Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

DYSPEPSIA

RUMAH SAKIT JUANDA KUNINGAN

Disusun oleh:

Isabela Yopita Putri

JNR0210053

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TAHUN 2022
A. Konsep penyakit
I. Definisi Penyakit

Dyspepsia atau dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif,
2000).Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati,
mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika, 2001).

Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang
sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-
mual.

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini
tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2007).

Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran
makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-kadang
disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak
mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 2009).

Sedangkan menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan, (2008).


Dispepsia merupakan kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit
di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.

II. Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakitacid reflux. Jika anda
memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorongke atas menuju esofagus (saluran
muskulo membranosa yang membentangdari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan
nyeri di dada. Beberapaobat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan
dispepsia.Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dyspepsia secara
rinci adalah:

 Menelan udara (aerofagi)


 Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
 Iritasi lambung (gastritis)
 Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
 Kanker lambung
 Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
 Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu danproduknya)
 Kelainan gerakan usus
 Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
 Infeksi Helicobacter pylory

Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organiksebagai penyebabnya


(misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis,kolesistitis dan lainnya).
b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia nonulkus (DNU), bila tidak
jelas penyebabnya.

III. Manifestasi Klinis


Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi
dispepsia menjadi tiga tipe :

1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :


a. Nyeri epigastrum terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejalaseperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal boating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)(Mansjoer, et al, 2007).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, sertadapat akut atau
kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagianakut dan kronik berdasarkan atas
jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkindisertai dengan
sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Padabeberapa penderita, makan dapat
memperburuk nyeri; pada penderita yanglain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain
meliputi nafsu makanyang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidakmemberi respon
terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badanatau gejala lain yang tidak biasa,
maka penderita harus menjalanipemeriksaan.

PATOFISIOLOGI

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung,
sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak
adekuat baik makanan maupun cairan.

PATHWAY

DISPEPSIA

Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional


Stres Nikotin & Alkohol

Merangsang saraf simpati Respon mukosa lambung


N. Ke-V (Nervus Vagus)

Vasodilatasi mukosa gaster Eksfeliasi


(Pengelupasan)
↑ Produksi HCL di
Lambung

HCL kontak dengan

Mual mukosa gaster

Perubahan pada
Muntah Nyeri status kesehatan

Hipovolemia Nyeri Akut


Defisit Pengetahuan

Defisit Nutrisi Nausea

IV. Penatalaksanaan
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori1996, ditetapkan
skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli
(gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan
dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:

1. Antasida 20-150 ml/hari


Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir sekresi asam
lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH) 3, Mg(OH)2, dan Mg
triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk
mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat
sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan
diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

2. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu
pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama
lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.

3. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H 2 antara lain
simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses
sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol,
lansoprazol, dan pantoprazol.

5. Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain


bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat
berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki
mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat
mukosa, serta membentuklapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan protein
sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).

6. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid.
Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis
dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance)
(Mansjoer et al, 2007).

7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan cemas)


8. Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul
berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2005).
Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah sebagai berikut:
 Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.
 Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang
belebihan, nikotin rokok, dan stress.
 Atur pola maka

V. Komplikasi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alcohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada
lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawaa implus muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun
cairan.

VI. Diagnosa Banding


a. Penyakit Reflulis Gastro Esofadeal (PRGE)
Sebagian kasus PRGE tidak memperlihatkan kelainan mukosa yang jelas, bila di duga adanya
PRGE, maka pemeriksaan pH esophagus dalam bentuk pemantauan 24 jam dapat
membedakannya dengan dyspepsia.
b. Irritable Bowel Syndrome (IBS)
Keluha klien harus di deskripsikan lebih spesifik, pada IBS keluhan perut lebih bersifat difus
dan terdapat gangguan pola defekasi

B. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu: Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus
yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu
hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut
kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar
tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488).

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri


dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan
lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut
terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan
lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)

I. Wawancara
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.

b. Keluhan utama
Nyeri/pedih pada epigastrium di sampan atas dan bagian samping dada depan
epigastrium, mual, muntah dan tidak ada nafsu makan, kembung rasa kenyang
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat
minum-minuman berakhol.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit saluran
cerna.
e. Pola aktivitas
Pola makan yaitu kebiasaan makan yang tidak teratur, makan makanan yang
merangsang selaput mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit.
f. Aspek psikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah
interpersonal yang bisa menyebabkan stress.
g. Aspek ekonomi
Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-
hal dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan.

II. Pemeriksaan fisik


a. Inspeksi
Klien tampak kesakitan, berat badan menurun, kelemahan dan cemas.
b. Palpasi
Nyeri tekan epigastrium, turgor kulit menurun karena paasien sering muntah
c. Auskultasi
Peristaltic sangat lambat dan hamper tidak terdengar (kurang dari lima kali permenit)
d. Perkusi
Pekak karena meningkatnya produksi HCL lambung dan perdarahan akibat
perlukaan
III. Pemeriksaan diagnostic

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui rute normal
yang berlebihan (diare)
DATA FOKUS
IV. Nama Klien     :                                       Diagnosa Medik          :
V. Umur               :                                       Ruangan                      :
VI. Jenis Kelamin  :                                       Tanggal                       :
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
 Klien mengatakan nyeri pada daerah     1.      Klien meringis
ulu hati      2.      Tangan kanan klien memegang abdomen
 Klien mengatakan nyerinya berada yang sakit
pada skala 7 (berat)     3.      Klien pucat
 Klien mengatakan nyeri dirasakan     4.      Porsi makan tidak dihabiskan hanya 3
seperti pedis di daerah ulu hati sendok
tembus kebelakang dan     5.      Klien lemah
hilang  timbul     6.      Klien cemas
 Klien mengatakan kurang nafsu     7.      Klien gelisah
makan     8.      Wajah klien tegang
 Klien mengatakan tidak mampu     9.      Bising usus hiperaktif
menelan dengan baik     10.  Mukosa bibir lembab
 Klien mengatakan mengeluh     11.  Kulit klien kering
gangguan sensasi rasa     12.  Observasi TTV
 Klien mengatakan sering muntah TD : 110/70 mmHg
 Klien mengatakan sering mual
 Klien mengatakan diare dengan
konsistensi cair
 Klien menanyakan apakah
penyakitnya dapat disembuhkan
 Klien mengatakan khawatir terhadap
penyakitnya
 Klien mengatakan tidak percaya diri
dengan penyakitnya
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Dispepsia Nyeri Akut
1.      Klien mengatakan nyeri pada
daerah ulu hati Peradangan Pada
2.      Klien mengatakan nyerinya Epigastrium
berada pada skala 7 (berat)
3.      Klien mengatakan nyeri Pelepasan Mediator
dirasakan seperti pedis di
daerah ulu hati tembus Nyeri Dipersepsikan
kebelakang dan hilang  timbul
DO : Nyeri Akut
1.      Klien meringis
2.      Tangan kanan kien
memegang abdomen yang sakit
3.      TD :110/70 mmHg

2. DS : Proses Ketidakseimbangan
1.      Klien mengatakan kurang Nutrisi kurang dari
nafsu makan Ketidak adekuatan kerja kebutuhan tubuh
2.      Klien mengatakan tidak insulin dalam tubuh
mampu menelan dengan baik
3.      Klien mengatakan mengeluh Metabolisme zat makanan
gangguan sensasi rasa tidak sempurna
DO  :
1.      Klien pucat Ketidakseimbangan Nutrisi
2.      Porsi makan tidak dihabiskan kurang dari kebutuhan tubuh
hanya 3 sendok
3.      Klien lemah

3. DS : Akumulasi Gas dan Cairan Resiko defisit


1.      Klien mengatakan sering Pada Proksimal Dari volume cairan
muntah Obstruksi
2.      Klien mengatakan sering
mual Distensi Abdomen dan
3.      Klien mengatakan diare Retensi Cairan
dengan konsistensi cair
DO : Mual
1.      Bising usus hiperaktif  
2.      Mukosa bibir lembab
3.      Kulit klien kering
Muntah

Resiko Defisit Volume


Cairan
INTERVENSI

N DIAGNOSA
O KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX

1 Nyeri akut Setelah  dilakukan 1.    Observasi TTV 1.    Sebagai indikator


berhubungan dengan tindakan selama 2 x 24 tiap 24 jam. untuk melanjutkan
iritasi pada mukosa jam diharapkan nyeri intervensi
lambung dapat berkurang dengan berikutnya.
kriteria hasil : 2.    Kaji tingkat nyeri
-       Mampu beratnya ( 0 – 10 ). 2.    Perubahan
mengontrol karakteristik nyeri
nyeri dapat menunjukkan
-       Rasa nyeri penyebaran
berkurang penyakit terjadinya
-       Mampu 3.    Berikan istirahat komplikasi.
mengenali nyeri dengan posisi
(skala, semifowler. 3.    Dengan posisi
intensitas, semi fowler dapat
frekuensi dan menghilangkan
tanda nyeri) tegangan abdomen
-       Menyatakan yang bertambah
rasa nyaman 4.    Anjurkan klien dengan posisi
setelah nyeri untuk menghindari terlentang.
berkurang. makanan yang
dapat 4.    Dapat
meningkatkan menghilangkan
kerja asam nyeri akut / hebat
lambung. dan menurunkan
aktivitas peristaltic.
5.    Diskusikan dan
ajarkan teknik
relaksasi. 5.    Mengurangi rasa
nyeri atau dapat
terkontrol.
2 Ketidakseimbangan Setelah  dilakukan 1.      Anjurkan 1.      Agar nutrisi klien
nutrisi kurang dari tindakan selama 2 x 24 keluarga untuk terpenuhi.
kebutuhan tubuh jam diharapkan memberikan
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi klien makanan sedikit
intake yang tidak terpenuhi dengan tapi sering.
adekuat kriteria hasil : 2.      Suhu ekstrim
-          Nafsu makan 2.      Hindari makanan dapat mencetuskan
bertambah. yang terlalu pedas. rasa nyeri pada ulu
-          Porsi makan hati.
di habiskan.
-          Menunjukka 3.      Berikan makanan 3.      Memenuhi
n peningkatan salingan. kebutuhan dan
fungsi meningkatkan
pengecapan dan pemasukan.
4.      Berikan HE pada
menelan.
keluarga tentang 4.      Membantu dalam
pentingnya nutrisi. pemenuhan
kebutuhan klien.
3 Resiko defisit Setelah  dilakukan 1.      Awasi 1.         Mengetahui
volume cairan tindakan selama 2 x 24 karakteristik, tingkat kehilangan
berhubungan dengan jam diharapkan warna, konsistensi, cairan.
kehilangan melalui kebutuhan cairan klien frekuensi dan
rute normal yang seimbang dengan jumlah feses.
berlebihan (diare) kriteria hasil :
-          Fungsi usus 2.      Auskultasi bunyi 2.         Mengetahui
normal, bising usus. jumlah bising usus
usus normal permenit.
-          Tidak ada
mual dan 3.      Awasi masukan 3.         Mengetahui
muntah dan keluaran tingkat kehilangan
-          Frekuensi cairan. cairan.
buang air besar
4.      Anjurkan 4.         Mengurangi
satu sampai dua
masukan cairan atau mengganti
kali sehari,
2500 – 3000 ml cairan yang hilang.
konsistensi feses
perhari.
padat. 5.         Mengurangi
5.      Hindarkan resiko nyeri pada
makanan yang lambung.
merangsang
lambung.
TINDAKAN KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN I

NO  D DIAGNOSA HARI/


X KEPERAWATAN TANGGAL JAM IMPLEMENTASI
EVALUASI

1 Nyeri akut 1.     Mengobservasi Rabu, 10 - 08 - 2016


berhubungan dengan TTV klien Jam 13.00
iritasi pada mukosa dengan hasil : S : Klien mengatakan
lambung TD : 110/80 mmHg nyerinya berkurang
N   : 78 x/menit dengan skala 6 (sedang)
P    : 20 x/menit O : Observasi TTV
S    : 36,7oC -          TD : 110/100
2.      Mengkaji mmHg
tingkat nyeri -          N   : 80
klien dengan hasil x/menit
: klien -          P    : 22
mengatakan nyeri x/menit
dirasakan pada -          S    : 36,7oC
skala 6 (sedang) A : Masalah belum
3.      Memberikan teratasi
istirahat dengan P : Lanjutkan Intervensi
posisi semifowler 1.      Observasi
dengan hasil : TTV tiap 24
klien merasa jam.
nyaman 2.      Kaji tingkat
4.      Menganjurkan nyeri beratnya
klien untuk ( 0 – 10 ).
menghindari 3.      Berikan
makanan yang istirahat dengan
dapat posisi
meningkatkan semifowler.
kerja asam 4.      Anjurkan klien
lambung dengan untuk
hasil klien menghindari
mengatakan makanan yang
nyerinya sedikit dapat
berkurang meningkatkan
5.    Mengajarkan kerja asam
teknik relaksasi lambung.
dengan hasil klien 5.      Diskusikan
merasa rileks. dan ajarkan
teknik relaksasi.
2 Ketidakseimbangan 1.      Menganjurkan Rabu, 10 - 08 - 2016
nutrisi kurang dari keluarga klien Jam 13.30
kebutuhan tubuh untuk memberi S : klien mengatakan
berhubungan dengan makan sedikit nafsu makannya sedikit
intake yang tidak tapi sering bertambah
adekuat dengan hasil O : Porsi makan tidak
nafsu makan dihabiskan
klien dapat A : Masalah belum
bertambah teratasi
2.      Menghindari P : Lanjutkan Intervensi
memberikan 1.      Anjurkan
makanan yang keluarga untuk
sangat panas memberikan
dengan hasil : makanan sedikit
tidak adanya rasa tapi sering.
nyeri pada ulu 2.      Hindari
hati saat makan makanan yang
makanan yang terlalu pedas.
hangat. 3.      Berikan
3.      Memberikan makanan
makanan selingan salingan.
dengan hasil: 4.      Berikan HE
dapat memenuhi pada keluarga
kebutuhan nutrisi tentang
klien. pentingnya
4.      Memberikan nutrisi.
HE pada keluarga
tentang
pentingnya nutrisi
dengan hasil :
membantu
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
klien.

3 Resiko defisit volume 1.      Mengawasi Rabu, 10-08-2016


cairan berhubungan karakteristik, Jam 14.00
dengan kehilangan warna, S:
melalui rute normal konsistensi, -          Klien
yang berlebihan frekuensi dan mengatakan
(diare) jumlah feses masih mual dan
dengan hasil klien muntah.
mengatakan -          Klien
masih mengaami mengatakan
diare dengan masih
konsistensi cair. mengalami diare
2.      Mengauskultasi dengan
bunyi usus konsistensi cair
dengan hasil O : Bising usus
bising usus hiperaktif
hiperaktif. A : Masalah belum
3.      Mengawasi teratasi
masukan dan P : Lanjutkan Intervensi
keluaran cairan 1.      Awasi
dengan hasil klien karakteristik,
tidak mual dan warna,
muntah. konsistensi,
4.      Menganjurkan frekuensi dan
masukan cairan jumlah feses.
2500 – 3000 ml 2.      Auskultasi
perhari dengan bunyi usus.
hasil kebutuhan 3.      Awasi
cairan klien masukan dan
terpenuhi. keluaran cairan.
5.      Menghindarkan 4.      Anjurkan
makanan yang masukan cairan
merangsang 2500 – 3000 ml
lambung dengan perhari.
hasil nyeri pada 5.      Hindarkan
lambung klien makanan yang
berkurang. merangsang
lambung.
TINDAKAN KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN II
NO  DX DIAGNOSA HARI/
KEPERAWATAN TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Nyeri akut 1.      Mengobservasi Kamis, 11 – 08 – 2016
berhubungan dengan TTV klien dengan Jam 13.00
iritasi pada mukosa hasil : S:
lambung TD : 120/80 mmHg -        Klien
N   : 78 x/menit mengatakan
P    : 20 x/menit tidak merasakan
S    : 36,7oC nyeri
2.      Mengkaji tingkat -        Klien
nyeri klien mengatakan
dengan hasil : skala nyerinya 2
klien mengatakan (ringan)
nyeri dirasakan O : observasi TTV
pada skala 2 TD : 120/80 mmHg
(ringan) N   : 78 x/menit
3.      Memberikan P    : 20 x/menit
istirahat dengan S    : 36,7oC
posisi semifowler A : Masalah teratasi
dengan hasil : P : Hentikan Intervensi
klien merasa
nyaman
4.      Menganjurkan
klien untuk
menghindari
makanan yang
dapat
meningkatkan
kerja asam
lambung dengan
hasil nyeri klien
berkurang
5.    Mengajarkan
teknik relaksasi
dengan hasil klien
merasa rileks

2 Ketidakseimbangan 1.      Menganjurkan Kamis, 11 – 08 – 2016


nutrisi kurang dari keluarga klien Jam 13.15
kebutuhan tubuh untuk memberi S : Klien mengatakan
berhubungan dengan makan sedikit tapi nafsu makannya
intake yang tidak sering dengan bertambah
adekuat hasil klien O : porsi makan
mengatakan nafsu dihabiskan
makannya A : masalah teratasi
bertambah dan P : Hentikan Intervensi
porsi makan
dihabiskan
2.      Menghindari
memberikan
makanan yang
sangat panas
dengan hasil :
tidak adanya rasa
nyeri pada ulu
hati saat makan
makanan yang
hangat.
3.      Memberikan
makanan selingan
dengan hasil:
nutrisi klien
terpenuhi
4.      Memberikan HE
pada keluarga
tentang
pentingnya nutrisi
dengan hasil :
keluarga klien
telah melakukan
3 Resiko defisit volume 1.     Mengawasi Kamis, 11-08-2016
cairan berhubungan karakteristik, Jam 14.00
dengan kehilangan warna, S:
melalui rute normal konsistensi, -          Klien
yang berlebihan frekuensi dan mengatakan
(diare) jumlah feses sudah tidak mual
dengan hasil klien dan muntah.
mengatakan tidak -          Klien
diare lagi dengan mengatakan
konsistensi padat tidak diare lagi
2.      Mengauskultasi dengan
bunyi usus konsistensi padat
dengan hasil O : Bising usus normal
bising usus dalam A : Masalah teratasi
batas normal. P : Pertahankan
3.      Mengawasi Intervensi
masukan dan 1.      Awasi
keluaran cairan karakteristik,
dengan hasil klien warna,
tidak mual dan konsistensi,
muntah. frekuensi dan
4.      Menganjurkan jumlah feses.
masukan cairan 2.      Auskultasi bunyi
2500 – 3000 ml usus.
perhari dengan 3.      Awasi masukan
hasil kebutuhan dan keluaran
cairan klien cairan.
terpenuhi. 4.      Anjurkan
5.      Menghindarkan masukan cairan
makanan yang 2500 – 3000 ml
merangsang perhari.
lambung dengan 5.      Hindarkan
hasil nyeri pada makanan yang
lambung merangsang
berkurang. lambung.
i. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana/intervensi keperawatan oleh
perawatterhadap pasien.

ii. EVALUASI KEPERAWATAN


Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002.Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC

Doengoes. E. M, et al.2000.Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC

Hadi, S.1995. Gastroenterologi Edisi 4. Bandung: Alumni

Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –

2017 Edisi 10. EGC : Jakarta

Manjoer, A, et al.2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medika

aeusculapeus

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.1999. Kapita

Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Media Aesculapius

Price & Wilson.1994. Patofisiologi, Edisi 4, Jakarta: EGC

Suryono Slamet, et al.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2.Jakarta: FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan

Indikator DiagnostikEdisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Warpadji Sarwono, et al.1996.Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai