Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DISPEPSIA

Disusun Oleh :

Muhammad Al Cha Fiqi (1710105098)

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

( ) ( )

Pembimbing Klinik

( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Penyakit Dispepsia

1. Definisi
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III,
2012).
Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan
saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang
kadang-kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia,
kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 2013).
Sedangkan menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan,
(2011). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan.

2. Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakitacid
reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorongke atas
menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentangdari faring ke
dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapaobat-obatan, seperti
obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia.Terkadang penyebab dispepsia
belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsiasecara rinci adalah:
 Menelan udara (aerofagi)
 Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
 Iritasi lambung (gastritis)
 Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
 Kanker lambung
 Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
 Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu danproduknya)
 Kelainan gerakan usus
 Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
 Infeksi Helicobacter pylory

Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :


a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organiksebagai
penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis,kolesistitis dan
lainnya).
b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia nonulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

3. Manifestasi klinis
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan,
membagi dispepsia menjadi tiga tipe :
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :
a. Nyeri epigastrum terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejalaseperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal boating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)(Mansjoer, et al,
2012).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, sertadapat
akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagianakut dan
kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkindisertai
dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Padabeberapa
penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yanglain, makan bisa
mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makanyang menurun, mual,
sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau
tidakmemberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat
badanatau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus
menjalanipemeriksaan.

4. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-
zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung
dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding
lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang
akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di
medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.
5. Pathway

DISPEPSIA

Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional

Stres Nikotin &


Alkohol

Merangsang saraf
Respon mukosa
simpati N. Ke-V
lambung
(Nervus Vagus)

Vasodilatasi mukosa Eksfeliasi


↑ Produksi gaster (Pengelupasan)
HCL di
Lambung

HCL kontak
dengan mukosa MK : Ansietas
Mual gaster

Perubahan
Muntah Nyeri pada status
kesehatan

MK:Hipovolemi MK:Nyeri Akut


a
Defisit
Pengetahuan

MK :Defisit
MK: Nausea
6. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik
lainnya seperti antara lain pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil
laboratorium dalam batas normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologihelicobacter
pylori.
3. Endoskopi
a. CLO (Rapid urea test)
b. Patologi anatomi
c. Kultur mikroorganisme jaringan
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)

7. Penatalaksanaan
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori1996,
ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan
dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi
dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal
beberapa golongan obat, yaitu:

1. Antasida 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir
sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3,
Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya
hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam
waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik,
namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa
MgCl2.
2. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik


atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis
respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir
dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI
adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).


Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel
parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang
selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuklapisan protektif (site
protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna
bagian atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan


metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional
dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam
lambung (acid clearance) (Mansjoer et al, 2013).
7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan cemas)

Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan


yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi
(Sawaludin, 2012). Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah
sebagai berikut:
 Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
 Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-obatan
yang belebihan, nikotin rokok, dan stress.
 Atur pola makan.
8. Komplikasi
Penderita syndrome dyspepsia selama bertahun- tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dyspepsia adalah sebagai
berikut:
 Pendarahan
 Kanker lambung
 Muntah darah
 Ulkus peptikum
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA DISPEPSIA

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu: Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus
yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu
hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut
kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar
tiba-tiba). (Mansjoer A, 2010, Hal. 488).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri
dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan
keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi,
kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah,
dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 2011 , hal. 26)
a. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
b. Identitas penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
c. Keluhan Utama
Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada depan
epigastrium, mual, muntah dan tidak nafsu makan, kembung, rasa kenyang
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat minum-
minuman beralkohol
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit saluran
pencernaan
f. Pola aktivitas
Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur, makan makanan yang
merangsang selaput mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit.
g. Aspek Psikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah
interpersonal yang bisa menyebabkan stress
h. Aspek Ekonomi
Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-hal
dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan
i. Pengkajian fisik
 Keadaan umum
Sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan lain-lain.
 Data sistemik
1) Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan,
pengecap/penghidu, peraba, dan lain-lain
2) Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang,
kesimetrisan mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera,
kornea, reflek, pupil, respon cahaya, dan
lain-lain.
3) Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas,
sumbatan jalan napas, dan lain-lain.
4) Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi
jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.
5) Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu,
orientasi tempat, orientasi orang, dan lain-lain.
6) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan,
keluhan, bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan
mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum,
rectal toucher, dan lain-lain.
7) Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan
cara jalan, kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari,
genggaman tangan, otot kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.
8) Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar,
kemerahan, dan lain- lain.
9) Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum,
testis, prostat, payudara, dan lain-lain.
10) Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, da pancaran),
BAK, vesika urinaria.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nausea b.d. iritasi lambung
2. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis
3. Hipovolemia b.d.kehilangan cairan aktif
4. Defisit Nutrisi b.d.ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi
nutrien
5. Defisit Pengetahuan b.d. ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan
kurang terpapar informasi
6. Ansietas b.d.krisis situasional
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/tgl/waktu Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Keperawatan
Nausea b.d. iritasi lambung NOC: NIC :
- Nausea - Nausea management
- Fluid volume, risk for dificient a. Tanyakan pada pasien penyebab
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mual
selama … mual pasien teratasi dengan b. Observasi asupan makanan dan
kriteria hasil: cairan
a. Pasien menyatakan penyebab mual c. Anjurkan pasien untuk makan
dan muntah makanan yang kering, lunak
b. Pasien mengambil langkah untuk d. Berikan obat anti mual sesuai yang
mengatasi episode mual dan muntah diresepkan
c. Pasien mengingesti zat gizi yang cukup e. Ajarkan tehnik relaksasi dan bantu
untuk mempertahankan kesehatan pasien untuk menggunakan tehnik
d. Pasien mengambil langkah untuk tersebut selama waktu makan
meyakinkan nutrisi yang adekuat f. Pada saat mual mereda anjurkan
pada saat mual reda untuk makan makanan yang berlebih
e. Pasien mempertahankan berat badan
dalam rentang tertentu yang - Fluid/ Electrolit Management
diharapkan a. Berikan terapi IV sesuai dengan
anjuran
b. Berikan obat antimetic sesuai anjuran
c. Pantau tanda-tanda vital, bila
diperlukan
d. Pantau makanan dan cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan kalori
setiap hari, jika diperlukan
e. Pantau status hidrasi (misalnya
membrane mukosa lembab,
keadekuatan nadi, tekanan darah
ortostatik) jika diperlukan
- Medication Management
a. Memantau efektivitas modalitas
administrasi pengobatan
b. Memantau pasien untuk efek terapi
obat
c. Pantau tanda – tanda dan gejala dari
keracunan obat
d. Memonitor efek samping obat
e. Memonitor interaksi obat
nontherapeutic

Nyeri Akut b.d. agen NOC : NIC :


pencedera fisiologis - Pain level, - Pain management
- Pain control, a. Lakukan pengkajian nyeri secara
- Comfort level komperehensif termasuk lokasi,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan karakteristik, durasi, frekuensi,
selama …. pasien tidak mengalami nyeri, kualitas dan faktor presipitasi
dengan kriteria hasil: b. Observasi reaksi nonverbal dari
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu ketidaknyamanan
penyebab nyeri, mampu menggunakan c. Evaluasi pengalaman nyeri masa
tehnik nonfarmakologiuntuk lampau
mengurangi nyeri, mencari bantuan) d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang (farmakologi, non farmakologi, dan
dengan menggunakan manajemen interpersonal)
nyeri e. Ajarkan tentang tehnik non
c. Mampu mengenali nyeri (skala, farmakologi
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) f. Evaluasi keefektifan control nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang - Analgesic administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemeberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Berikan analgesic tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
e. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda
dan gejala.

Hipovolemia b.d. NOC : NIC :


kehilangan cairan aktif - Fluid balance - Fluid management
- Hydration a. Pertahankan catatan intake dan
- Nutritional status: Food and Fluid output yang akurat
Intake b. Monitor status hidrasi (kelembaban
Setelah dilakukan tindakan keperawatan membrane mukosa, nadi adekuat,
selama…kekurangan cairan dapat teratasi tekanan darah ortostatik), jika
dengan kriteria hasil: diperlukan.
a. Mempertahankan urine output sesuai c. Monitor vital sign
dengan usia dan BB, BJ urine normal, d. Monitor masukan makanan/ cairan
HT normal dan hitung intake kalori harian
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh e. Kolaborasikan pemberian cairan IV
dalam batas normal f. Monitor status nutrisi
c. Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas g. Dorong masukan oral
turgor kulit baik, membrane mukosa h. Dorong keluarga untuk membantu
lembab, tidak ada rasa haus yang pasien makan
berlebihan i. Tawarkan snack (jus buah, buah
segar)
j. Atur kemungkinan transfuse
k. Persiapan transfuse

- Hypovolemia management
a. Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
d. Monitor tanda vital
e. Dorong pasien untuk menambah
intake oral

Defisit Nutrisi b.d. NOC : NIC :


ketidakmampuan mencerna - Nutritional status: - Nutrition management
makanan dan mengabsorbsi - Nutritional status: Food and Fluid a. Kaji adanya alergi makanan
nutrien Intake b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Nutritional status: Nutrient Intake menunjukkan jumlah kalori dan
- Weight control nutrisi yang dibutuhkan pasien
Setelah dilakukan asuhan selama.... c. Berikan makanan yang terpilih
diharapkan ada peningkatan BB pada (sudah dikonsultasikan dengan ahli
pasien dan tidak ada tanda-tanda gizi)
malnutrisi dengan kriteria hasil: d. Monitor jumlah nutrisi dan
a. Adanya peningkatan berat badan kandungan kalori
sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi - Nutrition monitoring
badan a. BB pasien dalam batas normal
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan b. Monitor adanya penurunan berat
nutrisi badan
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi c. Monitor kulit kering dan perubahan
e. Menunjukkan peningkatan fungsi pigmentasi
pengecapan dari menelan d. Monitor turgor kulit
f. Tidak terjadi penurunan berat badan e. Monitor mual dan muntah
yang berarti f. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht.
g. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
h. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
i. Monitor kalori dan intake nutrisi

Defisit Pengetahuan b.d. NOC : NIC :


ketidaktahuan menemukan - Knowledge : disease process - Teaching : disease process
sumber informasi dan - Knowledge : helat behavior a. Berikan penilaian tentang tingkat
kurang terpapar informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengetahuan pasien tantang proses
selama… pasien tidak mengalami masalah penyakit yang spesifik
pada nafasnya dengan kriteria hasil: b. Jelaksan patofisiologi dari penyakit
a. Pasien dan keluarga menyatakan dan bagaimana hal ini berhubungan
pemahaman tentang penyakit, kondisi, dengan anatomi dan fisiologi, dengan
prognosis, dan program pengobatan. cara yang tepat
b. Pasien dan keluarga mampu c. Gambarakan tanda dan gejala yang
melaksanakan prosedur yang biasa muncul pada penyakit, dengan
dijelaskan secara benar. cara yang tepat
c. Pasien dan keluarga mampu d. Gambarakan proses penyakit, dengan
menjelaskan kembali apa yang cara yang tepat
dijelaskan perawat / tim kesehatan e. Identifikasi kemungkinan penyebab,
lainnya. dengan cara yang tepat
f. Sedikan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
g. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit.
h. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
i. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan

Ansietas b.d. krisis NOC : NIC :


situasional - Anxiety self - control - Anxiety Reduction (penurunan
- Anxiety level kecemasan)
- Coping a. Gunakan pendekatan yang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan menenangkan.
selama… pasien tidak mengalami masalah b. Nyatakan dengan jelas harapan
pada nafasnya dengan kriteria hasil: terhadap pelaku pasien.
a. Klien mampu mengidentifikasi dan c. Jelaskan semua prosedur dan apa
mengungkapkan gejala cemas. yang dirasakan selama prosedur.
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan d. Temani pasien untuk memberikan
dan menunjukkan teknik untuk keamanan dan mengurangi takut
mengontrol cemas. e. Dengarkan penuh perhatian.
c. Vital sign dalam batas normal f. Identifikasi tingkat kecemasan
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa g. Bantu pasien mengenal situasi yang
tubuh dan tingkat aktivitas menimbulkan kecemasan.
menunjukkan berkurangnya h. Dorong pasien mengungkapkan
kecemasan. perasaan, ketakutan, persepsi.
i. Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
j. Berikan obat untuk mengurangai
kecemasan.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana/intervensi keperawatan oleh perawatterhadap pasien.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2012.Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Hadi, S.2013. Gastroenterologi Edisi 4. Bandung: Alumni
Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 – 2017 Edisi 10. EGC : Jakarta
Manjoer, A, et al.2012. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medika aeusculapeus
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.2012. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Media
Aesculapius
Price & Wilson.2013. Patofisiologi, Edisi 4, Jakarta: EGC
Suryono Slamet, et al.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2.Jakarta: FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator DiagnostikEdisi 1. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI Warpadji Sarwono, et al.2011.Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai