PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan pasca salin merupakan penyebab kematian maternal yang
penting meliputi hampir ¼ dari seluruh kematian meternal di seluruh dunia.
Penyebab perdarahan pasca salin yang paling sering adalah uterus tidak dapat
berkontraksi baik untuk menghentikan perdarahan dari bekas insersi plasenta
(tone), trauma jalan lahir (trauma), sisa plasenta atau bekuan darah yang
menghalangi kontraksi rahim yang adekuat (tissue), dan gangguan
pembekuan (thrombin). Saat ini telah dikeluarkan rekomendasi untuk
melaksanakan manajemen aktif persalinan kala III sebagai upaya pencegahan
perdarahan pasca salin, akan tetapi masih terdapat beberapa permasalahan
yang belum terselesaikan seperti kesepakatan langkah-langkah intervensi,
metode-metode yang terbaik, dan syarat-syarat yang diperlukan untuk
pemakaian langkah-langkah tersebut secara aman.
Selain mortalitas maternal, morbiditas maternal akibat kejadian
perdarahan pasca salin juga cukup berat, sebagian bahkan menyebabkan cacat
menetap berupa hilangnya uterus akibat histerektomi. Morbiditas lain
diantaranya yaitu anemia, kelelahan, depresi, dan risiko tranfusi darah.
Histerektomi menyebabkan hilangnya kesuburan pada usia yang masih relatif
produktif sehingga dapat menimbulkan konsekuensi sosial dan psikologis.
Selain itu di ketahui bahwa perdarahan pascasalin yang masif dapat
mengakibatkan nekrosis lobus anterior hipofise yang menyebabkan Sindroma
Sheehan’s.
Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu
tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh
perdarahan post partum. Efek perdarahan terhadap ibu hamil bergantung
pada volume darah saat ibu hamil, seberapa tingkat hipervolemia yang sudah
dicapai dan kadar hemoglobin sebelumnya. Anemia dalam kehamilan yang
masih tinggi di Indonesia (46 %) serta fasilitas transfusi darah yang masih
terbatas menyebabkan Perdarahan Pascapersalinan dan akan menganggu
penyembuhan pada masa nifas terhadap proses involusi, dan laktasi. Sebagai
patokan, setelah persalinan selesai maka keadaan akan disebut “aman” bila
kesadaran dan tanda vital ibu baik, kontraksi uterus baik, dan tidak ada
perdarahan aktif/merembes dari vagina, tentunya juga dilakukan pengawasan
yang baik selama masa nifas.
Perdarahan Pascapersalinan dapat menyebabkan kematian ibu 45 %
terjadi 24 jam pertama setelah kelahiran bayi, 68-73 % dalam satu minggu
setelah bayi lahir, dan 82-88% dalam 2 minggu setelah bayi lahir (Sarwono,
2009). Trias keterlambatan pun sudah lama di ketahui menjadi penyebab
terjadinya kematian maternal yaitu terlambat merujuk, terlambat mencapai
tempat rujukan, dan terlambat mendapat pertolongan yang adekuat di tempat
rujukan. Dua faktor yang pertama sering terjadi di negara-negara
berkembang. Sedangkan faktor ketiga bisa terjadi baik di negara berkembang
maupun di negara maju. The Confidential Enquiries menekankan bahwa
kematian karena perdarahan pasca salin disebabkan “too little done & too
late“, oleh karena itu perdarahan pasca salin yang merupakan komplikasi
obstetri ini merupakan masalah yang sangat menantang bagi para klinisi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada
2. Tujuan Khusus
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu asuhan kebidanan pada ibu
primer.
b. Melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu pada ibu dengan
disusun.
Seksualitas
9. Psokososiokultural Spiritual :
Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah
(Dewi, 2011).
10. Data Bayi
a) Lahir tanggal : Jam :
LK :………… cm
LD :………… cm
LP :…………. Cm
LILA :………..cm
d) Kecacatan : Ada/tidak
e) IMD : ( ) Ya ( ) Tidak
f) Eliminasi
……
a. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran : Biasanya kesadaran akan menurun sampai
c) Antropometri :
2011).
(3) BB sekarang :
(4) Lila :
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
(Priharjo, 2006).
(Doenges, 2001).
(Tambunan, 2011).
(Ambarwati, 2009).
(Varney, 2008).
2001).
Palpasi
2006).
Mata : Tidak teraba oedema pada kelopak mata.
(Priharjo, 2006).
(Ambarwati, 2009).
2005).
Auskultasi
(Mochtar, 2005).
Perkusi : -
3. Pemeriksaan Penunjang :
a) Golongan darah
b) Jumlah darah lengkap
c) Kultur uterus dan vaginal
d) Urinalisasi
e) Profil koagulasi
f) Sonografi
(Doenges, 2001).
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis : Papah, ........jam Postpartum dengan perdarahan
Postpartum Primer
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Diagnosis potensial :
Pada Ibu : Infeksi Puerperalis, Syok Hemoragik, Kematian
(Rochmat, 2008), Sindrom Sheehan, jarang
(WHO, 2002).
Pada Bayi : Tidak ada
sirkulasi ke jaringan.
pembekuan.
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.