Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

PERDARAHAN POST PARTUM ( HPP )

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002). Masa post partum dibagi
dalam tiga tahap :Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Ear post partum
period (minggu pertama) dan Late post partum period (minggu kedua sampai minggu
keenam)..Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post
partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late
post partum period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan pasca
persalinan atau HPP.

Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dasar,
Kematian perempuan usia subur disebabkan masalah terkait kehamilan, persalinan,
dan nifas akibat perdarahan. Data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian
maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan 100.000
kematian maternal tiaptahun (WHO, 2008).

Menurut Willams & Wilkins (1988) perdarahan pasca persalinan adalah


perdarahanyang terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500 cc segera setelah
bayi lahir dapatdisebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta, inversio
uteri, laserasi jalanlahir, dan gangguan pembekuan darah.

Mengingat masih tingginya angka kematian pada ibu dengan haemoragic post partum
di Indonesia, maka penyusun tertarik untuk menyusun makalah ini dan dengan
adanya asuhan keperawatan diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan dalam bidang persalinan sehingga dapat mencegah
dan menangani dengan tepat dan benar untuk setiap kejadian perdarahan post partum.

B. TUJUAN
1
1. UMUM
Mempelajari pengaruh perdarahan pada masa nifas pada ibu dan asuhan
keperawatannya pada ibu dengan perdarahan pada masa nifas atau haemorragic
post partum.

2. KHUSUS
Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan pengertian perdarahan pada masa nifas (haemorragic post
partum)
b. Menyebutkan klasifikasi perdarahan pada masa nifas (haemorragic post
partum)
c. Menyebutkan penyebab dari perdarahan pada masa nifas (haemorragic post
partum).
d. Menyebutkan factor predisposisi dari perdarahan pada masa nifas
(haemorragic post partum)
e. Menjelaskan patofisiologi dari perdarahan pada masa nifas (haemorragic
post partum)
f. Menyebutkan gejala – gejala pada pasien dengan perdarahan pada masa nifas
(haemorragic post partum)
g. Menyebutkan komplikasi pada pasien dengan perdarahan pada masa
nifas(haemorragic post partum)
h. Menguraikan penatalaksanaan pada pasien dengan perdarahan pada masa nifas
(haemorragic post partum)
i. Menguraikan asuhan keperawatan pada ibu dengan perdarahan pada masa
nifas (haemorragic post partum) yang meliputi :
 Menguraikan pengkajian pada ibu dengan perdarahan pada masa nifas
(haemorragic post partum)
 Menyebutkan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan tersebut
 Menyusun rencana keperawatan pada ibu dengan perdarahan pada masa
nifas (haemorragic post partum)
 Menguraikan intervensi keperawatan pada ibu dengan perdarahan pada
masa nifas (hemoragic post partum)
2
 Melakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan pada asuhan
keperawatan tersebut

BAB II
ISI
A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN

3
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam
setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum
adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan
plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998)
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam
24 jam pertamasetelah lahirnya bayi (Williams, 1998)
POGI, tahun 2000 mendefinisikan perdarahan paska persalinan adalah perdarahan
yang terjadi pada masa post partum yang menyebabkan perubahan tanda vital seperti
klien mengeluh lemah,limbung, berkeringat dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea,
sistolik < 90 mmHg, Nadi > 100 x/menit dan kadar HB < 8 gr %.
2. KLASIFIKASI PERDARAHAN
a. Perdarahan paska persalinan dini/early HPP/primary HPP adalah perdarahan
berlebihan (600 ml/lebih) dari saluran genitalia yang terjadi 12-24 jam pertama
setelah melahirkan.
b. Perdarahan paska persalinan lambat / late HPP/ secondary HPP adalah perdarahan
yang terjadi antara hari kedua sampai enam minggu paska persalinan.
3. ETIOLOGI
Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu :
a. Penyebab perdarahan paska persalinan dini :
1) Perlukaan jalah lahir: ruptur uteri, robekan seviks, vagina dan perineum, luka
episiotomi.
2) Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia uteri,retensi
plasenta, inversio uteri.
3) Gangguan mekanisme pembekuan darah.
4) Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan oleh sisa
plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk pembuangan dalam
uterus sehingga terjadi sub involusi uterus.

4. FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan factor predisposisi
terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah lagi dengan
tidak maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama hamil. Oleh karena itu
faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal dan diantisipasi pada waktu persalinan :
a. Trauma Persalinan
4
Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus diikuti
dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan pada jalan lahir dan
segera dilakukan penjahitan dengan benar.
b. Atonia Uterus
Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus diantisipasi
dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat uterotonika
serta pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar.
c. Jumlah darah sedikit
Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek, hipertensi saat
hamil, pre eklampsia dan eklamsi.
d. Kelainan pembekuan darah
Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu diantisipasi
dengan hati-hati dan seksama.

5. PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus
masihterbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum
spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka. Pada
waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan
terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan
demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang
luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.

6 MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis bedasarkan penyebab :
a. Atonia Uteri
1) Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan
segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)
2) Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi
cepatdan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan Jalan lahir

5
1) Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah
bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik
2) Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil
c. Retensio Plasenta
1) Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik
2) Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan,
inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya Plasenta (sisa plasenta)
1) Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah) tidak lengkap dan perdarahan segera
2) Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi
fundus tidak berkurang
e. Inversio Uterus
1) Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak
tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau
berat
2) Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat.

7 KOMPILIKASI
a. Memudahkan terjadinya :
1) Anemia yang berkelanjutan
2) Infeksi puerperium
b. Terjadi necrosis hipofise anterior dan sindrom Sheehan
1) Kelemahan umum (Asthenia)
2) Menurunnya berat badan sampai cachexia
3) Penurunan fungsi seksual
4) Memudarnya tanda-tanda seks sekunder
5) Turunnya metabolisme – hipotensi
6) Amenorea sekunder
c. Kematian perdarahan post partum

8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Penunjang
1) Pada pemeriksaan jumlah darah lengkap ditemukan penurunan Hb (<10 mg
%), penurunan kadar Ht (normal 37% - 41%) dan peningkatan jumlah sel darah
putuih (SDP).

6
2) Pada Urinalisis ditemukan kerusakan kandung kemih

3) Pada Sonografi ditemukan adanya jaringan plasenta yang tertahan

9 PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Umum
1) Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal
2) Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
3) Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
4) Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan
dengan masalah dan komplikasi
5) Atasi syok jika terjadi syok
6) Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan
uterus, beri uterotonika 10 ml IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500ml
NS/RLdengan tetesan 40 tetes/menit)
7) Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan
lahir
8) Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah
9) Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk
10) Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan
lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya

b. Penatalaksanaan Khusus
1) Atonia uteri
a) Kenali dan tegakan kerja atonia uteri
b) Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan
pengurutan uterus
c) Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir
d) Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan :
I. Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding
abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan
yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi

7
diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau
dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan.

II. Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan diantara


telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina
untuk menjempit pembuluh darah didalam miometrium.

III. Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan


ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan
kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan
sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang
tepat akan menghetikan atau mengurangi, denyut arteri femoralis.

2) Retensio plasenta dengan separasi parsia


a) Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakanyang
akan diambil
b) Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi tidak
terjadi coba traksi terkontrol tali pusat
c) Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan 40/menit,
bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per rektal
d) Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta
secara hati-hati dan halus
e) Restorasi cairan untuk mengatasi hypovolemia
f) Lakukan transfusi darah bila diperlukan
g) Berikan antibiotik profilaksis (ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole 1gr
supp/oral)

3) Plasenta inkaserata
a) Tentukan diagnosis kerja
b) Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi serviks yang
kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk menghilangkan
kontriksi serviks yang kuat, siapkan infus oksitosin 20 untuk 500 ml NS
8
atau RL untuk mengantisipasi gangguan kontraksi uterus yang mungkin
timbul
c) Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup
untuk melahirkan plasenta
d) Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta
tampak jelas
e) Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan
speculum
f) Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak jelas
g) Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta
disisi berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten
untuk memegang klem tersebut
h) Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral
i) Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah jarum jam
tarik plasenta keluar perlahan-lahan.

4) Ruptur uteri
a) Berikan segera cairan isotonik (RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan
siapkan laparatomi.
b) Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas pelayanan
kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan.
c) Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan,
lakukan operasi uterus.
d) Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkwatirkan
lakukan histerektomi.
e) Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum abdomen.
f) Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda infeksi

5) Sisa plasenta
a) Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta setelah
dilahirkan.
b) Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis.

9
c) Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan bekuan
darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret.
d) Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600 mg/hari selama 10
hari

6) Ruptur perinium dan robekan dinding vagina


a) Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan
sumber perdarahan.
b) Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptic.
c) Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang
yang dapat diserap.
d) Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal.
e) Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis demi lapis
dengan bantuan busi pada rektum, sebagai berikut :
a. Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung
robekan.
b. Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul
submukosa, menggunakan benang polyglikolik No 2/0 (deton/vierge)
hinggake sfinter ani, jepit kedua sfinter ani dengan klem dan jahit
dengan benangno 2/0
c. Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa
dengan benang yang sama (atau kromik 2/0) secara jelujur
d. Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub mukosa dan
subkutikuler .
e. Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan antibiotika
untuk terapi

7) Robekan serviks
a) Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan mengalami
robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala bayi.
b) Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan
banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan porsio.
c) Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga perdarahan
dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai

10
robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan dimulai dari ujung atas robekan
kemudian kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahit
d) Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan
perdarahan paska tindakan.
e) Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda infeksi.
f) Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb dibawah 8 gr%
berikan transfusi darah.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1) Identitas
Sering terjadi pada ibu dengan riwayat multiparitas pada usia dibawah 20
tahun dan diatas 35 tahun.

2) Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, keluar keringat dingin,
kesulitan bernafas, pusing, pandangan berkunang-kunang

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,


riwayat preeklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh
darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.

4) Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam


jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus,
pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga


Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, dan preeklampsia, penyakit keturunan
hemopilia dan penyakit menular.
6) Pola fungsi kesehatan
a. Pola Nutrisi dan metabolise
 Nafsu makan menurun

11
b. Pola eliminasi
 Penurunan BAK, konstipasi

c. Pola kebutuhan cairan dan elektrolit


 Dehidrasi
d. Pola Aktivitas
 Kelemahan, malaise umum
 Kehilangan produktifitas
 Kebutuhan istirahat dan tidur lebih banyak
e. Pola integritas ego
 Cemas dan ketakutan
f. Pola seksualitas
 Terjadi perdarahan per vagina
 Tinggi fundus uteri menurun dengan lambat

B. Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan umum
Keadaan umum lemah, nyeri kepala dan abdomen, gelisah dan cemas.
Sementara kesadaran menurun sampai apatis. Tanda-tanda vital
terjadi penurunan tekanan darah (hipotensi), takikardi, peningkatan suhu
dan takipnea.

2) Kepala
Nyeri kepala, muka pucat, mukosa bibir kering, gangguan penglihatan atau
mata berkunang-kunang, berkeringat dingin.

3) Dada
Takipnea dan takikardi, kesulitan bernafas.

4) Abdomen
Fundus uteri lembek, tidak ada kontraksi uterus.

5) Genitalia
Keluar darah dari vagina, lochea dalam jumlah lebih dari 500cc, dan
terdapat robekan serviks.

6) Ekstermitas
Keluar keringat dingin, lemah, malaise, CRT > 3 detik.

12
2. DIANOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke jaringan akibat perdarahan post partum

b. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan output berlebih


atau perdarahan post partum

c. Potensial komplikasi : risiko shock hipovolemik

d. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan ruptur peritonium dan


robekan dinding vagina

e. Cemas yang berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian

3. RENCANA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


a. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke jaringan akibat perdarahan post partum
Tujuan : Tanda vital dan gas darah dalam batas normal
Rencana tindakan:
1) Monitor tanda vital tiap 5-10 menit
R : Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
2) Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan
lidah,suhu kulit
R : Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan
perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulityang
dingin
3) Kaji ada / tidak adanya produksi ASI
R : Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan
dalam produksi ASI
4) Tindakan kolaborasi :
g. Monitor kadar gas darah dan PH (perubahan kadar gas darah dan PH
merupakan tanda hipoksia jaringan)

13
h. Berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan
transportasi sirkulasi jaringan)

a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan output berlebih


atau perdarahan post partum
Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan
Rencana tindakan :
1) Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap
terlentang
R : Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan
memungkinkan darah ke otak dan organ lain.
2) Monitor tanda vital
R : Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat
3) Monitor intake dan output setiap 5-10 menit
R : Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal
4) Evaluasi kandung kencing
R : Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus
5) Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan
diatas simpisis.
R : Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan
placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri
6) Batasi pemeriksaan vagina dan rectum
R : Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan
terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks /
perineum atau terdapat hematom
7) Tindakan kolaborasi :
o Berikan infus atau cairan intravena
R : Cairan intravena mencegah terjadinya shock
o Berikan uterotonika (bila perdarahan karena atonia uteri)
R : Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol
perdarahan
14
o Berikan antibiotik
R : Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena
perdarahan pada subinvolusio
o Berikan transfusi whole blood (bila perlu)
R : Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh

b. Potensial komplikasi : Risiko syok hipovolemik


Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Rencana tindakan :
1) Kaji tanda-tanda perubahan fungsi otak
R : Edema selebral dan vasokontriksi dapat dievaluasi dari tanda
subyektif, tingkah laku dan gangguan retina
2) Kaji tingkat kesadaran klien
R : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan sirkulasi otak
3) Kaji adanya tanda eklamsi (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan
nadi dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguri)
R : Oedema keseluruhan dan vasokontriksi merupakan manivestasi
dan perubahan pada SSP /otak, ginjal, jantung dan paru-paru yang
mendahului status kejang.
4) Pertahankan perhatian terhadap timbulnya kejang
R : Mempersiapkan pertolongan jika timbul gangguan/masalah pada klien
terutama keselamatan/keamanan.
5) Tutup kamar/ruangan, Batasi pengunjung/perawat tingkatkan waktu
istirahat
R : Mengurangi rangsangan lingkungan yang dapat menstimulasi otak dan
dapat menimbulkan kejang
6) Lakukan palpasi rahim untuk mengetahui adanya ketegangan,
cek perdarahan pervaginam dan catat adanya riwayat medis
R : Mengetahui adanya solusio plasenta terlebih jika dikaitkan dengan
adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit ginjal, jantung yang disebabkan
oleh hipertensi
15
7) Monitor tanda-tanda adanya persalinan atau adanya kontraksi uterus
R : Kejang dapat meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan
8) Lakukan pemeriksaan funduskopi
R : Untuk mengetahuia adanya perdarahan yang dapat dilihat dari retina

c. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan ruptur peritoneum dan


robekan dinding vagina
Tujuan : Tidak terjadi infeksi (lokea tidak berbau dan TTV dalam batas
normal)
Rencana tindakan :
1) Catat perubahan tanda vital
R : Perubahan tanda vital (suhu) merupakan indikasi terjadinya infeksi
2) Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang
lembek, dan nyeri panggul
R : Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia,
shock yang tidak terdeteksi
3) Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea
R : Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea
yang berkepanjangan
4) Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran
nafas, mastitis dan saluran kencing
R : Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
5) Tindakan kolaborasi :
o Berikan zat besi (Anemi memperberat keadaan)
o Beri antibiotika (Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan
untuk keadaan infeksi )

d. Cemas yang berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian


Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan
mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
16
Rencana tindakan :
1) Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
R : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
2) Kaji respon fisiologis klien (takikardia, takipnea, gemetar)
R : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
3) Perlakukan pasien secara lembut, empati, serta sikap mendukung
R : Memberikan dukungan emosi
4) Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
R : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang
tidak diketahui
5) Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
R : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas

6) Kaji mekanisme koping yang digunakan klien


R : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping
yang tepat

4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, dan menilai data yang baru.

Implementasi pada ibu dengan haemorragic post partum dilaksanakan sesuai


dengan perencanaan asuhan keperawatan pada sub bab sebelumnya.

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk:
1) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
17
2) Memodifikasi rencana tidakan keperawatan
3) Meneruskan rencana tindakan keperawatan. Dari data sebelumnya maka
didapat data evaluasi sebagai berikut:
 Kebutuhan volume cairan terpenuhi dengan tidak adanya
perdarahan berlebih pada vagina dan kadar Hb normal (>10 gr%).
 Tanda vital normal dan tidak ada perubahan warna kuku, mukosa bibir,
gusi dan lidah, suhu kulit, jumlah gas darah normal.
 Ibu tidak cemas dan takikardia, takipnea dan gemetar. Klien dan
keluarganya menunjukan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan
psikologis dan emosinya.
 Tidak ada tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang
lembek, dan nyeri panggul.
 Kesadaran baik dan tidak ada tanda-tanda eklamsi (hiperaktif,
reflek patella dalam, penurunan nadi dan respirasi, nyeri epigastrium dan
oliguri)
 Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang
komplikasi dan pengobatan yang dilakukan

18
DAFTAR PUSTAKA

Yasmin Asih, (1995) Dasar-Dasar Keperawatan maternitas, Penerbit EGC , Jakarta.

JNPKKR – POGI (2000), Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal , Yayasan


BinaPustaka, Jakarta.

Taber Ben-Zion, MD (1994) Kapita Selekta : Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Penerbit
EGC, Jakarta.

Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia, Jakarta.

Anneke. 2009. Perdarahan Post Partum, http://medlinux.blogspot.com., diakses tanggal 8


Desember 2011.

Julianto Pobi.2011 Asuhan Keperawatan Ibu Nifas dengan Perdarahan Post Partum,
http://julianto10.blogspot.com, diakses tanggal 8 Desember 2011

Lolipopmaniez.2010. Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Pendarahan Post Partum,


http://pastakyu.wordpress.com, diakses tgl 21 December 2011

Winkjosastro H, Hanada . 2005. Perdarahan Pasca Persalinan ,http://www.geocities.com,


diakses tanggal 21 Desenber 2011

Setiawan Y. 2008. Perawatan perdarahan post partum,http://www.Siaksoft.net, diakses tanggal


21 Desember 2011

Alhamsyah. 2008. Retensio Plasenta .www.alhamsyah.com, diakses tanggal 22 Desember 2011

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2008. Perdarahan Pasca Persalinan, http://.www.


Fkunsri.wordpress.com, diakses tanggal 22 Desember 2011

19
Yayan A. Israr, S.Ked. Tengku Anita, S.Ked. Lestari, S.Ked. Apriani Dewi, S.Ked. Fakultas
Kedokteran Universitas Riau. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 2008. Perdarahan Post Partum,
http://belibis-a17.com, diakses tanggal 22 Desember 2011

20

Anda mungkin juga menyukai