Disusun Oleh :
( ) ( )
Pembimbing Klinik
( )
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III,
2012).
Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan
saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang
kadang-kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia,
kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 2013).
Sedangkan menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan,
(2011). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan.
2. Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakitacid
reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorongke atas
menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentangdari faring ke
dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapaobat-obatan, seperti
obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia.Terkadang penyebab dispepsia
belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsiasecara rinci adalah:
Menelan udara (aerofagi)
Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
Iritasi lambung (gastritis)
Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
Kanker lambung
Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu danproduknya)
Kelainan gerakan usus
Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
Infeksi Helicobacter pylory
3. Manifestasi klinis
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan,
membagi dispepsia menjadi tiga tipe :
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :
a. Nyeri epigastrum terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejalaseperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal boating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)(Mansjoer, et al,
2012).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, sertadapat
akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagianakut dan
kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkindisertai
dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Padabeberapa
penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yanglain, makan bisa
mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makanyang menurun, mual,
sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau
tidakmemberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat
badanatau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus
menjalanipemeriksaan.
4. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-
zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung
dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding
lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang
akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di
medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.
5. Pathway
DISPEPSIA
Merangsang saraf
Respon mukosa
simpati N. Ke-V
lambung
(Nervus Vagus)
HCL kontak
dengan mukosa MK : Ansietas
Mual gaster
Perubahan
Muntah Nyeri pada status
kesehatan
MK :Defisit
MK: Nausea
6. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik
lainnya seperti antara lain pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil
laboratorium dalam batas normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologihelicobacter
pylori.
3. Endoskopi
a. CLO (Rapid urea test)
b. Patologi anatomi
c. Kultur mikroorganisme jaringan
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)
7. Penatalaksanaan
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori1996,
ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan
dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi
dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal
beberapa golongan obat, yaitu:
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir
sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3,
Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya
hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam
waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik,
namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa
MgCl2.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir
dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI
adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu: Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus
yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu
hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut
kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar
tiba-tiba). (Mansjoer A, 2010, Hal. 488).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri
dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan
keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi,
kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah,
dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 2011 , hal. 26)
a. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
b. Identitas penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
c. Keluhan Utama
Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada depan
epigastrium, mual, muntah dan tidak nafsu makan, kembung, rasa kenyang
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat minum-
minuman beralkohol
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit saluran
pencernaan
f. Pola aktivitas
Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur, makan makanan yang
merangsang selaput mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit.
g. Aspek Psikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah
interpersonal yang bisa menyebabkan stress
h. Aspek Ekonomi
Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-hal
dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan
i. Pengkajian fisik
Keadaan umum
Sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan lain-lain.
Data sistemik
1) Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan,
pengecap/penghidu, peraba, dan lain-lain
2) Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang,
kesimetrisan mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera,
kornea, reflek, pupil, respon cahaya, dan
lain-lain.
3) Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas,
sumbatan jalan napas, dan lain-lain.
4) Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi
jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.
5) Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu,
orientasi tempat, orientasi orang, dan lain-lain.
6) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan,
keluhan, bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan
mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum,
rectal toucher, dan lain-lain.
7) Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan
cara jalan, kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari,
genggaman tangan, otot kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.
8) Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar,
kemerahan, dan lain- lain.
9) Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum,
testis, prostat, payudara, dan lain-lain.
10) Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, da pancaran),
BAK, vesika urinaria.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nausea b.d. iritasi lambung
2. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis
3. Hipovolemia b.d.kehilangan cairan aktif
4. Defisit Nutrisi b.d.ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi
nutrien
5. Defisit Pengetahuan b.d. ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan
kurang terpapar informasi
6. Ansietas b.d.krisis situasional
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/tgl/waktu Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Keperawatan
Nausea b.d. iritasi lambung NOC: NIC :
- Nausea - Nausea management
- Fluid volume, risk for dificient a. Tanyakan pada pasien penyebab
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mual
selama … mual pasien teratasi dengan b. Observasi asupan makanan dan
kriteria hasil: cairan
a. Pasien menyatakan penyebab mual c. Anjurkan pasien untuk makan
dan muntah makanan yang kering, lunak
b. Pasien mengambil langkah untuk d. Berikan obat anti mual sesuai yang
mengatasi episode mual dan muntah diresepkan
c. Pasien mengingesti zat gizi yang cukup e. Ajarkan tehnik relaksasi dan bantu
untuk mempertahankan kesehatan pasien untuk menggunakan tehnik
d. Pasien mengambil langkah untuk tersebut selama waktu makan
meyakinkan nutrisi yang adekuat f. Pada saat mual mereda anjurkan
pada saat mual reda untuk makan makanan yang berlebih
e. Pasien mempertahankan berat badan
dalam rentang tertentu yang - Fluid/ Electrolit Management
diharapkan a. Berikan terapi IV sesuai dengan
anjuran
b. Berikan obat antimetic sesuai anjuran
c. Pantau tanda-tanda vital, bila
diperlukan
d. Pantau makanan dan cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan kalori
setiap hari, jika diperlukan
e. Pantau status hidrasi (misalnya
membrane mukosa lembab,
keadekuatan nadi, tekanan darah
ortostatik) jika diperlukan
- Medication Management
a. Memantau efektivitas modalitas
administrasi pengobatan
b. Memantau pasien untuk efek terapi
obat
c. Pantau tanda – tanda dan gejala dari
keracunan obat
d. Memonitor efek samping obat
e. Memonitor interaksi obat
nontherapeutic
- Hypovolemia management
a. Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
d. Monitor tanda vital
e. Dorong pasien untuk menambah
intake oral
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana/intervensi keperawatan oleh perawatterhadap pasien.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2012.Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Hadi, S.2013. Gastroenterologi Edisi 4. Bandung: Alumni
Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 – 2017 Edisi 10. EGC : Jakarta
Manjoer, A, et al.2012. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medika aeusculapeus
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.2012. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Media
Aesculapius
Price & Wilson.2013. Patofisiologi, Edisi 4, Jakarta: EGC
Suryono Slamet, et al.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2.Jakarta: FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator DiagnostikEdisi 1. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI Warpadji Sarwono, et al.2011.Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FKUI