Anda di halaman 1dari 17

Laporan Pendahuluan

DYSPEPSIA

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Medikal Bedah I

Di susun oleh:

Nama : Masita Duhaling


Nim : 14420221034

CI LAHAN CI INSTITUSI

(________________) ( ________________)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022

A. Konsep Medis Dispepsia


1. Definisi
Dyspepsia atau dispepsia merupakan kumpulan
keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di
perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
(Arif, 2000).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang
menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia
(Mansjoer A edisi III, 2007).
Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai
akibat dari kelainan saluran makanan bagian atas yang berupa
nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-kadang disertai
rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia,
kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut
(Hadi, 2009).

2. Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau
penyakit acid reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux,
asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran
muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam
lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-
obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan
dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat
ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
a. Menelan udara (aerofagi)
b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
c. Iritasi lambung (gastritis)
d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
e. Kanker lambung
f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
h. Kelainan gerakan usus
i. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
j. Infeksi Helicobacter pylory
Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan


organik sebagai penyebabnya (misalnya tukak peptic,
gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan lainnya).
b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau
dyspepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
3. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang
tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya
kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara
dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga
rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
4. Patway

DISPEPSIA

Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional

Stres Nikotin & Alkohol

Merangsang saraf simpati Respon mukosa lambung


N. Ke-V (Nervus Vagus)

Vasodilatasi mukosa gaster Eksfeliasi (Pengelupasan

↑ Produksi HCL di
Lambung

Mual HCL kontak dengan


mukosa gaster

Muntah
Perubahan
Nye pada status
kesehatan
Hipovolemia
Nyeri Akut

Defisit Nutrisi
5. Menifestasi Klinis
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang
dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe :
a. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :
 Nyeri epigastrum terlokalisasi
 Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
 Nyeri saat lapar
 Nyeri episodic
b. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala seperti :
 Mudah kenyang
 Perut cepat terasa penuh saat makan
 Mual
 Muntah
 Upper abdominal boating
 Rasa tak nyaman bertambah saat makan
c. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe
diatas) (Mansjoer, et al, 2007).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan
berat, serta dapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan
penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas
jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada
mungkin disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras
(borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat
memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa
mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang
menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut
kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa
minggu, atau tidak memberi respon terhadap pengobatan,
atau disertai penurunan
berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita
harus menjalani pemeriksaan.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan
penyebab organik lainnya seperti antara lain pankreasitis
kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil laboratorium
dalam batas normal.
b. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda,
serologi helicobacter pylori.
c. Endoskopi
 CLO (Rapid urea test)
 Patologi anatomi
 Kultur mikroorganisme jaringan
 PCR (Polymerase Chain Reaction)
7. Penatalaksanaan
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan
Helicobacter pylori, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia,
yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli
(gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi
dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan
dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
a. Antasida 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida
akan generalisir sekresi asam lambung. Antasida biasanya
mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg
triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya
hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat
dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai
absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis
besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa
MgCl2.
b. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik.
Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti
reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama
lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
c. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati
dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat
yang termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain
simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
d. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada
stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat
yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol,
dan pantoprazol.
e. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan
enprostil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan
sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi
meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang
selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan
produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat
mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective),
yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran
cerna bagian atas (SCBA).
f. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid,
domperidon, dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif
untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis
dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam
lambung (acid clearance) (Mansjoer et al, 2007).
g. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti - depresi dan cemas)
Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak
jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor
kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2005).
Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah
sebagai berikut:
 Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
 Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang
pedas, obat- obatan yang belebihan, nikotin rokok, dan
stress.
 Atur pola makan
B. Konsep Keperawatan Dispepsia
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data
fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa
pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa
lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar
cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer, 2000). Menurut Tucker (1998),
pengkajian pada klien dengan dispepsia adalah sebagai berikut:
A. Biodata

Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama,


pekerjaan, pendidikan, alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
hubungan dengan pasien, alamat.
B. Keluhan Utama

Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada depan
epigastrium, mual, muntah dan tidak nafsu makan, kembung, rasa kenyang
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat
minum-minuman beralkohol
d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit saluran
pencernaan
e. Pola aktivitas

Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur, makan makanan yang
merangsang selaput mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit.
f. Aspek Psikososial

Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah


interpersonal yang bisa menyebabkan stress
g. Aspek Ekonomi

Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-
hal dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan
2. Pemeriksaan Fisik

A. Inspeksi
Klien tampak kesakitan, berat badan menurun,
kelemahan dan cemas
B. Palpasi
Nyeri tekan daerah epigastrium, turgor kulit menurun karena pasien
sering muntah
C. Auskultasi
Peristaltik sangat lambat dan hampir tidak terdengar (<5x/menit)
D. Perkusi
Pekak karena meningkatnya produksi HCl lambung dan perdarahan
akibat perlukaan
3. Data Fokus
Pada data subyektif sering ditemukan :
a. pasien sering mual.;
b. Anoreksia;
c. nyeri perut pada bagian atas atau pada daerah tertentu dengan
frekuensilama.;
d. tidak nyaman perut pada tingkat tertentu.
Pada Data obyektif meliputi
a. muntah dengan jumlah banyak.
b. Frekuensi muntah sering dan banyak.
c. Adanya rasa haus.
d. penurunan turgor kulit.

e. selaput mukosa kering.


f. oliguria, otot lemah.
g. Nyeri pada perut bagian atas
4. Diagnosa Keperawatan

a. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis


b. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik
c. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
1. Intervensi Keperawatan

RENCANA

DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

Diagnosa 1 (L.03030) Setelah (I.03119) Manajemen Nutrisi 1. Untuk menambah


(D.0019) Difisit Nutrisi
dilakukan intervensi Observasi
berhubungan dengan nafsu makan pasien
faktor psikologis selama 6x1 sehari maka 1. Identifikasi makanan
2. Untuk melihat tingkat
Status Nutrisi membaik yang disukai
Gejala dan Tanda Mayor
DS: dengan kriteria hasil : 2. Monitori asupan asupan makanan
(Subjektif tidak tersedia)
1. porsi makanan yang makanan
DO: pasien
 Berat badan menurun dihabiskan meningkat Terapeutik
minimal 10% dibawah 3. Suhu yang sesuai
2. perasaan cepat keyang 3. Sajikan makanan secara
rentang ideal
menurun menarik dan suhu yang akan menambah nafsu
Gejala dan Tanda Mayor:
3. nyeri abdomen sesuai
DS: makan pasien
 Cepat kenyang menurun Edukasi
setelah makan 4. Posisi duduk dapat
4. diare menurun 4. Anjurkan posisi duduk,
 kram/nyeri abdomen
 nafsu makan 5. frekuensi makan jika mampu mencerna makanan
menurun DO: membaik Kolaborasi
 Bising Usus dengan baik
Hiperaktif 5. Kolaborasi pemberian
 Otot pengunyah
lemah medikasi sebelum 5. Untuk Meningkat
 Membrane mukosa
makan, jika perlu
pucat pola makan klien
 Sariawan
 Serum albumin turun
 Rambut rontok
berlebihan
 diare
Diagnosa 2 (L.03028) Setelah (I.03116) Manajemen
(D.0023) Hipovolemia
berhubungan dengan dilakukan intervensi Hipovolemia 1. Untuk mengetahui
kehilangan cairan aktif
selama 6x1 sehari maka Observasi pendukung gejala
Gejala dan Tanda Mayor :
DS : Status Cairan membaik 1. Periksa tenda dan gejala hipovolemia
(Subjektif tidak tersedia)
DO: dengan kriteria hasil : hipovolemia (mis. 2. Untuk memenuhi
 Frekuensi nadi
Meningkat 1. Pengisian vena Frekuensi nadi, tekanan kebutuhan cairan
 Nadi teraba lemah
 Tekanan darah menurun
Meningkat darah, turgor kulit, pasien
 Tekanan nadi
menyempit
2. Keluhan haus membrane mukosa kering) 3. Untuk mengetahui
 Turgor kulit menurun
 Membrane mukosa
kering menurun Terapeutik berapa banyak
 Volume urin menurun
 Hematocrit Meningkat 3. Kadar Hb membaik 2. Berikan asupan cairan oral kebutuhan cairan

Gejala dan tanda minor :


DS: 4. Membrane 3. Hitung kebutuhan cairan pasien.
 Merasa lemah
 Mengeluh halus mukosa menurun Edukasi 4. Untuk meningankan
DO: 5. Konsentrasi 4. Anjurkan asupan cairan dengan
 Pengisian vena
menurun memperbanyak asupan melalui oral
urine menurun
 Status mental berubah
 Status tubuh Meningkat
cairan oral 5. Untuk mencukupi
 Konsentrasi urin
menurun
 Berat badan turun tiba-
Kolaborasi kebutuhan cairan
tiba
5. Kolaborasi pemberian melalui IV

cairan IV isotonis (mis.

NaCl, RL)

Diagnosa 3 (L.08066) Setelah (I.08238) Manajemen Nyeri 1. Untuk mengetahui


(D.0077) Nyeri Akut
dilakukan intervensi Observasi lokasi, karakteristik,
berhubungan dengan Agen
pencedera Fisik selama 6x1 sehari maka 1. Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi,
Tingkat Nyeri menurun karakteristik, durasi, kualitas, intensitas
Gejala dan Tanda Mayor :
DS : dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, nyeri pada klien.
• Mengeluh
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri 2. Untuk mengetahui
Nyeri DO:
• Tampak meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri skala nilai 1-10 nyeri
• Bersikap protektif
2. Cemas/gelisah pasien
(mis.waspada, posisi
menghindari nyeri) menurun
• Gelisah 3. mual menurun Terapeutik 3. Untuk memenuhi
• Frekuensi nadi
4. meringis menurun 3. Fasilitas istirahat dan tidur istirahat dan tidur
Meningkat
• Sulit tidur 4. Berikan tehnik pasien.
nonfarmakologis untuk 4. Untuk meringankan
Gejala dan tanda minor :
DS: mengurangi rasa nyeri atau mengurangi nyeri
(Subjektif tidak tersedia)
Edukasi sampai pada tingkat
DO:
• Tekanan darah 5. Anjurkan memonitor nyeri yang dapat diterima
Meningkat
secara mandiri pasien
• Pola nafas berubah
• Nafsu makan berubah Kolaborasi 5. Untuk mengetahui
• Proses berfikir
6. Kolaborasi pemberian secara mandiri nyeri
terganggu
• Menarik diri analgetik, jika perlu yang pasien rasakan
• Berfokus pada diri
6. Untuk mengurangi rasa
sendiri
• Diaphoresis nyeri yang dirasakan
(berkeringat)
klien
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2.


Jakarta: EGC
Doengoes. E. M, et al.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: EGC
Hadi, S.1995. Gastroenterologi Edisi 4. Bandung: Alumni
Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan
Definisi & Klasifikasi 2015 –
2017 Edisi 10. EGC : Jakarta
Manjoer, A, et al.2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta:
Medika aeusculapeus
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan
Setiowulan, W.1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi
1. Jakarta: Media Aesculapius
Price & Wilson.1994. Patofisiologi, Edisi 4, Jakarta: EGC
Suryono Slamet, et al.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2.
Jakarta: FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Warpadji Sarwono, et al.1996. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai