Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Kematian ibu adalah kematian seorang wanita terjadi saat hamil,


bersalin atau 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan
langsung atau tidak langsung terhadap persalinan. World Health
Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap
harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari
seluruh kematian ibu terjadi di Negara berkembang (WHO, 2014). Sekitar
80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama
kehamilan, persalinan dan setelah persalinan (WHO, 2014).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 empat penyebab


kematian ibu terbesar yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi dalam kehamilan
(HDK) 27,1%, infeksi 7,3%, dan penyebab lain yaitu penyebab kematian
ibu tidak langsung seperti kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung atau
penyakit lain yang dialami ibu sebesar 35,3% (Kemenkes RI, 2014).

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang


terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 cc setelah
persalinan abdominal dalam 24 jam dan sebeleum 6 minggu setelah
persalinan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian perdarahan
postpartum adalah partus lama, paritas, peregangan uterus yang berlebihan,
oksitosin drip, anemia, dan persalinan dengan tindakan.

b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah:
“Bagaimana konsep perdarahan postpartum dan teori asuhan keperawatan
pada ibu hamil dengan komplikasi perdarahan?”

1
c. Tujuan Penulisan
A. Secara umum diharapkan kepada pembaca agar dapat mengetahui dan
memahami tentang konsep teori asuhan keperawatan dengan perdarahan
postpartum.
B. Secara khusus diharapkan setelah mempelajari makalah ini, mahasiwa
dapat menjelaskan mengenai pengertian, klasifikasi, etiologi, manifestasi,
patofisiologi, penatalaksanaan dan komplikasi dari perdarahan postpartum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi


setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 cc setelah persalinan
abdominal dalam 24 jam dan sebeleum 6 minggu setelah persalinan.
Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi
perdarahan primer dan perdarahan sekunder. Perdarahan primer adalah
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh
atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa sebagian plasenta dan gangguan
pembekuan darah. Perdarahan sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah
24 jam persalinan. Penyebab utama perdarahan post partum sekunder
biasanya disebabkan sisa plasenta.

Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan syok


dan menurunnya kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini
menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan dapat
menyebabkan hipovolemia berat. Bila hal ini terus terjadi maka akan
menyebabkan ibu tidak terselamatkan (Cunningham, 2010).

B. Klasifikasi

Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 2003) :


1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang
terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan pascapersalinan yang
terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum
sekunder disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau
sisa plasenta yang tertinggal.

3
C. Etiologi

Kondisi dalam persalinan sangat sulit menentukan jumlah perdarahan karena


tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau kain alas tidur
sehingga menentukan untuk perdarahan dilakukan setelah bayi lahir dan
menentukan jumlah perdarahan dilihat dari berdarahan lebih dari normal yang
telah menyebabkan perubahan tanda-tanda vital. (Abdul Bari)

Faktor terjadinya menurut Amru Sofian :

1. Atomia uteri
Dilihat dari faktor predisposisinya: umur, paritas, partus lama dan partus
terlantar, obstetric operatif dan narkosa, uterus terlalu renggang dan besar,
mioma uteri, malnutrisi.
2. Sisa plasenta dan selaput ketuban
3. Jalan lahir : robekan peritoneum, vagina serviks, forniks dan Rahim.
4. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah sering dijumpai pada perdarahan yang banyak,
solusio plasenta, kematian janin yang lama dalam kandungan, preeklamsi
dan eklamsi, infeksi, hepatitis dan septic syok.
(Nanda,2015)

Beberapa kondisi yang akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu;

1. Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:


a. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
b. Grande multipara (lebih dari empat anak).
c. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
d. Bekas operasi Caesar.
e. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
2. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
a. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi
vakum, forsep.

4
b. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar,
anak besar.
c. Uterus yang terlalu lemah, persalinan lama.
d. Uterus yang lembek akibat narkosa.
e. Inversi uteri primer dan sekunder.
(Dea Maulidia,2013)

D. Manifestasi Klinis

Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah
yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus,
pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah
rendah, ekstremitas dingin, mual. Gejala Klinis berdasarkan penyebab:

a. Atonia Uteri:

1. Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer).
2. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain).

b. Robekan jalan lahir

1. Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera
setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
2. Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.

c. Retensio plasenta

1. Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik.
2. Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.

d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)

5
1. Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera.
2. Gejala yang kadang-kadang timbul: uterus berkontraksi baik tetapi
tinggi fundus tidak berkurang.

e. Inversio uterus

1. Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat.
2. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat.

(Dea Maulidia,2013)

E. Patofisiologi

Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di dalam uterus


masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam
strartum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya
plasenta terbuka. Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang
terbuka tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh
bekuan darah sehingga akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi
otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan
perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab
perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan
seperti robekan jalan lahir, vagina dan perineum (Maughan,2006).

F. Penatalaksanaan

1. Mencegah kehilangan darah yang berlebihan dan akibat komplikasi


a. Masase uterus, fasilitasi kemih, dan laporkan kehilangan darah
b. Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi setiap 5-15 menit.
c. Siapkan infus intravena, oksitosin, dan tranfusi darah, jika di perlukan.
d. Berikan obat-obatan dan oksigen sesuai program.
e. Ukur dan catat asupan dan haluaran cairan.

6
f. Siapkan kemungkinan dilatasi dan kuretase(D&C).
2. Membantu klien dan keluarga menghadapi stress fisik dan emosional
akibat komplikasi pascapartum.

G. Komplikasi

Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling berat yaitu syok.
Bila terjadi syok yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi
lanjutan yaitu anemia dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan
anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertai
oleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi
organorgan seperti gagal ginjal mendadak (Chalik, 2000).

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN POSTPARTUM DENGAN KOMPLIKASI


PERDARAHAN

I. Pengkajian Umum
1. Biodata
a. Identitas pasien

Mengkaji identitas klien yang meliputi : Nama, umur, agama, jenis


kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, No.Register
dan alamat.

b. Identitas Penanggungjawab

Mengkaji identitas penanggungjawab yang terdiri dari nama, umur,


jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, alamat.

2. Keluhan Utama
Perdarahan jalan lahir, nyeri, badan lemas, keluar keringat dingin,,
kesulitan bernafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian, meliputi : penyebab timbulnya keluhan nyeri pada
perdarahan, faktor yang dapat memperberat dan mengurangi nyeri
pada perdarahan, dimana lokasi nyeri pada perdarahan yang dirasakan,
penyebaran lokasi nyeri, skala nyeri yang dirasakan klien dari skala (0-
10), waktu keluhan nyeri pada perdarahan mulai dirasakan, keluhan
nyeri terjadi mendadak atau bertahap, berapa lama durasi waktu antara
keluhan nyeri dirasakan sampai hilang, pengobatan yang telah
dilakukan klien untuk mengurangi nyeri pada perdarahan .

8
b) Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji adanya riwayat penyakit yang pernah dialami klien, penyakit lain
yang menyertai dan bisa memperburuk keadaan atau mempersulit
penyambuhan. Seperti jantung, paru-paru, hipertensi, diabetes, penyakit
ginjal kronik, hemophilia, mioma uteri, riwayat preeklamsi, trauma
jalan lahir, kegagalan pwmbuluh darah, dan tempat implantasi plasenta.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji adanya riwayat keluarga yang memiliki penyakit hipertensi,


jantung, diabetes, penyakit keturunan atau penyakit menular.

d) Riwayat Ostetrik
a. Riwayat obstetric
1. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya haid, lamanya
siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid.
2. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang
keberapa, usia mulai hamil.
e) Riwayat Kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu
1. Riwayat hamil meliputi waktu hamil muda, hamil tua, dan apakah
ada abortus.
2. Riwayat persalinan meliputi jumlah kehamilan, jumlah anak hidup,
jumlah abortus, cara persalinan, penolong persalinan, tempat
bersalin, berat badan bayi baru lahir,dan panjang waktu lahir.
3. Riwayat nifas meliputi keadaan lochea, apakah ada karakteristik dari
pendarahan, ASI cukup atau tidak, kondisi ibu saat nifas, tinggi
fundus uteri, dan kontraksi.
f) Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Prenatal atau kehamilan
1. Hamil muda: keluhan selama hamil muda

9
2. Hamil tua: keluhan selama hamil, peningkatan BB,suhu, nadi,
pernapasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual
dan keluhan lain.
3. Kaji Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), Taksiran Persalinan,
Riwayat ANC meliputi :
1. Trimester Pertama
Kaji keluhan serta berat badan klien ketika hamil, kaji
frekuensi, kaji tempat pelayanan, frekuensi, perawatan serta
pengobatan yang didapat.
2. Trimester Kedua :
Kaji keluhan serta peningkatan Berat Badan klien, kaji tempat
pelayanan, frekuensi, imunisasi TT, perawatan serta
pengobatan yang didapat.
3. Trimester Ketiga :
Kaji keluhan serta peningkatan Berat Badan klien, kaji tempat
pelayanan, frekuensi, perawatan serta pengobatan yang didapat.
b. Persalinan Sekarang

Kaji tanggal dan jam persalinan, lama persalinan, jenis persalinan,


penolong persalinan, tempat bersalin, riwayat bayi meliputi : Lahir,
jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar lengan, nilai APGAR pada bayi di menit
pertama dan di menit kelima setelah kelahiran.

g) Riwayat KB
Kaji penggunaan KB atau alat kontrasepsi, kaji jenis kontrasepsi,
waktu penggunaan, keluhan, waktu klien berhenti serta alasan, dan
rencana penggunaan.

10
4. Pola aktivitas Sehari-hari

No ADL Dirumah Dirumah Sakit


1 Nutrisi
a.Makan
-Jenis menu ... ...
-Frekuensi ...x/hari ...x/hari
-Porsi ...porsi ...porsi
-Pantangan ... ...
-Keluhan ... ...
b.Minum
-Jenis minum ... ...
-Frekuensi ...gelas ...gelas
-Jumlah ...cc ...cc
-Pantangan ... ...
-Keluhan ... ...
c.Cairan Parental
-Jenis ... ...
-Jumlah ... ...
-Waktu ... ...

2 Istirahat dan tidur


a.Malam
-Berapa jam ...jam ...jam
-Dari jam...s/d... ...-....WIB ...-...WIB
-Kesulitan tidur ... ...
b.Siang
-Berapa jam ...jam ...jam
-Dari jam...s/d... ...-...WIB ...-...WIB
-Kesulitan tidur ... ...

3 Eliminasi

11
a.BAK
-Frekuensi ...x...Jam ...x...Jam
-Jumlah ...cc ...cc
-Warna ... ...
-Bau ... ...
-Kesulitan ... ...
b.BAB
-Frekuensi ...x ...x
-Konsistensi ... ...
-Warna ... ...
-Bau ... ...
-Kesulitan ... ...

4 Personal Hygine
a.Mandi
-Frekuensi ...x/...hari ...x/...hari
-Sabun ... ...
-Gosok gigi ... ...
b.Berpakaian
-Ganti pakaian ...x/...hari ...x/...hari
5 Mobilitas dan Aktivitas
-Aktivitas ... ...
-Kesulitan ... ...

II. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum
Pada umumnya, keadaan umum klien lemas, nyeri kepala dan
abdomen, gelisah dan cemas Sementara kesadaran menurun sampai apatis.

b. Tanda-tanda vital :
a) Tekanan darah

12
Tekanan darah terjadi penurunan(hipotensi), Normal tekanan darah
120/80 - 140/90 mmHg
b) Nadi
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hipovolemia yang semakin berat. Normal nadi 60-90 kali per menit.
c) Respirasi
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.
Normal Respirasi 16-24 kali per menit
d) Suhu
Suhu biasanya meningkat sampai 38°C. Setelah satu hari suhu akan
kembali normal (36°C – 37°C), terjadi penurunan akibat hipovolemia
2. Sirkulasi
Rembesan kontinu atau perdarahan tiba-tiba. Dapat tampak pucat, anemik.
3. Ketidaknyamanan
Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)ketidaknyamanan
vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).
4. Seksualitas
Tinggi fundus atau bawah uterus gagal kembali pada ukuran dan fungsi
kehamilan (Subinvorusi)leukorea mungkin ada terus terlepasnya jaringan.
A. Sistem Pernafasan
Kaji warna kulit hidung dan dada, bentuk hidung simetris atau tidak, kaji
adanya pernafasan cuping hidung, kaji bentuk dada klien simetris atau tidak,
kaji adanya penggunaan otot bantu nafas yang abnormal, kaji adanya nyeri
tekan pada daerah dada. Kaji adanya suara abnormal pada dada ketika di
perkusi. kaji adanya suara nafas tambahan yang abnormal.
B. Kardiovaskuler
Kaji adanya sianosis, conjungtiva anemis atau tidak, CRT, edema, kaji
adanya suara abnormal pada jantung ketika di perkusi, kaji adanya suara
tambahan abnormal pada jantung.
C. Sistem pencernaan

13
Kaji warna dan bentuk abdomen, kaji nyeri tekan pada abdomen, kaji
suara abdomen ketika di perkusi, kaji peristaltik usus, kaji konstipasi,
hemoroid.

D. Sistem Reproduksi
1) Payudara
Kaji warna payudara, warna areola, bentuk dan ukuran payudara,
pembesaran payudara, kaji bentuk puting susu klien apabila terdapat:
fisura, nyeri, inversi (masuknya puting), kaji adanya benjolan/massa pada
payudara, nyeri, dan kaji pengeluaran ASI.
2) Uterus
Kaji afterpain, tinggi fundus uterus, posisi, konsistensi, dan kontraksi
uterus. Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan
pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus
uteri (TFU) post partum menurut masa involusi :
Berat Diameter bekas
Involusi TFU Uterus melekat Keadaan
(gr) plasenta serviks
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000
Uri Lahir 2 jari dibawah 750 12,5 Lembek
pusat
Satu Minggu Pertengahan 500 7,5 Beberapa hari
pusat sympisis setelah post
Dua Minggu Tak teraba 350 3-4
partum dapat
diatas sympsis
dilalui 2 jari
Enam Minggu Bertambah 50-60 1-2
akhir minggu
kecil
Delapan Sebesar 30 pertama dapat
Minggu normal di masuki 1
jari
(Dewi dan Sunarsih,2011)

14
(Mamas,2011)
3) Vagina dan Perineum
1. Kaji keadaan vagina meliputi integritas kulit, dan edema.
2. Kaji tanda REEDA pada klien dengan luka perineum :
- R : Redness (Kemerahan) : ya / tidak
- E : Edema (Pembengkakan) : ya / tidak
- E : Echimosis (Bercak biru atau ungu) : ya / tidak
- D : Discharge (Pengeluaran cairan) : serum / pus / darah / tidak ada
- A : Approximate (Jahitan menyatu dengan kulit) : baik / tidak
4) Lochea
Kaji warna, jenis, jumlah, konsistensi, bau, dan adanya bekuan darah.
Lochea adalah pengeluaran darah dari uterus setelah melahirkan, terdapat
3 jenis :
1. Lochea Rubra : keluaran darah berwarna merah pekat, terjadi pada 2-3
hari pertama setelah melahirkan.
2. Lochea Serosa : keluaran darah berwarna merah muda hingga
kecokelatan, terjadi dari 3-10 hari setelah melahirkan.
3. Lochea Alba : keluaran darah berwarna kekuningan sampai hampir
tidak berwarna, terjadi dari 10 hari sampai 3 minggu setelah kelahiran.
E. Sistem Perkemihan
Kaji bentuk uretra, karakteristik urine, kaji keluhan ketika berkemih serta
gangguan kandung kemih dengan mengukur pengeluaran urin selama 24
jam pertama setelah melahirkan.
F. Sistem Endokrin
Kaji kadar proklatin, terjadi meningkat selama kehamilan. Setelah
melahiran prolakting menurun mencapai kadar sebelum hamil pada wanita
yang tidak menyusui selama 2 minggu. Kaji diaforesis terjadi pada minggu

15
pertama postpartum karena kadar estrogen menurun. Berkeringat banyak
pada malam hari, untuk membuang cairan dalam tubuh karena
peningkatan cairan yang terakumulasi selama kehamilan.
G. Sistem Integumen
Kaji kloasma, hiperpigmentasi areola, linea nigra, striae, dan spider navi.
H. Sistem Musculoskeletal
a) Kaji diastasis rectus abdominis.

Diastasis rectus abdominis adalah regangan pada otot rektus


abdominis akibat pembesaran uterus. Normalnya otot rektus abdominis
adalah 1-2 cm atau 1-2 jari. Apabila lebih dari 2 cm maka klien
mengalami diastasis rektus abdominis.
Cara pemeriksaan diastasis rectus abdominis adalah klien
diberikan posisi tidur terlentang tanpa bantal, kemudian anjurkan klien
mengangkat kepala, palpasi abdomen dari bawah Prosessus Xipoideus
ke umbilikus, kemudian ukur panjang dan lebar diastasis, anjurkan
klien untuk menurunkan kepala dan rileks kembali.
(Aldiapalma,2016)
b) Kaji kekuatan tonus otot
c) Kaji ekstremitas atas meliputi : bentuk, ROM, gangguan gerak, reflex
dan edema,
d) Kaji ekstremitas bawah meliputi : bentuk, ROM, gangguan gerak,
reflex patella, varises, tanda homan, dan edema.
a. Tanda homan
Kaji tanda homan, tanda homan positif menandakan adanya
tromboflebitis. Tromboflebitis adalah inflamasi atau peradangan

16
pada pembuluh darah vena disertai pembentukan pembekuan darah
(thrombus).
Cara pemeriksaan tanda homan adalah memposisikan klien
terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian berikan klien posisi
dorsofleksi dan tanyakan adanya nyeri pada betis, jika nyeri maka
tanda homan positif.
I. Adaptasi Psikologis
Kaji adaptasi psikologis meliputi :
a) Tanda dan gejala kesedihan postpartum (Postpartum “blues”),
seperti menangis, putus asa, kehilangan selera makan, konsentrasi
buruk, sulit tidur, dan cemas.
b) Evaluasi integrasi bayi baru lahir dengan keluarga klien.
c) Observasi interaksi klien dan anggota keluarga klien dengan bayi
baru lahir.
d) Evaluasi status nutrisi, meliputi kemampuan mengunyah dan
menelan makanan serta keadekuatan cairan dan diet untuk
mendukung involusi dan laktasi.
e) Evaluasi tingkat pengetahuan klien tentang pemberian ASI pada
bayi baru lahir.
5. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan darah lengkap/ Complete blood counts (CBC) :


1) Pemeriksaan Hb dan Ht sangat membantu dalam menentukan
jumlah kehilangan darah, namun pada pasien dengan perdarahan
akut, ukuran Hb dan Ht memerlukan waktu sehingga beberapa jam
untuk menunjukkan jumlah kehilangan darah dan platelet count.
2) Mengetahui jumlah leukosit dan trombosit.
3) Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi (crossmatch) harus
dilakukan sejak periode antenatal yang sangat membantu sekiranya
transfusi darah diperlukan.
b) Coagulation Laboratory Studies :

17
Peningkatan PT , aPTT dan INR (International Normalized Ratio)
dapat menunjukkan adanya kelainan pembekuan darah atau
koagulopati.
c) Fibrinogen Level :
Kadar fibrinogen sering meningkat sehingga 300-600 mg/dl pada
kehamilan. Nilai normal atau kadar yang rendah memungkinkan
sesuatu koagulopati.
d) Pemeriksaan Elektrolit :
Memeriksa apakah ada gangguan pada elektrolit seperti
hipokalsemia, hipokalemia, dan hipomagnesemia. Pemeriksaan
diperlukan sebagai dasar untuk membandingkan antara sebelum dan
setelah dilakukan resusitasi cairan atau resusitasi darah.
e) BUN/Kreatinin :
Pemeriksaan ini dapat membantu untuk mengidentifikasi apakah
ada kegagalan pada ginjal sebagai suatu komplikasi syok. Jika nilai
BUN meningkat selama atau setelah resusitasi cairan, pertimbangkan
suatu hemolisis yang terjadi dari komplikasi.

2. Pemeriksaan Radiologi.
a) Ultrasonografi
Secara umum, ultrasonografi pelvik (transabdominal/transvaginal)
sangat membantu untuk melihat adanya sisaplasenta yang besar,
hematoma, atau abnormalitas intrauterin yang lainnya. Sisa plasenta
dan hematoma dapat terlihat identik, namun dapat dibedakan antara
satu lainnya dengan menggunakan Doppler USG di mana hematoma
tampak avaskule sedangkan pada sisa plasenta dapat terlihat adanya
aliran darah persisten dari uterus. Pemeriksaan abdominal FAST
(focused assessment with sonography in trauma) dapat membantu
mengidentifikasi cairan dalam peritoneal yang dapat disebabkan oleh
perdarahan.
b) CT-Scan

18
Memperlihatkan gambaran detail terhadap hematoma pelvis, luka
persalinan sectio Caesarea, dan sisa plasenta.
III. Analisis Data

Data Etiologi Masalah


DS : Perdarahan Postpartum Kekurangan
Klien mengatakan pusing, Volume
lemas, kulit kering dan Kehilangan cairan Cairan
berisisik, urin sedikit
DO : Penurunan jumlah
1. Klien tampak lemah cairan intravasculer
2. Tekanan darah klien
menurun Berlangsung secara
3. Terjadi Peningkatan terus menerus
nadi
4. Penurunan volume Volume darah
urin menurun
5. Membran mukosa
kering Kekurangan Volume
Cairan

DS : Persalisan dengan Nyeri Akut


Klien mengeluh sulit tidur, tindakan robekan
gelisah, dan nyeri dengan perinium
skala nyeri...(0-10)

DO : Prosedur invasif
1. Klien tampak meringis
dan gelisah Terputus nya
2. Tekanan darah Kontinuitas jaringan
meningkat
3. Terjadi peningkatan Nyeri
nadi

19
Nyeri akut

DS: Terbentuknya porte de Risiko


Klien mengatakan balutan entre (pintu masuknya infeksi
luka belum diganti dan virus dan bakteri)
masih terasa sakit.
DO: Virus dan bakteri dapat
1. Tidak terjadi kemerahan, dengan mudah masuk
edema, dan terdapat kedalam tubuh
jahitan pada perineum. sehingga menyebabkan
2. Terjadi leukopenia infeksi

Risiko infeksi

IV. Diagnosa Keperawatan


1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
secara aktif akibat perdarahan.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (luka jahitan
perineum).
3) Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,statis cairan
tubuh,penurunan hemoglobin.

V. Intervensi Keperawatan

No Dx Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan
00027 Kekurangan Tujuan jangka 1. Kaji intake 1. Pengkajian
volume cairan panjang : dan out put tersebut

20
berhubungan Setelah cairan. menjadi dasar
dengan dilakukan asuhan rencana askep
kehilangan keperawatan dan evaluasi
volume secara selama 3x24 jam intervensi.
aktif akibat diharapkan klien 2. Timbang berat 2. Penurunan berat
perdarahan. dapat memenuhi badan setiap badan dapat
kebutuhan cairan hari. terjadi karena
dan pendarahan muntah
dapat teratasi. berlebihan
3. Lakukan 3. Mencegah
Tujuan jangka pemberi cairan kekurangan
pendek : intravena yang cairan dan
Setelah terdiri dari memperbaiki
dilakukan asuhan glukosa, keseimbangan
keperawatan elektrolit dan asam basa.
selama 1x24 jam vitamin.
diharapkan klien 4. Anjurkan ke 4. Pemberian
dapat memenuhi klien untuk cairan sesuai
kebutuhan cairan mengkonsumsi dengan toleransi
dan pendarahan cairan peroral klien.
dapat terpenuhi. dengan
perlahan.
Kriteria hasil:
5. Mengganti
1. Klien tampak 5. Kolaborasi
darah yang
tidak terlihat untuk
hilang akibat
lemah pemberian
proses penyakit.
2. Tekanan darah transfusi
klien normal darah.
120/80-
140/90 mmHg
3. Denyut nadi

21
klien normal
60-90 kali per
menit.
4. Volume urin
normal
5. Membran
mukosa
lembab

00132 Nyeri akut Tujuan jangka 1. Kaji 1. Lokasi dan skala


berhubungan panjang : karakteristik nyeri dapat
dengan agen Setelah ,lokasi nyeri membantu dalam
injuri fisik dilakukan asuhan dan skala ketepatan
(luka jahitan keperawatan nyeri klien. tindakan.
perineum). selama 3x24 jam
rasa nyeri dapat
teratasi.

2. Atur posisi 2. Posisi dapat


Tujuan jangka
nyaman klien menurunkan
pendek :
intensitas dari
Setelah
nyeri dengan
dilakukan asuhan
mereduksi
keperawatan
tingkat ansietas
selama 1x24 jam
dan ketegangan
diharapkan nyeri
yang merupakan
berkurang
faktor timbulnya
dengan skala 1
persepsi nyeri
(0-10).

Kriteria hasil:
3. Aromaterapi
1. Klien tidak 3. Lakukan
akan merangsang
mengeluh pemberian

22
nyeri. non- hipotalamus
2. Klien farmakologi untuk
tampak aromaterapi memproduksi
nyaman serotonin yang
3. Skala nyeri dapat
berkurang 1 meningkatkan
(0-10) kenyamanan.

4. Kolaborasi 4. Pemberian obat


Pemberian analgetik dapat
obat Analgetik memblok impuls
nyeri sehingga
dapat
mengurangi
nyeri.

00004 Risiko infeksi Tujuan jangka 1. Kaji Tanda- 1. Peningkatan


berhubungan panjang : Tanda Vital TTV dapat
dengan Setelah menandakan
trauma dilakukan asuhan terjadinya
jaringan keperawatan infeksi.
selama 3x24 jam 2. Kaji luka 2. Keadaan luka
diharapkan perineum, perineum
infeksi tidak keadaan berdekatan
terjadi. jahitan. dengan aliran
darah keluar
Tujuan jangka mengakibatkan
pendek : kecenderungan
Setelah luka untuk selalu
dilakukan asuhan kotor dan mudah
keperawatan terkena infeksi
selama 1x24 jam

23
diharapkan luka 3. Kaji 3. Pengeluaran
bersih, tidak pengeluaran lochea secara
terjadi lochea : abnormal dapat
kemerahan, dan jenis, warna, menunjukkan
edema. bau, dan adanya infeksi.
jumlah.
kriteria hasil :
1. Tidak terjadi 4. Edukasi 4. Pengetahuan
kemerahan, pencegahan tentang
edema, dan Infeksi pencegahan
terdapat infeksi dapat
jahitan pada meminimalisir
perineum. terjadinya
2. Tidak terjadi infeksi.
leukopenia
5. Anjurkan 5. Kebersihan
pembersihan perineum yang
perineum tetap terjaga
yang benar dapat mencegah
setelah terjadinya
berkemih, infeksi.
defekasi, dan
mengganti
balutan
setiap hari.
6. Pertahankan 6. Membantu
kebiasaan mencegah
mencuci kontaminasi
tangan untuk silang.
perawat, ibu,
dan

24
pengunjung.

VI. Implementasi
Implementasi adalah melaksanakan strategi dan kegiatan sesuai
dengan rencana keperawatan. Dalam melaksanakan implementasi seorang
perawat harus mempunyai kemampuan kognitif. Proses implementasi
mencakup pengkajian ulang kondisi klien. Memvalidasi rencana
keperawatan yang telah disusun, menentukan kebutuhan yang tepat untuk
memerikan bantuan, melaksanakan strategi keperawatan dan
mengkomunikasikan kegiatan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan .Di
dalam melaksanakan asuhan keperawatan, khususnya pada klien post
partum dengan komplikasi pendarahan. Dalam memberikan asuhan
keperawatan, perawat harus mampu bekerja sama dengan klien, keluarga
serta anggota tim kesehatan yang terkait, sehingga asuhan keperawatan
yang diberikan dapat optimal dan komprehensif.

VII. Evaluasi

Evaluasi keperawatan yaitu membandingkan data subyektif dan


obyektif yang dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk
meningkatkan tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasil yang
diharapkan ditetapkan selama perencanaan.

Langkah-langkah evaluasi dari proses perawatan mengukur respon


pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah tujuan.
Tujuan asuhan keperawatan untuk membantu pasien menyelesaikan
masalah kesehatan aktual, mencegah kekambuhan dari masalah potensial
dan pertahankan status sehat.Evaluasi terhadap asuhan menentukan apakah
tujuan ini telah dilaksanakan. Aspek dalam dari evaluasi mencakup
pencukuran kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dalam lingkungan
perawatan kesehatan.

25
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

26
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi
setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 ml setelah persalinan
abdominal. Adapun penyebab terjadinya perdarahan postpartum antara lain :
atonia uteri, luka jalan lahir, retensio plasenta, dan gangguan pembekuan darah.
Perdarahan postpartum ini dapat diklasifikasikan secara klinis yaitu perdarahan
postpartum primer dan perdarahan postpartum sekunder. Untuk tindakan
pencegahannya tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai
sejak wanita hamil dengan antenatal care yang baik. Pengawasan antenatal
memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan secara dini,
sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam
pertolongan persalinannya. Komplikasi perdarahan postpartum primer yang
paling berat yaitu syok.

B. Saran

Untuk Mahasiswa :
Diharapkan mahasiswa mampu menambah pengetahuan dan dapat
memahami mengenai konsep dasar mengenai pengertian, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, penatalaksanaan, komplikasi dan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus perdarahan postpartum.

DAFTAR PUSTAKA

Mitayani.2013. “ Asuhan Keperawatan Maternitas”.Jakarta: Salemba Medika.

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. “ Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi


4”. Jakarta: EGC.

Yekti Satriyandari.2017. “Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kejadian

27
Pendarahan Postpartum” .Yogyakarta: Journal of Health Studies, Vol. 1

Katin,Arjatin.2016. “Modul Keperawatan Maternitas. Jakarta: Kemenkes RI

Wilkinson, M. Judith.2016. “Diagnosa Keperawatan NANDA1, NIC, NOC,

Ed.1”.Jakarta: Kedokteran EGC.

Ratnawati,Ana.2016.Asuhan Keperawatan Maternitas.PT Pustaka


Baru:Yogyakarta

Ladwig,Patricia,W.London, Marcia,L.Olds,Sally,B.2006.Asuhan Keperawatan


Ibu-Bayi Baru Lahir.Buku Kedokteran EGC:Jakarta

Straight,Barbara R.2005.Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir Ed 3. Kedokteran


EGC:Jakarta

28

Anda mungkin juga menyukai