c. Keluhan utama
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan pasien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa
muncul pada pasien yang mengalami gangguan siklus O2 dan CO2 antara lain
batuk, peningkatan produksi sputum, dipsnea, hemoptisis, wheezing, stridor,
dan nyeri dada.
a) Batuk (Cough)
Batuk merupakan gejala utama pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Tanyakan berapa lama pasien mengalami batuk (misal: satu
minggu, tiga bulan). Tanyakan juga bagaimana hal tersebut timbul dengan
waktu spesifik ( misal: pada malam hari, ketika bangun tidur) atau hubungan
nya dengan aktivitas fisik. Tentukan batuk tersebut apakah produktif atau
nonproduktif dan berdahak atau kering.
b) Peningkatan produksi sputum
Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersam adengan batuk
atau bersihan tenggorokan. Percabangan trakheobronkhial secara normal
memproduksi sekitar 3 ons mukus setiap hari sebagai bagian dari mekanisme
pembersihan normal. Namun produksi sputum akibat batuk adalah tidak
normal. Tanyakan dan catat warna, konsistensi bau dan jumlah dari sputum
karena hal-hal tersebut dapat menjukan keadaan dari proses patologik. Jika
tejadi infeksi, sputum berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu, dan
jernih. Pada keadaan edema paru-paru, sputum akan berwarna merah muda
karena mengandung darah dengan jumlah yang banyak.
c) Dispne
merupakan suatu persepsi kesulitan bernapas/napas pendek dan merukan
perasaan subjektif pasien. Perawat mengkajitentang kemampuan pasien saat
melakukan aktivitas. Sebagai contoh, ketika berjalan apakah pasien
mengalami dispnea? Perlu dikaji juga kemungkinan timbulnya proxysmal
noctural dispnea dan orthopnea, yang berhubungan dengan penyakit paru-paru
kronis dan gagal jantung kiri.
d) Hemoptisis
Hemoptisis adalah darah yang kelur dari mulut saat batuk. Perawat
mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, pendarahan hidung,
atau perut. Darah yang berasal dari paru-paru biasanya berwarna merah terang
merah terang karena darah dalam paru-paru distimulasi segera oleh refleks
batuk. Penyakit yang menyebabkan hemoptisis antara lain bronkhitis kronik,
brokhientasis, tuberkulosis (TB) paru-paru, cystic fibrosis, upper airway
necrotizing granuloma, emboli paru-paru, pneumonia, kanker paru-paru, dan
abses paru-paru.
e) Chest pain
Nyeri dada (chest pain) dapat berhubungan dengan jantung dan paru-paru.
Gambaran yang lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk
membedakan nyeri pada pleura, muskuskeletal, kardiak, dan
gastrointestinal. Paru-paru tidak mempunyai saraf yang sensitif terhadap
nyeri. Namun saraf tersebut dimiliki oleh iga, otot, pleura priental, dan
percabangan trakheobronkial.oleh karena perasaan nyeri murni bersifat
subjektif, maka perawat harus menganalisis nyeri yang ditimbulkan dan
berhubungan engan masalah.
e. Riwayat Psikologis
Pengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup
pasien yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa
kondisi respiratori timbul akibat stres. Penyakit pernapasan kronis dapat
menyebabkan perubahan dalam peran keluarga adan hubungan dengan orang lain,
isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan, atau ketidakmampuan. Dengan
mendiskusikan mekanisme pengobatan, perawat dapat mengkaji reaksi pasien
terhadap masalah stres psikososial dan mencari jalan keluarnya.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Head to Toe
a) Inspeksi
Prosedur inspeksi yang dilakukan oleh perawat sebagai berikut:
- Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus dalam
keadaan duduk.
- Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainya.
- Tindakan dilakukan dari atas sampai bawah.
- Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (skar,lesi,
dan masaa) dan gangguan tulang belakang (kifosis, skoliosis, dan
lordosis).
- Catat jumlah,irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan
pergerakkan dada.
- Observasi tipe pernapasan seperti: pernapasan hidung atau pernapasan
diafragma serta penggunaan obat bantu pernapasan.
- Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi dan fase
ekspirasi. Rasio pada fase ini normalnya adalah 1:2. Fase ekspirasi
yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas dan
sering ditemukan pada pasien dengan Chronic Airflow Limitation
(CAL)/ Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
- Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP)
dengan lateral/transversal (T) . Rasio normal antara 1:2 sampai 5:7,
tergantung dari kondisi cairan tubuh pasien.
- Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pernapasan atau
tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru-
paru atau pleura.
- Observasi retraksi abnormal ruang interkostalis selama inspiras,yang
dapat mengindikasikan obstruksi jalan napas.
b) Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakkan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan
mengetahui vocal/tactil fromitus (vibrasi). Palpasi toraks berguna untuk
mengetahui abnormalitas yang tetrkaji saat inspeksi seperti massa,lessi,
dan bengkak. Perlu dikaji juga kelembutan kulit terutama jika pasien
mengeluh nyeri. Perhatikan adanya getaran dinding dada yang dihasilkan
ketika berbicara (vocal fremitus).
c) Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner,organ
yang ada disekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis
suara perkusi:
Suara perksusi normal:
- Resonan
- Dullness
- Tympany
Suara perkusi abnormal
- Hiperresonan
- Flatness
d) Auskultasi
Mencakup mendengarkan suara napas normal dan suara tambahan
(abnormal). Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
Jenis suara napas normal
- Bronchial
- Bronkovesikuler
- Vesikuler
Jenis suara napas tambahan:
- Wheezing
- Ronchi
- Pleural friction rub
- Crackles
i. Fine crackles
ii. Coarse crackles
2) B1-B6
a) B1 ( Breathing)
Pada klien dengan TB paru minimal dan tanpa komplikasi biasanya
gerakan pernapasan tidak mengalami perubahan. Namun,jikaterdapat
komplikasi yang melibatkan kerusakan luas pada parenkim paru biasanya
klien akan terlihat akan mengalami sesak napas, peningkatan frekuensi
napas, dan menggunakan otot bantu napas.
b) B2 ( Blood)
Pada klien dengan TB paru pengkajian yang dapat meliputi:
Inspeksi : Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan
fisik.
Palpasi : Denyut nadi perifer melemah
Perkusi : Batas Jantung mengalami pergesaran pada TB
paru dengan efusi pleura massif mendorong ke sisi sehat
Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan
c) B3 ( Brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis, ditemukan adanya siaonis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, klien
tampak dengan wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan
menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan
adanya konjungtiva anemis pada TB paru dengan hematoe masif dan
kronis dan sklera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi hati.
d) B4 ( Bladder)
Penukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh
karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut
merupakan tnada awal dari syok Klien diinformasikan agar terbiasa
dengan urine yang bewarna jingga pekat dan berbau yang menandakan
fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena meminum OAT
terutama Rifampisin.
e) B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
f) B6 (Bone)
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB Paru. Gejala
yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
menetap, dan jadwal olahraga menjadi tidak teratur.
Kolaboratif
Lembapkan oksigen
yang
diinspirasi/dihirup.
Beri medikasi,
sesuai indikasi,
misal:
Agens mukolitik,
seperti asetilsistein
Bronkodilator,
seperti oktrifilin
dan teofilin
Kortikosteroid
(prednison)
Bersiap untuk dan
membantu intubasi
emerjensi.
3. Implementasi
Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang
nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tahap implementasi ini terdiri dari
beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, menuliskan atau
mendokumentasikan rencana keperawatan, serta melanjutkan pengumpulan data.
4. Evaluasi
1) Risiko Infeksi berhubungan dnegan kurang pengetahuan untuk menghindari pajanan
terhadap pathogen.
Hasil:
- Pasien mengatakan paham mengenai penyakitnya, pengobatan dan faktor
penularannya.
- Tidak ditemukan percepatan penyakitnya maupun yang menyertainnya.
2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus berlebihan,
eksudat di dalam alveoli (edema trakea atau faring).
Hasil:
- Pasien mengatakan jalan nafasnya sudah berfungsi
- Pasien mampu mengeluarkan secret tanpa bantuan
- Pasien nampak rileks
3) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan Ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi.
- Pasien mengatakan sesaknya berkurang
- Pasien nampak rileks
4) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan faktor biologis- sering batuk dan produksi sputum;dispneu.
- Pasien mengatakan rasa mual dan muntah akibat produksi sputum yang
berlebihan berkurang
- Nafsu makan pasien bertambah
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin H & Kusuma.2016. Asuhan Keperawatan Praktis.Yogyakarta: Mediaction
Jogja.
Deni, Yasmara, dkk.2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah:Diagnosis
NANDA-I 2015-2017 Intervensi NIC hasil NOC.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan: Salemba Medika.
Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal-Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan: Salemba Medika.
http://repository.ump.ac.id/798/1/EMI%20SURYANI%20BAB%20II.pdf (diakses 28
Oktober 2018)