
perangsangan saraf simpatis ( nervus vagus ) karena adanya kelaianan
organik dan tingkat strees yang tinggi , sehingga produksi di HCL dilambung
tadi menjadi semakin meningkat , dan mengakibatkan muncul tanda gejala
seperti mual muntah . Akibat dari mual muntah akan membuat asupan
makanan dan minuman di muntahkan , dan mual akan beresiko membuat
penurunan nafsu makan sehingga akan menimbulakan masalah ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari tubuh dan kekurangan volume cairan .

Dispepsia fungsional tidak memiliki tanda gejala yang khusus atau


spesifik sehingga mengharuskan untuk dilakukan pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaan penunjang seperti , tes lab darah lengkap , endoskopi dan
radiologi. Dari hasil pemeriksaan tersebut akan membantu menemukan
penyebab dan tanda gejala yang akan terjadi . Misalkan dari hasil tersebut
dinyatakan penyebab nya adalah akibat konsumsi alkohol dan kopi yang
terlalu sering membuat respon mukosa lambung menngalami vasodilatasi
mukosa gester dan eksfeliasi ( pengelupasan ) pada dinding lambung. Dari
vasodilatasi mukosa gester akan menimbulankan gejala produksi HCL
meningkat lalu HCL kontak dengan mukosa gaster mengakibatkan nyeri
injury biologis di bagian abdomen atas ( epigastric ).
HCL kontak dengan mukosa gaster juga dapat mengakibatkan
terjadi perubahan pada kesehatan sehingga muncul masalah kecemasan
atau ansietas terkait kondisi proses penyakitnya. Dan eksfeliasi
(pengelupasan) pada dinding lambung, akan mengakibatkan lambung
terluka , sehingga terjadi proses inflamasi kalor yang memicu penaikan suhu
tubuh dan muncul masalah Hipertermi .

E. Pathway
F. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu
adanya komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia
yaitu luka di dinding lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa
lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus
terjadi luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi
pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, di
mana merupakan pertanda yang timbul belakangan. Awalnya penderita pasti
akan mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih dulu yang artinya
sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang paling dikuatirkan adalah
terjadinya kanker lambung yang mengharuskan penderitanya melakukan
operasi , Ulkus peptikum , dan muntah darah (Wibawa, 2012).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Darah
Hitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan
kelainan serius. Hasil tes serologi positif untuk Helicobacter pylori
menunjukkan ulkus peptikum namun belum menyingkirkan keganasan
saluran pencernaan.
2. Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)
Endoskopi adalah tes definitive untuk esofagitis, penyakit epitellium
Barret, dan ulkus peptikum. Biopsi antrum untuk tes ureumse untuk
H.pylori (tes CLO).
Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik masa kini untuk menyingkirkan
kausa organic pada pasien dispepsia. Namun, pemeriksaan H. pylori
merupakan pendekatan bermanfaat pada penanganan kasus dispepsia
baru. Pemeriksaan endoskopi diindikasikan terutama pada pasien
dengan keluhan yang muncul pertama kali pada usia tua atau pasien
dengan tanda alarm seperti penurunan berat badan, muntah, disfagia,
atau perdarahan yang diduga sangat mungkin terdapat penyakit
struktural.
Pemeriksaan endoskopi adalah aman pada usia lanjut dengan
kemungkinan komplikasi serupa dengan pasien muda. Menurut Tytgat
GNJ, endoskopi direkomendasikan sebagai investigasi pertama pada
evaluasi penderita dispepsia dan sangat penting untuk dapat
mengklasifikasikan keadaan pasien apakah dispepsia organik atau
fungsional. Dengan endoskopi dapat dilakukan biopsy mukosa untuk
mengetahui keadaan patologis mukosa lambung.
DPL : Anemia mengarahkan keganasan
EGD : Tumor, PUD, penilaian esofagitis
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium termasuk hitung
darah lengkap, laju endap darah, amylase, lipase, profil kimia, dan
pemeriksaan ovum dan parasit pada tinja. Jika terdapat emesis atau
pengeluaran darah lewat saluran cerna maka dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan barium pada saluran cerna bgian atas.
3. Barium enema
untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usushalus dapat
dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan ataumuntah,
penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik
ataumemburuk bila penderita makan.
4. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi,
Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan bagian atas
dan sebaiknya dengan kontras ganda. Pada refluks gastroesofageal
akan tampak peristaltik di esophagus yang menurun terutama di bagian
distal, tampak anti-peristaltik di antrum yangmeninggi serta sering
menutupnya pilorus, sehingga sedikit barium yangmasuk ke intestin.
Pada tukak baik di lambung, maupun diduodenum akan terlihat gambar
yang disebut niche, yaitu suatu kawah daritukak yang terisi kontras
media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnyareguler,
semisirkuler, dengan dasar licin. Kanker dilambung secara radiologis,
akan tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah
kanker, bentuk dari lambung berubah
( Wibawa, 2012 )
H. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
1. Antasid 20-150 ml/hariGolongan obat ini mudah didapat dan murah.
Antasid akan menetralisir sekresi asam lambung. Antasid biasanya
mengandung Na bikarbonat,Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat.
Pemberian antasid jangan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, unutk
mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama,
juga berkhasiat sebagaiadsorben sehingga bersifat nontoksik, namun
dalam dosis besar akanmenyebabkan diare karena terbentuk senyawa
MgCl2.
2. Antikolinergik Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat
yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor
muskarinik yangdapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%.
Pirenzepin jugamemiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik
atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golonganantagonis
respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, danfamotidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)Golongan obat ini
mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi
asam lambung. Obat-obat yang termasuk golonganPPI adalah
omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil
(PGE2).Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung
olehsel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi
prostoglandinendogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi,
meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat
mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang
bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas
(SCBA).
6. Golongan prokinetik Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid,
domperidon, danmetoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk
mengobati dispepsiafungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah
refluks danmemperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance).

7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan cemas)


Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang
keluhanyang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas
dan depresi.
(Fahriani, 2012)

I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dengan teknik relaksasi nafas dalam salah satu tindakan
keperawatan yang paling dianjurkan untuk mengurangi nyeri dengan cara
merelaksasikan otot-otot yang tegang dengan tarik nafas dari hidung
pelan-pelan dan dada mengembang, tahan dan dikeluarkan dari mulut .
2. Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan
lupa terhadap nyeri yang dialami. Misalnya seorang pasien sehabis
operasi mungkin tidak merasakan nyeri sewaktu melihat pertandingan
sepakbola di televisi.
3. Edukasi kepada pasien untuk mengenali dan menghindari keadaan yang
potensial mencetuskan serangan dyspepsia ,
4. Menganjurkan pola hidup sehat
5. Menghindari jenis makanan yang dirasakan sebagai faktor pencetus. Pola
makan porsi kecil tetapi sering dan makanan rendah lemak.
6. Berkaloborasi dengan ahli gizi dalam pemebrian diit sehat menggunakan
makanan yang disukai pasien, dan mehindari makanan yang tidak
disukainya.
(Fahriani, 2012)
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang
dilakukan yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan
menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia
meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang
muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung,
rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung
secar tiba-tiba). (Mansjoer, 2000).
Menurut Tucker (1998), pengkajian pada klien dengan dispepsia adalah
sebagai berikut:

a. Biodata
Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa,
agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
b. Keluhan Utama
Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping
dada depan epigastrium, mual, muntah dan tidak nafsu makan,
kembung, rasa kenyang
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis,
riwayat minum-minuman beralkohol
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit
saluran pencernaan
d. Pola aktivitas
Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur, makan
makanan yang merangsang selaput mukosa lambung, berat badan
sebelum dan sesudah sakit.
e. Aspek Psikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya
masalah interpersonal yang bisa menyebabkan stress
f. Aspek Ekonomi
Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat
tinggal, hal-hal dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress
psikologis dan pola makan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Klien tampak kesakitan, berat badan menurun, kelemahan dan
cemas,
b. Palpasi
Nyeri tekan daerah epigastrium, turgor kulit menurun karena pasien
sering muntah
c. Auskultasi
Peristaltik sangat lambat dan hampir tidak terdengar (<5x/menit)
d. Perkusi
Pekak karena meningkatnya produksi HCl lambung dan perdarahan
akibat perlukaan
3. Data Fokus
Pada data subyektif sering ditemukan :;
a. pasien sering mual.;
b. Anoreksia;
c. nyeri perut pada bagian atas atau pada daerah tertentu dengan
frekuensilama.;
d. tidak nyaman perut pada tingkat tertentu.
Pada Data obyektif meliputi
a. muntah dengan jumlah banyak.
b. Frekuensi muntah sering dan banyak.
c. Adanya rasa haus.
d. penurunan turgor kulit.
e. selaput mukosa kering.
f. oliguria, otot lemah.
g. Nyeri pada perut bagian atas
4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
d. Ansietas berhubungan dengan ancaman situasi terkini
e. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
5. Intervensi Keperawatan
.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Nutritional Status : Nutrition
berhubungan dengan mual food and Fluid Intake Management
muntah. Kriteria Hasil : Kaji adanya alergi
- Berat badan 20 % atau Adanya peningkatan makanan
lebih di bawah ideal berat badan sesuai Kolaborasi dengan
- Dilaporkan adanya intake dengan tujuan ahli gizi untuk
makanan yang kurang dari Berat badan ideal menentukan jumlah
RDA (Recomended Daily sesuai dengan tinggi kalori dan nutrisi yang
Allowance) badan dibutuhkan pasien.
- Membran mukosa dan Mampu Anjurkan pasien
konjungtiva pucat mengidentifikasi untuk meningkatkan
- Kelemahan otot yang kebutuhan nutrisi intake Fe
digunakan untuk Tidak ada tanda Anjurkan pasien
menelan/mengunyah tanda malnutrisi untuk meningkatkan
makanan. Tidak terjadi protein dan vitamin C
penurunan berat badan Berikan substansi
yang berarti gula
Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi

2 Kekurangan Volume Cairan Fluid balance Fluid management


b.d Kehilangan cairan aktif Hydration Timbang
Nutritional Status : popok/pembalut jika
- Kelemahan Food and Fluid Intake diperlukan
- Haus Kriteria Hasil : Pertahankan
- Penurunan turgor kulit/lidah Mempertahankan catatan intake dan
- Membran mukosa/kulit urine output sesuai output yang akurat
kering dengan usia dan BB, Monitor status
BJ urine normal, HT hidrasi ( kelembaban
normal membran mukosa,
Tekanan darah, nadi adekuat, tekanan
nadi, suhu tubuh dalam darah ortostatik ), jika
batas normal diperlukan
Tidak ada tanda Monitor hasil lAb
tanda dehidrasi, yang sesuai dengan
Elastisitas turgor kulit retensi cairan (BUN ,
baik, membran mukosa Hmt , osmolalitas urin
lembab, tidak ada rasa )
haus yang berlebihan Monitor vital sign
Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
Kolaborasi
pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
3 Nyeri akut b.d Agens cidera Pain Level, Pain Management
biologis Pain control, Lakukan pengkajian
Comfort level nyeri secara
- Laporan secara verbal atau Kriteria Hasil : komprehensif
non verbal Mampu mengontrol termasuk lokasi,
- Fakta dari observasi nyeri (tahu penyebab karakteristik, durasi,
- Posisi antalgic untuk nyeri, mampu frekuensi, kualitas dan
menghindari nyeri menggunakan tehnik faktor presipitasi
- Gerakan melindungi nonfarmakologi untuk Observasi reaksi
- Tingkah laku berhati-hati mengurangi nyeri, nonverbal dari
mencari bantuan) ketidaknyamanan
Melaporkan bahwa Gunakan teknik
nyeri berkurang dengan komunikasi terapeutik
menggunakan untuk mengetahui
manajemen nyeri pengalaman nyeri
Mampu mengenali pasien
nyeri (skala, intensitas, Kaji kultur yang
frekuensi dan tanda mempengaruhi respon
nyeri) nyeri
Menyatakan rasa Evaluasi
nyaman pengalaman nyeri
masa lampau
Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
4 Ansietas berhubungan Anxiety control Anxiety Reduction
dengan ancaman kondisi saat Coping (penurunan
ini Kriteria Hasil : kecemasan)
- Gelisah Klien mampu Gunakan
- Insomnia mengidentifikasi dan pendekatan yang
- Resah mengungkapkan gejala menenangkan
- Sedih cemas Nyatakan dengan
- Fokus pada diri Mengidentifikasi, jelas harapan terhadap
- Kekhawatiran mengungkapkan dan pelaku pasien
- Cemas menunjukkan tehnik Jelaskan semua
untuk mengontol prosedur dan apa yang
cemas dirasakan selama
Vital sign dalam prosedur
batas normal Temani pasien
Postur tubuh, untuk memberikan
ekspresi wajah, bahasa keamanan dan
tubuh dan tingkat mengurangi takut
aktivitas menunjukkan Berikan informasi
berkurangnya faktual mengenai
kecemasan diagnosis, tindakan
prognosis
Dorong keluarga
untuk menemani anak
Lakukan back / neck
rub
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan

5 Hipertermia b.d Proses Thermoregulation Fever treatment


Inflamasi Kriteria Hasil : Monitor suhu
Suhu tubuh dalam sesering mungkin
Definisi : suhu tubuh naik rentang normal Monitor IWL
diatas rentang normal Nadi dan RR dalam Monitor warna dan
rentang normal suhu kulit
Batasan Karakteristik: Tidak ada Monitor tekanan
- kenaikan suhu tubuh diatas perubahan warna kulit darah, nadi dan RR
rentang normal dan tidak ada pusing, Monitor penurunan
- serangan atau konvulsi merasa nyaman tingkat kesadaran
(kejang) Monitor WBC, Hb,
- kulit kemerahan dan Hct
- pertambahan RR Monitor intake dan
- takikardi output
- saat disentuh tangan terasa Berikan anti piretik
hangat Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan tapid
sponge
Berikan cairan
intravena
Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
Tingkatkan sirkulasi
udara
Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil

( Nanda NIC NOC 2015-2017)


DAFTAR PUSTAKA

Bare & Suzanne, 20012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2,
(Edisi 8), EGC, Jakarta

Corwin,. J. Elizabeth, 2011, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2012, Rencana Asuhan


Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.

Mansyoer, Arif. 2015. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I.


Jakarta:Media Acsulapius. FKUI.

Nanda, 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan 2015 – 2017, Editor Budi


Santosa,Prima Medika, Jakarta.

Sujono,H. 2016. Gastroenterology. Jakarta : PT Alumni

Anda mungkin juga menyukai