BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002). Masa post partum dibagi
dalam tiga tahap :Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Ear post partum
period (minggu pertama) dan Late post partum period (minggu kedua sampai minggu
keenam)..Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post
partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late
post partum period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan pasca
persalinan atau HPP.
Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dasar,
Kematian perempuan usia subur disebabkan masalah terkait kehamilan, persalinan,
dan nifas akibat perdarahan. Data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian
maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan 100.000
kematian maternal tiaptahun (WHO, 2008).
Mengingat masih tingginya angka kematian pada ibu dengan haemoragic post partum
di Indonesia, maka penyusun tertarik untuk menyusun makalah ini dan dengan
adanya asuhan keperawatan diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan dalam bidang persalinan sehingga dapat mencegah
dan menangani dengan tepat dan benar untuk setiap kejadian perdarahan post partum.
B. TUJUAN
1
1. UMUM
Mempelajari pengaruh perdarahan pada masa nifas pada ibu dan asuhan
keperawatannya pada ibu dengan perdarahan pada masa nifas atau haemorragic
post partum.
2. KHUSUS
Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan pengertian perdarahan pada masa nifas (haemorragic post
partum)
b. Menyebutkan klasifikasi perdarahan pada masa nifas (haemorragic post
partum)
c. Menyebutkan penyebab dari perdarahan pada masa nifas (haemorragic post
partum).
d. Menyebutkan factor predisposisi dari perdarahan pada masa nifas
(haemorragic post partum)
e. Menjelaskan patofisiologi dari perdarahan pada masa nifas (haemorragic
post partum)
f. Menyebutkan gejala – gejala pada pasien dengan perdarahan pada masa nifas
(haemorragic post partum)
g. Menyebutkan komplikasi pada pasien dengan perdarahan pada masa
nifas(haemorragic post partum)
h. Menguraikan penatalaksanaan pada pasien dengan perdarahan pada masa nifas
(haemorragic post partum)
i. Menguraikan asuhan keperawatan pada ibu dengan perdarahan pada masa
nifas (haemorragic post partum) yang meliputi :
Menguraikan pengkajian pada ibu dengan perdarahan pada masa nifas
(haemorragic post partum)
Menyebutkan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan tersebut
Menyusun rencana keperawatan pada ibu dengan perdarahan pada masa
nifas (haemorragic post partum)
Menguraikan intervensi keperawatan pada ibu dengan perdarahan pada
masa nifas (hemoragic post partum)
2
Melakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan pada asuhan
keperawatan tersebut
BAB II
ISI
A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
3
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam
setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum
adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan
plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998)
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam
24 jam pertamasetelah lahirnya bayi (Williams, 1998)
POGI, tahun 2000 mendefinisikan perdarahan paska persalinan adalah perdarahan
yang terjadi pada masa post partum yang menyebabkan perubahan tanda vital seperti
klien mengeluh lemah,limbung, berkeringat dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea,
sistolik < 90 mmHg, Nadi > 100 x/menit dan kadar HB < 8 gr %.
2. KLASIFIKASI PERDARAHAN
a. Perdarahan paska persalinan dini/early HPP/primary HPP adalah perdarahan
berlebihan (600 ml/lebih) dari saluran genitalia yang terjadi 12-24 jam pertama
setelah melahirkan.
b. Perdarahan paska persalinan lambat / late HPP/ secondary HPP adalah perdarahan
yang terjadi antara hari kedua sampai enam minggu paska persalinan.
3. ETIOLOGI
Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu :
a. Penyebab perdarahan paska persalinan dini :
1) Perlukaan jalah lahir: ruptur uteri, robekan seviks, vagina dan perineum, luka
episiotomi.
2) Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia uteri,retensi
plasenta, inversio uteri.
3) Gangguan mekanisme pembekuan darah.
4) Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan oleh sisa
plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk pembuangan dalam
uterus sehingga terjadi sub involusi uterus.
4. FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan factor predisposisi
terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah lagi dengan
tidak maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama hamil. Oleh karena itu
faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal dan diantisipasi pada waktu persalinan :
a. Trauma Persalinan
4
Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus diikuti
dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan pada jalan lahir dan
segera dilakukan penjahitan dengan benar.
b. Atonia Uterus
Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus diantisipasi
dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat uterotonika
serta pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar.
c. Jumlah darah sedikit
Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek, hipertensi saat
hamil, pre eklampsia dan eklamsi.
d. Kelainan pembekuan darah
Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu diantisipasi
dengan hati-hati dan seksama.
5. PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus
masihterbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum
spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka. Pada
waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan
terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan
demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang
luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
6 MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis bedasarkan penyebab :
a. Atonia Uteri
1) Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan
segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)
2) Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi
cepatdan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan Jalan lahir
5
1) Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah
bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik
2) Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil
c. Retensio Plasenta
1) Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik
2) Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan,
inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya Plasenta (sisa plasenta)
1) Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah) tidak lengkap dan perdarahan segera
2) Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi
fundus tidak berkurang
e. Inversio Uterus
1) Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak
tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau
berat
2) Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat.
7 KOMPILIKASI
a. Memudahkan terjadinya :
1) Anemia yang berkelanjutan
2) Infeksi puerperium
b. Terjadi necrosis hipofise anterior dan sindrom Sheehan
1) Kelemahan umum (Asthenia)
2) Menurunnya berat badan sampai cachexia
3) Penurunan fungsi seksual
4) Memudarnya tanda-tanda seks sekunder
5) Turunnya metabolisme – hipotensi
6) Amenorea sekunder
c. Kematian perdarahan post partum
8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Penunjang
1) Pada pemeriksaan jumlah darah lengkap ditemukan penurunan Hb (<10 mg
%), penurunan kadar Ht (normal 37% - 41%) dan peningkatan jumlah sel darah
putuih (SDP).
6
2) Pada Urinalisis ditemukan kerusakan kandung kemih
9 PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Umum
1) Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal
2) Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
3) Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
4) Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan
dengan masalah dan komplikasi
5) Atasi syok jika terjadi syok
6) Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan
uterus, beri uterotonika 10 ml IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500ml
NS/RLdengan tetesan 40 tetes/menit)
7) Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan
lahir
8) Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah
9) Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk
10) Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan
lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya
b. Penatalaksanaan Khusus
1) Atonia uteri
a) Kenali dan tegakan kerja atonia uteri
b) Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan
pengurutan uterus
c) Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir
d) Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan :
I. Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding
abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan
yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi
7
diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau
dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan.
3) Plasenta inkaserata
a) Tentukan diagnosis kerja
b) Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi serviks yang
kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk menghilangkan
kontriksi serviks yang kuat, siapkan infus oksitosin 20 untuk 500 ml NS
8
atau RL untuk mengantisipasi gangguan kontraksi uterus yang mungkin
timbul
c) Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup
untuk melahirkan plasenta
d) Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta
tampak jelas
e) Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan
speculum
f) Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak jelas
g) Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta
disisi berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten
untuk memegang klem tersebut
h) Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral
i) Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah jarum jam
tarik plasenta keluar perlahan-lahan.
4) Ruptur uteri
a) Berikan segera cairan isotonik (RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan
siapkan laparatomi.
b) Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas pelayanan
kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan.
c) Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan,
lakukan operasi uterus.
d) Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkwatirkan
lakukan histerektomi.
e) Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum abdomen.
f) Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda infeksi
5) Sisa plasenta
a) Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta setelah
dilahirkan.
b) Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis.
9
c) Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan bekuan
darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret.
d) Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600 mg/hari selama 10
hari
7) Robekan serviks
a) Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan mengalami
robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala bayi.
b) Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan
banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan porsio.
c) Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga perdarahan
dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai
10
robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan dimulai dari ujung atas robekan
kemudian kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahit
d) Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan
perdarahan paska tindakan.
e) Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda infeksi.
f) Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb dibawah 8 gr%
berikan transfusi darah.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1) Identitas
Sering terjadi pada ibu dengan riwayat multiparitas pada usia dibawah 20
tahun dan diatas 35 tahun.
2) Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, keluar keringat dingin,
kesulitan bernafas, pusing, pandangan berkunang-kunang
11
b. Pola eliminasi
Penurunan BAK, konstipasi
B. Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan umum
Keadaan umum lemah, nyeri kepala dan abdomen, gelisah dan cemas.
Sementara kesadaran menurun sampai apatis. Tanda-tanda vital
terjadi penurunan tekanan darah (hipotensi), takikardi, peningkatan suhu
dan takipnea.
2) Kepala
Nyeri kepala, muka pucat, mukosa bibir kering, gangguan penglihatan atau
mata berkunang-kunang, berkeringat dingin.
3) Dada
Takipnea dan takikardi, kesulitan bernafas.
4) Abdomen
Fundus uteri lembek, tidak ada kontraksi uterus.
5) Genitalia
Keluar darah dari vagina, lochea dalam jumlah lebih dari 500cc, dan
terdapat robekan serviks.
6) Ekstermitas
Keluar keringat dingin, lemah, malaise, CRT > 3 detik.
12
2. DIANOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke jaringan akibat perdarahan post partum
13
h. Berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan
transportasi sirkulasi jaringan)
4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, dan menilai data yang baru.
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk:
1) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
17
2) Memodifikasi rencana tidakan keperawatan
3) Meneruskan rencana tindakan keperawatan. Dari data sebelumnya maka
didapat data evaluasi sebagai berikut:
Kebutuhan volume cairan terpenuhi dengan tidak adanya
perdarahan berlebih pada vagina dan kadar Hb normal (>10 gr%).
Tanda vital normal dan tidak ada perubahan warna kuku, mukosa bibir,
gusi dan lidah, suhu kulit, jumlah gas darah normal.
Ibu tidak cemas dan takikardia, takipnea dan gemetar. Klien dan
keluarganya menunjukan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan
psikologis dan emosinya.
Tidak ada tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang
lembek, dan nyeri panggul.
Kesadaran baik dan tidak ada tanda-tanda eklamsi (hiperaktif,
reflek patella dalam, penurunan nadi dan respirasi, nyeri epigastrium dan
oliguri)
Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang
komplikasi dan pengobatan yang dilakukan
18
DAFTAR PUSTAKA
Taber Ben-Zion, MD (1994) Kapita Selekta : Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Penerbit
EGC, Jakarta.
Julianto Pobi.2011 Asuhan Keperawatan Ibu Nifas dengan Perdarahan Post Partum,
http://julianto10.blogspot.com, diakses tanggal 8 Desember 2011
19
Yayan A. Israr, S.Ked. Tengku Anita, S.Ked. Lestari, S.Ked. Apriani Dewi, S.Ked. Fakultas
Kedokteran Universitas Riau. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 2008. Perdarahan Post Partum,
http://belibis-a17.com, diakses tanggal 22 Desember 2011
20