Anda di halaman 1dari 18

B.

Asuhan Keperawatan TBC (Tubercolosis)


1. Pengkajian
a. Biodata klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
suku bangsa, status perkawinan, dan alamat.
b. Riwayat kesehatan Klien
1) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Perawat menanyakan tentangriwayat penyakit pernapasan pasien. Secara
umum perawat perlu menanyakan mengenai hal-hal berikut ini:
a) Riwayat merokok, merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru,
emfisema, dan bronkhitis kronis. Semua keadaan itu sangatjarang menimpa
nonperokok. Anamnesis harus mencakupp hal-hal:
 Usia mulainya merokok secara rutin
 Rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari
 Usia menghentikan kebiasaan merokok
b) Pengobatan saat ini dan masa lalu
c) Alergi
d) Tempat tinggal

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaimana keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau
terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.

c. Keluhan utama
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan pasien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa
muncul pada pasien yang mengalami gangguan siklus O2 dan CO2 antara lain
batuk, peningkatan produksi sputum, dipsnea, hemoptisis, wheezing, stridor,
dan nyeri dada.
a) Batuk (Cough)
Batuk merupakan gejala utama pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Tanyakan berapa lama pasien mengalami batuk (misal: satu
minggu, tiga bulan). Tanyakan juga bagaimana hal tersebut timbul dengan
waktu spesifik ( misal: pada malam hari, ketika bangun tidur) atau hubungan
nya dengan aktivitas fisik. Tentukan batuk tersebut apakah produktif atau
nonproduktif dan berdahak atau kering.
b) Peningkatan produksi sputum
Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersam adengan batuk
atau bersihan tenggorokan. Percabangan trakheobronkhial secara normal
memproduksi sekitar 3 ons mukus setiap hari sebagai bagian dari mekanisme
pembersihan normal. Namun produksi sputum akibat batuk adalah tidak
normal. Tanyakan dan catat warna, konsistensi bau dan jumlah dari sputum
karena hal-hal tersebut dapat menjukan keadaan dari proses patologik. Jika
tejadi infeksi, sputum berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu, dan
jernih. Pada keadaan edema paru-paru, sputum akan berwarna merah muda
karena mengandung darah dengan jumlah yang banyak.
c) Dispne
merupakan suatu persepsi kesulitan bernapas/napas pendek dan merukan
perasaan subjektif pasien. Perawat mengkajitentang kemampuan pasien saat
melakukan aktivitas. Sebagai contoh, ketika berjalan apakah pasien
mengalami dispnea? Perlu dikaji juga kemungkinan timbulnya proxysmal
noctural dispnea dan orthopnea, yang berhubungan dengan penyakit paru-paru
kronis dan gagal jantung kiri.
d) Hemoptisis

Hemoptisis adalah darah yang kelur dari mulut saat batuk. Perawat
mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, pendarahan hidung,
atau perut. Darah yang berasal dari paru-paru biasanya berwarna merah terang
merah terang karena darah dalam paru-paru distimulasi segera oleh refleks
batuk. Penyakit yang menyebabkan hemoptisis antara lain bronkhitis kronik,
brokhientasis, tuberkulosis (TB) paru-paru, cystic fibrosis, upper airway
necrotizing granuloma, emboli paru-paru, pneumonia, kanker paru-paru, dan
abses paru-paru.

e) Chest pain

Nyeri dada (chest pain) dapat berhubungan dengan jantung dan paru-paru.
Gambaran yang lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk
membedakan nyeri pada pleura, muskuskeletal, kardiak, dan
gastrointestinal. Paru-paru tidak mempunyai saraf yang sensitif terhadap
nyeri. Namun saraf tersebut dimiliki oleh iga, otot, pleura priental, dan
percabangan trakheobronkial.oleh karena perasaan nyeri murni bersifat
subjektif, maka perawat harus menganalisis nyeri yang ditimbulkan dan
berhubungan engan masalah.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru
sekurang-kurangnya ada tiga hal, yaitu:
a) Penyakit infeksi tertentu khususnya tuberkulosis ditularkan melalui satu orang
keorang lainnya. Manfaat menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi
akan dapat diketahui sumber penularannya.
b) Kelainan alergi, seperti asma bronkhial, menunjukan suatu presdiposisi
keturunan tertentu. Selain itu serangan asma mungkin dicetuskan oleh konflik
keluarga atau orang terdekat.
c) Pasien bronkhitis kronis mungkin bermukim di daerah yang tingkat polusi
udaranya tinggi. Namun polusi udara tidak menimbulkan bronkhitis kronis,
melainkan hanya memperkuat penyakit tersebut.

e. Riwayat Psikologis
Pengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup
pasien yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa
kondisi respiratori timbul akibat stres. Penyakit pernapasan kronis dapat
menyebabkan perubahan dalam peran keluarga adan hubungan dengan orang lain,
isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan, atau ketidakmampuan. Dengan
mendiskusikan mekanisme pengobatan, perawat dapat mengkaji reaksi pasien
terhadap masalah stres psikososial dan mencari jalan keluarnya.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Head to Toe
a) Inspeksi
Prosedur inspeksi yang dilakukan oleh perawat sebagai berikut:
- Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus dalam
keadaan duduk.
- Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainya.
- Tindakan dilakukan dari atas sampai bawah.
- Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (skar,lesi,
dan masaa) dan gangguan tulang belakang (kifosis, skoliosis, dan
lordosis).
- Catat jumlah,irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan
pergerakkan dada.
- Observasi tipe pernapasan seperti: pernapasan hidung atau pernapasan
diafragma serta penggunaan obat bantu pernapasan.
- Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi dan fase
ekspirasi. Rasio pada fase ini normalnya adalah 1:2. Fase ekspirasi
yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas dan
sering ditemukan pada pasien dengan Chronic Airflow Limitation
(CAL)/ Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
- Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP)
dengan lateral/transversal (T) . Rasio normal antara 1:2 sampai 5:7,
tergantung dari kondisi cairan tubuh pasien.
- Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pernapasan atau
tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru-
paru atau pleura.
- Observasi retraksi abnormal ruang interkostalis selama inspiras,yang
dapat mengindikasikan obstruksi jalan napas.
b) Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakkan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan
mengetahui vocal/tactil fromitus (vibrasi). Palpasi toraks berguna untuk
mengetahui abnormalitas yang tetrkaji saat inspeksi seperti massa,lessi,
dan bengkak. Perlu dikaji juga kelembutan kulit terutama jika pasien
mengeluh nyeri. Perhatikan adanya getaran dinding dada yang dihasilkan
ketika berbicara (vocal fremitus).
c) Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner,organ
yang ada disekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis
suara perkusi:
 Suara perksusi normal:
- Resonan
- Dullness
- Tympany
 Suara perkusi abnormal
- Hiperresonan
- Flatness
d) Auskultasi
Mencakup mendengarkan suara napas normal dan suara tambahan
(abnormal). Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
 Jenis suara napas normal
- Bronchial
- Bronkovesikuler
- Vesikuler
 Jenis suara napas tambahan:
- Wheezing
- Ronchi
- Pleural friction rub
- Crackles
i. Fine crackles
ii. Coarse crackles
2) B1-B6
a) B1 ( Breathing)
Pada klien dengan TB paru minimal dan tanpa komplikasi biasanya
gerakan pernapasan tidak mengalami perubahan. Namun,jikaterdapat
komplikasi yang melibatkan kerusakan luas pada parenkim paru biasanya
klien akan terlihat akan mengalami sesak napas, peningkatan frekuensi
napas, dan menggunakan otot bantu napas.
b) B2 ( Blood)
Pada klien dengan TB paru pengkajian yang dapat meliputi:
 Inspeksi : Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan
fisik.
 Palpasi : Denyut nadi perifer melemah
 Perkusi : Batas Jantung mengalami pergesaran pada TB
paru dengan efusi pleura massif mendorong ke sisi sehat
 Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan
c) B3 ( Brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis, ditemukan adanya siaonis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, klien
tampak dengan wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan
menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan
adanya konjungtiva anemis pada TB paru dengan hematoe masif dan
kronis dan sklera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi hati.
d) B4 ( Bladder)
Penukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh
karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut
merupakan tnada awal dari syok Klien diinformasikan agar terbiasa
dengan urine yang bewarna jingga pekat dan berbau yang menandakan
fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena meminum OAT
terutama Rifampisin.
e) B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
f) B6 (Bone)
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB Paru. Gejala
yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
menetap, dan jadwal olahraga menjadi tidak teratur.

2. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan


No Diagnosis HasiL yang Dicapai Intervensi
(NOC)
1.Risiko Infeksi berhubungan Kontrol Risiko : Kontrol Infeksi
dnegan kurang pengetahuan Proses Infeksi Independen
untuk menghindari pajanan  Mengidentifikasi  Tinjau patologi
terhadap patogen intervensi untuk penyakit fase aktif
mencegah atau atau inaktif,
Definisi : mengurangi risiko diserminasi/penyeba
Rentan mengalami invasi dan penyebaran infeksi. ran infeksi melalui
multiplikasi organisme  Mendemonstrasikan bronki ke jaringan di
patogenik yang dapat teknik dan memulai dekatnya atau
mengganggu kesehatan. perubahan gaya melalui aliran darah
hidup untuk dan sistem limfatik
meningkatkan dan kemungkinan
keamanan penyebaran infeksi
lingkungan. via doplet yang di
tularkan melalui
udara selama batuk,
bersin, meludah,
berbicara, tertawa
dan bernyanyi.
 Identifikasi
oranglain yang
berisiko seperti
anggota rumah
tangga, orang dekat
dan teman.
 Instruksikan klien
untuk batuk, bersin
dan mengeluarkan
sekret ke tisu dan
menahan diri untuk
tidak meludah.
Tinjau pembuangan
tisu yang benar dan
teknik mencuci
tangan yang baik.
Minta klien untuk
mendemonstrasikan
ulang.
 Tinjau keharusan
tindakan untuk
mengendalikan
infeksi, seperti
isolasi pernapasan
secara sementara.
 Pantau suhu tubuh,
sesuai indikasi.
 Identifikasi faktor
risiko individual
untuk reaktivasi
tuberkolosis, seperti
penurunan resistansi
yang berhubungan
dengan alkoholisme,
malnutrisi, bedah
pintas
intestinal/usus,
penggunaan obat
imunosupresan
(penekan imun),
adanya diabetes
melitus atau kanker,
atau pascapartum.
 Tekankan
pentingnya terapi
obat yang tidak
terputus, evaluasi
potensi klien untuk
bekerja sama.
 Tinjau pentingnya
tindak lanjut dan
kultur sputum ulang
secara periodik
selama durasi terapi.
 Dorong pemilihan
dan memakan
makanan seimbang.
Beri makanan
kudapan dalam porsi
kecil namun sering
sebagai pengganti
makanan besar jika
tepat.
Kolaboratif:
 Beri agens anti-
infeksi, sesuai
indikasi, misalnya:
Obat primer:
isoniazid,
rifampisin,
pirazinamid, dan
etambutol
Rufabutin
Agens investigasi
seperti diarilquinolin
 Pantau studi
laboratorium,
seperti berikut ini :
Hasil apus sputum
Studi fungsi hati,
seperti aspartat
Aminotransferase
(AST), alinin
Aminotransferase
(ALT).
 Beri tahu layanan
kesehatan local.
Ketidakefektifan bersihan Status Pernapasan: Manajemen Jalan
jalan napas berhubungan Patensi Jalan Napas Napas:
dengan mukus berlebihan,  Mempertahankan Independen
eksudat di dalam alveoli patensi jalan napas.  Kaji fungsi
(edema trakea atau faring)  Mengeluarkan pernapasan, seperti
sekresi tanpa suara napas,
Definisi: bantuan. kecepatan, irama,
Ketidakmampuan  Mendemonstrasikan dan kedalaman
membersihkan sekresi atau perilaku untuk pernapasan, serta
obstruksi dari saluran napas meningkatkan atau penggunaan otot
untuk mempertahankan mempertahankan aksesoris
bersihan jalan napas. bersihan jalan napas. pernapasan.
 Berpartisipasi dalam  Catat kemampuan
regimen terapi, untuk mengeluarkan
dalam tingkat mukus dan
kemampuan dan melakukan batuk
situasi. secara efektif,
 Mengidentifikasi dokumentasikan
kemungkinan karakter dan jumlah
komplikasi dan sputum dan
memulai tindakan keberadaan
yang tepat. hemoptisis.
 Letakkan klien
dalam posisi semi-
fowler atau fowler
tinggi. Bantu klien
untuk batuk dan
melakukan latihan
napas dalam.
 Bersihkam sekresi
dari mulut dan
trakea, lakukan
pengisapan sesuai
kebutuhan.
 Pertahankan asupan
cairan minimal 2500
ml/hari kecuali
dikontraindikasikan.

Kolaboratif
 Lembapkan oksigen
yang
diinspirasi/dihirup.
 Beri medikasi,
sesuai indikasi,
misal:
Agens mukolitik,
seperti asetilsistein
Bronkodilator,
seperti oktrifilin
dan teofilin
Kortikosteroid
(prednison)
 Bersiap untuk dan
membantu intubasi
emerjensi.

Gangguan pertukaran gas Status Pernapasan: Pemantauan


yang berhubungan dengan Pertukaran Gas Pernapasan:
Ketidakseimbangan ventilasi-  Melaporkan tidak Independen
perfusi. terjadi dispnea atau  Kaji dispnea
dispnea berkurang. (menggunakan skala
Definisi:  Mendemonstrasikan 0-10 [atau yang
Kelebihan atau defisit peningkatan ventilasi serupa dengan skala
oksigenasi dan/atau eliminasi ini]), takipnea, suara
karbondioksida pada membran dan oksigenasi napas abnormal,
alveolar-kapiler. jaringan yang adekuat peningkatan upaya
dengan GDA berada pernapasan,
dalam kisaran yang keterbatasan
dapat diterima. ekspansi dinding
 Terbebas dari gejala dada dan keletihan.
distres pernapasan.  Evaluasi perubahan
dalam tingkat
mental.
 Catat sianosis atau
perubahan warna
kulit, termasuk
membran mukosa
dan bantalan kuku.
 Demonstrasikan dan
dorong pernapasan
dengan mendorong
bibir selama
ekshalasi, terutama
untuk klien fibrosis
atau klien yang
mengalami
destruksi/penghancu
ran parenkim.
 Tingkatkan tirah
baring, atau batasi
aktivitas dan bantu
aktivitas perawatan
diri sesuai
kebutuhan.
Kolaboratif
 Pantau GDA serial
dan oksimetri nadi.
 Beri oksigen
tambahan sesuai
kebutuhan.
Ketidakseimbangan nutrisi : Status Nutrisional: Manajemen Nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh  Mendemonstrasikan Independen:
yang berhubungan dengan pertambahan berat  Dokumentasikan
faktor biologis- sering batuk badan progresif status nutrisional
dan produksi sputum;dispneu. dengan normalisasi klien saat masuk
nilai laboratorium dan rumah sakit, catat
Definisi: terbebas dari tanda- turgor kulit, berat
Asupan nutrisi tidak cukup tanda malnutrisi. badan saat ini dan
untuk memenuhi metabolic.  Memulai perubahan derajat penurunan
perilaku atau gaya BB, integritas
hidup untuk mukosa oral,
memperoleh kembali kemampuan untuk
dan mempertahankan menelan, keberadaan
berat badan yang tonus usus besar,dan
tepat. riwayat mual, muntah
atau diare.
 Pastikan pola diet
klien yang biasa dan
apa yang disukai dan
tidak disukai.
 Pantau asupan dan
haluaran (I&O) dan
BB secara periodic.
 Investigasi anorexia,
mual dan muntah
 Catat kemungkinan
korelasi dengan
medikasi. Pantau
frekuensi , volume,
dan konsistensi feses.
 Dorong dan beri
periode istirahat yang
sering.
 Beri perawatan oral
sebelum dan setelah
terapi pernapasan.
 Dorong makan dalam
porsi sedikit tapi
sering dengan
makanan tinggi
protein dan
karbohidrat.
Kolaboratif:
 Rujuk ke ahli gizi/
nutrisi untuk
penyesuaian dalam
komposisi diet.
 Konsultasi dengan
terapi pernapasan
untuk menjadwalkan
terapi 1-2 jam
sebelum atau sesudah
makan.
 Pantau studi
laboratorium,seperti
nitrogen urea darah
(BUN), protein
serum, dan
prealbumin dan
albumin.
 Beri antipiretik jika
tepat.

3. Implementasi
Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang
nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tahap implementasi ini terdiri dari
beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, menuliskan atau
mendokumentasikan rencana keperawatan, serta melanjutkan pengumpulan data.

4. Evaluasi
1) Risiko Infeksi berhubungan dnegan kurang pengetahuan untuk menghindari pajanan
terhadap pathogen.
Hasil:
- Pasien mengatakan paham mengenai penyakitnya, pengobatan dan faktor
penularannya.
- Tidak ditemukan percepatan penyakitnya maupun yang menyertainnya.
2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus berlebihan,
eksudat di dalam alveoli (edema trakea atau faring).
Hasil:
- Pasien mengatakan jalan nafasnya sudah berfungsi
- Pasien mampu mengeluarkan secret tanpa bantuan
- Pasien nampak rileks
3) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan Ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi.
- Pasien mengatakan sesaknya berkurang
- Pasien nampak rileks
4) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan faktor biologis- sering batuk dan produksi sputum;dispneu.
- Pasien mengatakan rasa mual dan muntah akibat produksi sputum yang
berlebihan berkurang
- Nafsu makan pasien bertambah
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin H & Kusuma.2016. Asuhan Keperawatan Praktis.Yogyakarta: Mediaction
Jogja.
Deni, Yasmara, dkk.2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah:Diagnosis
NANDA-I 2015-2017 Intervensi NIC hasil NOC.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan: Salemba Medika.
Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal-Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan: Salemba Medika.
http://repository.ump.ac.id/798/1/EMI%20SURYANI%20BAB%20II.pdf (diakses 28
Oktober 2018)

Anda mungkin juga menyukai