Anda di halaman 1dari 28

Hubungan Anemia pada

Ibu Hamil dengan


Kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah di Rumah
Sakit X sintang

SYIFA RAHMAH KARTIKA (211108115401076)


1. KEHAMILAN
Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita
membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.
Waktu kehamilan dapat terjadi banyak getasi
misalnya, dalam kasus kembar atau triplet. Kehamilan
yang normal akan berlangsung selama 38-40 minggu
atau kurang lebih 40 minggu dari akhir pertama haid
terakhir (Yulaikhah, 2010).

Kehamilan adalah masa berkembangnya hasil


kosepsi dari awal kosepsi sampai proses awal
persalinan yang merupakan sesuatu yang wajar
pada wanita yang produktif. Selama masa
kehamilan terjadi perubahan pada ibu baik pada
fisik maupun psikis (Manuaba, 2010).
Tanda-Tanda Kehamilan
Tanda-tanda dugaan hamil menurut Yuliana,2017 yaitu:
1) Amenorea (tidak adanya haid)
2) Mengidam (menginginkan makanan dan minumam tertentu)
3) Anoreksia (tidak ada nafsu makan)
4) Nause dan emessis (mual dan muntah) atau morning sicness
5) Mastodinia/nyeri akibat pembesaran payudara (mamae)
6) Pingsan
7) Epulis (tumor atau benjolan yang tumbuh pada gusi)
8) Sering miksi atau buang air kecil (BAK)
9) Obstipasi dan konstipasi
10)Varises atau atau penampakan pembuluh darah vena.
11) Pigmentasi kulit
Tanda Kemungkinan Hamil
1) Pembesaran abdomen
2) Palpasi batas-batas janin
3) Ballotement
4) Tanda Hegar : segmen bawah uterus lembek pada perabaan.
5) Tanda Chadwick : vagina livid terjadi kira-kira minggu ke 6.
6) Tanda Piscaseck : uterus membesar ke salah satu jurusan
7) Tanda Brakton-hick : uterus berkontraksi bila dirangsang
8) Adanya HCG dalam urin (tes kehamilan positif)
Tanda pasti kehamilan
1) Adanya gerakan janin sejak usia kehamilan 16 minggu.
2) Terdengar denyut jantung janin pada kehamilan 12 minggu
dengan fetal elektro cardiograph dan pada kehamilan 18-
20 minggu dengan stethoscope leannec.
3) Terabanya bagian-bagian janin
4) Terlihat kerangka janin bila dilakukan pemeriksaan
rongent.
5) Terlihat kantong janin pada pemeriksaan USG.
Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm sekitar
280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut

1) Kehamilan sampai 16 atau 20 minggu bila berakhir disebut keguguran


(abortus).
2) Kehamilan 21 sampai dengan 28 minggu bila terjadi persalinan disebut
immatur.
3) Kehamilan 29 sampai dengan 36 minggu bila terjadi persalinan disebut
Prematuritas
4) Kehamilan 37 sampai dengan 42 minggu disebut aterm
5) Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau
Postdatism/Postmatur
2. Anemia Pada Kehamilan
Pengertian anemia pada kehamilan

Anemia didefinisikan sebagai Anemia pada kehamilan adalah anemia


keadaan dimana kadar Hb rendah karena kekurangan zat besi. Anemia
karena kondisi patologis. Anemia pada kehamilan merupakan masalah
merupakan keadaan menurunnya nasional karena mencerminkan nilai
kadar hemoglobin, hematookrit kesejahteraam sosial ekonomi
dan jumlah sel darah merah masyarakat, dan pengaruhnya sangat
menjadi berada di bawah nilai besar terhadap kualitas Sumber Daya
normal yang dipatok untuk Manusia. anemia kehamilan disebut
perorangan (Fatimah, 2010). “Potentian danger to mother and
child” (potensi membahayakan ibu dan
anak), karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari
semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan pada lini
terdepan (Manuaba, 2010).
Penyebab Anemia
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan
menurut Prawirohardjo dalam Tambunan (2011), yaitu :
1) Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah
2) Pertambahan darah tidak seimbang dengan pertambahan plasma
3) Kurangnya zat besi dalam makanan
4) Kekurangan zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C dan
asam folat
5) Gangguan pencernaan dan abortus
6) Perdarahan kronik
7) Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita
8) Terlalu sering menjadi donor darah
9) Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorbsi)
Kebutuhan Zat Besi pada Wanita
Hamil
Kebutuhan kandungan zat besi (Fe) pada ibu hamil adalah
sekitar 800 mg. Adapun kebutuhan tersebut terdiri atas 300 mg
yang dibutuhkan untuk janin dan 500 gram untuk menambah masa
hemoglobin maternal.
Ibu hamil membutuhkan 27 miligram zat besi sehari. Cara untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut adalah dengan mengonsumsi
makanan, seperti daging merah tanpa lemak, unggas, dan ikan. Pilihan
makanan lain yang mengandung zat besi, yaitu sereal yang diperkaya
zat besi, kacang-kacangan, dan sayuran.
Kebutuhan Zat Besi pada Wanita
a) Trimester I
Hamil
: Kebutuhan relatif sedikit
yaitu 0,8 mg/hari.

b) Trimester II : Kebutuhan meningkat yaitu


6,3 mg/hari.
c) Trimester III : Kebutuhan zat besinya yaitu
6,3 mg/hari
(Prawirahardjo, 2012).
Diagnosis Anemia pada Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat
dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang
dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda,
pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli
dapat digolongkan sebagai berikut
1) Anemia ringan ; 9-10 gr%
2) Anemia sedang ; 7-8 gr%
3) Anemia berat ; < 7gr%
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan,
yaitu pada trismester I dan trismester III
Tanda dan Gejala Anemia
Gejala atau tanda-tanda yang dapat dilihat
menurut Proverawati, (2011) adalah :
1) Letih, mengantuk, malaise (tidak enak badan)
2) Limbung, lemah
3) Sakit kepala
4) Lidah licin
5) Kulit pucat, bantalan kuku jari pucat
6) Membran mukosa pucat, misal : konjungtiva
7) Kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah
Bentuk-Bentuk Anemia
Anemia dapat digolongkan menjadi :
1) Anemia defisiensi besi (kekurangan zat besi)
2) Anemia megaloblastik (kekurangan vitamin B12)
3) Anemia hemolitik (pemecahan sel-sel darah lebih cepat
dari pembentukan)
4) Anemia hipoplastik (gangguan pembentukan sel-sel darah)
Pengaruh Anemia pada kehamilan dan
janin
1) Pengaruh anemia terhadap kehamilan

a) Bahaya selama kehamilan ;


b) Dapat terjadi abortus
c) Persalinan prematuritas karena kurangnya suplay darah ke
uterus
d) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
e) Ancaman dekompensasi (Hb < 6 gr%)
f) Hiperemesis gravidarum
Pengaruh Anemia pada kehamilan dan
2) Ketuban Pecah Dini (KPD)
janin
a) Bahaya saat persalinan ;
(1)Gangguan his (kekuatan mengejan
(2)Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus
terlantar
(3)Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan
(4)Kala uri dapat diikuti dengan retensio plasenta dan perdarahan
pospartum sekunder dan atonia uteri
(5)Kala empat dapat terjadi perdarahan pospartum dan atonia uteri
Pengaruh Anemia pada kehamilan dan
2) Ketuban Pecah Dini (KPD) janin

b) Kala Nifas ;

(1) Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum


(2) Memudahkan infeksi puerperium
(3) Pengeluaran ASI berkurang
(4) Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
(5) Anemia kala nifas
(6) mudah terjadi infeksi mamae
Bahaya terhadap janin menurut
(Manuaba 2010)
Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk :
(1) Abortus
(2) Terjadi kematian intrauterine
(3) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
(4) Dapat terjadi cacat bawaan
(5) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
(6) Inteligensia rendah
Pengobatan serta Pencegahan
Anemia
Dalam pemeriksaan kesehatan disertai adanya pemeriksaan
laboratorium sebagian besar dari pemeriksaan serta pengobatan anemia
dalam kehamilan biasanya meliputi pemberian tambahan zat besi dan asam
folat, diet yang seimbang juga memperbaiki anemia (Prawirohardjo, 2011).
Beberapa untuk pencegahan Anemia sebagai berikut :

1) Pemberian tablet besi


2) Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat
besi melalui makanan.
3) Penyakit infeksi
4) Peningkatan makanan yang banyak mengandung zat besi.
5) Fortifikasi makanan
3. Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
a. Pengertian bayi berat lahir rendah

Istilah Prematur telah diganti menjadi Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) oleh WHO
sejak 1960, hal ini dikarenakan tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500gr pada waktu
lahir adalah bayi prematur. Pada kongres “European Perinatal Medicine” ke II di London (1970)
dibuat keseragaman definisi, yaitu (Walyani, 2015) :

1) Bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2) Bayi cukup bulan : bayi depan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259
hari-293 hari)
3) Bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau
lebih)
3. Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
Klasifikasi bayi berat lahir rendah yaitu :

a) BBLR : bayi dengan berat badan lahir 1500 - < 2500 gram

b) BBLSR : bayi dengan berat badan lahir 1000-1500 gram

c) BBLER : bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1000

gram
3. Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
Menurut Prawirahardjo (2011), karakteristik BBLR dibagi dua yaitu:
a) Bayi prematur
Berat lahir kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau
sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,
lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltic
usus, tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan
sering terjadi apnea.
b) Bayi dismatur
Terdapat perubahan ukuran panjang, berat dan lingkar kepala,
organ-organ didalam badan juga terjadi perubahan.
3. Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, menurut
Proverawati (2010):
1) Faktor Ibu
a) Gizi saat hamil yang kurang
b) Anemia
c) Umur < 20 Tahun atau > 35 Tahun
d) Jarak kehamilan dan bersalin terlalu dekat
e) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (ibu
perokok) ;
2) Faktor kehamilan
f) Kehamilan ganda
g) Perdarahan antepartum
h) Komplikasi Kehamilan : Pre eklampsia, Ketuban Pecah Dini (KPD), Hidramnion
i) Faktor Janin ; Cacat bawaan, Infeksi dalam Rahim, Faktor lain yang masih belum
diketahui.
3. Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
Beberapa komplikasi yang berhubungan dengan BBLR:
1) Syndrom Gangguan Nafas Idiopatik
2) Asfiksia Neonatorum
3) Hiperbilirubinemia
4) Hipoglikemia
5) Ginjal yang belum matang
6) Perdarahan dalam Otak
7) Gangguan Immunologik
3. Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) :
1) Mempertahankan suhu dengan ketat, Bayi Berat Lahir Rendah mudah
mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan
dengan ketat.
2) Mencegah infeksi dengan ketat, dalam penanganan BBLR harus
memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi karenasangat rentan, salah
satu cara pencegahan infeksi yaitu dengan mencuci tangan sebelum memegang
bayi.
3) Pengawasan nutrisi/Air Susu Ibu (ASI), refleks menelan bayi BBLR bekum
sempurna oleh karena itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
4) Penimbangam berat, penimbangan berat badan harus dilakukan secara ketat
karena peningkatan berat badan merupakan salah satu kondisi gizi/nutrisi
bayi dan erat dengan daya tahan tubuh.
Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
Anemia merupakan masalah Anemia defiensi besi pada ibu
kesehatan utama di indonesia. hamil mempunyai dampak
Defisiensi makanan memegang buruk, baik pada ibunya
peranan penting dalam maupun pada janin yang
timbulnya anemia. Anemia dikandungnya. Ibu hamil
mungkin menyebabkan dengan anemia berat lebih
hambatan pertumbuhan janin. memungkinkan terjadinya
Sekalipun tampaknya janin partus premature dan memiliki
menyerap kebutuhan dari bayi berat badan 12ahir rendah
ibunya, tetapi dengan anemia (BBLR) serta meningkatkan
akan menggagu pertumbuhan kematian perinatal
dan perkembangan janin dalam (Misaroh,2012).
rahim (Patimah. 2017).
Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
Penyebab anemia pada Anemia pada ibu hamil bukan tanpa
kehamilan yaitu kurangnya zat resiko, menurut penelitian tingginya
besi pada ibu hamil yang dapat angka kematian ibu berkaitan erat
mengakibatkan anemia . hal ini dengan anemia. Anemia juga
dapat meyebabkan kematian menyebabkan rendahnya
janin dalam kandungan pada kemampuan jasmani karena sel-sel
waktu lahir, premature, tubuh tidak cukup mendapatkan
keguguran (abortus), cacat oksigen. Pada wanita hamil, anemia
bawaan dapat mengakibatkan meningkatkan frekuensi komplikasi
proses persalinan membutuhkan pada kehamilan dan persalinan,
waktu lama yang menyebabkan risiko kematian maternal, angka
perdarahan serta syok akibat prematuritas, berat badan lahir
dari lemah pada saat kontraksi rendah, dan angka kematian
(Rahmawati,2011). perinatal meningkat(Rukiyah,2010)
Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
Anemia dapat juga Sedangkan menurut Rahmawati
menimbulkan gangguan atau (2011) mengungkapkan bahwa
hambatan pada pertumbuhan bahaya anemia bagi janin bisa
sel-sel otak, pada ibu hamil mengakibatkan pertumbuhan
dapat meningkatkan keguguran, terhambat, lahir premature, lahir
lahir sebelum waktunya. Berat dengan cacat bawaan, atau lahir
badan lahir rendah, perdarahan dengan cadangan zat besi yang
sebelum dan selama persalinan kurang. Anemia pada kehamilan
bahkan dapat mengakibatkan dapat mempengaruhi pertumbuhan
kematian pada ibu dan janin dan perkembangan janin yaitu
(Tarwoto,dkk,2016). mempengaruhi Bayi berat lahir
rendah(BBLR).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai