DYSPEPSIA
Disusun oleh:
JNR0210053
TAHUN 2022
A. Konsep penyakit
I. Definisi Penyakit
Dyspepsia atau dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif,
2000).Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati,
mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika, 2001).
Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang
sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-
mual.
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini
tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2007).
Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran
makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-kadang
disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak
mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 2009).
II. Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakitacid reflux. Jika anda
memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorongke atas menuju esofagus (saluran
muskulo membranosa yang membentangdari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan
nyeri di dada. Beberapaobat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan
dispepsia.Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dyspepsia secara
rinci adalah:
PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung,
sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak
adekuat baik makanan maupun cairan.
PATHWAY
DISPEPSIA
Perubahan pada
Muntah Nyeri status kesehatan
IV. Penatalaksanaan
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori1996, ditetapkan
skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli
(gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan
dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu
pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama
lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H 2 antara lain
simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses
sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol,
lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid.
Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis
dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance)
(Mansjoer et al, 2007).
V. Komplikasi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alcohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada
lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawaa implus muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun
cairan.
B. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu: Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus
yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu
hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut
kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar
tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488).
I. Wawancara
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
Nyeri/pedih pada epigastrium di sampan atas dan bagian samping dada depan
epigastrium, mual, muntah dan tidak ada nafsu makan, kembung rasa kenyang
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat
minum-minuman berakhol.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit saluran
cerna.
e. Pola aktivitas
Pola makan yaitu kebiasaan makan yang tidak teratur, makan makanan yang
merangsang selaput mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit.
f. Aspek psikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah
interpersonal yang bisa menyebabkan stress.
g. Aspek ekonomi
Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-
hal dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui rute normal
yang berlebihan (diare)
DATA FOKUS
IV. Nama Klien : Diagnosa Medik :
V. Umur : Ruangan :
VI. Jenis Kelamin : Tanggal :
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Klien mengatakan nyeri pada daerah 1. Klien meringis
ulu hati 2. Tangan kanan klien memegang abdomen
Klien mengatakan nyerinya berada yang sakit
pada skala 7 (berat) 3. Klien pucat
Klien mengatakan nyeri dirasakan 4. Porsi makan tidak dihabiskan hanya 3
seperti pedis di daerah ulu hati sendok
tembus kebelakang dan 5. Klien lemah
hilang timbul 6. Klien cemas
Klien mengatakan kurang nafsu 7. Klien gelisah
makan 8. Wajah klien tegang
Klien mengatakan tidak mampu 9. Bising usus hiperaktif
menelan dengan baik 10. Mukosa bibir lembab
Klien mengatakan mengeluh 11. Kulit klien kering
gangguan sensasi rasa 12. Observasi TTV
Klien mengatakan sering muntah TD : 110/70 mmHg
Klien mengatakan sering mual
Klien mengatakan diare dengan
konsistensi cair
Klien menanyakan apakah
penyakitnya dapat disembuhkan
Klien mengatakan khawatir terhadap
penyakitnya
Klien mengatakan tidak percaya diri
dengan penyakitnya
ANALISA DATA
2. DS : Proses Ketidakseimbangan
1. Klien mengatakan kurang Nutrisi kurang dari
nafsu makan Ketidak adekuatan kerja kebutuhan tubuh
2. Klien mengatakan tidak insulin dalam tubuh
mampu menelan dengan baik
3. Klien mengatakan mengeluh Metabolisme zat makanan
gangguan sensasi rasa tidak sempurna
DO :
1. Klien pucat Ketidakseimbangan Nutrisi
2. Porsi makan tidak dihabiskan kurang dari kebutuhan tubuh
hanya 3 sendok
3. Klien lemah
N DIAGNOSA
O KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
CATATAN PERKEMBANGAN I
CATATAN PERKEMBANGAN II
NO DX DIAGNOSA HARI/
KEPERAWATAN TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Nyeri akut 1. Mengobservasi Kamis, 11 – 08 – 2016
berhubungan dengan TTV klien dengan Jam 13.00
iritasi pada mukosa hasil : S:
lambung TD : 120/80 mmHg - Klien
N : 78 x/menit mengatakan
P : 20 x/menit tidak merasakan
S : 36,7oC nyeri
2. Mengkaji tingkat - Klien
nyeri klien mengatakan
dengan hasil : skala nyerinya 2
klien mengatakan (ringan)
nyeri dirasakan O : observasi TTV
pada skala 2 TD : 120/80 mmHg
(ringan) N : 78 x/menit
3. Memberikan P : 20 x/menit
istirahat dengan S : 36,7oC
posisi semifowler A : Masalah teratasi
dengan hasil : P : Hentikan Intervensi
klien merasa
nyaman
4. Menganjurkan
klien untuk
menghindari
makanan yang
dapat
meningkatkan
kerja asam
lambung dengan
hasil nyeri klien
berkurang
5. Mengajarkan
teknik relaksasi
dengan hasil klien
merasa rileks
Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –
aeusculapeus
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.1999. Kapita
Suryono Slamet, et al.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2.Jakarta: FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan