Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM DENGAN ANEMIA DI

RUANG RAWAT INAP RKB (RUANG KEBIDANAN) RUMAH SAKIT


JUANDA KUNINGAN
Disusun guna memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Maternitas

Disusun oleh :
Nama : Siti Nurhasanah
NIM : JNR0210104

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUNINGAN
2021-2022
A. KONSEP ANEMIA PADA IBU POST PARTUM
1. Pengertian Post partum
Post partum adalah jangka waktu antara lahirnya bayi dengan kembalinya organ repr
oduksi ke keadaan normal seperti sebelum hamil. Periode ini disebut masa nifas (puerper
ium) (Lowdermilk, 2012). Post partum adalah masa nifas (puerperium) dimulai setelah pl
asenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum h
amil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu dan masa pulih semua selama
3 bulan (Prawirahardjo, 2011).
Masa postpartum terbagi tiga tahap, yaitu:
a. Immediet post partum periode (24 jam pertama setelah melahirkan) Post partum dini,
yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan jalan – jalan, dihitung set
elah 24 jam plasenta lahir.
b. Early post partum periode (minggu pertama setelah melahirkan) Periode 1 minggu se
telah melahirkan.
c. Late post partum (minggu kedua/ketiga sampai keenam setelah melahirkan) Minggu
kedua sampai keenam setelah melahirkan.

2. Pengertian Anemia
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah SDM, kualitas
Hb, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah (Syilvia A. Price.
2006).

Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia memiliki pe
nyakit dasarnya, anemia bisa diklasifikasikan berdasakan bentuk atau morfologi sel dara
h merah, etiologi yang mendasari dan penampakan klinis. Penyebab anemia yang paling
sering adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan he
molisis atau kekurangan pembentukan sel darah merah (hematopeisis yang tidak efektif).
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin Hb nya kurang dari 13,5 g
/dL atau hemotokrit kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi kurang dari 11,5 ata
u hemotokrit kurang dari 36% pada perempuan (Robbins 2007).

3. Pengertian Anemia pada Ibu Post Partum


Anemia pada ibu nifas merupakan komplikasi yang paling sering dialami ibu di masa
nifas, penyebab utamanya adalah infeksi dan perdarahan saat proses persalinan yang berl
angsung lama karena atonia uteri, Selain itu anemia ini pada ibu nifas dapat mempengar
uhi aktivitas sehari-hari dan aktivitas menyusui dikarenakan penderita merasa malas, pus
ing, dan cepat lelah (Manuaba, 2008)
Anemia merupakan penyebab kematian non obstetri yang secara tidak langsung terja
di pada ibu hamil (Triana, dkk, 2015). Anemia didefinisikan sebagai kadar hemoglobin
(Hb) kurang dari 10 g/dl atau bila kurang dari 6gr/dl disebut anemia gravis (Marmi,
2015).
Anemia nifas didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 10 gr/dl, ini merup
akan masalah yang umum dalam bidang kebidanan meskipun wanita hamil dengan kadar
besi yang terjamin konsentrasi hemoglobin biasanya berkisar 11-12 gr/dl sebelum hamil.
Anemia adalah suatu keadaan dimana seseorang ibu sehabis melahirkan sampai dengan k
ira-kira 5 minggu dalam kondisi pucat, lemah dan kurang bertenaga (Proverawati, 2011).

4. Etiologi Anemia
Etiologi Anemia menurut (Marmi, 2015) :
1. Kurang gizi (Malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diet
3. Malabsorbsi
4. Kehilangan darah yang banyak, persalinan yang lalu, haid dan lainlain.
5. Penyakit-penyakit kronis: tbc, paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.

5. Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas


Anemia pada masa nifas merupakan pengaruh yang kurang baik bagi ibu dan nifas selanj
utnya. Pengaruh anemia pada masa nifas dapat menyebabkan pendarahan post partum, pe
ngeluaran ASI berkurang dan mudah terjadi infeksi payudara (Manuaba, 2010).
Bahaya anemia pada kehamilan dapat digolongkan menjadi :
a. Pengaruh anemia terhadap kehamilan :
1) Dapat terjadi abortus
2) Persalinan premature
3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim
4) Mudah terjadi infeksi
5) Ancaman dekompensasi kordis (Hb, 6 grdL)
6) Mola hidaridosa
7) Hyperemesis gravidarum
8) Perdarahan antepartum
9) Ketuban pecah dini (KPD)
b. Bahaya saat persalinan :
1) Gangguan his-kekuatan mengejan
2) Kala pertama berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan
3) Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum akibat
atonia uteri
4) Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri
c. Pada kala nifas :
1) Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum
2) Memudahkan infeksi pueriperium
3) Pengeluaran ASI berkurang
4) Dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
5) Anemia kala nifas
6) Mudah terjadi infeksi mamae
6. Tanda-tanda gejala Anemia secara umum
Untuk mengenali adanya anemia kita dapat melihat dengan adanya gejala-gejala seperti
(Proverawati, 2011).
a. Merasa lesu
b. Cepat lelah
c. Sakit kepala
d. Pusing
e. Mata berkunang-kunang

7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis enurut Nanda NIC NOC (2015) :
a. Manifestasi klinis yang sering muncul:
1) Pusing
2) Mudah berkunang kunang
3) Lesu
4) Aktivitas berkurang
5) Rasa mengantuk
6) Susah berkonsentrasi
7) Cepat lelah
8) Prestasi kerja fisik / pikiran menurun
b. Gejala khas masing masing anemia:
1) Perdarahan berulang/ kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi
2) besi.
3) Ikterus, urin berwarna kuning tua/ coklat, perut mrongkol/ makin buncit pada an
emia hemolitik.
4) Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.
5) Tanda umum anemia ialah, pucat, takikardi, pulse celer, suara pembuluh darah s
pontan, bising karotis, bising sistolik anorganik, pembesaran jantung.
c. Manifestasi khusus pada anemia :
1) Defisiensi besi spoon nail, glositis
2) Defisiensi B12: Paresisi, ulkus di tungkai
3) Hemolitik : ikterus, splenomegali
4) Aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi
8. Pathway

9. Pencegahan penyakit anemia menurut Hasdianah & Suprapto (2014), Anemia dapat
dicegah dengan cara memakan makanan yang mengandung:
a. Zat Besi
Dapat ditemukan pada daging. Jenis lain adalah kacang, sayuran berwarna hijau
gelap, buah-buahan, dan lain-lain.
b. Folat
Dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-
kacangan, sereal dan pasta
c. Vitamin B-12
Vitamin ini banyak terdapat pada daging dan susu.
d. Vitamin C
Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Makanan yang mengandung vitamin C
antara lain jeruk, melon dan buah beri.
10. Penanganan Anemia
Menurut Saifuddin (2009) sebagai berikut:
a. Pada anemia ringan bisa diberikan sulfas ferosis 3 x 100mg/hari dikombinasi dengan
asam folat/b12 : 15 – 30 hari
b. Lakukan pemeriksaan Hb post partum
c. Tranfusi darah sangat diperlukan apabila banyak terjadi pendarahan pada waktu
persalinan sehingga menimbulkan penurunan kadar Hb < 6 grdL (anemia pasca
perdarahan)
d. Anjurkan ibu makan makanan yang mengandung banyak protein zat besi dan asam
folat

11. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang pada anemia sebagai berikut:
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan
pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia terse
but. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini: kad
ar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV,MCV, dan MCHC), asupan darah tepi (Nurari
f & Kusuma, 2015, hal. 37)
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap darah (LED) d
an hitung retikulosit. Sekarang sudah banyak dipakai automatic hematology a
nalizer yang dapat memberikan presisi hasil yang baik (Nurarif & Kusuma, 2015, ha
l. 37)
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai adan
ya sistem hematopoesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan utuk diagnosa difiniti pada beb
erapa jenis anemia. pemeriksaan sumsum tulang belakang mutlak diperlukan diagnos
is anemia aplastik, anemia megaloblastik, serta pada kelainan hemotologik yang dap
at mensupresi sistem eritroid (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 37)

12. Klasifikasi anemia


Anemia pada ibu nifas menurut WHO yaitu (Handayani, W. 2008):
a. Hb 11 gr/dL = Tidak anemia
b. Hb 8-10 gr/dL = Anemia ringan
c. Hb 6-8 gr/dL = Anemia sedang
d. Kurang dari 6 gr/dL = Anemia berat

13. Penatalaksanaan Medis


1) Tindakan Keperawatan
Penatalaksanaan anemia ditunjukkan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang.
a) Transpalasi sel darah merah.
b) Antibiotic diberikan untuk mencegah infeksi
c) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksige
n.
e) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada
f) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau

2) Tindakan Medis (Pengobatan)


Untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya:
a) Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makarnan yang
diberikan seperti ikan, daging, telur, dan sayur.
Pemberian prefarat Fe :
Pessosulfat 3x200 mg/hari/oral sehabis makan
Peroglukonat 3x200mg/hari/oral sehabis makan
b) Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
c) Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
d) Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian
cairan dan transfuse darah.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutu
hkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpu
lkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasi
en.
a. Data Subyektif
1) Biodata yang mencakup identitas pasien
a) Nama. Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan seharihari agar tida
k keliru dalam memberikan penanganan.
b) Umur. Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dar
i 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
Sedangkan umur lebih dari 24-35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan
dalam masa nifas.
c) Agama. Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
d) Pendidikan. Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sej
auh mana tingkat intelektualnya, sehingga dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
e) Suku/bangsa. Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-ghari.
f) Pekerjaan. Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonomin
ya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
g) Alamat. Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien Post Partum dengan Anemia mengatakan badannya
lemas
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan ad
anya riwayat atau penyakit akut, kronis, seperti: jantung, DM, hipertensi, asma
yang dapat mempengaruhi pada masa nifas.
b) Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan uuntuk mengetahui kemu
ngkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya de
ngan masa nifas dan bayinya.
c) Riwayat kesehatn keluarga Data ini diperluakan untuk mengetahui kemungkin
an adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien da
n bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertai.
4) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah, syah atau tidak, ka
rena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya
sehingga akan mempengaruhi proses nifas.
5) Riwayat Obstetrik
a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil, apak
ah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan, keadaan nifas yang lalu.
b) Riwayat persalinan sekarang. Tanggal persalinan, jenis persalinan, lama persali
nan, jumlah perdarahan, lama pengeluaran plasenta, jenis kelamin anak, keada
an bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk meng
etahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpe
ngaruh pada masa nifas saat ini.
6) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,
berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB
setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
7) Kehidupan Sosial
Budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang
akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya
pada kebiasaan pantang makan.
8) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami
banyak perubahan emosi/psikologisnya selama masa nifas sementara ia menyesua
ikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan beber
apa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blu
es. Post partum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis
yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering t
erjadi diakibatkan oleh sejumlah faktor. Penyebab yang paling menonjol adalah:
a) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami keb
anyakan wanita selama kehamilan dan persalinan. b) Rasa sakit masa nifas a
wal.
b) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dn post partum. d) Kecemas
an pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah
sakit.
c) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
Menjelaskan pengkajian psikologis:
a) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya.
b) Respon ibu terhadap bayinya.
c) Respon ibu terhadap dirinya.
9) Data Pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah mela
hirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.
10) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Nutrisi. Menggambarkan rentang pola makan dan minum, frekuensi, makana
n yang disukai, jenis makanan, makanan pantangan, apakah klien melakukan
pantangan makan atau tidak.
b) Eliminasi. Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air bes
ar, meliputi: frekuensi, jumlah, konsiistensi, dan bau. Serta kebiasaan buang a
ir kecil, meliputi: frekuensi, warna, jumlah.
c) Istirahat. Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien t
idur, kebiasaan sebelum tidur, misalnya: membaca, mendengarkan musik, ke
biasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu l
uang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yan
g cukup dapat mempercepat penyembuhan.
d) Personal hygiene. Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebers
ihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih me
ngeluarkan lochea.
e) Aktivitas. Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini per
lu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungki
n dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu
melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau
sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi
b. Data Obyektif
1) Tanda-tanda Vital. Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya.
a) Temperatur/suhu.
Peningkatan suhu badan pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya
disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu
melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang
diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam
post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai >
38℃C
b) Nadi dan pernafasan
(1) Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit pada
masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah
satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan
darah yang berlebihan.
(2) Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-
30x/menit.
2) Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Menjelaskan pemeriksaan fisik:
a) Mengkaji skelet tubuh Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan
tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi
dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal
pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan
adanya patah tulang.
– Mengkaji tulang belakang
– Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
– Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
– Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang
berlebihan)
b) Mengkaji system persendian Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif,
deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
c) Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.
d) Mengkaji cara berjalan Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak
normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai
kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (misal
cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-selangkah –
penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
e) Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan
mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
3) Pemeriksaan Penunjang
– Jumlah hemoglobin lebih rendah dari normal (12-14 gr/dL)
– Kadar hematocrit menurun (normal 37-41%)
– Peningkatan bilirubin total
– Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
– Terdapat pansitopenia, sum-sum tulang diganti lemak (pada anemia aplastik)

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon
individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko masalah
kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis Keperawatan merupakan bagian vital
dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai
kesehatan yang optimal. (PPNI, 2018)

Diagnosa keperawatan yang sering ditujukan pada pasien post partum dengan anemia
dalam buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi I (2018) adalah sebagai
berikut :
1) Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin (D.0009)
2) Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh gangguan sirkulasi (D.0142)
3) Risiko Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan) (D.0032)
4) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)

3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan yang bersifat multikategori atau dapat diklasifikasikan ke dala
m lebih dari satu kategori, maka diklasifikasikan berdasarkan kecenderungan yang paling
dominan pada salah satu kategori/subkategori (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).
Perencanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Post Partum Anemia (SDKI, 2018)
Diagnosa Tujuan dan
No. Intervensi Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Perfusi perifer Mobilitas Fisik Edukasi Diet (I.12369)
tidak efektif b.d (L.05042) Observasi
penurunan Setelah dilakukan 1. Identifikasi kemampuan
konsentrasi tindakan pasien dan keluarga
hemoglobin keperawatan selama menerima informasi
(D.0009) 2x24 jam 2. Identifikasi kebiasaan pola
diharapkan nyeri makan saat ini dan masa
menurun: lalu
- Pergerakan Nursing Terapeutik
ekstremitas 1. Persiapkan materi, media
meningkat dan alat peraga
- Nyeri menurun 2. Jadwalkan waktu yang
- Kelemahan fisik tepat untuk memberikan
menurun pendidikan kesehatan
3. Berikan kesempatan
pasien dan keluarga
bertanya
4. Sediakan rencana makan
tertulis, jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
kepatuhan diet terhadap
kesehatan
2. Informasikan makanan
yang diperbolehkan dan
dilarang
3. Anjurkan
mempertahankan posisi
semi Fowler (30-45
derajat) 20-30 menit
setelah makan
4. Anjurkan melakukan
olahraga sesuai toleransi
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli gizi dan
sertakan keluarga, jika
perlu
2. Kolaborasi dengan dokter
terkait edukasi diet
2 Risiko infeksi b.d Integritas kulit dan Pemberian Obat (I.02062)
ketidakadekuatan jaringan (L.14125) Observasi
pertahanan tubuh Setelah dilakukan 1. Identifikasi kemungkinan
gangguan sirkulasi tindakan alergi, interaksi dan
(D.0142) keperawatan selama kontraindikasi obat (mis.
2x24 jam Gangguan menelan,
diharapkan risiko nausea/muntah, inflamasi
infeksi tidak terjadi usus, peristaltik menurun,
dengan kriteria hasil kesadaran menurun,
: program puasa)
- Nyeri menurun 2. Verifikasi order obat
- Tekstur kulit sesuai dengan indikasi
membaik 3. Monitor TTV
Nursing Terapeutik
1. Lakukan prinsip enam
benar (pasien, obat, dosis,
waktu, rute, dokumentasi)
2. Berikan obat oral sebelum
makan atau setelah makan,
sesuai kebutuhan
3. Tingkatkan mencuci
tangan
4. Tingkatkan memberi
nutrisi dan cairan
Edukasi
1. Jelaskan jenis obat, alasan
pemberian, tindakan yang
diharapkan dan efek
samping sebelum
pemberian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiseptic topikal,
antibiotik sistemik
3 Risiko Defisit Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Nutrisi b.d faktor (L.03030) (I.03119)
psikologis Setelah dilakukan Observasi
(keengganan untuk tindakan 1. Idenrifikasi status nutrisi
makan) (D.0032) keperawatan selama 2. Identifikasi alergi dan
2x24 jam intoleransi makanan
diharapkan risiko 3. Monitor asupan makanan
defisit nutrisi tidak Nursing Terapeutik
terjadi : 1. Berikan makanan tinggi
- Nyeri abdomen serat untuk mencegah
menurun konstipasi
- Frekuensi makan 2. Berikan suplemen vitamin,
membaik jika perlu
- Nafsu makan Edukasi
membaik 1. Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
4 Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)
b.d kelemahan (L.05047) Observasi
(D.0056) Setelah dilakukan 1. Monitor kelelahan fisik
tindakan 2. Kaji kemampuan pasien
keperawatan selama untuk melakukan aktivitas
2x24 jam 3. Monitor kehilangan atau
diharapkan gangguan keseimbangan
intoleransi aktivitas gaya jalan
menurun: Nursing Terapeutik
- Kekuatan tubuh 1. Lakukan latihan rentang
bagian bawah gerak pasif/aktif
meningkat 2. Beri lingkungan yang
- Keluhan lelah aman dan nyaman
menurun 3. Libatkan keluarga dalam
- Warna kulit melakukan aktifitas, jika
membaik perlu
- Tekanan darah Edukasi
membaik 1. Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
2. Anjurkan keluarga untuk
memberikan penguatan
positif
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari
perilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi menuangkan rencana asuhan kedalam tindakan, setelah intervensi
dikembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat melakukan
tindakan keperawatan spesifik, yang mencakup Tindakan perawat dan tindakan dokter
(Potter & Perry, 2015).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah respon pasien terhadap standar atau kriteria yang ditent
ukan oleh tujuan yang ingin dicapai. Penulisan pada tahap evaluasi proses keperawatan y
aitu terhadap jam melakukan tindakan, data perkembangan pasien yang mengacu pada tu
juan, keputusan apakah tujuan tercapai atau tidak, serta ada tanda tangan atau paraf. Eval
uasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi disini menyediakan nilai inf
ormasi yang mengenai pengaruh dalam hal perencanaan (intervensi) yang telah direncana
kan secara seksama dan merupakan hasil dari perbandingan yang diamati dengan cara me
lihat hasil dari kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan tersebut (Triyoga,
2015).

Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindaka
n keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-menerus terhadap respon pasien pa
da tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi proses atau promotif dilakukan s
etiap selesai tindakan. Evaluasi dapat dilakukan menggunakan SOAP sebagai pola pikirn
ya.
DAFTAR PUSTAKA

A Potter,& Perry AG. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. 4th ed. Jakarta: EGC
Ani Triana, dkk. (2015). Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal. Cet
ke-1. Yogyakarta: Deepublish
Arfah, Nida Khofiyyan. (2017) .LAPORAN PENDAHULUAN Post Partum dengan Anemia.
Tersedia di: https://id.scribd.com/document/430603146/LAPORAN-PENDAHULUAN-
Post-Partum-Dengan-Anemia (diakses pada tanggal 08 November 2021)
Cooper, Fraser. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.
Handayani, Wiwik & Haribowo, Andi. (2008) .Buku Ajar Asuhan Kepeawatan pada Klien
deng an Gangguan Sistem Hematologi, Jakarta, Salemba Medika.
Hasdianah & Suprapto, S. I. (2014). Patologi & Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta :Nuha Medi
ka
Khairani, Nadia. (2019). Pegelolaan Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Pada Ibu Post Pa
rtum dengan Anemia di Ruang Nifas RSUD Bendan Kota Pekalongan Prodi DIII Kperaw
atan. PEKALONG: Prodi VI Keperawatan Pekalongan POLTEKKES KEMENKES SEM
ARANG. Tersedia di: http://repository.poltekkes-smg.ac.id//index.php?
p=show_detail&id=19476 (diakses pada tanggal 08 November 2021)
Manuaba, Ida bagus Gede. (2010). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
Marmi, A Retno dan Ery. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelaj
ar
Nurarif.A.H. dan Kusuma.H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction
Pathway Anemia. (2015). Tersedia di: https://id.scribd.com/document/248448707/Pathway-Ane
mia (diakses pada tanggal 15 November 2021)
PPNI DPP SDKI Pokja Tim, (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakart
a: DPP PPNI
PPNI DPP SIKI Pokja Tim, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI
Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroh
ardjo.
Proverawati, Atikah. (2011). Imunisasi dan Vaksinasi. Jakarta : Nuha Offset
Saifuddin, Bari Abdul. (2007). Buku Asuhan Nasional Pelayanan Nasional Kesehatan Materna
l dan Neonatal . Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Triyoga, A. (2015). Pelaksanaan Dokumentasi Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Baptis Kediri. Jurnal Penelitian Keperawatan, 1(2), 155-164.

Anda mungkin juga menyukai